Vous êtes sur la page 1sur 15

ISU AKUNTANSI PELAPORAN SEGMEN

DSAK mengadopsi IAS 14 (revisi 1997) dan kemudian merevisi PSAK 5 serta mengubah
namanya menjadi Pelaporan Segmen. Peraturan ini mewajibkan pengungkapan informasi
berdasarkan segmen usaha dan geografis suatu entitas. PSAK 5 menjelaskan definisi
beberapa istilah sebagai berikut:

1. Segmen usaha adalah sebuah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam
menghasilkan produk dan jasa. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
menentukan terkait atau tidaknya produk dan jasa:
a. Karakteristik produk dan jasa
b. Karakteristik proses produksi
c. Jenis/golongan pelanggan produk dan jasa
d. Metode pendistribusian produk atau penyediaan jasa
2. Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam
menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu. Faktor-
faktor yang dipertimbangkan dalam mengidentifikasi:
a. Risiko mata uang
b. Kedekatan geografis operasi
c. Regulasi pengendalain mata uang

Perusahan dapat memilih untuk mengagregaskan segmen operasi individual terpisah yang
mempunyai karakteristik ekonomi yang mirip (misalnya produk dan jasa, proses produksi)

INFORMASI TENTANG SEGMEN OPERASI

Setiap lini dapat mempunyai faktor kompetitif yang berbeda dan dapat bereaksi berbeda
terhadap perubahan dalam lingkungan ekonomis. Laporan keuangan konsolidasi menyajikan
semua faktor heteroge tersebut dalam konteks entitas tunggal. Tujuan dari pelaporan segmen
adalah untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan melihat di balik angka total
konsolidasi ke komponen individu yang membentuk entitas tertentu.

Definisi Segmen Dilaporkan

Ambang Batas Kuantitatif Sepuluh Persen


DSAK menetapkan tiga aturan signifikansi 10 persen untuk menentukan segmen operasi
mana yang harus mempunyai informasi terlapor yang terpisah. Pengungkapannya sebagai
berikut:

1. Pendapatan segmen yang dilaporkan, termasuk penjualan eksternal atau


penjualan/transfer antarsegmen, lebih besar atau sama dengan 10 persen dari
pendapatan keseeluruhan dari penjualan eksternal ditambah transaksi antarsegmen
dari keseluruhan segmen operasi.
2. Nilai absolute dari laba atau kerugian adalah lebih besar atau sama dengan 10 persen.
Nilai absolute mencakup (a) laba gabungan dari seluruh segmen operasi yang tidak
dilaporkan rugi atau (b) rugi gabungan dari seluruh segmen operasi yang dilaporkan
rugi.
3. Asset segmen sama dengan atau lebih bedar dari 10 persen asset gabungan seluruh
segmen operasi.

PSAK 5 menyatakan bahwa pengungkapan segmen harus memasukkan pengukuran laba atau
rugi dari segmen yang dilaporkan. Jika total pendapatan eksternal dari segmen operasi yang
dilaporkan secara terpisah kurang dari 75 persen total pendapatan konsolidasi, maka
manajemen harus memilih dan mengungkapkan informasi tentang segmen operasi sampai
paling tidak 75 persen dari pendapatan konsolidasi dimasukkan dalam segmen yang
dilaporkan.

Ilustrasi Uji Signifikansi 10 Persen

Figure 13-1 menyajikan laporan keuangan konsolidasi PT Induk dan PT Anak. Informasinya
adalah sebagai berikut:

1. PT Induk memiliki 80 persen dari saham biasa PT Anak. PT Anak melaporkan laba
sebesar Rp50.000.000 untuk tahun 2011 dan membayar dividen sebesar
Rp30.000.000. saldo akun ekuitas pemegang saham PT Anak tanggal 31 Desember
2011 sebesar Rp300.000.000, di mana terdapat hak minoritas sebesar 20 persen.
2. PT Induk mengakuisisi 40 persehn saham PT Baruna Jaya pada tanggal 1 Januari
2011, dengan biaya perolehan Rp160.000.000, yang sama dengan nilai buku saham
pada tanggal tersebut. Metode ekuitas digunakan untuk mencatat investasi tersebut.
PT Baruna Jaya memperoleh laba selama tahun 2011 sebesar Rp80.000.000 dan
membayar dividen sebesar Rp20.000.000. investasi tersebut dikelola oleh kantor pusat
dan tidak dialokasikan sebagai salah satu segmen operasi.

PT INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN


Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba Konsolidasi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2011
Pendapatan:
Penjualan Rp 572,000,000
Pendapatan dari Investasi pada PT Baruna Jaya 32,000,000
Beban dan Pengurangan:
Harga Pokok Penjualan (267,000,000)
Depresiasi dan Amortisasi (70,000,000)
Beban Lain-lain (15,000,000)
Beban Bunga (30,000,000)
Pendapatan untuk Hak Minoritas (10,000,000)
Pajak Penghasilan (62,000,000)
Laba Neto Rp 150,000,000
Saldo Laba, 1 Januari 300,000,000
Dikurangi : Dividen (60,000,000)
Saldo Laba, 31 Desember Rp 390,000,000

PT INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN


Neraca Konsolidasi
31 Desember 2011
Kas Rp 131,000,000
Piutang Usaha 125,000,000
Persediaan 165,000,000
Investasi pada Saham PT Baruna Jaya 184,000,000
Tanah 215,000,000
Bangunan dan Peralatan Rp 1,400,000,000
Dikurangi: Akumulasi Depresiasi (770,000,000) 630,000,000
Total Aset Rp 1,450,000,000

Utang Usaha Rp 200,000,000


Utang Obligasi 300,000,000
Hak Minoritas 60,000,000
Saham Biasa 500,000,000
Saldo Laba 390,000,000
Total Kewajiban dan Ekuitas Pemegang Saham Rp 1,450,000,000

Informasi tambahan sebagai berikut:

1. Entitas konsolidassi dari PT Induk dan PT Anak terdiri dari 5 segmen operasi yang
berbeda seperti juga administrasi perusahaan pusat. Segmen operasi yang
didefinisikan manajemen adalah Produk Makanan, Plastik dan Pengepakan, Konsumsi
dan Komersial, Kesehatan dan Keilmuan, serta Kimia.
2. Pada tanggal 1 Januari 2011, segmen Produk Makanan dar PT Anak menerbitkan
utang sebesar Rp100.000.000, 12 persen utang wesel ke segmen Plastik dan
Pengepakan dari PT Induk. Bunga antar perusahaan untuk tahun berjalan adalah
Rp12.000.000 dan telah dieliminasi dari laporan keuangan konsolidasi.
3. Setiap segmen operasi melakukan penjualan ke konsumen nonafiliasi. Selain itu,
Rp28.000.000 dari penjualan antarsegmen dilakukan selama tahun berjalan oleh
Segmen Produk Makanan, Plastik dan Pengepakan, serta Konsumsi dan Komersial.
Harga perolehan dan penjualan antarsegmen tersebut adalah Rp18.000.000. Barang
tersebut masih terdapat dalam persediaan akhir dari segmen operasi pembeli, dan laba
belum terealisasi sebesar Rp10.000.000 harus dieliminasi dari harga pokok penjualan
dan persediaan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi.
4. Figur 13-2 juga menyajikan informasi laba dan rugi setiap segmen sebagaimana
didefinisikan oleh entitas. Entitas menggunakan konsep yang disebut laba
dikendalikan untuk mengukur kinerja segmen. Sebagaimana didenifisikan
perusahaan, laba dikendalikan temasuk pendapatan bunga dan beban bunga dalam
definisi laba atau rugi segmen entitas. Karena itu, bunga dilaporkan berdasarkan
segmen. Depresiasi dilaporkaan terpisah karena jika beban depresiasi, deplesi, dan
amortisasi dimasukan dalam perhitungan laba atau rugi segmen , PSAK 45
mengharuskan elemen biaya tersebut diungkapkan terpisah untuk memberikan
informasi terpisah kepada pengguna laporan keuangan guna memperkirakan arus kas
dari setiap segmen.
5. Computer dengan harga Rp.30.000.000,00 dibeli selama tahun berjalan. Computer
tersebut digunakan dalam penjadwalan dan pengendalian produksi dan
didepresiasikan menggunakan metode garis lurus selama tiga tahun
(Rp.30.000.000,00 3 tahun = Rp.10.000.000,00/ tahun).
6. Beban bunga antar segmen dari wesel antar segmen dialokasikan ke segmen produk
makanan, sedangkan pendapatan bunga antar perusahaan diproleh oleh segmen plastic
dan perlengkapan.
7. Kebijakan perusahaan untuk menentukan kinerja segmen tidak memaukan pendapatan
dari investasi dalam laba atau rugi segmen operasi manapun. Pos tersebut
dialokasikan ke administrasi pusat.
8. Bagian asset menyajikan asset untuk segmen oprasi seperti pada administrasi pusat
perusahaan. Termasuk dalam asset segmen adalah lokasi nilai buku Rp.20.000.000,00
(Rp.30.000.000,00- Rp.10.000.000,00 akumulasi depresiasi ) dari computer produksi.
Uji signifikansi dari PT Induk dan anak perusahaannya harus digunakan untuk menentukan
segmen oprasi yang dilaporkan terpisah sebagai berikut:

Uji Pendapatan 10 Persen

Uji 10% pertama diterapkan untuk setiap total pendapatan segmen operasi sebagai
presentase dari pendapatan gabungan dari seluruh segmen sebelum eliminasi transfer dan
penjualan segmen. Jika sebuah total pendapatan segmen operasi mencapai 10 persen atau
lebih dari pendapatan gabungan seluruh segmen , maka segmen tersebut dilaporkan terpisah
dan diberikan pengungkapan tambahan dalam laporan tahunan. Cara pintas yang sering

digunakan adalah menghitung 10 persen ( untuk PT Induk dan anak perusahaan Rp


600.000.000 x 0,10) dan kemudian membandingkan setiap total pendapatan segmen dengan
angka tersebut. Dengan ini, segmen dilaporkan adlah segmen dengan total pendapatan Rp
600.000.000 atau lebih

Presentase Pendapatan
Pendpatan Segmen
Segmen Gabungan dari Rp
Segmen Dilaporkan
600.000.000
Produk Makan Rp 323,000,000 53,8% ya
Plastik dan Pengepakan Rp 113,000,000 18,8 ya
Konsumsi dan Kormersial Rp 45,000,000 7,5 Tidak
Kesehatan dan Keilmuan Rp 86,000,000 14,3 Ya
Kimia Rp 33,000,000 5,5 ya
Total Rp 600,000,000 100,0 % Tidak
* Dibulatkan hingga 100 persen
Uji Laba ( Rugi) 10 Persen

Uji laba atau rugi adalah uji kedua untuk menentukan segmen operasi mana yang
dilaporkan terpisah. Pengujian ini digunakan untuk menentukan apakah laba atau rugi
segmen sama dengan atau lebih besar dari 10 persen nilai absolut dari laba atau rugi oprasi
gabungan yang mana saja yang lebih besar.

Oleh karena dua segmen melaporkan rugi oprasi selama tahun berjalan, dperlukan
perhitungan terpisah sebagai berikut:

Segmen Laba Segmen Rugi Segmen


Produk Makan Rp 198,000,000.00
Plastik dan Pengepakan Rp 59,000,000.00
Konsumsi dan Kormersial -Rp 25,000,000.00
Kesehatan dan Keilmuan Rp 22,000,000.00
Kimia -Rp 9,000,000.00
Total Rp 279,000,000.00 Rp 279,000,000.00

Total absolut terbesar laba adalah Rp 270.000.000. jumlah ini menjadi bilangan pembagi
untuk pengujian oprasi 10 persen keuntungan atau kerugian. Oleh karena pengujian ini
berdasarkan pada jumlah absolut, maka semua angka diperlukan sebagai angka positif.
Produk Makan dan Plastik dan Pengepakan adalah segmen yang dilaporkan terpisah
menggunakan uji laba atau rugi.
Presentase Jumlah Uji Segmen
Segmen Laba (Rugi)
dari Rp 279.000.000 Dilaporkan
Produk Makan Rp 198,000,000 71,0% ya
Plastik dan Pengepakan Rp 59,000,000 21,1 ya
Konsumsi dan Kormersial -Rp 25,000,000 9,0 Tidak
Kesehatan dan Keilmuan Rp 22,000,000 7,9 Tidak
Kimia -Rp 9,000,000 3,2 Tidak
Uji Aset

Aset gabungan dari seluruh segmen oprasi ( Rp 1.276.000.000) digunakan dalam


pengujian ini. Perbedaan sebesar Rp. 110.000.000 antara asset gabungan dari segmen oparasi
(Rp 1.276.000.000) dan jumlah yang dimasukan dalam asset konsolidasi (Rp 1.166.000.000).
Segmen operasi produk makanan, Plastik dan Pengepakan dan Kesehatan dan Keilmuan
dialaporkan terpisah berdasarkan uji asset 10 %; asset segmen tersebut sama dengan atau
lebih besar dari 10 persen asset gabungan segmen operasi (( Rp 1.276.000.000= Rp
1.276.000.000 x 0,10)

Presentase Jumlah Uji Segmen


Segmen Aset Segmen
dari Rp 1.276.000.000 Dilaporkan
Produk Makan Rp 411,000,000 32,2 ya
Plastik dan Pengepakan Rp 375,000,000 29,4% ya
Konsumsi dan Kormersial Rp 100,000,000 7,8% Tidak
Kesehatan dan Keilmuan Rp 310,000,000 24,3% ya
Kimia Rp 80,000,000 6,3% Tidak
Total Rp 1,276,000,000 100,0%

3. IDENTIFIKASI LAPORAN SEGMEN

PSAK45 menyatakan bahwa ada dua jenis atau bentuk penyajian laporan segmen
yang utama biasanya ditentukan oleh karakteristik dan sumber utama resiko dan imbalan
hasil perusahaan. Jika resiko dan imbalan hasil perusahaan utamanya dipengaruhi oleh
diferensiasi produk atau jasanya, maka perusahaan akan melaporkan segmen usaha terlebih
dahulu, dan informasi keduanya melaporkan berdasarkan kondisi geografis. Jika risiko dan
imbalan hasil perusahaan utamanya dipengaruhi oleh perbedaan kondisi oprasional di
berbagai Negara dan wilah geografis, maka perusahaan akan melaporkan segmen geografis
terlebih dahulu dan informasi keduanya adalah segmen usaha.

Struktur organisasi perusahaan dan struktur manajemen seperti juga system pelaporan
keuangan internal kepada pihak berwenang yang digunakan untuk menentukan sumber utama
dan karakteristik dari resiko dan imbalan hasil perusahaan. Sekaligus juga dapat digunakan
untuk menentukan jenis pelaporan segmen primer dan sekunder, kecuali kondisi sebagai
berikut;

1) Jika resiko dan imbalan hasil perusahaan sangat dipengaruhi oleh perbedaan dalam
produk atau jasa yang dihasilkan dan perbedaan oprasional wilayah perusahaan.
2) Jika struktur organisasi perusahaan dan struktur manajemen seperti juga system
pelaporan keuangan internal kepada pihak yang bersenang tidak didesain berdasarkan
produk atau jasa secara individu atau secara kelompok dan juga tidak didasarkan atas
wilayah tertentu,maka manajemen perusahaan harus menentukan resiko dan imbalan
hasil perusahaa yang mana yang berhubungan erat dengan produk atau jasa yang
dihasilkan atau juga secara wilayah.
4. SEGMEN SEKUNDER

PSAK 5 menyatakan jika perusahaan menggunakan segmen usaha sebagai pelaporan segmen
primer, maka perusahaan harus melaporkan informasi sebagai berikut.

1. Pendapatan segmen dari pelanggan eksternal dan dihubungkan dengan lokasi


pelanggan berdasarkan wilayah.
2. Nilai yang menyertai aset segmen yang dihubungkan dengan lokasi aset berdasarkan
wilayah.
3. Jumlah pengeluaran pada periode tertentu untuk memperoleh aset segmen yang
diperkirakan akan digunakan lebih dari 1 periode yang dihubungkan dengan aset
secara wilayah.
Jika perusahaan menggunakan segmen wilayah sebagai pelaporan segmen primer, maka
perusahaan harus melaporkan informasi sebagai berikut.

1) Pendapatan segmen dari pelanggan eksternal.


2) Nilai yang menyertai aset segmen.
3) Jumlah pengeluaran pada periode tertentu untuk memperoleh aset segmen yang
diperkirakan akan digunakan lebih dari 1 periode.

Pembahasan ini mengakhiri pelaporan segmen. Selebihnya akan disajikan topik utama lain
dari pengungkapan keuangan, yaitu pelaporan keuangan interim.

5. PELAPORAN KEUANGAN INTERIM

Laporan interim adalah laporan yang mencakup periode waktu kurang daru satu tahun,
menyiapkan informasi tentang kemajuan kegiatan operasi entitas oada periode tertentu
sepanjang tahun. Di dalam laporan iterim terdapat laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas
yang ringkas, dan catatan kaki terpilih dan pengungkapan lainnya untuk periode interim yang
dilaporkan, juga data komparatif untuk periode interim sebelumnya. Tujuan pelaporan
interim adalah untuk menyediakan laporan terkini dari kemajuan operasi entitas kepada
investor dan pihak lain yang berkepentingan.

6. FORMAT LAPORAN KEUANGAN INTERIM

Laporan keuangan interim secara umum terdiri dari pos-pos berikut :

1. Laporan laba rugi untuk periode waktu kumulatif sampai dan untuk periode yang
sama tahun fiskal sebelumnya.
2. Neraca pada akhir tengah tahun berjalan dan neraca untuk periode yang sama pada
akhir tahun fiskal sebelumnya. Akan tetapi, sangat diperlukan pemahaman fluktuasi
musiman dari kondisi keuangan perusahaan.
3. Laporan arus kas pada akhir periode waktu kumulatif berjalan dan periode yang sama
untuk tahun sebelumnya.
4. Catatan atas laporan keuangan yang menjelaskan saldo yang disajikan dalam laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan interim ini mengikhtisarkan setiap
perubahan dalam pengukuran atau kejadian ekonomi utama yang terjadi sejak akhir
tahun fiskal sebelumnya.
7. STANDAR PELAPORAN UNTUK LAPORAN LABA RUGI INTERIM

Bentuk laporan keuangan interim sam dengan bentuk laporan laba rugi tahunan. Secara
umum, standar akuntansi yang digunakan untuk laporan interim sama dengan yang digunakan
untuk laporan tahunan, walaupun PSAK 3 memberikan bantuan teknis yang memadai untuk
mengukur dan melaporkan atas basis interim. Tuntutan teknis yang relevan untuk pelaporan
interim akan dibahas dalam bagian berikut :

1) Pendapatan
Salah satu elemen paling signifikan dari laporan laba rugi interim adalah pendapatan
dari penjualan. Investor ingin menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan
pendapatan, sehingga mereka membendingkan pendapatan dari periode interim yang
sama tahun sebelumnya.
Pendapatan harus diakui dan dilaporkan pada periode diperolehnya dan tidak dapat
ditangguhkan ke periode lain untuk menyajikan arus pendapatan yang lebih stabil.
Pendapatan dari usaha musiman tidak dapat dimanipulasi untuk menghilangkan tren
musiman.
Untuk memberikan manfaat yang lebih besar pada pengguna laporan keuangan maka
laporan interim harus disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya dengan
kondisi sebagai berikut :
a. Laporan keuangan interim dibandingkan dengan laporan keuangan interim
periode sebelumnya untuk mengetahui kecenderungan posisi keuangan.
b. Laporan keuangan interim dibandingkan dengan laporan keuangan interim
yang sama dalam periode akuntansi yang lalu, untuk mengetahui
kecenderungan berulang musiman dari kegiatan usaha.
c. Laporan keuangan interim dibandingkan dengan laporan kumulatif dari awal
tahun buku sampai dengan tanggal laporan keuangan laporan interim untuk
mengetahui kontribusi atau pengaruh periode interim yang dilaporkan pada
periode berjalan.
d. Laporan keuangan interim dibandingkan dengan laporan keuangan tahun buku
yang lalu untuk mendapat gambaran pengaruh dan kinerja interim tersebut
terhadap posisi keuangan, kinerja, dan arus kas periode akuntansi yang lalu.
2) Harga Pokok Penjualan dan Persediaan
Harga pokok penjualan umumnya merupakan satu beban paling besar dalam laporan
laba rugi interim. Aturan umumnya adalah harga pokok penjualan interim harus
dihitung dengan biaya dan beban teralokasi yang terkait langsung seperti pada
perhitungan harga pokok penjualan tahunan. PSAK 3 memperbolehkan modifikasi
praktis berikut atas aturan umum tersebut, yaitu :
1. Menggunakan estimasi persentase laba bruto
2. Penilaian harga pokok atau harga pasar terendah
3. Sistem biaya standar
3) Biaya dan Beban yang Lain
Prinsip umumnya adalah bahwa biaya dan beban itu harus dibebankan pada laba rugi
interim dalam periode interim di mana keduanya terjadi. Biaya dan beban lain, selain
biaya produk, harus dibebankan dengan dasar yang sama seperti pada periode
tahunan. Sejumlah biaya dan beban bagaimanapun, dialokasikan di antara periode
interim berdasarkan pada estimasi berlalunya waktu, manfaat yang diterima, atau
tingkat aktivitas yang terkait dengan periode-periode tersebut, sebagai bagian dari
estimasi jumlah untuk setahun fiskal penuh.

Akuntansi untuk Pajak Penghasilan dalam Periode Interim

Dalam perhitungan pajak penghasian interim beban pajak akrual dihitung berdasarkan
penghasilan untuk seluruh tahun fiscal.

Figur 13-8

Akuntansi untuk Biaya Iklan Memberikan Manfaat Lebih dari Satu Periode Interim

Debit Kredit Saldo Dalam


Tanggal Penjualan Kuartal Beban Iklan Iklan Dibayar di Muka Iklan Dibayar Di Muka

1-Apr 20,000,000

30-Jun 100,000,000 5,000,000 5,000,000 15,000,000

30-Sep 100,000,000 5,000,000 5,000,000 10,000,000

31-Dec 200,000,000 10,000,000 10,000,000 -


Total 400,000,000 20,000,000 20,000,000

(a) Rp 5.000.000 = (10.000.000/400.000.000) x 20.000.000


(b) Rp 15.000.000 = 20.000.000-5.000.000

Perbedaan antara akuntansi dan pajak penghasilan. Perbedaan antara jumlah perhitungan laba
munurut akuntansi dan pajak adalah merupakan hal yang normal. Kategori pertama sering
disebut sebagai perbedaan nontemporer. Contoh dari perbedaan permanen adalah sebagai
berikut :

1. Premi asuransi jiwa yang dibayar oleh perusahaan (bukan beban yang dapat
mengurangi penghasilan kena pajak)
2. Dana yang diterima dari perusahaan asuransi.
3. Jenis tertentu denda yang danggap bukan beban yang dapat mengurangi pajak.
4. Pendapatan lain yang telah dikenakan, contohnya pendapatan deviden.

Hal yang disebutkan diatas termasuk laporan keuangan laba rugi dalam akuntansi, tetap tidak
termasu dalam penentun pajak penghasilan. Sehingga harus ada penyesuaian dari laporan
akuntansi agar sesuai dengan peraturan perpajakan.

Kategori kedua biasa disebut dengan perbedaan temporer. Berikut ini adalah contoh dari
perbedaan temporer :

1. Sewa diterima dimuka (menurut pajak dilaporkan sebagai pendapatan dan bukan
sebagai pendapatan menurut akuntansi)
2. Beban dan rugi yang diestimasikan (dilaporkan sebagai beban menurut akuntansi dan
bukan beban menurut pajak)
3. Depresiasi yang dipercepat berdasarkan metode penurunan ganda menurut pajak dan
berdasarkan garis lurus pada laporan keuangan (beda beban depresiasi akuntan versus
pajak)
4. Penilaian persediaan menurut biaya terendah antara harga perolehan dan pasar pada
laporan keuangan (penurunan diakui sebagai kerugian pada periode dihapusbukukan
menurut akuntansi pada periode dijual meurut pajak).

Figur 13-9
Estimasi Tariff Pajak Penghasilan Untuk Periode Intern

Estimasi Jumlah
Tahunan
Laba dari operasi berkelanjutan
225,000,000
Penyesuaian perbedaan permanen :

Ditamban premi untuk asuransi asuransi jiwa pegawai kunci 2,000,000

Dikurangi Deviden yang diterima (27,000,000)


Estimasi laba tahunan kena pajak
200,000,000
Perhitungan pajak penghasilan:
10% x 50.000.000 = 5.000.000
15% x 50.000.000 = 7.500.000
30% x 100.000.000 = 30.000.000

Pajak Penghasilan 42,500,000

Ayat jurnal berikut digunakan untuk mencatat penyisihan pajak.

(1) Beban Pajak Penghasilan 42.500.000


Utang Pajak PPh 42.500.000
Mencatat penyisihan ajak penghasilan kuartal pertama.

Pada laporan konsolidasi kuartal kedua, maka jurnal untuk pengakuan pajak untuk kuartal
kedua adalah :

(2) Beban Pajak PPh 57.500.000


Utang Pajak PPh 57.500.000
Mencatat penyisihan pajak penghasilan kuartal kedua

Pelepasan Segmen Atau Pos Luar Biasa, Tidak Biasa, Jarang Terjadi, Dan
Bersyarat
Kemungkinan atau ketidakpastian utama lain yang dapat mempengaruhi perusahaan juga
harus diungkapkan dengan dasar yang sama dengan yang digunakan dalam laporan
tahunan. Pengungkapan ini diperlukan untuk memberikan informasi atau pos-pos yang
dapat memperngaruhi kewajaran laporan interim. Pengungkapan seperti ini harus
dilaporkan secara berulang pada laporan interim periode berikutnya dan dalam laporan
keuangan tahunan hingga kewajiban kemungkinan telah ditetapkan.

8. PERUBAHAN AKUNTANSI DI PERIODE INTERIM

Secara terperinci membagi perubahan akuntansi dalam tiga bentuk :

a. Perubahan Prinsip Akuntansi (Penerapan Retrospektif)


Perubahan dari suatu metode akuntansi yang diperbolehkan ke metode lain dan juga
diperbolehkan membutuhkan proses penerapn retrospektif. Perubahan akuntansi yang
terkait dengan depresiassi seperti biaya depresiasi, deplesi, amortisasi seperti metode
menurun ganda dan gsris lurus dipandang sebagai metode perubahan estimasi dan
bukan perubahan prinsip akuntansi.
Penerapan Retrospektif
Sebagai contoh perusahaan mengubh metode akuntansi dari rata-rata tertimbang
menjadi FIFO pada suatu periode tertentu. Maka perusahaan harus menerapkan
perubahan retrospektif dengan menerapkan FIFO untuk seluruh laporan keuangan
yang telah diterbitkan. Begitu juga untuk seluruh nilai persediaan akhir tahun, yang
berdampak pada persediaan awal tahun, saldo laba, dan sluruh bagian lain pada
laporan keuangn yang terkena dambapk akibat perubahan tersebut.
b. Perubahan Estimasi AKuntansi ( Penerapan SaatIni dan Prospektif)
Perubahan ini akan disajikan pada periode berjalan dan prospektif saja, sehingga efek
perubahan hanya akan terlihat pada periode di maan perubahan tersebut terjadi dan
periode seteah dilakukan perubahan.
Perubahan pada Depresiasi, Amortisasi dan Deplesi
PSAK 25 mewajibkan perubahan dalam metode depresiasi, amortisasi, atau deplesi
atas asset jangka panjang dan asset non keuangan yang disebabkan informasi baru.
c. Kesalah mendasar
Kesalahan Biasanya merujuk pada angka/nilai tertentu pada periode yang telah
dilaporkan. PSAK25 mewajibkan kesalahan yang telah dikoreksi pada periode yang
lalu dinyatakan pada periode dimana terjadi kesalahan. Jika tidak dapat langsung
menentukan pengaruhnya pada periode di mana terjadi kesalahan, maka penyesuaian
harus dibuat pada saldo awal periode yang paling cepat di maana paling mungkin
untuk menyajikan koreksi tersebut.

Vous aimerez peut-être aussi