Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
Penularan HIV
HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh, termasuk darah,
semen cairan, vagina dan air susu. Urin dan isi saluran cerna tidak dianggap sebagai sumber
penularan kecuali apabila jelas tampak mengandung darah. Air mata, air Iiur, dan keringat
mungkin mengandung virus tetapi jumlahnya diperkirakan terlalu rendah untuk menimbulkan
infeksi.
Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya
afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Diketahui terdapat dua jenis virus HIV-1 dan HIV-2.
Sering ditemukan di Amerika Serikat. Sedangkan HIV-2 ditemukan terutama di Afrika Barat.
HIV-1 pertama kali di identifikasi pada awal 1980-an. Virus ini adalah suatu retrovirus yang
berarti bahwa ia terdiri dari untai tunggal RNA virus yang masuk dalam anti sel pejamu dan
ditranskripsikan ke dalam DNA pejamu. Transipsi virus kedalam DNA pejamu mulai
langsung berkerja suatu enzim spesifik yang disebut reserve transciptase yang dibawa oleh
virus kedalam sel setelah menjadi bagian dari DNA pejamu, virus beraplikasi dan bermutasi
selama beberapa lahun dan, secara perlahan tetapi tetap menghasilkan sistem imun.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
a) Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala
b) Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness
c) Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada
d) Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut
e) AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
* Patofisiologi
Mekanisme infeksi virus HIV
Mekanisme AIDS
Jumlah sel T4
Sistem imun seluler melemah (imunosupresi)
Patogen mudah masuk ke dalam tubuh
Virus berpoliferasi
Infeksi yang parah pada neurologik, sistem respirasi,
sistem GI, hepar, dan sistem integumen
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang umum orang yang tertular HIV/AIDS biasanya adalah:
- Berat badan turun secara mencolok, biasanya lebih dari 10% dalam waktu 1 bulan
- Demam lebih dari 38oC, disertai keringat tanpa sebab yang jelas pada malam hari
- Diare kronis lebih dari 1 bulan
- Rasa lelah berkepanjangan
- Pembesaran kelenjar getah bening yang menetap, biasanya di sekitar leher dan lipatan paha
- Gatal-gatal; Herpes kulit; serta Kelainan lain pada kulit, rambut, mata, rongga mulut, alat
kelamin dan lainnya.
a. Gejala Mayor
1) Penurunan berat badan atau pertmbuhan yang lambat dan abnormal
2) Diare kronik lebih dari 1bulan
3) Demam lebih dari1bulan
b. Gejala minor
1) Limfadenopati generalisata
2) Kandidiasis oro-faring
3) Infeksi umum yang berulang
4) Batuk parsisten
5) Dermatitis
Pemeriksaan Diagnostik
1. Tesuntukdiagnosainfeksi HIV :
a. ELISA (positif; hasiltes yang positifdipastikandengan western blot)
b. Western blot (positif), , dilakukanuntukmendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma,
cairanmulut, darahkering, atauurin pasien
c. P24 antigen test (positifuntuk protein virus yang bebas)
d. Kultur HIV(positif; kalaudua kali uji-kadarsecaraberturut-turutmendeteksienzim reverse
transcriptase atau antigen p24 dengankadar yang meningkat)
e. Serologi
Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan
diagnosa
Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4) mengindikasikan
supresi imun.
P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2. Tesuntukdeteksigangguan system imun.
a. LED (normal namunperlahan-lahanakanmengalamipenurunan)
b. CD4 limfosit (menurun; mengalamipenurunankemampuanuntukbereaksiterhadap antigen)
c. Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
d. Serum mikroglobulin B2 (meningkatbersamaandenganberlanjutnyapenyakit)
e. Kadar immunoglobulin (meningkat)
3. Riwayat Penyakit
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk
mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
4. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
5. Tes Lainnya:
- Sinar X dada
- Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
- Tes Fungsi Pulmonal
- Deteksi awal pneumonia interstisial
- Skan Gallium
- Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
- Biopsis
- Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
- Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
- Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
2. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV)
pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
disfasia, dan isolasi social
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise,
total / parsial
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus
(HIV)
3. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi
otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder
dan sepsis.
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri.
Penatalaksanaan Medis
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi
Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak
terlindungi
Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human
Immunodeficiency Virus (HIV) nya
Tidak bertukar jarum suntik, jarum tato, dan sebagainya
Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir
Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional, dan internasional
dalam menghadapi HIV/AIDS adalah:
a. Empati
Ikut merasakan penderitaan sesama termasuk ODHA dengan penuh simpati, kasih sayang,
dan kesediaann saling tolong-menolong.
b. Solidaritas
Secara bersama-sama membantu meringankan dan melawan ketidakadilan yang diakibatkan
oleh HIV/AIDS.
c. Tanggung jawab
Bertanggung jawab mencegah penyebaran dan memberikan perawatan pada ODHA.
D. PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, TERSIER PADA PASIEN HIV/AIDS
PencegahanPrimer
Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV. Hal ini diberikan pada
seseorang yang sehat secara fisik dan mental. Pencegahan ini tidak bersifat terapeutik; tidak
menggunakan tindakan yang terapeutik; dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit.
Pencegahan ini meliputi dua hal, yaitu:
Peningkatan kesehatan, misalnya: dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang
HIV/AIDS; standarisasi nutrisi; menghindari seks bebas; secreening, dan sebagainya.
Perlindungan khusus, misalnya: imunisasi; kebersihan pribadi; atau pemakaian kondom.
PencegahanSekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) agar tidak
mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih buruk. Pencegahan ini dilakukan melalui
pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat sehingga dapat mengurangi
keparahan kondisi dan memungkinkan ODHA tetap bertahan melawan penyakitnya.
Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini.
Hal ini dilakukan dengan menghindarkan atau menunda keparahan akibat yang ditimbulkan
dari perkembangan penyakit; atau meminimalkan potensi tertularnya penyakit lain.
PencegahanTersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang teridentifikasi terinfeksi HIV/AIDS dan
mengalami ketidakmampuan permanen yang tidak dapat disembuhkan. Pencegahan ini terdiri
dari cara meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi yang
bertujuan mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan.
Kegiatan pencegahan tersier ditujukan untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada
pembuatan diagnosa dan tindakan penyakit. Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk
membantu ODHA mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan
yang ada akibat HIV/AIDS.Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan preventive,
karena di dalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap kerusakan atau penurunan fungsi
lebih jauh. Misalnya, dalam merawat seseorang yang terkena HIV/AIDS, disamping
memaksimalkan aktivitas ODHA dalam aktivitas sehari-hari di masyarakat, juga mencegah
terjadinya penularan penyakit lain ke dalam penderita HIV/AIDS; Mengingat seseorang yang
terkena HIV/AIDS mengalami penurunan imunitas dan sangat rentan tertular penyakit lain.
Selain hal-hal tersebut, pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya pencegahan
penularan infeksi HIV/AIDS adalah penyuluhan untuk mempertahankan perilaku tidak
beresiko. Hal ini bisa dengan menggunakan prinsip ABCDE yang telah dibakukan secara
internasional sebagai cara efektif mencegah infeksi HIV/AIDS lewat hubungan seksual.
Sedangkan Untuk mencegah penularan HIV dari ibu hamil kepada bayinya dapat
dilakukan dengan pemberian obat antiretroviral azidotimidin (AZT), dan menghindari proses
kelahiran pervagina atau melalui seksio sesaria. Selain itu bayi juga dianjurkan untuk
diberikan susu formula bukan ASI dari ibu yang positif HIV. Terakhir, pendekatan agama
bagi sebagian besar masyarakat juga merupakan pendekatan yang penting. Sebab, dengan
meningkatkan ajaran agama dan nilai budaya diharapkan perilaku hubungan seks berisiko
dapat dikurangi termasuk di kalangan muda mudi, sehingga angka pertumbuhan HIV dapat
menurun.
Advokasi
Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal yang
memiliki penyebab atau dampak penting. Defenisi ini hampir sama dengan yang dinyatakan
oleh Gadow (1983) bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan
nasibnya sendiri (Priharjo,1995).
Menurut Kohnke dalam KoZier,B et all,. (1998) tindakan seorang advocator adalah
menginformasikan dan mendukung secara obyektif, berhati-hati agar tidak bertentangan
dengan setuju atau tidak setuju suatu keputusan yang dipilih klien. Seorang advokator
menginformasikan hak-hak klien dalam situasi apapun sehingga klien dapat mengambil
keputusan sendiri. Fokus peran advokasi perawat adalah menghargai keputusan klien dan
meningkatkan otonomi klien. Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni hak untuk memilih
nilai-nilai yang sesuai dan penting bagi hidupnya, hak untuk menentukan jenis tindakan yang
terbaik untuk mencapai nilai-nilai yang diinginkan dan hak untuk membuang nilai-nilai yang
mereka pilih tanpa paksaan dari orang lain
Konselor
Keterlibatan berbagai pihak diharapkan mampu mengatasi permasalahan psikososial.
Pemahaman yang benar mengenai AIDS perlu disebarluaskan. Kenyataan bahwa dalam era
obat antiretroviral, AIDS sudah menjadi penyakit kronik yang dapat dikendalikan juga perlu
dimasyarakatkan karena konsep tersebut dapat memberi harapan pada masyarakat dan
penderita HIV/AIDS bahwa penderita AIDS dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik
dan berfungsi di masyarakat.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling dan pendampingan (tidak
hanya psikoterapi tetapi juga psikoreligi), edukasi yang benar tentang HIV/AIDS baik pada
penderita, keluarga dan masyarakat. Sehingga penderita, keluarga maupun masyarakat dapat
menerima kondisinya dengan sikap yang benar dan memberikan dukungan kepada penderita.
Adanya dukungan dari berbagai pihak dapat menghilangkan berbagai stresor dan dapat
membantu penderita meningkatkan kualitas hidupnya sehingga dapat terhindar dari stress,
depresi, kecemasan serta perasaan dikucilkan. (Susiloningsih)
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang penderita AIDS sangatlah
besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang sering dengan pasien
sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan
menerima orang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
Peran Perawat sebagai Konselor
Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan untuk
konseling psikiatri. Konseling yang dapat diberikan adalah konseling pra-nikah, konseling
pre dan pascates HIV, konseling KB dan perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV
penting untuk mengurangi beban psikis. Pada konseling dibahas mengenai risiko penularan
HIV, cara tes, interpretasi tes, perjalanan penyakit HIV serta dukungan yang dapat diperoleh
pasien. Konsekuensi dari hasil tes postif maupun negatif disampaikan dalam sesi konseling.
Dengan demikian orang yang akan menjalani testing telah dipersiapkan untuk menerima hasil
apakah hasil tersebut positif atau negatif.
Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS akibat stigma negatif dan
diskriminasi masyarakat adakalanya sangat berat, perawat perlu mengidentifikasi adak
ah sistem pendukung yang tersedia bagi pasien. Perawat juga perlu mendorong kunjungan
terbuka (jika memungkinkan), hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang
memungkinkan bagi pasien. Partisipasi orang lain, batuan dari orang terdekat dapat
mengurangi perasaan kesepian dan ditolak yang dirasakan oleh pasien. Perawat juga perlu
melakukan pendampingan pada keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan dan
pemahaman yang benar mengenai AIDS, sehingga keluarga dapat berespons dan memberi
dukungan bagi penderita.
Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh dilupakan perawat. Bagi
penderita yang terinfeksi akibat penyalahgunaan narkoba dan seksual bebas harus disadarkan
agar segera bertaubat dan tidak menyebarkannya kepada orang lain dengan menjaga
perilakunya serta meningkatkan kualitas hidupnya. Bagi seluruh penderita AIDS didorong
untuk mendekatkan diri pada Tuhan, jangan berputus asa atau bahkan berkeinginan untuk
bunuh diri dan beri penguatan bahwa mereka masih dapat hidup dan berguna bagi sesama
antara lain dengan membantu upaya pencegahan penularan HIV/AIDS.
A. PENGKAJIAN
KASUS 2
Xanton disangkal mempunyai riwayat hepatitis. Xanton saat mudanya (>10 tahun yang
lalu) sering ke diskotik dengan teman-teman ceweknya diluar pengawalan orang tua karena
kedua orang tuanya berada di Belgia. Xanton mudah lelah sehingga menjadi malas untuk
mengerjakan sesuatu. Sering mengalami diare yang tidak diketahui penyebabnya. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan sel-T CD4+ adalah 100 sel/mm 3. Diberikan vitamin dan surat
pengantar untuk periksa darah dan urin dari dokter. Selang seminggu kemudian, pasien
datang lagi membawa hasil pemeriksaan. Diduga terinfeksi virus HIV-AIDS.
a. Data Demografi
Nama klien : Tn.Xanton
Umur : 32 Tahun
Diagnosa Medik : HIV-AIDS
Tanggal Masuk :07/12/2011
Alamat :Jl. LingkarTanggap rt.007/08 no 13 APantai indah kapuk
Suku : Jawa
Agama : islam
Pekerjaan : wiraswasta
Status perkawinan : menikah
Status pendidikan : SMA
b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu,
pusing, dan diare
Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang
sedang di derita pasien.
Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011 ditemukan benjolan pada
leher.
c. Pemeriksaan fisik
Aktivitas / istirahat
Gejala:
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise
Perubahan pola tidur
Tanda:
Kelemahan otot, menurunnya massa otot
Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernapasan
Sirkulasi
Gejala:
Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang
terjadi)
Tanda:
Takikardia, perubahan TD postural
Menurunnya volume nadi perifer
Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler
Integritas ego
Gejala:
Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan
orang lain
Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual
Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB
Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah
Kehilangan kontrol diri dan depresi
Tanda:
Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri
Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang
Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama
Eliminasi
Gejala:
Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal
Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda:
Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan darah
Diare pekat yang sering
Nyeri tekan abdominal
Lesi atau abses rectal, personal
Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin
Makanan / cairan
Gejala:
Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah
Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan
Penurunan berat badan: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot
Turgor kulit buruk
Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna
Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal
Edema (umum, dependen)
Higiene
Gejala:
Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
` Tanda:
Memperlihatkan penampilan yang kurang rapi
Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri
Neurosensori
Gejala:
Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental
Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu
mengingat dan konsentrasi menurun
Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran
Kelemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan
Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal)
Tanda:
Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi
buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat
Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis
Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia
Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motoric
Vocalis: hemi paresis; kejang
Hemoragic retina dan eksudat
Nyeri / kenyamanan
Gejala:
Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki
Sakit kepala (keterlibatan ssp)
Nyeri dada pleuritis
Tanda:
Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang
Gerak otot melindungi bagian yang sakit
Pernapasan
Gejala:
Isksering, menetap
Napas pendek yang progresif
Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP
mungkin batuk spasmodic saat napas dalam)
Bendungan atau sesak dada
Tanda:
Takipnea, distres pernapasan
Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius
Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
Keamanan
Gejala:
Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya
Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler
mayor, insiden traumatis)
Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam
Tanda:
Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan
warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Rektum, luka-luka perianal atau abses
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher,
ketiak, paha)
Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan
Seksualitas
Gejala:
Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang
positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks
Penggunaan kondom yang tidak konsisten
Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita
yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina)
Tanda:
Kehamilan atau resiko terhadap hamil
Interaksi sosial
Gejala:
Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman,
pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan /
kehilangan pendapatan
Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana
Tanda:
Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat
Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala:
Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual
ataupun penggunaan obat-obatan IV)
Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alcohol
B. DATA FOKUS
Data subjektif Data objektif
Pasien mengatakan mudah sakit-sakitan TTV :
Pasien mengatakan demam TD: 130/80
Pasien mengatakan capek N: 80x/menit
Pasien mengatakan mudah lelah S: 390 C
Pasien mengatakan letih RR : 26x/menit
Pasien mengatakan lesu Pasien tampak lesu
Pasien mengatakan gampang terserang flu Pasien tampak tidak segar
Pasien mengatakan pusing Pasien teraba benjolan di daerah leher
Pasien mengatakan diare Pasien mengalami berat badan menurun
Pasien tidak nafsu makan derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
Pasien tampak sering BAB / diare
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan sel-T
CD4+ = 100 sel/ mm3
C. ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi
D
1S Resiko tinggi Output yang
Pasien mengatakan diare terhadap berlebihan
Pasien mengatakan demam kekurangan
Pasien mengatakan capek volume cairan
Pasien mengatakan mudah lelah
Pasien mengatakan letih
Pasien mengatakan lesu
Kemungkinan pasien mengatakan
berkeringat malam hari
DO
TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
S: 390 C
RR : 26x/menit
Pasien tampak lesu
Pasien tampak tidak segar
Pasien mengalami berat badan menurun
derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
Pasien tampak sering BAB / diare
Kemungkinan terlihat perubahan pada
tekanan darah
Kemungkinan pasien terlihat pucat
Kemungkinan pasien terlihat sianosis
Kemungkinan pasien pingsan
Kemungkinan pasien mengalami diare yang
intermitten
Kemungkinan pasien mengalami perubahan
jumlah dan warna urin
Kemungkinan pasien anoreksia
Kemungkinan turgor kulit pasien terlihat
buruk
DO
Pasien tampak lesu
Pasien tampak tidak segar
Pasien mengalami berat badan menurun
derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
Kemungkinan porsi makan klien tidak habis
Kemungkinan pasien mengalami kelemahan
otot
Kemungkinan pasien terlihat pucat
Kemungkinan pasien terlihat sianosis
Kemungkinan pasien pingsan
Kemungkinan pasien anoreksia
D
3S Infeksi Adanya virus
Pasien mengatakan mudah sakit-sakitan HIV-AIDS
Pasien mengatakan demam
Pasien mengatakan gampang terserang flu
Pasien mengatakan pusing
Kemungkinan pasien mengatakan pusing,
sakit kepala
Kemungkinan pasien mengatakan rasa
terbakar pada kaki
Kemungkinan pasien mengatakan nyeri
dada pleuritis
Kemungkinan pasien mengatakan
berkeringat malam hari
DO
TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
S: 390 C
RR : 26x/menit
Pasien teraba benjolan di daerah leher
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan sel-T
CD4+ = 100 sel/ mm3
Kemungkinan pasien mengalamiTakikardia
Kemungkinan pasien terjadi lesi
Kemungkinan pasien mengalami kejang
Kemungkinan pasien dipsnea
Kemungkinan pasien mengalami nyeri
panggul
Kemungkinan pasien mengalami nyeri
abdomen
Kemungkinan pasien mengalami tremor
D
4S Intoleransi Proses penyakit
Pasien mengatakan mudah sakit-sakitan aktifitas dan kelemahan
Pasien mengatakan demam
Pasien mengatakan capek
Pasien mengatakan mudah lelah
Pasien mengatakan letih
Pasien mengatakan lesu
Pasien mengatakan gampang terserang flu
Pasien mengatakan pusing
Pasien mengatakan diare
Pasien tidak nafsu makan
DO
TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
S: 390 C
RR : 26x/menit
Pasien tampak lesu
Pasien tampak tidak segar
Pasien mengalami berat badan menurun
derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
Kemungkinan pasien mengalami kelemahan
otot
Kemungkinan pasien mengalamiTakikardia
Kemungkinan pasien mengalami kejang
Kemungkinan pasien pingsan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang berlebihan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
2. Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS
Intoleransi aktifitas b.d proses penyakit dan kelemahan
3. Isolasi sosial b.d perubahan status kesehatan, perubahan pada penampilan fisik,
perubahan status mental
4.
5.
E. INTERVENSI
Tanggal Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
07/12/201 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
2 keperawatan selama 1 x 24 jam Pantau TTV, termasuk CVP bila terpasang.
diharapkan : Catat hipertensi, termasuk perubahan
Diare (-) postural.
Demam (-) Rasional : indicator dari volume cairan
Pasien tidak mudah lelah sirkulasi
Pasien tidak berkeringat malam
hari Catat peningkatan suhu dan durasi demam.
TTV : Berikan kompres hangat sesuai indikasi.
TD: 120/80 Pertahankan pakaian tetap kering.
N: 80x/menit Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan.
S: 370 C Rasional : meningkatkan kebutuhan
RR : 20x/menit metabolism dan diaphoresis yang berlebihan
berat badan pasien naik dari 54 yang dihubungkan dengan demam dalam
kg menjadi 60 kg meningkatkan cairan tak kasat mata
BAB / diare (-)
pasien tidak terlihat pucat Kaji turgor kulit, membrane mukosa, dan
sianosis (-) rasa haus.
pasien tidak pingsan Rasional : indicator tidak langsung dari
umlah dan warna urin normal status cairan.
anoreksia (-)
Turgor kulit baik / lembab Pantau pemasukan oral dan memasukka
cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
Rasional : mempertahankan keseimbangan
cairan, mengurangi rasa haus, dan
melembabkan membrane mukosa.
Kolaborasi :
Berikan cairan / elektrolit melalui selang
pemberi makanan / IV
Rasional : mungkin diperlukan untuk
mendukung / memperbesar volume
sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak
adekuat, mual/muntah terus menerus.
Kolaborasi :
Suplemen vitamin.
Rasional : kekurangan vitamin terjadi akibat
penurunan pemasukan makanan dan/atau
kegagalan mengunyah dan absorpsi dalam
system GI
07/12/201 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
2 keperawatan selama 3 x 24 jam, Monitor tanda-tanda infeksi baru.
diharapkan : Rasional: Untuk pengobatan dini
Demam (-) Mencegah pasien terpapar oleh kuman
Pusing (-) patogen yang diperoleh di rumah sakit.
rasa terbakar pada kaki hilang
nyeri dada pleuritis (-) gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan
Pasien sudah tidak berkeringat invasif. Cuci tangan sebelum meberikan
malam hari tindakan.
TTV Rasional : Mencegah bertambahnya infeksi
TD: 120/80
N: 80x/menit Berikan lingkungan yang bersih dan
S: 370 C berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf
RR : 20x/menit terhadap tanda infeksi dan pertahankan
benjolan di daerah leher (-) kewaspadaan sesuai indikasi
Hasil pemeriksaan fisik Rasional : Mencegah bertambahnya infeksi
didapatkan sel-T CD4+ = 100 4.
sel/ mm3 Kolaborasi :
Lesi (-)
Kejang (-) Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah,
Dipsnea (-) urine dan sputum
nyeri panggul (-) Rasional : dilakukan untuk mengidentifikasi
nyeri abdomen (-)
tremor (-) penyebab demam, diagnose infeksi
organism, atau untuk menentukan metode
perawatan yang sesuai
F. IMPLEMENTASI
Tanggal Diagnosa Implementasi
07/12/2012 1 Memantau TTV, termasuk
CVP bila terpasang.
mencatat hipertensi,
termasuk perubahan
postural.
Hasil : indicator dari volume
cairan sirkulasi normal
Memberikan cairan /
elektrolit melalui selang
pemberi makanan / IV
hasil : memperbesar volume
sirkulasi, pasien tidak
anoreksia
Memberikan Antipiretik,
mis.. : asetaminofen
hasil : membantu
mengurangi demam dan
respons hiper metabolism,
menurunkan kehilangan
cairan tak kasat mata
07/12/2012 2 Mengkaji kemampuan
untuk mengunyah,
merasakan, dan menelan.
Hasil : pasien dapat
mengunyah dan mencerna
makanan dengan baik, dan
dapat menelan
Mempertahankan status
puasa jika di indikasikan
hasil : muntah berkurang
Memberikan suplemen
vitamin.
Hasil : kebutuhan vitamin
untuk tubuh terpenuhi
07/12/2012 3 Memonitor tanda-tanda
infeksi baru.
Hasil : pasien tidak terpapar
oleh infeksi kuman pathogen
di RS
Memberikan lingkungan
yang bersih dan berventilasi
baik. Periksa pengunjung /
staf terhadap tanda infeksi
dan pertahankan
kewaspadaan sesuai indikasi
Hasil : tidak terjadi
penambahan infeksi yg lebih
parah
4.
Memeriksa kultur /
sensitivitas lesi, darah, urine
dan sputum
Hasil : mengurangi demam
dan tidak terjadi
pertumbuhan kuman
pathogen penyebab infeksi
Memberikan antibiotic
antijamur / agen
antimikroba, missal :
trimetroprim (actrim,
septra), nistatin
(mycostatin), ketokonazol,
pentamidin atau
AZT/retrovir
Hasil : meningkatkan fungsi
imun dan tidak terjadi
infeksi
07/12/2012 4 Mengevaluasi laporan
kelemahan, perhatikan
ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam
aktivitas sehari-sehari
hasil : efek AIDS dan
pengobatannya baik untuk
pasien
Memberikan lingkungan
tenang dan periode istirahat
tanpa gangguan.
Hasil : pasien tidak lemah
dan mempercepat
penyembuhan penyakit
Mengimplementasikan
teknik penghematanenergy,
contoh lebih baik duduk
daripada berdiri. Bantu
ambulasi / aktivitas lain
sesuai indikasi
hasil : pasien dapat
memaksimalkan sediaan
nergy untuk tugas perawatan
diri
Memberikan oksigen
tambahan
hasil : : oksigen untuk
kebutuhan seluler maksimal
07/12/2012 5 Menentukan persepsi pasien
tentang situasi.
Hasil : pasien tidak
melakukan penolakan
terhadap orang lain
Membatasi / hindari
penggunaan masker, baju
dan sarung tangan. mis.. :
jika berbicara dgn pasien.
Hasil : pasien mulai percaya
diri dan tidak terjadi isolasi
fisik
Mendorong adanya
hubungan yang aktif dengan
orang terdekat.
Hasil : pasien mulai percaya
dengan orang lain dan mau
berkomunikasi
Merujuk pada sumber-
sumber, mis.. : pelayanan
social, konselor dan
organisas/ proyek AIDS
(local/nasional)
hasil : pasien mau
bersosialisasi dan tidak
merasa terisolasi
G. EVALUASI
Tanggal Masalah S.O.A.P Paraf&Namajelas
08/12/2012 1 S : kebutuhan
volume cairan tubuh
pasien
terpenuhi/adekuat
O:
Diare (-)
Demam (-)
Pasien tidak mudah
lelah
Pasien
tidakberkeringat
malam hari
TTV :
TD: 120/80
N: 80x/menit
S: 370 C
RR : 20x/menit
berat badan pasien
naik dari 54 kg
menjadi 60 kg
BAB /diare (-)
pasien tidak terlihat
pucat
sianosis (-)
pasien tidak pingsan
umlah dan warna
urin normal
anoreksia (-)
Turgor kulit baik /
lembab
A : masalah
kekurangan volume
cairan tubuh sudah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
09/12/2012 2 S : pasien tidak
mengeluh lemah lagi
O:
Pasien tidak mudah
lelah
Pasien tidak letih
Pasien tidak lesu
Nafsu makan
bertambah, porsi
makan habis
Pasien dapat
menverna makanan
dengan baik
Berat badan naik
dari 54 kg menjadi
60 kg
pasien tidak terlihat
pucat
pasien tidak
sianosis
pasien tidak
anoreksia
A : masalah
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
sudah teratasi
P : intervensi
dihentikan
08/12/2012 3 S : pasien sudah
tidak infeksi
O:
Demam (-)
Pusing (-)
rasa terbakar pada
kaki hilang
nyeri dada pleuritis
(-)
Pasien sudah tidak
berkeringat malam
hari
TTV :
TD: 120/80
N: 80x/menit
S: 370 C
RR : 20x/menit
benjolan di daerah
leher (-)
Hasil pemeriksaan
fisik didapatkan sel-
T CD4+ = 100 sel/
mm3
Lesi (-)
Kejang (-)
Dipsnea (-)
nyeri panggul (-)
nyeri abdomen (-)
tremor (-)
A : masalah infeksi
sudah teratasi
P : intervensi
dihentikan
09/12/2012 4 S : pasien dapat
beraktifitas
O:
Pasien tidak mudah
sakit-sakitan
Demam (-)
Pasien tidak mudah
lelah
Pasien tidak letih
Pasien tidak lesu
Pusing (-)
Diare (-)
nafsu makan
bertambah, porsi
makan habis
TTV :
TD: 120/80
N: 80x/menit
S: 370 C
RR : 20x/menit
kelemahan otot (-)
Takikardia (-)
Kejang (-)
A : masalah
intoleransi aktifitas
sudah teratasi
P : intervensi
dihentikan
09/12/2012 5 S : pasien dapat
bersosialisasi dan
berkomunikasi
dengan orang lain
O:
pasien tidak terjadi
perubahan pola tidur
pasien tidak putus
asa
pasien tidak merasa
bersalah
pasien tidak cemas
pasien tidak
menarik diri
pasien tidak depresi
A : masalah isolasi
social sudah teratasi
P : intervensi
dihentikan
Daftar pustaka
E. Doenges Marilynn.2005.Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi : 3, Penerbit Buku
Kedokteran : EGC.