Vous êtes sur la page 1sur 32

BAB II

PEMBAHASAN

A. DATA YANG TERKAIT GANGGUAN SISTEM DAYA TAHAN TUBUH


Sistem daya tahan tubuh adalah struktur yang luar biasa efektif yang menggabungkan
ketegasan, kemampuan merangsang dan kemampuan beradaptasi. Namun, kegagalan dalam
bertahan dapat muncul dan dikategorikan menjadi tiga bagian besar :
1. Immunodefisiensi
Immunodefisiensi terjadi ketika satu atau lebih komponen sistem daya tahan tubuh tidak
aktif.
Di negara maju, obesitas, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang menjadi
penyebab utama dari memburuknya fungsi daya tahan tubuh. Sebaliknya, malnutrisi adalah
penyebab paling umum dari immunodefisiensi di negara berkembang.
Diet kurang protein menyebabkan terganggunya sel-sel daya tahan tubuh, aktivitas
komplemen, fungsi phagosit, konsentrasi antibodi iga dan produksi cytokin.
Kekurangan salah satu nutrisi seperti zat besi, tembaga, selenium, vitamin A,C,E dan B6 dan
asam folic (vit B9) juga mengurangi respon daya tahan tubuh
Hilangnya thymus pada usia dini melalui mutasi genetik atau operasi penghilangan berakibat
immunodefisiensi parah dan tingginya kemungkinan terkena infeksi.
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah penyakit yang disebabkan oleh HIV
(Human Immunodeficiency Virus). Ini merupakan penyakit problematik bagi sistem daya
tahan tubuh karena virus sebenarnya menyerang sel sistem daya tahan tubuh. Secara khusus,
ia bereproduksi dalam sel T Helper dan membunuhnya dalam proses. Tanpa sel T Helper
yang mengatur segala hal, sistem daya tahan tubuh pada akhirnya akan runtuh dan korban
meninggal akibat infeksi lain yang seharusnya dapat diatasi oleh sistem daya tahan tubuh.
2. Autoimunitas
Terkadang sistem daya tahan tubuh membuat kesalahan. Respon daya tahan tubuh yang
overaktif merupakan disfungsi daya tahan tubuh, disebut gangguan autoimun. Di sini, sistem
daya tahan tubuh gagal dalam membedakan secara tepat antara self dan non-self, dan
menyerang bagian tubuh. Sistem daya tahan tubuh dengan beberapa alasan menyerang tubuh
sendiri dengan cara yang sama ia biasanya menyerang kuman.
Dua penyakit umum yang disebabkan oleh gangguan autoimun: Juvenile-onset diabetes, yang
terjadi karena sistem daya tahan tubuh menyerang dan mengeliminasi sel-sel pankreas yang
memproduksi insulin; Rheumatoid Arthritis terjadi karena sistem daya tahan tubuh
menyerang jaringan di dalam sendi.
3. Hipersensitivitas
Alergi adalah bentuk lain dari kesalahan sistem daya tahan tubuh. Dalam beberapa hal,
pada orang yang memiliki alergi, sistem imun bereaksi secara kuat terhadap pemicu alergi
yang seharusnya diacuhkan. Pemicu alergi bisa merupakan makanan tertentu, serbuk tertentu
atau bulu binatang tertentu.

Mengatasi Gangguan/Kesalahan Sistem Daya Tahan Manusia dengan Transfer Factor


Transfer factor adalah rantai keci dari asam amino dan sedikit RNA yang membawa
informasi penting dari sel sistem daya tahan tubuh ke sel sistem daya tahan tubuh yang lain.
Transfer factor bukanlah obat-obatan akan tetapi nutrisi yang memperbanyak aktivitas sistem
imun sehingga sistem daya tahan tubuh dapat menyerang penyakit, membantu sistem imun
daya tahan tubuh mengurus dirinya sendiri. Transfer factor menyeimbangkan fungsi sistem
imun dan mengatur respon autoimun. Ini berarti transfer factor membantu sistem imun kita
untuk menyerang penggangu asing dengan memberinya kode untuk mengenali dan
memanggil kembali pasukan ketika pekerjaan telah selesai.
Selain membantu pasien mengalahkan penyakit yang sudah mereka miliki, transfer factor
dapat digunakan dengan cara yang menyerupai vaksin tradisional, melindungi manusia dari
penyakit sebelum mereka terkena penyakit tersebut.

B.KONSEP HIV / AIDS


Definisi
AIDS (Acquired Immunodeficiency Svndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome) sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune
Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv
dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom
AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau
menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah
putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menurunkan kekebalan pada tubuh
manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentang terhadap sembarang infeksi
ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat
laju perkembangan virus. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV
adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS
dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan
penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah air mani, cairan vagina, cairan preseininal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah,
jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama keharnilan, bersalin, atau
menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tersebut.
Hukuman sosial bagi penderita yang terkena HIV/AIDS, umumnya lebih besar bila
dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Terkadang hukuman sosial
tersebut juga turut mengenai petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam
merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

Perjalanan Infeksi HIV


Seseorang yang terjangkit HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimtomatik)
selama bertahun-tahun. Selama ini jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml
darah sebelum infeksi menjadi sekitar 200 sampai 300 per darah 2-10 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar gejala infeksi misalnya infeksi jamur oportunistik atau
timbulnya herpes zoster (cacar ular), muncul jumlah T4 kemudian menurun karena timbulnya
penyakit baru akan nrenyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah.
Seseorang didiognosis mengidap AIDS apabila dihitung sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml,
atau apabila terjadi infeksi oportunistik, kanker atau demensis AIDS.

Penularan HIV
HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh, termasuk darah,
semen cairan, vagina dan air susu. Urin dan isi saluran cerna tidak dianggap sebagai sumber
penularan kecuali apabila jelas tampak mengandung darah. Air mata, air Iiur, dan keringat
mungkin mengandung virus tetapi jumlahnya diperkirakan terlalu rendah untuk menimbulkan
infeksi.

HIV tidak ditularkan melaiui :


1. Hubungan sosial seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan,
penggunaan peralatan makan dan minum.
2. Gigitan nyamuk.
3. Kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/jamban yang sama.
4. Tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS.


OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu)
atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS. Lebih dari 80% infeksi HlV diderita oleh
kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi, proporsi penderita HIV perempuan
cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari ibu pengidap HIV.
Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala HIV, namun
demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu berkembang dan
menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.
Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang,
rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun
jumlah HIV semakin bertambah dan sel T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel
T4, semakin rusak sistem kekebalan tubuh. Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam
keadaan parah, seseorang yang mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan gejala-gejala
AIDS.

Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya
afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Diketahui terdapat dua jenis virus HIV-1 dan HIV-2.
Sering ditemukan di Amerika Serikat. Sedangkan HIV-2 ditemukan terutama di Afrika Barat.
HIV-1 pertama kali di identifikasi pada awal 1980-an. Virus ini adalah suatu retrovirus yang
berarti bahwa ia terdiri dari untai tunggal RNA virus yang masuk dalam anti sel pejamu dan
ditranskripsikan ke dalam DNA pejamu. Transipsi virus kedalam DNA pejamu mulai
langsung berkerja suatu enzim spesifik yang disebut reserve transciptase yang dibawa oleh
virus kedalam sel setelah menjadi bagian dari DNA pejamu, virus beraplikasi dan bermutasi
selama beberapa lahun dan, secara perlahan tetapi tetap menghasilkan sistem imun.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
a) Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala
b) Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness
c) Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada
d) Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut
e) AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.

* Patofisiologi
Mekanisme infeksi virus HIV

Infeksi Virus HIV-1(USA)/HIV-2(Afrika)



Berikatandenganreseptor CD4+ danjuga chemokine coerreceptor(limfosit T Helper. Limfosit
B, makrofag, sel di CNS)

Internalisasi virus kesel Host

Sintesis DNA dengan reverse transcriptaseenzyme

Gangguan pada materi genetik sel host
Sel berfungsi abnormal dan sel mati
Depresi system imun tubuh
REPLIKASI VIRUS HIV
Integrasi DNA virus dengan DNA host dibantuoleh integrase enzyme(provirus)

Transkripsi DNA virus menjadimRNA

TranslasimRNAuntukmembuatpoliprotein

Cleavage, pemotonganrantaipoliproteinolehenzymeprotease

Protein dan RNA berkumpulmembentuk virus baru

Pelepasan virus-virus HIV kealirandarah

Menyerangsellain(mengulangiprosessepertisemula)

Mekanisme AIDS

Kontaklangsung (membran/alirandarah) dengancairantubuh yang mengandung HIV


HIV berikatandengan CD4+
Sel T4 terinfeksi dan ikut dalam cairan tubuh
infeksi
Banyak CD4+ yang terinfeksi
Fungsi sel T4
Mengaktifasi respon imun

Sel T4 terinfeksi diaktifkan Sel killer penjamu


mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi

Jumlah sel T4
Sistem imun seluler melemah (imunosupresi)
Patogen mudah masuk ke dalam tubuh
Virus berpoliferasi
Infeksi yang parah pada neurologik, sistem respirasi,
sistem GI, hepar, dan sistem integumen

Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang umum orang yang tertular HIV/AIDS biasanya adalah:
- Berat badan turun secara mencolok, biasanya lebih dari 10% dalam waktu 1 bulan
- Demam lebih dari 38oC, disertai keringat tanpa sebab yang jelas pada malam hari
- Diare kronis lebih dari 1 bulan
- Rasa lelah berkepanjangan
- Pembesaran kelenjar getah bening yang menetap, biasanya di sekitar leher dan lipatan paha
- Gatal-gatal; Herpes kulit; serta Kelainan lain pada kulit, rambut, mata, rongga mulut, alat
kelamin dan lainnya.
a. Gejala Mayor
1) Penurunan berat badan atau pertmbuhan yang lambat dan abnormal
2) Diare kronik lebih dari 1bulan
3) Demam lebih dari1bulan
b. Gejala minor
1) Limfadenopati generalisata
2) Kandidiasis oro-faring
3) Infeksi umum yang berulang
4) Batuk parsisten
5) Dermatitis

Pemeriksaan Diagnostik
1. Tesuntukdiagnosainfeksi HIV :
a. ELISA (positif; hasiltes yang positifdipastikandengan western blot)
b. Western blot (positif), , dilakukanuntukmendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma,
cairanmulut, darahkering, atauurin pasien
c. P24 antigen test (positifuntuk protein virus yang bebas)
d. Kultur HIV(positif; kalaudua kali uji-kadarsecaraberturut-turutmendeteksienzim reverse
transcriptase atau antigen p24 dengankadar yang meningkat)
e. Serologi
Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan
diagnosa
Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4) mengindikasikan
supresi imun.
P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2. Tesuntukdeteksigangguan system imun.
a. LED (normal namunperlahan-lahanakanmengalamipenurunan)
b. CD4 limfosit (menurun; mengalamipenurunankemampuanuntukbereaksiterhadap antigen)
c. Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
d. Serum mikroglobulin B2 (meningkatbersamaandenganberlanjutnyapenyakit)
e. Kadar immunoglobulin (meningkat)
3. Riwayat Penyakit
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk
mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
4. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
5. Tes Lainnya:
- Sinar X dada
- Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
- Tes Fungsi Pulmonal
- Deteksi awal pneumonia interstisial
- Skan Gallium
- Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
- Biopsis
- Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
- Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
- Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru

Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
2. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV)
pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
disfasia, dan isolasi social
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise,
total / parsial
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus
(HIV)
3. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi
otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder
dan sepsis.
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri.

Penatalaksanaan Medis
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi
Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak
terlindungi
Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human
Immunodeficiency Virus (HIV) nya
Tidak bertukar jarum suntik, jarum tato, dan sebagainya
Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya yaitu :


a) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.

b) Terapi AZT (Azidotimidin)


Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,
obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel
T4 nya <>3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

c) Terapi Antiviral Baru


Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
* Didanosine
* Ribavirin
* Diedoxycytidine
* Recombinant CD 4 dapat larut

d) Vaksin dan Rekonstruksi Virus


Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat
unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

e) Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari


stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
f) Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

C. KONSEP LEGAL DAN ETIK DALAM MENANGANI PASIEN HIV/AIDS


Etik berasal dari bahasa Yunani ethos yang berari adat kebiasaan yang baik atau yang
seharusnya dilakukan. Dalam organisasi profesi kesehatan pedoman baik atau buruk dalam
melakukan tugas profesi telah dirumuskan dalam bentuk kode etik yang penyusunannya
mengacu pada sistem etik dan asas etik yang ada. Mekipun terdapat perbedaan airan dan
pandangan hidup, serta adanya perubahan dalam tata nilai kehidupan masyarakat secara
global, tetapi dasar etik di bidang kesehatan, Kesehatan klien senantiasa akan saya utamakan
tetap merupakan asas yang tidak pernah berubah. Asas dasar tersebut dijabarkan menjjadi
enam asaas etik, yaitu :
a) Asas Menghormati Otonomi Klien
Klien mempunyai kebabsan untuk mengetahui dan memutuskan apa yang akan dilakukan
terhadapnya, untuk ini perlu diberikan informasi yang cukup.
b) Asas Kejujuran
Tenaga kesehatan hendaknya mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang terjadi, apa yang
akan dilakukan serta resiko yang dapat terjadi.
c) Asas Tidak Merugikan
Tenaga kesehatan tidak melakukan tindakan yang tidak perlu dan mengutamakan tindakan
yang tidak merugikan klien serta mengupayakan resiko yang paling minimal atas tindakan
yang dilakukan.
d) Asas Manfaat
Semua tindakan yang dilakukan terhadap klien harus bermanfaat bagi klien untuk
mengurangi penderitaan atau memperpanjang hidupnya.
e) Asas Kerahasiaan
Kerahasiaan klien harus dihormati meskipun klien telah meninggal.
f) Asas Keadilan
Tenaga kesehatan harus adil tidak membedakan kedudukan sosial ekonomi, pendidikan,
jender, agama, dan lain sebagainya.

Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional, dan internasional
dalam menghadapi HIV/AIDS adalah:
a. Empati
Ikut merasakan penderitaan sesama termasuk ODHA dengan penuh simpati, kasih sayang,
dan kesediaann saling tolong-menolong.
b. Solidaritas
Secara bersama-sama membantu meringankan dan melawan ketidakadilan yang diakibatkan
oleh HIV/AIDS.
c. Tanggung jawab
Bertanggung jawab mencegah penyebaran dan memberikan perawatan pada ODHA.
D. PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, TERSIER PADA PASIEN HIV/AIDS
PencegahanPrimer
Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV. Hal ini diberikan pada
seseorang yang sehat secara fisik dan mental. Pencegahan ini tidak bersifat terapeutik; tidak
menggunakan tindakan yang terapeutik; dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit.
Pencegahan ini meliputi dua hal, yaitu:
Peningkatan kesehatan, misalnya: dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang
HIV/AIDS; standarisasi nutrisi; menghindari seks bebas; secreening, dan sebagainya.
Perlindungan khusus, misalnya: imunisasi; kebersihan pribadi; atau pemakaian kondom.

PencegahanSekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) agar tidak
mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih buruk. Pencegahan ini dilakukan melalui
pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat sehingga dapat mengurangi
keparahan kondisi dan memungkinkan ODHA tetap bertahan melawan penyakitnya.
Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini.
Hal ini dilakukan dengan menghindarkan atau menunda keparahan akibat yang ditimbulkan
dari perkembangan penyakit; atau meminimalkan potensi tertularnya penyakit lain.

PencegahanTersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang teridentifikasi terinfeksi HIV/AIDS dan
mengalami ketidakmampuan permanen yang tidak dapat disembuhkan. Pencegahan ini terdiri
dari cara meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi yang
bertujuan mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan.
Kegiatan pencegahan tersier ditujukan untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada
pembuatan diagnosa dan tindakan penyakit. Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk
membantu ODHA mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan
yang ada akibat HIV/AIDS.Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan preventive,
karena di dalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap kerusakan atau penurunan fungsi
lebih jauh. Misalnya, dalam merawat seseorang yang terkena HIV/AIDS, disamping
memaksimalkan aktivitas ODHA dalam aktivitas sehari-hari di masyarakat, juga mencegah
terjadinya penularan penyakit lain ke dalam penderita HIV/AIDS; Mengingat seseorang yang
terkena HIV/AIDS mengalami penurunan imunitas dan sangat rentan tertular penyakit lain.
Selain hal-hal tersebut, pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya pencegahan
penularan infeksi HIV/AIDS adalah penyuluhan untuk mempertahankan perilaku tidak
beresiko. Hal ini bisa dengan menggunakan prinsip ABCDE yang telah dibakukan secara
internasional sebagai cara efektif mencegah infeksi HIV/AIDS lewat hubungan seksual.

ABCDE ini meliputi:


A = abstinensia, tidak melakukan hubungan seks terutama seks berisiko tinggi dan seks
pranikah.
B = be faithful, bersikap saling setia dalam hubungan perkawinan atau hubungan tetap.
C = condom, cegah penularan HIV dengan memakai kondom secara benar dan konsisten
untuk para penjaja seksual.
D = drugs, hindari pemakaian narkoba suntik.
E = equipment , jangan memakai alat suntik bergantian.

Sedangkan Untuk mencegah penularan HIV dari ibu hamil kepada bayinya dapat
dilakukan dengan pemberian obat antiretroviral azidotimidin (AZT), dan menghindari proses
kelahiran pervagina atau melalui seksio sesaria. Selain itu bayi juga dianjurkan untuk
diberikan susu formula bukan ASI dari ibu yang positif HIV. Terakhir, pendekatan agama
bagi sebagian besar masyarakat juga merupakan pendekatan yang penting. Sebab, dengan
meningkatkan ajaran agama dan nilai budaya diharapkan perilaku hubungan seks berisiko
dapat dikurangi termasuk di kalangan muda mudi, sehingga angka pertumbuhan HIV dapat
menurun.

E. PERAN PERAWAT SEBAGAI ADVOKASI DAN KONSELOR PADA PASIEN


HIV/AIDS
Peran Perawat
Peran perawat adalah tingka laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang yang
memenuhi kualifikasi sehingga dibenarkan mempunyai kedudukan dalam suatu system
pelayanan kesehatan (Pusdiknakes,1989), menurut Doheney (1992) peran perawat terdiri
dari:
1. Care giver/pemberi pelayanan
Memperhatikan individu dalam konteks sesuatu kebutuhan klien
Perawat menggunakan nursing proses untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mulai
dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah psikologis
Peran utama adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat sesuai diagnose keperawatan yang terjadi mulai dari masalah yang
bersifat sederhana sampai dengan komplek.
2. Clien advocate/pembela pasien
Perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasi
informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan memberikan informasi lain yang diperlukan
untuk mengambil prsetujuan (inform consent) atas tidakan keperawatan yang diberikan.
3. Consellor/konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya
Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya
Konseling diberikan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman masa lalu
Pemecahan masalah difokuskan pada masalah mengubah perilaku hidup sehat (prubahan
pola interaksi)
4. Educator /pendidik
Peran ini dilakukan pada klien, keluarga, tim kesehatan lain baik secara spontan (saat
interaksi) maupun secara disiapkan
Tugas perawat adalah membantu mempertinggi k. pengetahuan dalam upaya meningkatkan
kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik
Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam Nursing care Planning
5. Coordinator/koordinator
Peran perawat adalah mengarahkan , merencanakan, mengorganisasikan pelayanan dari
semua tim kesehatan. Karena klien menerima banyak pelayanan dari banyak profesional
misalnya nutrisi maka aspek yang harus diperhatikan adalah jenis, jumlah, komposisi,
persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi edukasi dan sebagainya
6. Collaborator/kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya berupaya
mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap
pelayanan yang diperlukan klien, memberi dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari
berbagai profesional pemberi pelayanan kesehatan
7. Consultan/konsultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien dan informasi tentang
tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan keperawatan adalah
sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien
8. Change agent/perubah
Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam
hubungan dengan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien.

Advokasi
Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal yang
memiliki penyebab atau dampak penting. Defenisi ini hampir sama dengan yang dinyatakan
oleh Gadow (1983) bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan
nasibnya sendiri (Priharjo,1995).
Menurut Kohnke dalam KoZier,B et all,. (1998) tindakan seorang advocator adalah
menginformasikan dan mendukung secara obyektif, berhati-hati agar tidak bertentangan
dengan setuju atau tidak setuju suatu keputusan yang dipilih klien. Seorang advokator
menginformasikan hak-hak klien dalam situasi apapun sehingga klien dapat mengambil
keputusan sendiri. Fokus peran advokasi perawat adalah menghargai keputusan klien dan
meningkatkan otonomi klien. Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni hak untuk memilih
nilai-nilai yang sesuai dan penting bagi hidupnya, hak untuk menentukan jenis tindakan yang
terbaik untuk mencapai nilai-nilai yang diinginkan dan hak untuk membuang nilai-nilai yang
mereka pilih tanpa paksaan dari orang lain

Peran perawat sebagai advokasi


Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, hak-hak
klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai
tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien
menjalani perawatan.

Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:


a) Penyakit yang dideritanya
b) Tindakan medik apa yang hendak dilakukan
c) Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya
d) Alternatif terapi lain beserta resikonya
e) Prognosis penyakitnya
f) Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya;
g) Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur
h) Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi
i) Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh perawat/
tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed consent)
j) Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan
serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang
penyakitnya
k) Hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
l) Hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu pasien lain
m) Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit
n) Hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya
o) Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
p) Hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter
q) Hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau sarana pelayanan
kesehatan
r) Hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya
s) Hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second
opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter yang menangani
t) Hak untuk mengetahui isi rekam medik ( kusnanto,2004 )

Konselor
Keterlibatan berbagai pihak diharapkan mampu mengatasi permasalahan psikososial.
Pemahaman yang benar mengenai AIDS perlu disebarluaskan. Kenyataan bahwa dalam era
obat antiretroviral, AIDS sudah menjadi penyakit kronik yang dapat dikendalikan juga perlu
dimasyarakatkan karena konsep tersebut dapat memberi harapan pada masyarakat dan
penderita HIV/AIDS bahwa penderita AIDS dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik
dan berfungsi di masyarakat.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling dan pendampingan (tidak
hanya psikoterapi tetapi juga psikoreligi), edukasi yang benar tentang HIV/AIDS baik pada
penderita, keluarga dan masyarakat. Sehingga penderita, keluarga maupun masyarakat dapat
menerima kondisinya dengan sikap yang benar dan memberikan dukungan kepada penderita.
Adanya dukungan dari berbagai pihak dapat menghilangkan berbagai stresor dan dapat
membantu penderita meningkatkan kualitas hidupnya sehingga dapat terhindar dari stress,
depresi, kecemasan serta perasaan dikucilkan. (Susiloningsih)
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang penderita AIDS sangatlah
besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang sering dengan pasien
sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan
menerima orang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
Peran Perawat sebagai Konselor
Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan untuk
konseling psikiatri. Konseling yang dapat diberikan adalah konseling pra-nikah, konseling
pre dan pascates HIV, konseling KB dan perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV
penting untuk mengurangi beban psikis. Pada konseling dibahas mengenai risiko penularan
HIV, cara tes, interpretasi tes, perjalanan penyakit HIV serta dukungan yang dapat diperoleh
pasien. Konsekuensi dari hasil tes postif maupun negatif disampaikan dalam sesi konseling.
Dengan demikian orang yang akan menjalani testing telah dipersiapkan untuk menerima hasil
apakah hasil tersebut positif atau negatif.
Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS akibat stigma negatif dan
diskriminasi masyarakat adakalanya sangat berat, perawat perlu mengidentifikasi adak
ah sistem pendukung yang tersedia bagi pasien. Perawat juga perlu mendorong kunjungan
terbuka (jika memungkinkan), hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang
memungkinkan bagi pasien. Partisipasi orang lain, batuan dari orang terdekat dapat
mengurangi perasaan kesepian dan ditolak yang dirasakan oleh pasien. Perawat juga perlu
melakukan pendampingan pada keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan dan
pemahaman yang benar mengenai AIDS, sehingga keluarga dapat berespons dan memberi
dukungan bagi penderita.
Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh dilupakan perawat. Bagi
penderita yang terinfeksi akibat penyalahgunaan narkoba dan seksual bebas harus disadarkan
agar segera bertaubat dan tidak menyebarkannya kepada orang lain dengan menjaga
perilakunya serta meningkatkan kualitas hidupnya. Bagi seluruh penderita AIDS didorong
untuk mendekatkan diri pada Tuhan, jangan berputus asa atau bahkan berkeinginan untuk
bunuh diri dan beri penguatan bahwa mereka masih dapat hidup dan berguna bagi sesama
antara lain dengan membantu upaya pencegahan penularan HIV/AIDS.
A. PENGKAJIAN
KASUS 2
Xanton disangkal mempunyai riwayat hepatitis. Xanton saat mudanya (>10 tahun yang
lalu) sering ke diskotik dengan teman-teman ceweknya diluar pengawalan orang tua karena
kedua orang tuanya berada di Belgia. Xanton mudah lelah sehingga menjadi malas untuk
mengerjakan sesuatu. Sering mengalami diare yang tidak diketahui penyebabnya. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan sel-T CD4+ adalah 100 sel/mm 3. Diberikan vitamin dan surat
pengantar untuk periksa darah dan urin dari dokter. Selang seminggu kemudian, pasien
datang lagi membawa hasil pemeriksaan. Diduga terinfeksi virus HIV-AIDS.
a. Data Demografi
Nama klien : Tn.Xanton
Umur : 32 Tahun
Diagnosa Medik : HIV-AIDS
Tanggal Masuk :07/12/2011
Alamat :Jl. LingkarTanggap rt.007/08 no 13 APantai indah kapuk
Suku : Jawa
Agama : islam
Pekerjaan : wiraswasta
Status perkawinan : menikah
Status pendidikan : SMA

b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu,
pusing, dan diare
Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang
sedang di derita pasien.
Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011 ditemukan benjolan pada
leher.

c. Pemeriksaan fisik
Aktivitas / istirahat
Gejala:
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise
Perubahan pola tidur
Tanda:
Kelemahan otot, menurunnya massa otot
Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernapasan

Sirkulasi
Gejala:
Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang
terjadi)
Tanda:
Takikardia, perubahan TD postural
Menurunnya volume nadi perifer
Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler

Integritas ego
Gejala:
Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan
orang lain
Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual
Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB
Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah
Kehilangan kontrol diri dan depresi
Tanda:
Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri
Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang
Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama

Eliminasi
Gejala:
Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal
Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda:
Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan darah
Diare pekat yang sering
Nyeri tekan abdominal
Lesi atau abses rectal, personal
Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin

Makanan / cairan
Gejala:
Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah
Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan
Penurunan berat badan: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot
Turgor kulit buruk
Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna
Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal
Edema (umum, dependen)

Higiene
Gejala:
Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
` Tanda:
Memperlihatkan penampilan yang kurang rapi
Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri

Neurosensori
Gejala:
Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental
Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu
mengingat dan konsentrasi menurun
Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran
Kelemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan
Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal)
Tanda:
Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi
buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat
Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis
Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia
Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motoric
Vocalis: hemi paresis; kejang
Hemoragic retina dan eksudat

Nyeri / kenyamanan
Gejala:
Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki
Sakit kepala (keterlibatan ssp)
Nyeri dada pleuritis
Tanda:
Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang
Gerak otot melindungi bagian yang sakit

Pernapasan
Gejala:
Isksering, menetap
Napas pendek yang progresif
Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP
mungkin batuk spasmodic saat napas dalam)
Bendungan atau sesak dada
Tanda:
Takipnea, distres pernapasan
Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius
Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)

Keamanan
Gejala:
Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya
Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler
mayor, insiden traumatis)
Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam
Tanda:
Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan
warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Rektum, luka-luka perianal atau abses
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher,
ketiak, paha)
Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan

Seksualitas
Gejala:
Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang
positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks
Penggunaan kondom yang tidak konsisten
Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita
yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina)
Tanda:
Kehamilan atau resiko terhadap hamil

Interaksi sosial
Gejala:
Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman,
pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan /
kehilangan pendapatan
Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana
Tanda:
Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat
Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan

Penyuluhan / pembelajaran
Gejala:
Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual
ataupun penggunaan obat-obatan IV)
Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alcohol

B. DATA FOKUS
Data subjektif Data objektif
Pasien mengatakan mudah sakit-sakitan TTV :
Pasien mengatakan demam TD: 130/80
Pasien mengatakan capek N: 80x/menit
Pasien mengatakan mudah lelah S: 390 C
Pasien mengatakan letih RR : 26x/menit
Pasien mengatakan lesu Pasien tampak lesu
Pasien mengatakan gampang terserang flu Pasien tampak tidak segar
Pasien mengatakan pusing Pasien teraba benjolan di daerah leher
Pasien mengatakan diare Pasien mengalami berat badan menurun
Pasien tidak nafsu makan derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
Pasien tampak sering BAB / diare
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan sel-T
CD4+ = 100 sel/ mm3
C. ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi
D
1S Resiko tinggi Output yang
Pasien mengatakan diare terhadap berlebihan
Pasien mengatakan demam kekurangan
Pasien mengatakan capek volume cairan
Pasien mengatakan mudah lelah
Pasien mengatakan letih
Pasien mengatakan lesu
Kemungkinan pasien mengatakan
berkeringat malam hari

DO
TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
S: 390 C
RR : 26x/menit
Pasien tampak lesu
Pasien tampak tidak segar
Pasien mengalami berat badan menurun
derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
Pasien tampak sering BAB / diare
Kemungkinan terlihat perubahan pada
tekanan darah
Kemungkinan pasien terlihat pucat
Kemungkinan pasien terlihat sianosis
Kemungkinan pasien pingsan
Kemungkinan pasien mengalami diare yang
intermitten
Kemungkinan pasien mengalami perubahan
jumlah dan warna urin
Kemungkinan pasien anoreksia
Kemungkinan turgor kulit pasien terlihat
buruk

2 DS Perubahan Intake yang


Pasien mengatakan capek nutrisi kurang tidak adekuat
Pasien mengatakan mudah lelah dari kebutuhan
Pasien mengatakan letih tubuh
Pasien mengatakan lesu
Pasien tidak nafsu makan
Kemungkinan pasien mengatakan disfagia

DO
Pasien tampak lesu
Pasien tampak tidak segar
Pasien mengalami berat badan menurun
derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
Kemungkinan porsi makan klien tidak habis
Kemungkinan pasien mengalami kelemahan
otot
Kemungkinan pasien terlihat pucat
Kemungkinan pasien terlihat sianosis
Kemungkinan pasien pingsan
Kemungkinan pasien anoreksia
D
3S Infeksi Adanya virus
Pasien mengatakan mudah sakit-sakitan HIV-AIDS
Pasien mengatakan demam
Pasien mengatakan gampang terserang flu
Pasien mengatakan pusing
Kemungkinan pasien mengatakan pusing,
sakit kepala
Kemungkinan pasien mengatakan rasa
terbakar pada kaki
Kemungkinan pasien mengatakan nyeri
dada pleuritis
Kemungkinan pasien mengatakan
berkeringat malam hari

DO
TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
S: 390 C
RR : 26x/menit
Pasien teraba benjolan di daerah leher
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan sel-T
CD4+ = 100 sel/ mm3
Kemungkinan pasien mengalamiTakikardia
Kemungkinan pasien terjadi lesi
Kemungkinan pasien mengalami kejang
Kemungkinan pasien dipsnea
Kemungkinan pasien mengalami nyeri
panggul
Kemungkinan pasien mengalami nyeri
abdomen
Kemungkinan pasien mengalami tremor
D
4S Intoleransi Proses penyakit
Pasien mengatakan mudah sakit-sakitan aktifitas dan kelemahan
Pasien mengatakan demam
Pasien mengatakan capek
Pasien mengatakan mudah lelah
Pasien mengatakan letih
Pasien mengatakan lesu
Pasien mengatakan gampang terserang flu
Pasien mengatakan pusing
Pasien mengatakan diare
Pasien tidak nafsu makan
DO
TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
S: 390 C
RR : 26x/menit
Pasien tampak lesu
Pasien tampak tidak segar
Pasien mengalami berat badan menurun
derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
Kemungkinan pasien mengalami kelemahan
otot
Kemungkinan pasien mengalamiTakikardia
Kemungkinan pasien mengalami kejang
Kemungkinan pasien pingsan

5 DS Isolasi sosial Perubahan


Kemungkinan pasien mengatakan status
Perubahan pola tidur kesehatan,
Kemungkinan pasien mengatakan putus asa perubahan pada
Kemungkinan pasien mengatakan rasa penampilan
bersalah fisik, perubahan
DO status mental
Kemungkinan pasien terlihat cemas
Kemungkinan pasien terlihat menarik diri

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang berlebihan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
2. Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS
Intoleransi aktifitas b.d proses penyakit dan kelemahan
3. Isolasi sosial b.d perubahan status kesehatan, perubahan pada penampilan fisik,
perubahan status mental
4.

5.

E. INTERVENSI
Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
07/12/201 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
2 keperawatan selama 1 x 24 jam Pantau TTV, termasuk CVP bila terpasang.
diharapkan : Catat hipertensi, termasuk perubahan
Diare (-) postural.
Demam (-) Rasional : indicator dari volume cairan
Pasien tidak mudah lelah sirkulasi
Pasien tidak berkeringat malam
hari Catat peningkatan suhu dan durasi demam.
TTV : Berikan kompres hangat sesuai indikasi.
TD: 120/80 Pertahankan pakaian tetap kering.
N: 80x/menit Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan.
S: 370 C Rasional : meningkatkan kebutuhan
RR : 20x/menit metabolism dan diaphoresis yang berlebihan
berat badan pasien naik dari 54 yang dihubungkan dengan demam dalam
kg menjadi 60 kg meningkatkan cairan tak kasat mata
BAB / diare (-)
pasien tidak terlihat pucat Kaji turgor kulit, membrane mukosa, dan
sianosis (-) rasa haus.
pasien tidak pingsan Rasional : indicator tidak langsung dari
umlah dan warna urin normal status cairan.
anoreksia (-)
Turgor kulit baik / lembab Pantau pemasukan oral dan memasukka
cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
Rasional : mempertahankan keseimbangan
cairan, mengurangi rasa haus, dan
melembabkan membrane mukosa.

Kolaborasi :
Berikan cairan / elektrolit melalui selang
pemberi makanan / IV
Rasional : mungkin diperlukan untuk
mendukung / memperbesar volume
sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak
adekuat, mual/muntah terus menerus.

Pantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,


mis.. : HB/HT
Rasional : bermanfaat dalam
memperkirakan kebutuhan cairan

Antipiretik, mis.. : asetaminofen


Rasional : membantu mengurangi demam
dan respons hiper metabolism, menurunkan
kehilangan cairan tak kasat mata.
07/12/201 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
2 keperawatan selama 3 x 24 jam, kaji kemampuan untuk mengunyah,
diharpkan : merasakan, dan menelan.
Pasien tidak mudah lelah Rasional : lesi mulut, tenggorok, dan
Pasien tidak letih esophagus dapat menyebabkan disfagia,
Pasien tidak lesu penurunan kemampuan pasien untuk
Nafsu makan bertambah, porsi mengolah makanan dan mengurangi
makan habis keinginan untuk makan.
Pasien dapat menverna makanan
dengan baik Timbang berat badan sesuai kebutuhan.
Berat badan naik dari 54 kg Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat
menjadi 60 kg badan yang tidak sesuai. Gunakan
pasien tidak terlihat pucat serangkaian pengukuran berat badan dan
pasien tidak sianosis antropometrik.
pasien tidak anoreksia
Rasional : indicator kebutuhan nutrisi /
pemasukan yang adekuat.
Catatan : karena adanya penekanan system
imun, maka beberapa tes darah yang
umumnya digunakan untuk menguji status
nutrisi menjadi tidak berguna.

Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin


Rasional : dapat meningkatkan nafsu makan
dan perasaan sehat

Catat pemasukan kalori


Rasional : mengidentifikasi kebutuhan
terhadap suplemen atau alternative metode
pemberian makanan

Kolaborasi :

Pertahankan status puasa jika di indikasikan


Rasional : mungkin diperlukan untuk
menurunkan muntah

Suplemen vitamin.
Rasional : kekurangan vitamin terjadi akibat
penurunan pemasukan makanan dan/atau
kegagalan mengunyah dan absorpsi dalam
system GI
07/12/201 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
2 keperawatan selama 3 x 24 jam, Monitor tanda-tanda infeksi baru.
diharapkan : Rasional: Untuk pengobatan dini
Demam (-) Mencegah pasien terpapar oleh kuman
Pusing (-) patogen yang diperoleh di rumah sakit.
rasa terbakar pada kaki hilang
nyeri dada pleuritis (-) gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan
Pasien sudah tidak berkeringat invasif. Cuci tangan sebelum meberikan
malam hari tindakan.
TTV Rasional : Mencegah bertambahnya infeksi
TD: 120/80
N: 80x/menit Berikan lingkungan yang bersih dan
S: 370 C berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf
RR : 20x/menit terhadap tanda infeksi dan pertahankan
benjolan di daerah leher (-) kewaspadaan sesuai indikasi
Hasil pemeriksaan fisik Rasional : Mencegah bertambahnya infeksi
didapatkan sel-T CD4+ = 100 4.
sel/ mm3 Kolaborasi :
Lesi (-)
Kejang (-) Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah,
Dipsnea (-) urine dan sputum
nyeri panggul (-) Rasional : dilakukan untuk mengidentifikasi
nyeri abdomen (-)
tremor (-) penyebab demam, diagnose infeksi
organism, atau untuk menentukan metode
perawatan yang sesuai

Berikan antibiotic antijamur / agen


antimikroba, missal : trimetroprim (bactrim,
septra), nistatin (mycostatin), ketokonazol,
pentamidin atau AZT/retrovir
Rasional : menghambat proses infeksi.
Obat-obatan lainnya ditargetkan untuk
meningkatkan fungsi imun. Meskipun tidak
ada obat yang tepat, zat seperti AZT
ditujukan untuk menghalangi enzim yang
memungkinkan virus memasuki material
genetis sel T4 sehingga dapat
memperlambat perkembangan penyakit.
07/12/201 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
2 keperawatan selama 3 x 24 jam, Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan
diharapkan : ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
Pasien tidak mudah sakit-sakitan aktivitas sehari-sehari
Demam (-) Rasional : efek AIDS dan pengobatannya
Pasien tidak mudah lelah mungkin kumulatif
Pasien tidak letih lingkungan tenang dan periode istirahat
Pasien tidak lesu tanpa gangguan.
Pusing (-) Rasional : menghemat energi untuk aktivitas
Diare (-) dan regenerasi seluler / penyembuhan
nafsu makan bertambah, porsi jaringan
makan habis Implementasikan teknik penghematan
TTV : energi, contoh lebih baik duduk daripada
TD: 120/80 berdiri. Bantu ambulasi / aktivitas lain
N: 80x/menit sesuai indikasi
S: 370 C Rasional : memaksimalkan sediaan energi
RR : 20x/menit untuk tugas perawatan diri
kelemahan otot (-) Kolaborasi :
Takikardia (-)
Kejang (-)
Berikan oksigen tambahan
Rasional : memaksimalkan sediaan oksigen
untuk kebutuhan seluler

07/12/201 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


2 keperawatan selama 3 x 24 jam, tentukan persepsi pasien tentang situasi.
diharapkan : Rasional : isolasi sebagian dapat
pasien tidak terjadi perubahan mempengaruhi diri saat pasien takut
pola tidur penolakan / reaksi org lain.
pasien tidak putus asa Batasi / hindari penggunaan masker, baju
pasien tidak merasa bersalah dan sarung tangan jika memungkinkan, mis..
pasien tidak cemas : jika berbicara dgn pasien.
pasien tidak menarik diri Rasional : mengurangi perasaan pasien akan
pasien tidak depresi isolasi fisik dan menciptakan hubungan
social yang positif, yang dapat
meningkatkan rasa percaya diri.
Dorong adanya hubungan yang aktif
dengan orang terdekat.
Rasional: membantu memantapkan
partisipasi pada hubungan social. Dapat
mengurangi kemungkinan upaya bunuh diri.
Kolaborasi :
Rujuk pada sumber-sumber, mis.. :
pelayanan social, konselor dan organisas/
proyek AIDS (local/nasional)
Rasional : adanya system pendukung : dapat
mengurangi perasaan terisolasi.
Berikan tempat pada komunitas
perlindungan jika diperlukan.
Rasional :mungkin memerlukan perawatan
yang lebih khusus jika tidak mampu,
mempertahankannya dirumah atau ketika
orang terdekat tidak mampu menangani
perawatannya.

F. IMPLEMENTASI
Tanggal Diagnosa Implementasi
07/12/2012 1 Memantau TTV, termasuk
CVP bila terpasang.
mencatat hipertensi,
termasuk perubahan
postural.
Hasil : indicator dari volume
cairan sirkulasi normal

Mencatat peningkatan suhu


dan durasi demam.
memberikan kompres
hangat sesuai indikasi.
mempertahankan pakaian
tetap kering.
mempertahankan
kenyamanan suhu
lingkungan.
Hasil : meningkatkan
kebutuhan metabolisme

Mengkaji turgor kulit,


membrane mukosa, dan rasa
haus.
Hasil : turgor kulit dan
membrane mukosa baik /
lembab

Memantau pemasukan oral


dan memasukka cairan
sedikitnya 2500 ml/hari.
Hasil : mempertahankan
keseimbangan cairan,
mengurangi rasa haus, dan
melembabkan membrane
mukosa.

Memberikan cairan /
elektrolit melalui selang
pemberi makanan / IV
hasil : memperbesar volume
sirkulasi, pasien tidak
anoreksia

Memantau hasil pem. LAB


sesuai indikasi, mis.. :
HB/HT
hasil : kebutuhan cairan
adekuat

Memberikan Antipiretik,
mis.. : asetaminofen
hasil : membantu
mengurangi demam dan
respons hiper metabolism,
menurunkan kehilangan
cairan tak kasat mata
07/12/2012 2 Mengkaji kemampuan
untuk mengunyah,
merasakan, dan menelan.
Hasil : pasien dapat
mengunyah dan mencerna
makanan dengan baik, dan
dapat menelan

Menimbang berat badan


sesuai kebutuhan. Evaluasi
berat badan dalam hal
adanya berat badan yang
tidak sesuai. Gunakan
serangkaian pengukuran
berat badan dan
antropometrik.
Hasil : berat badan kembali
normal, kenaikan berat
badan dari 54 kg menjadi 60
kg

Mendorong aktivitas fisik


sebanyak fisik mungkin
hasil : nafsu makan
meningkat, dan pasien
menjadi lebih sehat

Mencatat pemasukan kalori


hasil : kebutuhan kalori
untuk tubuh terpenuhi

Mempertahankan status
puasa jika di indikasikan
hasil : muntah berkurang

Memberikan suplemen
vitamin.
Hasil : kebutuhan vitamin
untuk tubuh terpenuhi
07/12/2012 3 Memonitor tanda-tanda
infeksi baru.
Hasil : pasien tidak terpapar
oleh infeksi kuman pathogen
di RS

Menggunakan teknik actrim


pada setiap tindakan actrim.
Cuci tangan sebelum
meberikan tindakan.
Hasil : tidak terjadi infeksi

Memberikan lingkungan
yang bersih dan berventilasi
baik. Periksa pengunjung /
staf terhadap tanda infeksi
dan pertahankan
kewaspadaan sesuai indikasi
Hasil : tidak terjadi
penambahan infeksi yg lebih
parah
4.
Memeriksa kultur /
sensitivitas lesi, darah, urine
dan sputum
Hasil : mengurangi demam
dan tidak terjadi
pertumbuhan kuman
pathogen penyebab infeksi

Memberikan antibiotic
antijamur / agen
antimikroba, missal :
trimetroprim (actrim,
septra), nistatin
(mycostatin), ketokonazol,
pentamidin atau
AZT/retrovir
Hasil : meningkatkan fungsi
imun dan tidak terjadi
infeksi
07/12/2012 4 Mengevaluasi laporan
kelemahan, perhatikan
ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam
aktivitas sehari-sehari
hasil : efek AIDS dan
pengobatannya baik untuk
pasien

Memberikan lingkungan
tenang dan periode istirahat
tanpa gangguan.
Hasil : pasien tidak lemah
dan mempercepat
penyembuhan penyakit

Mengimplementasikan
teknik penghematanenergy,
contoh lebih baik duduk
daripada berdiri. Bantu
ambulasi / aktivitas lain
sesuai indikasi
hasil : pasien dapat
memaksimalkan sediaan
nergy untuk tugas perawatan
diri

Memberikan oksigen
tambahan
hasil : : oksigen untuk
kebutuhan seluler maksimal
07/12/2012 5 Menentukan persepsi pasien
tentang situasi.
Hasil : pasien tidak
melakukan penolakan
terhadap orang lain

Membatasi / hindari
penggunaan masker, baju
dan sarung tangan. mis.. :
jika berbicara dgn pasien.
Hasil : pasien mulai percaya
diri dan tidak terjadi isolasi
fisik

Mendorong adanya
hubungan yang aktif dengan
orang terdekat.
Hasil : pasien mulai percaya
dengan orang lain dan mau
berkomunikasi
Merujuk pada sumber-
sumber, mis.. : pelayanan
social, konselor dan
organisas/ proyek AIDS
(local/nasional)
hasil : pasien mau
bersosialisasi dan tidak
merasa terisolasi

Berikan tempat pada


komunitas perlindungan jika
diperlukan.
Hasil : pasien mendapatkan
perawatan dengan baik

G. EVALUASI
Tanggal Masalah S.O.A.P Paraf&Namajelas
08/12/2012 1 S : kebutuhan
volume cairan tubuh
pasien
terpenuhi/adekuat
O:
Diare (-)
Demam (-)
Pasien tidak mudah
lelah
Pasien
tidakberkeringat
malam hari
TTV :
TD: 120/80
N: 80x/menit
S: 370 C
RR : 20x/menit
berat badan pasien
naik dari 54 kg
menjadi 60 kg
BAB /diare (-)
pasien tidak terlihat
pucat
sianosis (-)
pasien tidak pingsan
umlah dan warna
urin normal
anoreksia (-)
Turgor kulit baik /
lembab
A : masalah
kekurangan volume
cairan tubuh sudah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
09/12/2012 2 S : pasien tidak
mengeluh lemah lagi
O:
Pasien tidak mudah
lelah
Pasien tidak letih
Pasien tidak lesu
Nafsu makan
bertambah, porsi
makan habis
Pasien dapat
menverna makanan
dengan baik
Berat badan naik
dari 54 kg menjadi
60 kg
pasien tidak terlihat
pucat
pasien tidak
sianosis
pasien tidak
anoreksia
A : masalah
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
sudah teratasi
P : intervensi
dihentikan
08/12/2012 3 S : pasien sudah
tidak infeksi
O:
Demam (-)
Pusing (-)
rasa terbakar pada
kaki hilang
nyeri dada pleuritis
(-)
Pasien sudah tidak
berkeringat malam
hari
TTV :
TD: 120/80
N: 80x/menit
S: 370 C
RR : 20x/menit
benjolan di daerah
leher (-)
Hasil pemeriksaan
fisik didapatkan sel-
T CD4+ = 100 sel/
mm3
Lesi (-)
Kejang (-)
Dipsnea (-)
nyeri panggul (-)
nyeri abdomen (-)
tremor (-)
A : masalah infeksi
sudah teratasi
P : intervensi
dihentikan
09/12/2012 4 S : pasien dapat
beraktifitas
O:
Pasien tidak mudah
sakit-sakitan
Demam (-)
Pasien tidak mudah
lelah
Pasien tidak letih
Pasien tidak lesu
Pusing (-)
Diare (-)
nafsu makan
bertambah, porsi
makan habis
TTV :
TD: 120/80
N: 80x/menit
S: 370 C
RR : 20x/menit
kelemahan otot (-)
Takikardia (-)
Kejang (-)
A : masalah
intoleransi aktifitas
sudah teratasi
P : intervensi
dihentikan
09/12/2012 5 S : pasien dapat
bersosialisasi dan
berkomunikasi
dengan orang lain
O:
pasien tidak terjadi
perubahan pola tidur
pasien tidak putus
asa
pasien tidak merasa
bersalah
pasien tidak cemas
pasien tidak
menarik diri
pasien tidak depresi
A : masalah isolasi
social sudah teratasi
P : intervensi
dihentikan

Daftar pustaka
E. Doenges Marilynn.2005.Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi : 3, Penerbit Buku
Kedokteran : EGC.

Vous aimerez peut-être aussi

  • Spo Injeksi Iv
    Spo Injeksi Iv
    Document2 pages
    Spo Injeksi Iv
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Pas encore d'évaluation
  • TONSILITIS
    TONSILITIS
    Document6 pages
    TONSILITIS
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Pas encore d'évaluation
  • Sinusitis
    Sinusitis
    Document13 pages
    Sinusitis
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Pas encore d'évaluation
  • Bronkhitis
    Bronkhitis
    Document12 pages
    Bronkhitis
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Pas encore d'évaluation
  • Influenza
    Influenza
    Document14 pages
    Influenza
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Flu Burung
    Makalah Flu Burung
    Document14 pages
    Makalah Flu Burung
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Pas encore d'évaluation
  • Pertusis
    Pertusis
    Document9 pages
    Pertusis
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Pas encore d'évaluation
  • TOR Pengolahan Sampah
    TOR Pengolahan Sampah
    Document2 pages
    TOR Pengolahan Sampah
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Pas encore d'évaluation
  • Tor Napza
    Tor Napza
    Document2 pages
    Tor Napza
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Pas encore d'évaluation
  • SAP Pengolahan Sampah 3R
    SAP Pengolahan Sampah 3R
    Document6 pages
    SAP Pengolahan Sampah 3R
    Sesy Andytiana Fadhilla
    Pas encore d'évaluation