Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ASMAUL HUSNAH
Asmaul Husna Terdiri atas dua kata, yaitu asma dan husna. Dimana Asma memiliki
arti nama-nama dan Husna memiliki arti yang baik juga indah. Jika disatukan maka
Asmaul Husna memiliki arti "Nama-nama Allah yang baik dan juga indah yang hanya
dimiliki oleh Allah SWT. sebagai bukti kebesaran-Nya. Kata Asmaul Husna itu sendiri
diambil dari ayat Al-Quran yaitu Q.S Taha/20:8 artinya " Allah SWT. tidak ada Tuhan
melainkan Dia. Dia memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang baik) "
Ada beberapa dalil yang menjabarkan tentang Asmaul Husna dan pada kali ini
Pandai Belajar akan menjelaskan dua diantaranya :
Tidak hanya dalam surat Al-a'raf, dalam ayat lain dijelaskan bahwa Asmaul Husna
itu sangat bermanfaat dan memiliki niai yang tak terhingga tingginya. Maka dari itu
dalam berdoa sangat di anjurkan membaca Asmaul Husna.
Berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, apabila kita mengahafal
Asmaul Husna dengan baik dan benar maka orang yang menghafalnya akan diberi
balasan oleh Allah yaitu masuk ke dalam surga. Namun dalam menghafal Asmaul
Husna bukan halnya menghafal seperti biasa tapi harus diiringi dengan kebaikan
seperti menjaga hafalannya dengan terus menerus menzikirkannya dan yang paling
penting sikap kita tidak boleh bertentangan dengan Asmaul Husna.
Artinya: Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang
membutuhkan(Nya). [Muhammad/ 47:38].
Selanjutnya, beliau rahimahullah membawakan perkataan al-Hulaimi tentang
makna nama al-Ghaniy, yaitu: Bahwa Allah Azza wa Jalla Maha sempurna dengan apa
yang Dia miliki dan apa yang ada disisi-Nya, Sehingga Dia tidak butuh kepada selain-
Nya. Sifat tidak membutuhkan inilah yang menjadi sifat Allah Azza wa Jalla , dan
sifat membutuhkan adalah sifat kekurangan. Seseorang yang membutuhkan adalah
seseorang yang memerlukan apa yang dibutuhkannya hingga dapat ia capai dan ia
raih.
Sementara itu, pihak yang dibutuhkan pasti memiliki kelebihan dibandingkan pihak
yang membutuhkan. Jadi, segala sifat kurang tidak pernah ada pada Allah Azza wa
Jalla dzat Yang Maha Qadm (Maha terdahulu). Sifat lemah tidak pernah ada pada-
Nya, dan tidak ada siapapun yang dapat melebihi Allah Azza wa Jalla . Segala sesuatu
selain Allah Azza wa Jalla adalah makhluk yang diciptakan dan diadakan oleh-Nya,
mereka tidak memiliki kewenangan apapun atas dirinya, kecuali menurut apa yang
dikehendaki dan diatur oleh Allah Azza wa Jalla . Oleh karena itu, tidak boleh
dibayangkan bahwa selain Allah Azza wa Jalla masih ada yang berpeluang memiliki
kelebihan atas Allah Azza wa Jalla.
Imam at-Thabari juga menyatakan tafsir yang senada dalam Kitab Tafsirnya.
Artinya: Dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla benar-benar Maha Kaya lagi Maha
Terpuji. [al-Hajj/ 22:64]
Artinya: Dan Rabbmu Maha Kaya yang mempunyai sifat kasih sayang. [al-Anm/
6:133]
Imam al-Alsi al-Baghdadi (wafat th.1270 H) menjelaskan: Arti ayat tesebut ialah,
tidak ada satupun yang kaya dalam segala sesuatu kecuali Allah Azza wa Jalla .
Allah Azza wa Jalla tidak membutuhkan hamba-Nya dan tidak membutuhkan pula
untuk ibadah hamba-Nya.
Ini senada dengan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits
qudsi, bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman:
!! .
! !!
.
!!
.
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah (wafat th. 795 H) menjelaskan hadits
Qudsi di atas sebagai berikut:
!!
!
Maknanya, para hamba Allah Azza wa Jalla tidak akan mampu menimpakan
madharat kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak akan mampu memberikan manfaat
kepada-Nya, sebab Allah Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Ghaniy (Maha kaya) dan
Maha terpuji. Dia tidak membutuhkan ketaatan-ketaatan para hamba-Nya. Ketaatan
para hamba tidak bermanfaat bagi Allah Azza wa Jalla , tetapi merekalah yang
mengambil manfaat dengan ketaatannya kepada Allah Azza wa Jalla. Begitu pula,
Allah tidak mengalami bahaya apapun jika mereka durhaka kepada-Nya, tetapi
merekalah yang akan mengalami bahaya jika mereka durhaka kepada Allah Azza wa
Jalla . Allah Azza wa Jalla berfirman:
Artinya: Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir;
sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah Azza
wa Jalla sedikitpun. [Ali-Imrn/ 3:/76]
!!
!! .
Artinya: Wahai para hambaKu! Sesungguhnya jika makhluk pertama hingga
makhluk terakhir dari kalian, baik jin maupun manusia, semuanya menjadi satu hati
yang paling bertakwa di antara kalian, yang demikian itu tidaklah menambahkan
kekuasaanKu sedikitpun. Wahai para hambaKu! Sesungguhnya, jika makhluk pertama
hingga makhluk terakhir dari kalian, baik jin maupun manusia, semuanya menjadi satu
hati yang paling jahat di antara kalian, tidaklah yang demikian itu akan mengurangi
kekuasaanKu sedikitpun.
Hadits ini merupakan isyarat bahwa kekuasaan Allah Azza wa Jalla tidak akan
bertambah dengan ketaatan para hamba-Nya, meskipun semua berkumpul menjadi
orang bertakwa.. Demikian pula, kekuasaan Allah Azza wa Jalla akan berkurang
dengan kedurhakaan para hamba-Nya meskipun mereka semua, baik jin maupun
manusia, menjadi satu untuk durhaka kepada Allah Azza wa Jalla. Karena
sesungguhnya Allah Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Ghaniy (Maha Kaya), tidak
membutuhkan apapun kepada selain-Nya. Dia memiliki kesempurnaan yang mutlak,
baik Dzat, sifat maupun perbuatan-perbuatan-Nya. Kekuasaan Allah Azza wa Jalla
adalah kekuasaan sempurna yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun, dalam semua
seginya. (Sampai di sini perkataan Ibn Rajab secara ringkas dan bebas).
Artinya: Hanya milik Allah Azza wa Jalla lah Asm-ul Husn (nama-nama yang
sangat indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut/mengingat Asm-ul
Husn itu. [al-Arf/ 7:180]
Maka, berdoa kepada Allah Azza wa Jalla dengan menyebut atau mengingat nama
al-Ghaniyu meliputi dua bentuk :
Kedua : Jika yang dimaksud berdoa adalah beribadah secara umum, maka
hendaknya seseorang melakukan peribadatan kepada Allah Azza wa Jalla dengan
penuh kesadaran, penuh semangat, penuh rasa harap, dan dengan cara yang benar,
mengingat Allah Azza wa Jalla adalah al-Ghaniy, Rabb yang Maha Kaya. Manusia
sangat butuh beribadah kepada Allah Azza wa Jalla agar mendapatkan kasih sayang
serta ridha-Nya, sedangkan Allah Azza wa Jalla Maha Kaya, tidak membutuhkan
segala ibadah manusia.
3. Akan menjadikan orang bersikap tawdhu (rendah hati), tidak pernah sombong
apalagi terhadap Allah Azza wa Jalla , karena ia ingat bahwa Allah Azza wa Jalla
Maha Kaya, Maha tidak membutuhkan dirinya dan tidak membutuhkan ibadah
serta ketaatannya.
4. Akan menjadikan orang tersebut selalu bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla,
karena Dia-lah yang mencukupi segala kebutuhannya.
5. Akan menjauhkan seseorang dari memohon kepada selain Allah Azza wa Jalla,
karena mereka tidak akan mungkin mampu memenuhi segala kebutuhannya. Hanya
Allah Azza wa Jalla , al-Ghaniy, yang Maha Kaya dan memenuhi segala
kebutuhannya.
Nama Allh Azza wa Jalla yang maha agung ini disebutkan dalam beberapa ayat al-
Qurn:
Artinya: Dan cukuplah Allh sebagai pemberi kecukupan [an-Nis/4: 6]
Berdasarkan ayat di atas, para Ulama telah menetapkan nama al-Hasb sebagai
salah satu dari nama-nama Allh Azza wa Jalla yang maha indah, seperti Imam Ibnul
Atsr, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Syaikh Abdur Rahmn as-Sadi, Syaikh
Muhammad bin Shleh al-Utsaimn, dan lain-lain.
Imam Ibnu Fris rahimahullah menjelaskan bahwa asal kata nama ini menunjukkan
empat pengertian, salah satunya adalah al-kifyah (memberi kecukupan) Makna asal
secara bahasa ini juga disebutkan oleh Imam al-Fairz Abdi rahimahullah dan Ibnu
Manzhr rahimahullah.
Imam Ibnul Atsr rahimahullah menjelaskan bahwa makna nama Allh Azza wa
Jalla ini adalah al-Kfi (Yang Maha Memberi kecukupan).
Maka, makna nama Allh al-Hasb adalah Yang Maha Mencukupi hamba-hamba-
Nya dalam semua kebutuhan mereka, baik dalam urusan agama maupun urusan dunia,
Dia Azza wa Jalla yang memudahkan bagi mereka segala kebaikan dan mencegah dari
mereka segala keburukan.
Artinya: Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allh niscaya Dia akan
mencukupkan (segala keperluan)nya [ath-Thalq/65:3]
Demikian juga, makna al-Hasb adalah yang maha menjaga dan memperhitungkan
semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya, yang baik maupun buruk, (kemudian
memberikan balasan yang sempurna), jika amal baik maka akan mendapatkan balasan
yang baik, dan jika buruk maka akan mendapatkan balasan yang buruk. Allh Azza wa
Jalla berfirman:
Artinya: Hai Nabi, cukuplah Allh (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-
orang mukmin yang mengikuti (petunjuk)mu [al-Anfl/8:64]
Kecukupan yang Allh Azza wa Jalla berikan kepada makhluk-Nya ada dua
macam, yaitu:
Artinya: Barangsiapa yang bertakwa kepada Allh niscaya Dia akan memberikan
baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezeki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allh niscaya
Allh akan mencukupkan (segala keperluan)nya [ath-Thalq/65:2-3]
Maknanya adalah Barangsiapa yang percaya kepada Allh Azza wa Jalla dalam
memasrahkan (semua) urusan kepada-Nya maka Dia akan mencukupi (segala)
keperluan dan urusannya, baik yang berhubungan dengan agama maupun dunia.
Keimanan yang benar terhadap nama-Nya yang maha agung ini akan
menumbuhkan dalam diri seorang hamba sikap tawakkal (penyandaran hati) yang
benar kepada Allh Azza wa Jalla , sikap yang merupakan sebab utama untuk meraih
kecukupan dan pertolongan dari-Nya dalam semua urusan yang dihadapi hamba
tersebut. Maka, jika seorang Mukmin bertawakkal dengan benar kepada Allh Azza
wa Jalla , dengan menyandarkan hatinya secara utuh dan sempurna kepada-Nya dalam
mengusahakan semua kebaikan dan mencegah semua keburukan, disertai dengan
keyakinan dan sangka baik kepada-Nya, maka Allh Azza wa Jalla akan memberikan
kecukupan yang sempurna kepadanya, memperbaiki keadaannya, meluruskan semua
ucapan dan perbuatannya, serta melapangkan semua kesusahan dan kesedihannya.
Artinya: Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allh niscaya Dia akan
mencukupkan (segala keperluan)nya [ath-Thalq/65: 3]
Dia tidak berfirman, bahwa (barangsiapa yang bertawakal kepada Allh), maka
Kami akan memberikan kepadanya pahala sekian dan sekian, sebagaimana dalam
amal-amal shaleh lainnya. Akan tetapi, Allh Azza wa Jalla menjadikan diri-Nya
sebagai pemberi kecukupan, pelindung dan penolong bagi hamba-Nya yang
bertawakal kepada-Nya. Maka kalau seorang hamba bertawakal kepada-Nya dengan
tawakal yang sebenarnya, kemudian langit dan bumi beserta semua makhluk yang ada
di dalamnya ingin memperdayainya (mencelakakannya), maka sungguh Allh Azza
wa Jalla akan memberikan jalan keluar, melindungi dan menolong hamba tersebut.
Makna inilah yang terungkap dalam sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
: Barangsiapa yang ketika keluar rumah membaca (dzikir): Bismillhi tawakkaltu
alallhi, wal haula wala quwwata illa billh (Dengan nama Allh, aku berserah diri
kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya), maka
malaikat akan berkata kepadanya: (sungguh) kamu telah diberi petunjuk (oleh Allh),
dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan),
sehingga setan pun tidak bisa mendekatinya, dan setan yang lain berkata kepada
temannya: Bagaimana (mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi
petunjuk, dicukupkan dan dijaga (oleh Allh )?.
Maksudnya adalah diberi petunjuk kepada jalan yang benar dan lurus, diberi
kecukupan dalam semua urusan dunia dan akhirat, serta dijaga dan dilindungi dari
segala keburukan dan kejelekan, dari setan atau yang lainnya.
Pengertian Al Malik adalah SifatNya Dzat Allah Yang Memiliki Mutlak sifat
Merajai/Memerintah seluruh alam. Jadi yang memerintah di seluruh alam ini
walaupun ia sangat berkuasa adalah tetap mutlak milik Allah semata. Semua keuasaan
akan tunduk kepada Rabb yang mulia.
QS Al Mukminuun : 116 "Sesungguhnya Allah ta'ala adalah Pemilik Sifat-sifat
yang tinggi lagi Pemilik Kerajaan yang sebenarnya, Tidak ada Tuhan yang berhak
diibadahi dengan sebenarnya melainkan Dia. Dia-lah yang memilki Arsy yang Mulia.
Milik-Nya seluruh alam, yang di atas (langit) dan yang dibawah (bumi), semua adalah
hamba dan sangat berhajat kepada-Nya.
Al-Malik mengandung makna raja atau penguasa. Namun sifat ini tidak boleh
disamakan dengan raja-raja atau penguasa di dunia. Memang Allah menyebut dirinya
sebagai al-Malik (raja/penguasa). Kedudukan raja bagi Allah dimaknai sebagai Dzat
yang berkuasa dan tidak butuh kepada segala sesuatu. Dia memiliki segala sesuatu.
Apa yang dimilikiNya diciptakanNya sendiri, bersumber dariNya. Segala sesuatu
menjadi milikNya. Dia berhak melakukan apa saja terhadap milikNya. Berbeda
dengan raja-raja di muka bumi. Mereka memang berkuasa, tetapi butuh kepada
rakyatnya. Tidak ada rakyat, ia tidak bisa berkuasa. Terhadap sesuatu mereka berusaha
memiliki dengan jerih payah. Mereka tidak bias menciptakannya sendiri. Lagi pula
kekuasannya sangat terbatas.
Oleh sebab itu, Allah disebut sebagai Maha Raja yang menguasai raja-raja.
Maka Maha Tinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu
tergesa-gesa membaca al-Quran sebelum disempurnakan mewahyukan kepadamu,
dan katakanlah: Ya Robbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan. (Q.S.
Thaha: 114)
Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya tidak ada Illah (yang berhak
disembah) selain Dia, Robb (Yang mempunyai) Arsy Yang Mulia (Q.S. Al-
Mukminun: 116) Ada yang berpendapat bahwa al-Malik mengandug makna Yang
Memiliki Segala-galanya, tidak membutuhkan sesuatu kepada sesuatu yang lain.
Bahkan wujud segala sesuatu bersumber dari-Nya atau sesuatu dari-Nya. Maka segala
sesuatu selain-Nya menjadi milik-Nya dalam zat dan sifat dan membutuhkan-Nya.
Itulah Raja yang Mutlak.
Allah al-Malik berarti Maha Raja. Berarti pula memiliki kerajaan yang Dia buat
sendiri. Kerajaan yang dimaksudkan adalah kekuasaan yang tiada terbatas. Bahkan
Dia memberikan kerajaan-kerajaan kepada yang Dia kehendaki. Kemudian Dia juga
mencabut kerajaan-kerajaan dari tangan orang yang dikehendaki-Nya.
Kerajaan artinya kekuasaan. Maha Raja berarti Maha Menguasai atau Maha Kuasa.
Oleh sebab itu jika kita memiliki kedudukan dan kekuasaan, sebesar apa pun bentuk
kekuasaan itu hendaknya diingat bahwa kita berada dalam genggaman Allah. Seorang
pemimpin organisasi dianggap memiliki kekuasaan kepada anggotanya, seorang
manajer merupakan penguasa atas bawahannya, seorang direktur, kepala sekolah,
bahkan kepala rumah tangga, mereka adalah penguasa atas kelompoknya. Janganlah
kiranya kita berbuat dzalim, ingatlah bahwa kerajaan (kekuasaan) Allah lebih hebat
dan mampu mencabut kekuasaan kita.
Adapun nilai positif dan makna dari meneladani Nama Allah Al- Malik:
Rasulullah bersabda:
Orang yang dibenci oleh Allah serta yang paling jelek besok pada hari Kiamat
adalah seorang yang menamakan dirinya dengan nama raja diraja, karena tiada
Dzat yang bersifat Raja Kecuali Allah (H.R. Muslim).
Dengan dapatnya kita memaknai sifat Al Malik, kita tahu bahwa yang menguasai
segalanya adalah Allah semata, dengan begitu kita tahu bahwa hawa nafsu adalah
bujukan syetan yang akan hanya menjerumuskan kita kepada hal-hal negatif dan itu
merupakan contoh ketundukan kita kepada syetan. Jadikanlah hawa nafsu menjadi
pahala bagi kita dengan mengedepankan yang halalan toyyiban, dan yang menjadi hak
kita bolehlah kita nafsu terhadap itu.
Memaknai sifat Al Malik berarti kita mengakui tentang kekuasaan Allah di bumi
dan langit, serta di dalam kedalam hati kita setiap mahluk-Nya. Dan dengan serta
merta kita harus mensyukuri segala nikmat yang telah diberi, itu adalah hamba yang
menunjukkan bahwa kiata adalah hamba yang pintar bersyukur.
Sebagai Yang Maha Kuasa, Allah lah yang menentukan segala urusan yang akan
kita hadapi dan telah kita hadapi, Dia lah yang mengetahui segala pengetahuan tentang
alam dan isinya serta yang tahu akan kedalaman hati seseorang. Segala apa yang kita
ikhtiarkan tergantung pada ketentuannya karena Dia Yang Maha Kuasa, dengan
mengharap pertolongan Allah berarti kita menunjukan sikap yang menumbuhkan
kekuatan bathin dalam menghadapi segala sesuatu. Sebaliknya dengan tidak
mengharapkan pertolongan dari Allah merupakan cerminan sikap yang angkuh.
Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu ber kuasa menciptakan
yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah maha pencipta lagi maha
mengetahui.(Yaasiin: 18)
Nama Allah, Al Khaaliqu bermakna Yang Mencipta. Segala yang ada ini
sebelumnya tidak ada. Dan Allah yang mengadakan atau menciptakan segala yang ada
ini. Manusia bagaimana juga pintarnya, tidak sanggup untuk menciptakn sesuatu yang
tida ada menjadi ada. Al-Khaliqu secara bahasa berasal dari kata "khalq" atau
"khalaqa" yang berarti mengukur atau memperhalus. Kemudian, makna ini
berkembang dengan arti menciptakan tanpa contoh sebelumnya. Kata khalaqa dalam
berbagai bentuknya memberikan penekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah
dalam ciptaan-Nya. (Q.S. Ar-Rum: 20-25). Allah al-Khaaliqu artinya Allah pencipta
semua makhluk dan segala sesuatu. Malaikat, jin, manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dan segala yang ada di alam ini diciptakan oleh
Allah. Allah menciptakan setiap makhluk secara sempurna dan dalam bentuk yang
sebaik-baiknya dengan ukuran yang paling tepat. al-Qur'an menegaskan, "Yang
memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan
manusia dari tanah." (Q.S. As-Sajdah : 7)
1 Dengan penciptaan yang serba komplek dan sangat sempurna ini kita harus dapat
bercermin diri bahwa Allah adalah Maha Pencipta. Dengan mengetahui penciptaan
diri yang begitu sempurna dengan sebaik-baiknya bentuk.
2 Bersyukur atas segala penciptaan-Nya dengan beribadah serta berkreasi untuk
kemashlahtan serta kesejahteraan kehidupan manusia, dengan proporsional dan
seimbang, tidak merusak keseimbangan kehidupan.
3 Bertanggung jawab atas penciptaan dan kreasi yang dilahirkan oleh diri kita
sendiri, untuk itu kita harus selalu meminta restu-Nya agar kehidupan ini dapat
bermanfaat, sehingga dapat meraih kebehagian di dunia dan akhirat.
Salah satu Al-Asmaul Husna adalah Ar-Razzaq (), juga Ar-Raziq ().
Nama Allah k itu disebutkan dalam ayat-Nya:
Demikian juga dalam hadits Rasul-Nya yang diriwayatkan dari Anas, ia berkata,
Orang-orang mengatakan:
. n:
Muhammad Khalil al-Harras berkata, Salah satu nama Allah adalah ( Ar-
Razzaq), yang merupakan bentuk mubalaghah dari kata ( Ar-Raziq). Perubahan
bentuk kata tersebut menunjukkan sesuatu yang banyak, diambil dari kata ( ar-
razq) yang bermakna pemberian rezeki, yang merupakan bentuk mashdar (kata dasar).
Adapun ( ar-rizq) adalah nama bagi sesuatu yang Allah rezekikan kepada
seorang hamba (kata benda). Jadi, makna Ar-Razzaq adalah Dzat yang banyak
memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya, yang bantuan dan keutamaan-Nya bagi
mereka tidak terputus walau sekejap mata.
Adapun kata Ar-Razq sama dengan kata Al-Khalq (penciptaan), yaitu sebagai salah
satu sifat perbuatan, yakni salah satu sifat-Nya sebagai Rabb (Rububiyyah). Kata Ar-
Razq tidak boleh disandarkan kepada yang selain-Nya, sehingga yang selain-Nya
tidak boleh disebut Raziq (pemberi rezeki) sebagaimana tidak boleh disebut Khaliq
(pencipta).
Allah berfirman:
Jadi, semua rezeki itu di tangan Allah saja. Dialah pencipta rezeki dan pencipta
makhluk yang memanfaatkan rezeki tersebut. Dialah yang menyampaikan rezeki
tersebut kepada mereka. Dia juga merupakan Pencipta sebab-sebab menikmatinya.
Oleh karena itu, yang wajib dilakukan adalah menyandarkan rezeki tersebut hanya
kepada Allah satu-satu-Nya dan mensyukuri-Nya.
Rezeki Allah kepada hamba-hamba-Nya ada dua macam, yaitu yang umum dan yang
khusus. Rezeki yang umum adalah Allah menyampaikan segala kebutuhan hidup
mereka dan menjaga kelangsungan mereka. Oleh karena itu, Allah memudahkan jalan-
jalan rezeki bagi mereka. Allah pun mengaturnya dalam jasad mereka, lalu
menyampaikan makanan yang dibutuhkan jasad ke anggota-anggota tubuh yang kecil
maupun yang besar. Rezeki yang umum ini mencakup orang yang baik maupun yang
jahat, muslim maupun kafir, bahkan juga meliputi manusia, jin, dan hewan. Allah
berfirman:
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya. (Hud: 6)
Rezeki ini mungkin berupa sesuatu yang halal, yang tidak mengandung dosa bagi
hamba. Akan tetapi, mungkin pula berupa sesuatu yang haram namun tetap disebut
sebagai rezeki dari sisi ini, yaitu disalurkannya kepada anggota badan dan
dijadikannya badan tersebut dapat mengambil manfaat darinya, sehingga hal ini tetap
bisa disebut rezeki dari Allah. Sama saja, baik dia mengambilnya dari yang halal
maupun dari yang haram. Yang seperti ini sekadar disebut rezeki (muthlaqur rizq).
Adapun yang kedua, (rezeki yang khusus) adalah rezeki yang mutlak (yang
sempurna), atau rezeki yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Rezeki ini
diperoleh melalui Rasulullah SAW dan terbagi menjadi dua, yaitu:
1 Rezeki bagi kalbu, berupa ilmu dan iman serta hakikat keduanya, karena kalbu
sangat membutuhkan pengetahuan akan kebenaran dan berkeinginan terhadapnya,
serta ingin menghamba kepada Allah. Dengan rezeki ini akan tercukupi dan hilang
rasa butuhnya (karena kalbu tidak akan membaik, beruntung, dan merasa kenyang
hingga mendapatkan ilmu tentang hakikat yang bermanfaat dan aqidah yang benar,
akhlak yang mulia, serta bersih dari akhlak yang hina. Apa yang dibawa Rasul
menjamin dua hal tersebut sesempurna-sempurnanya, dan tidak ada jalan menuju
kepadanya melainkan melalui jalan beliau).
2 Rezeki bagi badan, berupa rezeki halal yang tidak mengandung dosa. Allah
mencukupi hamba-Nya dengan rezeki yang halal sehingga tidak membutuhkan
yang haram. Allah juga mencukupi hamba-Nya dengan keutamaan-Nya sehingga
tidak membutuhkan selain keutamaan-Nya.
Rezeki yang khusus untuk mukminin dan yang mereka minta dari-Nya adalah kedua
macam rezeki tersebut.
Yang pertama adalah tujuan terbesar, sedangkan yang kedua adalah sarana menuju
kepadanya dan yang membantu dalam mewujudkannya. Bila Allah memberikan rezeki
kepada seorang hamba berupa ilmu yang bermanfaat, iman yang benar, rezeki yang
halal, serta sifat qanaah (merasa cukup) dengan apa yang Allah rezekikan, berarti
segala urusannya telah sempurna dan keadaannya telah lurus, baik sisi agama maupun
jasmaninya. Rezeki semacam inilah yang dipuji dalam nash-nash (teks-teks) nabawi
dan tercakup dalam doa-doa yang bermanfaat.
Oleh karena itu, bila berdoa kepada Rabbnya, seorang hamba semestinya mengingat
dalam kalbunya dua hal ini, sehingga bila dia mengatakan, Ya Allah, berikan
kepadaku rezeki, yang dia maksud adalah sesuatu yang membuat kalbunya semakin
baik, yaitu ilmu dan petunjuk, serta pengetahuan dan iman; juga yang menjadikan
jasmaninya baik, yaitu rezeki yang halal, yang nikmat, yang tidak sulit, dan tidak
mengandung dosa. (Syarh Nuniyyah karya al-Harras, 2/110111 dengan beberapa
tambahan dari Syarh al-Asma wash Shifat, kumpulan penjelasan as-Sadi)
Dengan mengimani nama Allah tersebut, kita mengetahui betapa besarnya karunia
Allah dan betapa luasnya rezeki-Nya. Semua makhluk-Nya: manusia, jin, dan hewan,
Allah k berikan rezeki-Nya kepada mereka tanpa kecuali. Lebih dari itu, Allah
mengkhususkan rezeki yang besar di dunia dan akhirat untuk hamba-Nya yang
bertakwa.
Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-
tiapsesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (Thaahaa:50)
Dikatakan bahwa makna Al Hadi itu ialah Dia yang menunjuki hamba-hamba
pilihan-Nya kepada makrifat Dzat-Nya. Dan menunjuki hamba-hamba-Nya yang
awam kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya sehingga dengannya mereka dapat
menyaksikan Dzat-Nya. Dan memberi petunjuk setiap makhluk kepada apa-apa yang
mesti mereka lakukan dalam memenuhi kebutuhannya, seperti memberi petunjuk
kepada bayi untuk mengisap tetek ibunya guna mendapat susu, menunjuki anak ayam
untuk mematuk biji-bijian ketika keluarnya, dan memberi petunjuk kepada kumbang
untuk membangun rumahnya, dan lain-lain.
Para Nabi dan Ulama adalah orang-orang yang memberikan petunjuk dikalangan
umat manusia, yang mengarahkan makhluk-makhluk pada kebahagiaan di akhirat dan
memandu mereka ke jalan Allah. Namun, sesungguhnya Allah-lah yang memandu
mereka dalam apa yang mereka katakan dan mereka tunduk pada kekuasaan dan
rencana-Nya.
Asma ini bila diimani akan mempengaruhi sikap hidup kita, dimana akan selalu
mendororng manusia mencari hidayah Allah. Hidayah Allah hendaklah dicari oleh
manusia dengan modal ilmu dan iman. Bila iman tipis dan amal ibadah tak tekun, ilmu
agama taka a maka bagaimana Allah akan memberinya kepada manusia. Jadi jalan
untuk datang hidayah itu mesti diusahakan dan Allah akan memberinya.
Apabila manusia yakin bahwa petunjuk dari Allah adalah hidayah yang hakiki
maka akan mendorong orang untuk mengamalkan ajaran Allah dengan konsisten dan
utuh(secara kaffah). Tidak ada petunjuk yang dapat mengantar manusia kejalan
keselamatan kecuali hidayah dari Allah.
Daftar Pustaka
https://almanhaj.or.id/4282-al-hasib-yang-maha-memberi-kecukupan.html
https://almanhaj.or.id/3396-al-ghaniy-maha-kaya.html
https://shirotholmustaqim.wordpress.com/2013/12/19/makna-ar-razzaq-maha-
memberi-rizki/
https://www.afdhalilahi.com/2013/05/asmaul-husna_6539.html