Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Nyeri yang menyertai trauma Ekstremitas bias menyokong Pasien, Ekstremitas dapat
merupakan tempat kehilangan cairan. Membahas masalah trauma Ekstremitas tidak terlepas
dengan hubungannya kulit, dimana kulit berfungsi melindungi Tubuh dari trauma dan
merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri, Virus dan jamur. Kehilangan panas dan
penyimpangan panas diatur melalui Vasodilatasi Pembuluh Darah kulit atau sekresi kelenjar
keringat
Setelah kehilangan seluruh Kulit,maka cairan tubuh yang penting akan menguap dan
Elektrolit-elektrolit akan hilang dalam beberapa jam saja. Contoh dari keadaan ini adalah
Penderita luka bakar.Kulit yang menutupi ke empat ekstremitas meliputi lebih dari 50 persen
permukaan tubuh dan bila terbakar, terpotong atau terabrasi, maka ia berpotensi sebagai
tempat masuk infeksi. Pengenalan dini dan perhatian yang tepat terhadap luka ini termasuk
Sehingga penting mengenal bahwa terapi tepat bagi ekstremitas yang cedera yang
tidak hanya penting bagian tersebut nantinya tetapi bias memainkan peranan besar dalam
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Trauma
Fraktur Pelvis yang disertai perdarahan sering kali disebabkan Fraktur sakroiliaka, dis
lokasi, atau Fraktur sacrum yang kemudian akan menyebabkan kerusakan posteriol oseus
ligamenteus kompleks. Kemudian arah gaya yang membuka pelvis ring, akan merobek
pleksus Vena di pelvis dan kadang-kadang merobek system arteri iliaka interna (Trauma
komprensi anterior posterior). Mekanisme trauma Pelvis ring disebabkan trabrakan sepeda
Motor atau pejalan kaki yang ditabrak kendaraan, benturan langsung pada pelvis atau jatuh
Pada tabrakan kendaraan, mekanisme Fraktur pelvis yang tersering adalah tekanan
yang mengenai sisi lateral pelvis dan cenderung menyebabkan hemi pelvis rotasi kedalam,
mengecilkan rongga pelvis dan melepas regangan system Vaskularisasi pelvis. Gerakan
rotasi ini akan menyebabkan Trauma uretra atau buli-buli. Trauma urogenital bagian bawah ini
jarang akan menimbulkan kematian baik perdarahan yang terjadi maupun komplikasinya,
2. Pemeriksaan
Bila perdarahan pelvis banyak,maka akan tejadi dengan cepat, dan diagnosis harus
dibuat secepat mungkin agar dapat dilakukan tindakan resusitasi.Hipotensi yang sebabnya
2
tidak diketahui merupakan salah satu indikasi adanya disruksi pelvis berat dengan instabilitas
posterior ligamentous kompleks. Tanda kliniks yang paling penting adalah adanya
pembekakan atau hematom yang progeresif pada daerah panggul, skrotum atau perianal.
Pada keadaan ini akan ditemukan kegagalan resusitasi cairan inisial. Tanda-tanda trauma
pelvis yang tidak stabil adalah adanya patah tulang terbuka daerah pelvis ( terutama daerah
perineum,rectum atau bokong) Hemi pelvis yang tidak stabil akan tertarik keatas oleh tarika
otot dan rotasi eksternal karena pengaeuh sekunder dari grafitasi. Kemudian pelvis tidak
stabil dapat dibuktikan dengan merapatkan klista iliaka pada spina iliaka anterior posterior.
Gerakan dapat dirasakan waktu memegan Krista iliaka dan hemi pelvis yang tidak stabil
3. Pengelolaan
pendarahan dan resusitasi cairan. Traksi kulit longitudinal atau traksi skeletal dapat dikerjakan
sebagai tindakan pertama. Praktur pelvis terbuka dengan pendarahan yang jelas, memerlukan
1. Trauma
ekstremitas diselenggarakan oleh pembuluh arteri besar yang berdiameter sekitar satu cm,
yang melalui lipat paha dan aksila. Arteri ini melanjutkan diri didekat tulang dan berpencar
menjadi cabang-cabang lebih halus sewaktu menuju keujung jari tangan dan kaki. Pada
3
tempat tertentu sepanjang perjalanannya cabang ini cukup dekat dengan kulit, sehingga dapat
diraba oleh tangan pemeriksa. Titik berdenyut ini dapat bermanpaat dalam menentukan
adanya aliran darah arteri dan kadang-kadang berguna untuk mengenal pendarahan. Trauma
tumpul yang menyebabkan fraktur sendi atau dislokasi sendi dekat arteri dapat merobek
arteri. Cedera ini dapat menimbulkan pendarahan besar pada luka terbuka atau perdarahan
2. Pemeriksaan
nadi yang sebelumnya masih teraba, perubahan kualitas nadi, ekstremitas yang dingin, pucat
dan pulsasi tidak ada di ekstremitas menunjukkan gangguan aliran darah arteri. Hematom
yang membesar dengan cepat menunjukkan adanya trauma vaskuler. Cidera ini menjadi
3. Pengololaan
Pengoelolaan perdarahan besar artari berupa tekanan langsung dan resusitasi cairan
yang agresip. Jika fraktur disertai luka terbuka yang berdarah aktif harus segera diluruskan
dan dipasang bidai serta balut tekan diatas luka. Dislokasi sendi harus langsung dibidai,
karena usaha untuk melakukan reposisi sangat sulit, karena itu perlu konsultasi bedah.
1. Trauma
Crush syndrome adalah Keadaan kliniks yang disebabkan pelepasan zat berbahaya,
hasil kerusakan otot, yang jika tidak ditangani akan menyebabkan kegagalan ginjal. Keadaan
ini terdapat pada keadaan crush injury dan kompresi lama pada sejumlah otot, yang tersering
4
paha dan betis. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan perkusi otot, iskemia, pelepasan
2. Pemeriksaan
Mioglobin menimbulkan urin berwarna gelap yang akan positif bila diperiksa untuk
hipokalsemia.
3. Pengelolaan.
Pemberiaan cairan intra vena selama ekstritasi sangat penting untuk melindungi ginjal
dari gagal ginjal.Gagal ginjal yang disebabkan oleh hemoglobin dapat dicegah dengan
pemberian cairan dan diuresis asmotik untuk meningkatkan isi tubulus dan aliran urin.
1. Trauma
Pada patah tulang terbuka terdapat hubungan antara tulang dengan lingkungan luar.
Otot dan kulit mengalami cedera dan beratnya kerusakan jaringan lunak ini akan berbanding
l;urus dengan energi yang menyebabkannnya. Kerusakan ini disertai kontaminasi bakteri,
menyebabkan patah tulang terbuka mengalami masalah infeksi, gangguan penyembuhan dan
gangguan fungsi.
5
2. Pemeriksaan
Diagnosis didasarkan atas riwayat trauma dan pemeriksaan fisik ekstremitas yang
menemukan fraktur dengan luka terbuka, dengan atau tanpa kerusakan luas otot, serta
kontaminasi. Pengelolaan didasarkan atas riwayat lengkap kejadian dan pemeriksaan trauma,
Jika terdapat luka terbuka didekat sendi, harus dianggap luka ini berhubungan dengan alat
masuk kedalam sendi dan konsultasi bedah harus dikerjakan. Tidak boleh memasukkan zat
Luka atau tidak . cara terbaik membuktikan hubungan luka terbuka dengan sendi adalah
3. Pengelolaan
Adanya patah tulang atau trauma sendi terbuka harus segera dapat dikenali. Setelah
deskripsi luka atau trauma jaringan lunak serta menentukan ada atau tidaknya gangguan
Trauma vaskuler harus dicurigai jika terdapat insufisiensi vbaskuler yang menyertai
tampak hidup karena sirkulasi kolateral yang mencukupi aliran secara rtrograd. Trauma
vaskuler parsial menyebablkan ekstremitas bagian distal dingin, pengisian kapiler lambat,
pulsasi melemah. Aliran yang terputus menyebabkan ekstremitas dingin, pucat, dan nadi tak
teraba.
6
2. Pengelolaan
Ekstremitas yang avaskuler secara akut harus segera dapat dikenal dan ditangani
segera. Otot tidak mampu hidup tanpa aliran darah lebih dari 6 jam dan nekrosis akan segera
terjadi. Saraf juga sangat sensitive terhadap keadaan tanpa oksigen. Operasi revaskularisasi
segera diperlukan untuk mengembalikan aliran darah pada ekstremitas distal yang terganggu.
Jika gangguan vaskularisasi di sertai fraktur, harus dikoreksi segera dengan meluruskan dan
memasang bidai.
Jika terdapat gangguan vaskuler ekstremitas trauma setelah dipasang bidai atau gips,
tanda-tandanya adalah menghilangnya atau melemahnya pulsasi. Bidai, gipsdan balutan yang
menekan harus dilepaskan dan vaskularisasi dievaluasi.Jika trauma arteri disertai dislokasi
sendi, Dokter yang terlatih boleh melakukan reduksi dengan hati-hati. Atau pasang bidai dan
D. Sindroma Kompartemen
1. Trauma
Sindroma kompartemen akan ditemukan pada tempat diman otot dibatasi oleh rongga
fasia yang tertutup.Perlu diketahui bahwa kulit juga berfungsi sebagi lapisan penahan.Daerah
yang sering terkena adalah tungkai bawah, lengan bawah,tangan, dan paha. Sindroma
kompartemen terjadi bila tekanan diruang osteofasial menimbulkan iskemia dan berikutnya
nekrosis. Iskemia dapat terjadi karena peningkatan isi kompartemen akibat udema yang
timbul akibat revaskularisasi sekunder dari ekstremitas yang iskemi, atau karena penurunan
isi kompartemen yang disebabkan tekanan dari luar misalnya dari balutan yang menekan.
7
2. Pemeriksaan
Gejala dan tanda sindroma kompartemen adalah: nyeri bertambah dan khususnya
meningkat dengan gerakan pasif yang meregangkan otot,parestesi didaerah distribusi saraf
ferifer yang terkena,menurunnya sensasi atau hilangnya fungsi dari saraf yang melewati
biasanya masih teraba. Kelumpuhan atau parase otot dan hilanngnya pulsasi (disebabkan
oleh tekanan kompartemen melebihi tekanan sitolik) merupakan tindak lanjut dari sindroma
kompartemen.
3. Pengelolaan
Dibuka semua balutan yang menekan , gips dan bbidai. Penderita harus diawasi dan
tinggi dan semakin lama meningkatnya tekanan intrakompartemen, makin besar kerusakan
1. Trauma
Fraktur atau dislokasi, dapat menyebabkan trauma saraf yang disebabkan hubungan
anatomi atau dekatnya posisis saraf dengan persendian, misalnya nervus iskhiadikus dapat
tertekan oleh dislokasi posterior sendi panggul atau nervus aksillaris oleh dislokasi posterior
sendi bahu. Kembalinya fungsi hanya akan optimal bila keadaan ini diketahui dan ditangani
secara cepat.
8
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fungsi saraf memerlukan kerja sama penderita, setiap saraf ferifer yang besar di
3. Pengelolaan
Ekstremitas yang cedera harus segera di immobilisasi dalam posisi dislokasi dan
konsultasi bedah segera dikerjakan. Jika terdapat indikasi dan dokter yang menangani
Kontusio dan laserasi sederhana harus diperiksa untuk menyingkirkan trauma vaskuler
dan saraf. Secara umum laserasi memerlukan penutupan luka. Jika laserasi meluas sampai
dibawah fasia, perlu intervensi operasi untuk membersihkan luka dan memeriksa struktur-
Kontusio umumnya dikenal karena ada nyeri dan penurunan fungsi. Palpasi
mempergunakan ootot itu dan terjadi penurunan fungsi karena nyeri. Kontusio diobati dengan
istirahat dan pemakaian kompres dingin pada fase awal.Hati-hati akan luka kecil, terutama
akibat crush injj7uryy, jika ekstremitas menderita beban sangat besar dan sangat perlahan,
vaskularisasi akan terganggu dan kerusakan otot akan terjadi walaupun ditemukan luka yang
hanya kecil saja.Resiko tetanus meningkat akibat adanya luka yang lebih dari 6 jam dan
9
B. Trauma sendi
1. Trauma
Trauma sendi bukan dislokasi (sendi masih dalam konfigurasi anatomi normal tetapi
2. Pemeriksaan
Biasanya ditemukan adaanya riwayat gaya abnormal terhadap sendi, sebagai contoh
tekanan terhadp tibia bagian anterior yang mendorong lutut kebelakang, tekanan terhadap
bagian lateral tungkai yang menimbulkan regangan valgus pada lutut, atau jatuh dengan
lengan ekstensi yang menimbulkan trauma hiperfleksi pada siku.. Pemeriksaan fisik terdapat
nyeri tekan pada ligamen yang terkena. Hemartrosis biasanya akan ditem7kan kecuali bila
3. Pengelolaan
Trauma sendi harus diimmobilisasi. Keadaan vaskuler dan status neurology distal pada
D. Fraktur
1. Trauma
abnormal disertai krepitasi dan nyeri. Fraktur tertutup maupun terbuka biasanya disertai
berbagai bentuk kerusakan jaringan lunak.Efek fraktur tulang adalah . Sewaktu tulang patah
maka sel-sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga biasanya mengalami
10
kerusakan.Reaksi peradangan hebat timbul setelah fraktur.Sel-sel darah putih dan sel-sel
dan pembersihan sel-sel mati di mulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin (hematom
fraktur) dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera
terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang di sebut kalus.Bekuan fibrin direabsorpsi
dan sel-sel tulang baru perlahan-lahan mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.
memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan. Penyembuhan dapat terganggu
atau terlambat apabila hematom fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk atau
Gambaran klinis
biasanya disertai nyeri. Setelah patah tulang dapat timbul spasme otot
peradangan.
11
- Krepitus ( suara gemeretak)dapat terdengar sewaktu
sama lain.
2. Pemeriksaan
dan gerakan abnormal ditempat fraktur. Krepitasi dan gerakan abnormal di tempat fraktur
kadang-kadang di lakukan untuk memastikan diagnosis tetapi sangat nyeri dan bias
3. Pengelolaan
Immobilisasi harus mencakup sendi di atas dan di bawah fraktur setelah di pasang
bidai, status neurology dan vaskuler harus di periksa. Konsultasi bedah di perlukan untuk
PRINSIP IMOBILISASI
Membidai trauma ekstremitas bila tidak di sertai masalah ancaman nyawa, bias di
tunda sampai secondary survei. Walaupun demikian cedera ini harus dibidai sebelum
penderita dirujuk. Setelah pemasangan bidai dan meluruskan fraktur harus dilakukan
penderita harus dilakukan imobilisasi penuh dengan cukup tenaga pendamping untuk
12
A. Fraktur femur
Fraktur femur dilakukan imobilisasi sementara dengan traction splint. Traction splint
menarik bagian distal di atas kulit pergelangan kaki.Di proksimal traction splint di dorong ke
pangkal paha mellalui ring yang menekan bokong, perineum dan pangkal paha. Tarikan yang
berlebihan akan merusak kulit pada kaki, pangkal paha dan perineum.
B. Trauma lutut
Pemakaian bidai lutut atau gips dapat membantu kenyamanan dan stabilitas. Tungkai
tidak boleh dilakukan imobilisasi dalam ekstensi penuh melainkan dalam fleksi kurang lebihi
C. Fraktur tibia
Fraktur tibia sebaiknya dilakukan imobilisasi dengan cardboard. Jika tersediua dapat
D. Fraktur ankle
Fraktur ankle dapat di imobilisasi dengan bidai bantal atau karton dengan
bantalaban, dengan demikian menghindari tekanan pada daerah tulang yang menonjol.
Tangan dapat di bidai dengan posisi anatomis fungsional dengan pergelangan tangan
sedikit dorso fleksi dan jari-jari fleksi 45 derajat pada senndi metakarpofalangeal.Posisi ini
diperoleh dengan imobilisasi tangan dengan rol kasa dan bidai pendek..Lengan dan
pergelangan di imobilisasi datar pada bidai dengan bantalan. Siku di imobilisasi pada posisi
fleksi, memakai bidai dengan bantalan atau langsung di imobilisasi ke badan memakai sling
13
dan swath. Lengan atas di bidai dengan sling dan swath atau di tambah balutan torako
A. Periksa ABCDE dan terapi keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu.
B. Buka semua pakaian selluruhnya termasuk ekstremitas. Lepaskan jam, cincin, kalung
perdarahan . eksternal yang harus di hentikan dan periksa sensorik dan motorik dari
ekstremitas.
E. Pilih jenis dan ukuran bidai yang sesuai dengan ekstremitas yang trauma. Bidai harus
G. Bidai ekstremitas pada posisi yang di temukan jika pulsasi distal ada. Jika pulsasi
distal tidk ada, coba luruskan ekstremitas. Traksi secara hati-hati dan pertahankan sampai
bidai terpasang.
H. Bidai di pasang pada ekstremitas yang telah lurus, dan jika belum lurus cobalah
luruskan
14
I. Jangan meluruskan secara paksa, jika mengalami kesulitan pasang bidai pada posisi
yang di temukan..
darurat. Obati asfiksia, kendalikan perdarahan hebat, serta mulai terapi syok sebelum
sebelum mencari adanya fraktur dn melakukan pembidaian darurat. Rabalah denyut nadi
di distal fraktur.
fraktur tertutup menjadi fraktur terbuka dan melaawan drainase jaringan lunak lebih lanjut.
di bawah fraktur.
5. Bidai komensial standar harus selalu tersedia dan bila tidak ada maka dapat
15
TUJUAN
gawat darurat, merupakan tindakan yang penting dalam menata laksana fraktur
dan dislokasi.
lunak lebih lanjut oleh fragmen tulang, meminimumkan nyeri, dan memberikan
TEKNIK PEMBIDAIAN
untuk menahan atau mencapai reduksi fraktur atau dislokasi serta untuk memberikan
infeksi dan menyembuhkan fraktur dalam posisi yang baik.Fragmen tulang yang menonjol
tidak boleh di pindahkan tempatnya di dalam luka tetapi hanya boleh ditutup dengan
pembalut. Pada pembidaian darurat traksi yang dilakukan tak boleh mengakibatkan segmen
Evaluasi sirkulasi darah di tangan dan persarafan ferifer pada lengan bawah dan
16
Bahu dan lengan atas
sudut tegak lurus dan diikatkan ke dada dengan pembalut atau siling lain.
Siku
Ekstremitas yang cedera dibidai seperti posisi yang ditemukan. Tidak boleh
batang tubuh.
Pada fraktur lengan bawah , pergelangan tangan dan tangan jarang pembidaian
adekuat menjadi masalah digunakan pembiadian koaptasi. Pada fraktur dekat pergelangan
tangan atau tangan di pasang papan dengan bantalan di permukaan volar, sedangkan untuk
Evaluasi sirkulasi darah di kaki serta fungsi saraf tepi di tungkai dan kaki mendahului
pembidaian darurat. Kaki merah muda dan hangat, menunjukkan sirkulasi yang baik seerti
juga pulsasi di arteria tibialis posterior dan arteria dorsalis pedis. Dingin, pucat atau sianosis
pada kaki menandakan gangguan sirkulasi. Pemucatan kuku kaki pada penekanan dan
segera kembali ke warna merah muda merupakan tanda sirkulasi ke kaki yang adekuat. Jika
sirkulasi tergangghu, pastikan bahwa penyebabnya bukan pakaian yang ketat atau koreksi
17
deformitas hebat sebelum pembidaian. Sirkulasi kaki harus dievaluasi lagi setelah
pembidaian.
Fraktura Femur
Bidai traksi yang menggunakan bidai setengah cincin atau cincin penuh diindikasikan
pada fraktura femur. Sling menyokong ekstremitas di dalam bidai dan traksi dilakukan pada
ankle hitch. Lengkungan pembalut, lebih disukai kain kasa atau sling dilipat (seperti yang
digunakan untuk ekstremitas atas) yang diikat ke bidai tegak lurus. Ankle hitch komersial
lebih disukai daripada hitch improvisasi yang dibnuat dari pembalut kasa standarnya.
ekstremitas dengan pegangan Velcro yang dipasang tegak lurus. Bila ekstremitas
ditempatkan pada sokongan ini maka ujungnya hanya dilipat di atasnya dan dinamakan
dengan pegangan. Penyuplai yang sama juga menawarkan ankle hitch berbantalan lebar
dan ambin (strap) yang dapat disesuaikan dan lewat melalui gelang logam hitch ini,
kemudian dilingkari sekeliling ujung bidai dan dikencangkan untuk memberikan traksi.
Biasanya sendi panggul yang terdislokasi menyebabkan paha dan tungkai dalam posisi
fleksi. Tak boleh mencoba mengurangi fleksi ini. Bantalan atau selimut menyokong harus
ditempatkan dibawah paha dan lutut yang fleksi serta pasien ditranspor ke rumah sakit
Bidai traksi seperti untuk fraktura femur atau bidai koaptasi yang menggunakan papan
berbantalan di medial dan lateral, bias digunakan untuk fraktura sekitar lutut. Bidai traksi lebih
18
disukai untuk fraktura femur distal, bila digunakan bidai papan, papan lateral harus
diperpanjang ke atas sampai pinggiran pelvis. Semua papan harus meluas ke distal ke
bawah kaki.
Dislokasi Lutut
membahayakan ekstremitas karena robekan atau obstruksi arteria poplitea. Sehingga harus
dilakukan evaluasi teliti atas pulsasi arteri pada pergelangan kaki dan kaki. Bila pulsasi ini tak
ada atau bila kaki pucat atau sianosis, maka diindikasikan usaha cepat dan layak untuk
reposisi dislokasi.
Untuk fraktura korpus satu atau ke dua tulang tungkai bawah, maka biasanya efektif
bidai koaptasi, walaupun bidai traksi ideal bagi fraktura pada atau dekat sambungan sepertiga
proksimal dan sepertiga tengah tungkai. Bidai koaptasi dapat dilakukan oleh bidai udara yang
dapat dikembangkan yang terbentang ke atas lutut, bidai papan berbantalan diletakkan di
medial, lateral, dan posterior, masing-masing meluas dari sekitar lipat paha ke kaki atau bidai
logam posterior berbentuk saluran yang berbantalan di posterior. Bila digunakan bidai papan,
bantalan harus disusun sedemikian rupa sehingga maleoli dan kaput fibula terlindung dari
tekanan yang menyakitkan. Perlindungan kaput fibula yang tak adekuat dapat menimbulkan
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA EKSTREMITAS
1. Aktivitas/istirahat
2. Sirkulasi
20
Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian
3. Neurosensori
Kebas/kesemutan (parestesis).
lain).
4. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
5. Keamanan
B. Diagnosa Keperawatan
(fraktur).
21
Intervensi : pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi. Berikan
penyembuhan.
Intervensi : letakkan papan di bawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada
Rasional : tempat tidur lembut dan lentur dapat membuat depormasi gips yang
Rasional : mencegah gerakan yang tak perlu dengan perubahan posisi yang
tepat dari bantal juga dapat mencegah tekanan depormitas pada gips
yang kering.
spika.
Rasional : gips panggul/tubuh atau multiple dapat membuat berat dan tidak
22
Rasional : pembebat koaptasi (contoh jepitan Jones-Sugar) mungkin digunakan
Intervensi : yakinkan bahwa semua klem berfungsi. Minyaki katrol dan periksa tali
perekat.
Intervensi : pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,
pembebat, traksi.
23
Rasional : meningkatkan aliran balik vena, menurunkan idema, dan menurunkan
nyeri.
gips.
Intervensi : tinggikan penutup tempat tidur, pertahankan linen terbuka pada ibu jari
kaki.
cedera.
Rasional : memungkinkan pasien untuk siap secara mental untuk aktivitas juga
24
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan
nyeri/ketidaknyamanan.
terjadi bila sirkulasi pada saraf tidak adekuat atau saraf rusak.
Intevensi : tes sensasi saraf perifer dengan menusuk pada kedua selaput antar
ibu jari pertama dan kedua, kaji kemampuan untuk dorsofleksi ibu jari
bila diindikasikan.
Rasional : panjang dan posisi saraf perineal meningkatkan resiko cedera pada
alat traksi.
Intervensi : kaji jaringan sekitar akhir gips untuk titik yang kasar/tekanan, selidiki
menimbulkan kerusakan/mikrosis.
25
Intevensi : pertahankan peninggian ekstremitas yang cedera kecuali
kompartemen.
Rasional : Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan dari/ persepsi diri tentang
Intervensi : Instruksikan pasien untuk/ Bantu dalam rentang gerak pasien/ akltif
26
Rasional : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan
yang sesuai
jatuh).
Intervensi : Tempatkan dalam posisi telentang secara periodic bila mungkin, bila
5. Resiko tinggi terhadap integritas kulit jaringan berhubungan dengan Fraktur terbuka.
Intervensi : Masase kulit dan penonjolan tulang .Pertahankan tempat tidur kering
Rasional : Menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko abrasi /
kerusakan kulit.
27
Intervensi : Ubah posisi dengan sering. Dorong penggunaan trapeze bila mungkin.
Rasional : Mengurangi tekanan spontan pada area yang sama dan maminimalkan
pada siku/tumit.
Rasional : Pen atau kawat tidak harus dimasukan melalui kulit yang terinfeksi,
Intervensi : Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protocol dan latihan mencuci
tangan.
28
Intervensi : Kaji tonus otot, refleks tendon dalam dan kemampuan untuk berbicara.
Rasional : Kekakuan otot, spasme tonik otot rahang, dan disfagia menunjukkan
terjadinya tetanus.
29