Vous êtes sur la page 1sur 16

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Kanker tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar,
lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar
nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi
kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup banyak
hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.
2. ETIOLOGI
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well
differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis
meduler adalah factor genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk
kanker anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari
perubahan kanker tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan
jenis folikuler dua kali lebih besar.
Radiasi merupakan salah satu factor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada
anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain.
Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH
yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya
adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.

3. GAMBARAN KLINIS
Kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan pada observasi yang
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan tinggi,
sedang dan rendah.
Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah:
1. Riwayat neuplasma endokrin multiple dalam keluarga
2. Pertumbuhan tumor cepat
3. Nodul teraba keras
4. Fiksasi daerah sekitar
5. Paralisis pita suara
6. Pembesaran kelenjar limpa regional
7. Adanya metastasis jauh
Kerugian kurang adalah:
1. Usia < 20 tahun atau > 60 tahun
2. Riwayat radiasi leher
3. Jenis kelamin pria dengan nodul soliter
4. Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar
5. Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik
Kecurigaan rendah adalah tanda atau gejala diluar atau selain yang disebutkan diatas.

4. GEJALA KLINIS
Yang dijumpai dapat berupa:
1. Penekanan organ sekitar
2. Gangguan dan rasa sakit pada saat menelan
3. Sulit bernafas
4. Suara serak
5. PATOFISIOLOGI
Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang diskret. Kadang-
kadang mirip goiter noduler jinak. Nodule-nodule tiroid dapat diraba, kebanyakan nodule
tersebut jinak, namun beberapa nodule goiter bersifat karsinoma. Untuk menentukan
apakah nodule tiroid ganas atau tidak, harus dinilai factor-faktor resiko dan gambaran
klinis massa tersebut, dan harus dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium.
Karsinoma tiroid biasanya kurang menangkap yodium radioaktif dibandingkan
kelenjar tiroid normal yang terdapat disekelilingnya. Dengan cara scintiscan. nodule akan
tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan yodium radioaktif yang berkurang,
Tehnik yang lain adalah dengan echografi tiroid untuk membedakan dengan cermat massa
padat dan massa kistik.
Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya merupakan kista
jinak. Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodul
yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya dan berhubungan dengan
limfadenopati satelit. Kanker tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi suatu kelompok
besar neoplasma berdiferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan
kemungkinan penyembuhan yang tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik
dengan kemungkinan fatal.
6. PATHWAY
RADIASI GENETIK Goiter Endemis

Pembesaran Kanker tiroid


pada leher

Paralisis
Gondok Membatasi
pita suara
penyerapan
yodium
Rasa sakit
Penekanan organ sekitar (faring)
Suara saaat
serak menelan
Sulit bernafas
Nyeri

Gangguan pada pola nafas


Kanker tiroid

Menghasilkan Membatasi
banyak hormon kemampuan
tiroid menghasilkan
hormon tiroid
Kurangnya
pengetahuan
Hipertiroidisme
Hipertiroidisme
sekunder
sekunder
Ansietas

Dekasifikasi tulang dan


terbentuknya batu ginjal

7. KLASIFIKASI
1. Karsinoma papilaris
Jenis yang paling banyak ditemukan, Neoplasma tumbuh lambat dan menyebar
melalui saluran getah bening ke kelenjar getah bening regional.
2. Karsinoma folikuler
Tumor sangat mirip tiroid normal, meskipun pada suatu saat dapat berkembang
secara progresif, cepat menyebar ketempat-tempat yang jauh letaknya. Tumor ini
tidak hanya secara histologis menyerupai folikel tiroid, tetapi juga mampu
menangkap yodium radioaktif. Cara metastasis melalui aliran darah ketempat jauh
letaknya seperti paru-paru dan tulang.

3. Karsinoma meduler
Sel asal neoplasma ini adalah sel C atau sel parafolikuler. Seperti sel
prekursornya, maka tumor ini sanggup mensekresi kalsitonin. Meskipun
tampaknya tumor ini tumbuh lambat, tumor cenderung mengalami metastasis ke
kelenjar getah bening local pada stadium dini. Kemudian tumor ini akan menyebar
melalui aliran darah ke paru-paru, hati, tulang dan organ-organ tubuh lainnya dan
ada kecenderungan bermetastasis pada stadium dini. Perkembangan dan
perjalanan klinisnya dapat diikuti dengan mengukur kadar kalsitonin serum
4. Karsinoma anaplastik
Jenis tumor ini sangat ganas dan penyebarannya sangat cepat serta berdiferensiasi
buruk. Karsinoma ini memperlihatkan bukti invasi lokal pada stadium dini ke
struktur-struktur disekitar tiroid, serta metastasis melalui saluran getah bening dan
aliran darah.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid
belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon
dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada
karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin
(HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid
diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid,
namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor
residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat
ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
2. RADIOLOGIS
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan
untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat
kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan
psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification,
sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor.
Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada
kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey
metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto
barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.

b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan
tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi
yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah.

c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak
dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus
tumor tiroid.

d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan
cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini
dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh
specimen yang adekuat.

3. BIOPSI ASPIRASI
Pada decade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai
prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.
Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya
tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 23 serta
alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi.
Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma
folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.
9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis dengan cara
1. Therapi Radiasi (Chemotherapi)
2. Operasi: Pengangkatan Kelenjar tiroid baik sebagian (Tiroidectomi Partial),
maupun seluruhnya (Tiroidectomi Total)

Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post
Operasi
1. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
a. Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh
penderita atau penanggung jawab penderita
b. Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan
cardiovasculer
c. Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
d. Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang
jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
e. Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
f. Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan
pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan
minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.
2. Penatalaksanaan Intra Operasi
Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena
tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter
Anesthesi.
3. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)
a. Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
b. Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
c. Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
d. Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan
setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
e. Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum
10. DIAGNOSA
Diagnosa yang mungkin muncul adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan pembesaran pada leher
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan heperventilasi
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak adekuatnya informasi
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

11. EVALUASI
Kanker tiroid merupakan salah satu gangguan endokrin. Gangguan ini lebih
banyak terjadi pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2:1 sampai 3:1.
Insidensinya berkisar antara 5,4 30 %. Berdasarkan usia, kanker tiroid jenis papiler
biasanya terjadi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun. Yang berperan dalam well
differentiated carcinoma (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis ,
dan untuk jenis meduler adalah faktor genetik.

Kanker tiroid jenis meduler dapat diketahui dengan tes laboratorium, yaitu
pemeriksaan kalsitonin dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang
diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tirotoksitosis walaupun jarang.
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat
obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor.
Ultrasonografi diperlukan untuk membedakan tumor solid dan kistik, dan cara ini
aman serta tepat. CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak
dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas dan jinak. Dengan menggunakan
radioisotropik dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Pada dekade terakhir ini
biopsi aspirasi banyak dipergunakan sebagi prosedur diaknostik pendahuluan dari
berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.
Definisi
Tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau
sebagian dari kelenjar tiroid. Klasifikasi dari tiroidektomi adalah total tiroidektomi dan nyaris
total tiroidektomi. Indikasi dilakukan tiroidektomi adalah gondok, kanker tiroid,
hipertiroidisme, gejala obstruksi, kosmetik.

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari tiroidektomi adalah suara serak, lemah, hipokalsemia, tempat
insisi kemerahan, distangia, sesak tenggorokan, pernafasan stidor, sianosis. Persiapan
tiroidektomi meliputi sebelum pembedahan, selama pembedahan dan sesudah pembedahan.
Komplikasi yang dapat terjadi dari tiroidektomi adalah pembekakan atau pendarahan,
sarak atau suara lemah, kerusakan pada kelenjar paratiroid, hipokalsemia, distangia,
hipertiroidisme, hipoparatiroid, keloid. Masalah keperawatan yang mungkin terjadi adalah
ketidaktelitian pembersihan jalan nafas, nyeri, kerusakan integritas kulit, hambatan
komunikasi verbal, resiko infeksi, gangguan mobilitas fisik, gangguan citra.
A. Tiroidektomi parsial atau total dapat dilaksanakan sebagai terapi primer terhadap
karsinoma tiroid, hipertiroidisme, dan hiperparatiroidisme :
Tiroidektomi total : kelenjar tiroid diangkata seluruhnya
Tiroidektomi parsial : mengangkat sebagian kelenjar tiroid
B. Perawatan pre-operasi
1. Kadar hormon tiroid harus diupayakan dalam keadaan normal
2. Pemberian obat antitiroid masih tetap dipertahankan disamping menurunkan kadar
hormon darah
3. Masalah jantung juga sudah harus teratasi
4. Kondisi nutrisi harus optimal, diet tinggi protein dan karbohidrat
5. Latih klien cara batuk yang efektif dan latih napas dalam
6. Ajarkan cara mengurangi peregangan pada luka operasi akibat rangsangan batuk
dengan menahan di bawah, insisi dengan kedua tangan
7. Beri tahu pasien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi jelaskan bahwa
itu adalah hal yang wajar dan dapat kembali seperti semula.
C. Perawatan pasca operasi
1. Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil dan kemudian lanjutkan
setiap 30 menit selama 6 jam
2. Gunakan bantal pasir atau bantal tambahan untuk menahan posisi kepala tetap
ekstensi sampai klien sadar penuh
Bila sadar, berikan posisi semi fowler, apabila memindahkan klien hindarkan
penekanan pada daerah insisi
Berikan obat analgesic sesuai program terapi
Bantu klien batuk dan napas dalam setiap 30 menit
Gunakan penghisap oral atau trachea sesuai kebutuha
Monitor komplikasi a/l
Perdarahan
Distress pernapasan
Hipokalsemia akibat pengangkatan paratiroid yang ditandai dengan tetani
Kerusakan saraf laryngeal
D. Pendidikan kesehatan
1. Penggunaan obat-obatan. Konsistensi waktu sangat perlu diperhatikan
2. Gunakan kipas angin/van atau ruangan ber AC agar klien dapat beristirahat
3. Pada klien dengan tiroidektomi total atau penggunaan obat antitiroid, jelaskan
tanda hipotiroidisme dan hipertiroidisme
4. Jelaskan pada keluarga penyebab emosi yang labil pada klien dan bantu mereka
untuk dapat menerima dan mengadaptasinya.
5. Ajarkan untuk followup secara teratur ketempat pelayanan terdekat

TERAPI YANG LAIN TERHADAP TUMOR TIROID


Tumor tiroid merupakan penyakit yang sering ditemukan, pada umumnya berupa
tumor jinak, sebagian kecil berupa karsinoma, jarang sekali dijumpai sarkoma. Dari
penduduk Amerika Serikat, sekitar 3% dengan perabaan dapat ditemukan nodul soliter
kelenjar tiroid. Kesulitan terbesar dalam menangani nodul tiroid adalah dalam memastikan
ada tidaknya karsinoma di dalamnya. Ada yang telah mengumpulkan data sampel tiroid dari
hasil otopsi 1116 kasus dari Jepang, Kanada, Polandia, Kolombia dan Hawaii, ditemukan
adanya kanker tersembunyi pada 5,6-28,4% kasus, yang tertinggi di Jepang. Bagaimana
membedakan sifat jinak dan ganas dari nodul tiroid? Beberapa hal berikut dapat membantu
membedakannya.

1. Usia muda lebih sering menderita keganasan dibandingkan orang dewasa. Dari nodul
soliter tiroid pada kelompok usia kurang dari 15 tahun, 10-50% adalah ganas.
Keseluruhnya berupa karsinoma tiroid berdiferensiasi relatif baik. Tapi pada kelompok
usia di atas 60 tahun, kemungkinan kanker juga lebih besar, terutama berupa karsinoma
tidak berdiferensiasi dengan derajat keganasan tinggi. Kemungkinan wanita menderita
karsinoma papiler tiroid lebih besar sekitar 1 kali lipat dibanding pria.
2. Nodul tiroid dengan konsistensi condong keras, tidak terasa adanya kapsul, kemungkinan
kanker besar; jika konsistensi seperti tulang, mungkin terdapat kalsifikasi, kemungkinan
jinak ataupun ganas masih terbuka; konsistensi sedang, berbatas tegas umumnya tumor
jinak, tapi kadang kala sulit dibedakan dari karsinoma folikular tiroid stadium dini; tumor
kistik umumnya bersifat jinak, tapi juga mungkin juga karsinoma folikular tiroid
mengalami perubahan kistik.
3. Skening radioisotop tiroid: dengan iodium-131 atau teknesium-99m dapat menampilkan
citra kelenjar tiroid. Dari citra skening itu, nodul tiroid dapat tampak sebagai: (1) nodul
panas, yaitu daerah nodul memiliki radiasi lebih tinggi dari jaringan normal sekitarnya,
ini dapat terjadi pada lesi jinak (adenoma folikular) ataupun ganas (adenokarsinoma
folikular); (2) nodul hangat: intensitas daerah nodul menyerupai jaringan normal
sekitarnya, terutama terjadi pada lesi jinak tiroid; (3) nodul dingin: radiasi daerah nodul
jelas lebih rendah, sering terjadi pada karsinoma tiroid tidak berdiferensiasi, karsinoma
medular, dll. Dari nodul dingin 54% adalah keganasan.
4. USG: pemeriksaan ini dapat menentukan bentuk, ukuran dan jumlah nodul tiroid, dan
yang lebih penting menentukan sifatnya kistik atau padat. Jika sifatnya padat, harus
diwaspadai kemungkinan karsinoma tipe folikular, karsinoma medular dan karsinoma
tidak berdiferensiasi.
5. Pemeriksaan sitologi dari biopsi jarum halus: di bawah panduan USG, tumor tiroid
dipungsi dan diaspirasi dengan jarum halus untuk mendapatkan selnya, pada 90% lebih
kasus diagnosis dapat ditegakkan. Tapi jika tidak ditemukan sel ganas, tidak dapat
menyingkirkan total karsinoma tiroid, karena lesi dapat bersifat fokal, bila perlu pungsi
dan pulasan sitologi harus diulang. Meskipun terdapat berbagai metode membedakan
tumor jinak dan ganas tiroid, tapi misdiagnosis tidak jarang terjadi. Ada kalanya secara
klinis didiagnosis sebagai adenoma soliter, namun dalam operasi ditemukan nodul
multipel dan terdapat kanker. Oleh sebab itu dewasa ini dianjurkan, setiap nodul tiroid
pada dasarnya harus dioperasi, dengan lobektomi tiroid, bukan ekstirpasi nodul saja.
Dalam operasi dilakukan potong beku, jika terbukti berupa kanker tiroid berdiferensiasi
baik, cukup mengeksplorasi ada tidaknya limfadenopati servikal, lalu operasi dapat
ditutup. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan berkala, tidak akan menyebabkan kanker
menyebar. Jika ditemukan limfadenopati, harus dilakukan pengangkatan kelenjar limfe.
Setiap pasien yang menjalani tiroidektomi karena kanker tiroid harus mengonsumsi
hormon tiroksin seumur hidup. Hal ini adalah untuk memenuhi defisiensi hormon tiroksin
tubuh, di samping itu dengan menekan pelepasan hormon TSH dari kelenjar hipofisis
akan mencegah kekambuhan kanker tiroid. Obat yang biasa dipakai adalah natrium L-
tiroksin, setiap kali 100-150ug peroral.

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian secara pasien bedah saat kembali ke unit terdiri atas :
6. Respirasi
Kepatenan jalan napas
Kedalaman
Frekuensi
Bunyi napas
7. Sirkulasi
tanda-tanda vital : T/D, suhu, nadi
kondisi kulit : dingin, basah
sianotis
8. Neurologi :
tingkat respons
neurosensori
fungsi bicara :
kualitas dan tonasi
9. Drainase :
Mengantisipasi perdarahan :
Perhatikan cairan drainase yang keluar khususnya 24 jam pertama pasca operasi.
Inspeksi balutan luka.
10. Kenyamanan
Tipe nyeri dan lokasi
Mual dan muntah
Perubahan posisi yang dibutuhkan
11. Keselamatan :
Kebutuhan akan pagar tempat tidur
12. Peralatan : diperiksa untuk fungsi yang baik.
B. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan I
Bersihkan jalan napas tak efektif yang b/d obstruksi akibat perdarahan atau edema daerah
insisi.
Tujuan
Mempertahankan jalan napas paten
Aspirasi di cegah
Intervensi Keperawatan
Pantau tanda-tanda distress pernapasan, sianosis, takipnea
Auskultasi suara napas setiap 2 jam, catat adanya suara ronki
Periksa balutan luka setiap jam selama periode pertama pasca operasi dan
kemudian dilakukan setiap 4 jam
Pertahankan posisi semi fowler
Gunakan kirbat es untuk mengurangi edema di daerah sekitar insisi
Lakukan penghisapan pada mulut dan trachea sesuai dengan indikasi, catat warna
dan karakteristik sputum
Diagnosa keperawatan II
Komunikasi, kerusakan; verbal yang b/d cedera pita suara, kerusakan saraf laring
Tujuan
Mampu menciptakan metode komunikasi di mana kebutuhan dapat dipahami
Intervensi keperawatan
Kaji fungsi bicara secara periodik
Anjurkan untuk tidak bicara terus menerus
Pertahankan komunikasi yang sederhana
Berikan metode komunikasi alternatif yang sesuai
Pertahankan lingkungan yang tenang
Diagnosa Keperawatan III
Nyeri yang berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid
Tujuan
Klien mengalami nyeri yang minimal.
Intervensi Keperawatan
Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala penilaian nyeri
Letakkan klien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala atau leher dengan
bantal pasir atau bantal kecil
Ajarkan klien cara menopang leher dan kepala saat merubah posisi
Tempatkan bel pemanggil disisi klien agar mudah digunakan
Pertahankan lingkungan yang tenang, kurangi stresor
Kolaborasi :
- Berikan obat analgetik sesuai program
- Berikan minuman yang sejuk atau makanan yang lunak seperti es krim.

Diagnosa Keperawatan IV
Resiko tinggi terhadap tetani yang b/d ketidak seimbangan kimia dan stimulasi SSP yang
berlebihan
Tujuan
Cedera dengan komplikasi minimal/terkontrol
Intervensi Keperawatan
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya peningkatan suhu tubuh, takikardia <140-
200 x/m, disritmia, distres pernapasan, sianosis.
Observasi adanya peka rangsang, misalnya : gerakan tersentak, kebas
Pertahankan penghalang tempat tidur
Kolaborasi :
- Pantau kadar kalsium darah
- Berikan obat sesuai indikasi
- Sedative
- Antikonvulsan
C. Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan, melaksanakan setiap tindakan sesuai
dengan prosedur yang ditentukan dan sesuai dengan kondisi klien

D. Evaluasi
Evaluasi di sesuaikan dengan kriteria hasil yang ingin dicapai :
Mempertahankan jalan napas paten
Aspirasi dicegah
Mampu menciptakan metode komunikasi di mana kebutuhan dapat dipahami
Mengalami nyeri yang minimal
Cidera dengan komplikasi minimal
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. DOENGES. 1999 Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, Jakarta ; EGC
Zlizanne dan Brenda. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner dan Suddarth
Vol 1,2, edisi 8, Jakarta ; EGC

Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, Pedoman


Asuhan Keperawatan, Edisi ke-3. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Long Barbara C, 1996, Medical Bedah 2 Yayasan IAPK, Pajajaran, Bandung

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 1995 Patifosiologi, Edisi ke-4 Buku ke II, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi