Vous êtes sur la page 1sur 11

TELAAH JURNAL

Study of Aetiological Factors of Puberty


Menorrhagia

Oleh:
M. Yufimar Riza Fadilah, S.Ked
04084821618215

Pembimbing:
dr. Fatimah Usman, SpOG (K)

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNSRI


RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2017
TELAAH KRITIS JURNAL

1. Judul Jurnal

Study of aetiological factors of puberty menorrhagia.

2. Pendahuluan

Masa remaja dapat dianggap sebagai periode peralihan antara masa kanak-
kanak dan dewasa. Selama periode ini, terdapat perubahan-perubahan yang
nyata baik kelakuan, psikologi, dan fisik pada perempuan. Istilah pubertas
merujuk pada keseluruhan periode selama berkembangnya karakteristik
seksual sekunder. Ciri-ciri fisik yang utama pada pubertas adalah :
pertumbuhan dada, pertumbuhan rambut ketiak dan rambut pubis,
bertambahnya tinggi badan, dan menstruasi.

Menarche menandakan berfungsinya pola hipotalamus-pituitari-ovarium.


Tetapi hal ini juga tergantung pada beberapa faktor seperti genetik, nutrisi,
berat badan. Namun, transisi dari masa kanak-kanak ke masa pubertas tidak
selamanya lancar. Tahun-tahun awal menstruasi sering bermasalah dikarenakan
beberapa penyakit; salah satu masalah umum yang sering ditemui adalah
puberty menorrhagia. Puberty menorrhagia diartikan sebagai perdarahan
berlebih dalam jumlah (>80 ml) atau dalam durasi (>7 hari) atau keduanya
diantara menarche dan usia 19 tahun.1 Penelitian ini diadakan untuk menilai
faktor-faktor etiologi dari puberty menorrhagia pada pusat pelayanan tersier.

3. Subjek dan Metode Penelitian

Penelitian observasional ini diadakan di klinik Calcutta National Medical


College dari Februari 2012 sampai Januari 2013. Para perempuan pubertas
dengan keluhan menorrhagia dimasukkan dalam penelitian ini. Menorrhagia
didiagnosis menggunakan PBAC (pictorial blood assessment chart); jika total
poinnya lebih dari 100 menandakan menorrhagia.2

Riwayat secara lengkap ditanyakan mulai dari perubahan pubertas sampai


ke riwayat menstruasi. Pertanyaan yang diajukan tentang menarche, jarak
menstruasi, lama perdarahan, gumpalan, jumlah pembalut yang dipakai setiap
hari. Riwayat medis termasuk diantaranya, adakah kenaikan atau penurunan
berat badan baru-baru ini, perubahan suara, bintik-bintik purpura, perdarahan
gusi, dll. Riwayat personal termasuk penggunaan obat-obatan juga ditanyakan.
Untuk perempuan yang belum menikah, pertanyaan yang sensitif seperti
kontak seksual atau kekerasan seksual ditanyakan secara terpisah. Untuk
perempuan yang telah menikah, ditanyakan mengenai kejadian obstetrik dan
penggunaan kontrasepsi.

Pasien-pasien yang obes diperiksa ciri acanthosis nigricans dan


hiperandrogen. Palpasi abdomen dilakukan untuk mengetahui apakah ada
hepatosplenomegaly, ascites, massa abdomen. Pemeriksaan gynekologi
termasuk pemeriksaan genitalia eksterna; jika hymen terlihat jelas, maka
pemeriksaan per vagina jangan dilakukan, sebagai gantinya pemeriksaan per
rektal yang dilakukan menyingkirkan semua massa abdomen. Spekulum dan
pemeriksaan per vagina dilakukan untuk perempuan yang sudah menikah.

Pemeriksaan rutin seperti, hitung jenis, waktu perdarahan, waktu


pembekuan, waktu protrombin, prolactin, FSH, LH, dan pemeriksaan USG
abdomen dilakukan pada semua pasien.

Pada pasien tertentu membutuhkan pemeriksaan khusus, seperti rontgen


dada, pemeriksaan sumsum tulang, darah menstruasi TB PCR untuk diagnosis
tuberkulosis, serum ferritin, Hb elektroforesis untuk diagnosis masalah darah,
pemeriksaan dalam pembiusan dan laparoskopi untuk diagnosis semua massa
pelvis.
4. Hasil dan Analisis

Sebanyak 65 pasien yang memenuhi kriteria diagnosis dimasukkan dalam


penelitian ini.

Tabel 1: Pembagian populasi penelitian berdasarkan umur


UMUR (dalam tahun) FREKUENSI
11-13 32 (49,2%)
14-16 21 (32,3%)
17-19 12 (18,5%)
TOTAL 65 (100%)

Tabel 1 menunjukkan pembagian populasi penelitian berdasarkan umur.


Mayoritas pasien (49,2%) berada diantara 11-13 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa komplikasi ini prevalensinya muncul pada awal pubertas.

Tabel 2: Pembagian populasi penelitian berdasarkan indeks massa tubuh


INDEKS MASSA TUBUH FREKUENSI
Underweight (IMT < 18,5) 15 (23,07%)
Normal (IMT 18,5-24,9) 44 (67, 69%)
Overweight (IMT 25-30) 3 (4,61 %)
Obes tingkat 1 (IMT 30-35) 3 (4,61%)
TOTAL 65 (100%)

Tabel 2 menunjukkan pembagian populasi berdasarkan IMT. Meskipun


mayoritas (67,69%) mempunyai normal IMT, sebuah nilai signifikan yang
underweight (23,07%) dan hanya 4,61% yang obes.

Tabel 3: Pembagian populasi penelitian berdasarkan derajat anemia


ANEMIA FREKUENSI
Mild (Hb 11-11,9) 17 (40,47%)
Moderate (Hb 8-10,9) 21 (50%)
Severe (Hb<8) 4 (9,52%)
TOTAL 42 (100%)
Tabel 3 menunjukkan pembagian kasus berdasarkan derajat anemia.
Diantara 65 pasien, 42 (64,61%) menderita anemia. Dalam kasus ini,
kebanyakan pasien menderita anemia tingkat moderate (50%). Hanya 4
(9,52%) yang butuh dimasukkan ke rumah sakit dan transfusi darah karena
pucat yang parah.

Tabel 4: Pembagian populasi penelitian berdasarkan etiologi


DIAGNOSIS FREKUENSI
Dysfunctional uterine bleeding 42 (64,61%)
Immune thrombocytopenic purpura) 7 (10,76%)
Hypothyroidism 6 (9,23%)
Polycystic ovarian syndrome 4 (6,15%)
Bernard-soulier disease 1 (1,53%)
Leiomyoma 2 (3,07%)
Tuberculosis 1 (1,53%)
Incomplete abortion 2 (3,07%)
TOTAL 65 (100%)

Tabel 4 menggambarkan faktor-faktor etiologi dari puberty menorrhagia.


Pada 42 (64,61%), tidak ada faktor etiologi yang secara tepat dapat
menimbulkan puberty menorrhagia. Tujuh (10,76%) pasien ITP dan 1 pasien
sindrom Bernard Soulier, sebuah kasus yang jarang, yaitu defek pada agregasi
platelet. Kelainan endokrin seperti hipotiroid (9,23%) dan sindrom polycystic
ovarian (6,15%) juga sering muncul dengan puberty menorrhagia. Satu pasien
dengan endometrial TB ada pada puberty menorrhagia. Dua kasus leiomyoma
dan 2 kasus aborsi inkomplit juga ada dalam penelitian ini.

5. Diskusi

Puberty menorrhagia adalah keluhan yang umum ada pada kelompok


umur remaja. Hal ini sudah diteliti bahwa ketidakmampuan untuk menilai
jumlah darah yang keluar sering berujung pada anemia berat dan masuk ke
rumah sakit serta transfusi darah. Lebih lanjut, kurang peduli dapat berujung
pada kekerasan seksual. Angka terjadinya kasus seperti ini tidaklah jarang.
Penting untuk merawat pasien-pasien ginekologi remaja ini dengan kesabaran,
simpati, dan empati.

Pada penelitian ini, kejadian puberty menorrhagia lebih sering terjadi pada
usia 11-13 tahun. Sumbu hipotalamus-pituitari-ovum membutuhkan kira-kira 2
tahun untuk matang. Jadi, tahun-tahun awal menstruasi terjadi ireguler dan
berhubungan dengan menorrhagia, sehingga membutuhkan perhatian medis.
Sebuah penelitian yang serupa oleh Roychowdhury et al menemukan 47,7%
pasien berusia antara 11 sampai 13 tahun.3

Kebanyakan pasien memiliki IMT normal, sebuah penelitian serupa oleh


Sweta Singh et al juga menemukan bahwa kebanyakan perempuan memiliki
IMT normal (57%).4 Namun, hal ini perlu diperhatikan bahwa adanya angka
yang signifikan pada derajat malnutrisi. Dikarenakan rumah sakit ini melayani
orang-orang yang terutama berada pada status sosio-ekonomi rendah, maka
malnutrisi prevalensinya lebih banyak dibanding obesitas.

Anemia prevalensinya juga cukup banyak (64,62%), mayoritas menderita


moderate anemia (50%). Sedikit (9,52%) yang perlu dimasukkan ke rumah
sakit dan transfusi darah. Pada penelitian Khosla et al diantara 18 pasien yang
perlu dimasukkan ke rumah sakit, 14 pasien diantaranya membutuhkan
transfusi darah untuk anemia berat.5 Pada penelitian ini, semua pasien yang
masuk rumah sakit membutuhkan transfusi darah.

Seperti ditunjukkan pada tabel 4, mayoritas penyebab menorrhagia


dikarenakan disfungsi perdarahan uterine (63,07%), yang kedua adalah
anovulatory cycle. Hal ini telah diteliti bahwa waktu keluarnya LH krusial
dalam membentuk siklus ovulasi normal. Peningkatan pada basal LH
begitupun waktu pematangan yang kurang pada tahun-tahun awal menarche
berdampak pada anovulatory cycle. Sebuah penelitian yang serupa oleh Saima
Gillani et al menunjukkan bahwa 74,2% puberty menorrhagia disebabkan oleh
disfungsi perdarahan uterine.6

Penyebab utama kedua adalah kelainan koagulasi (13,85%) yang mana


mayoritas menderita ITP, penemuan ini serupa dengan penelitian Khosla et al. 5
Namun, perlu diingat di negara-negara barat VWD adalah kelainan koagulasi
paling umum yang mana tidak umum terdapat pada negara ini.

Hipotiroid adalah penyebab ketiga utama pada penelitian ini. Menurut


Deifode, kejadian hipotiroid dalam usia grup ini adalah 11,67%. 7 Menurut Rao
et al1 angka kejadiannya 5,7% sedangkan Douglas L Wilansky & Bernard8
telah meneliti kejadiannya sebanyak 22%.

PCOS dapat dihubungkan dengan perdarahan berat yang ireguler. Pada


penelitian ini 6,15% didiagnosis sebagai PCOS. Rao et al 1 telah meneliti 2,8%
puberty menorrhagia disebabkan PCOS. Namun, kejadian PCOS sebagai
penyebab puberty menorrhagia sebanyak 25% menurut Albert Altcheck 9 dan
14% menurut Shikha et al.10

Dua kasus fibroid uterus dan satu kasus genital tuberculosis menyebabkan
puberty menorrhagia juga didapat dalam penelitian ini. Meskipun jarang,
patologi uterine seperti polip dan fibroid, dapat berujung pada perdarahan
abnormal.11 Kemungkinan komplikasi kehamilan seperti keguguran harus
disingkirkan sebagai sebuah penyebab perdarahan uterine abnormal pada
remaja11; pada penelitian ini, kami menemukan 2 kasus.
Telaah Kritis

Jurnal yang diakses dari Journal of Evolution of Medical and Dental


Sciences ini merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidence-
based medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan
sistematis suatu artikel penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas,
dan kegunaannya dalam praktik klinis. Komponen utama yang dinilai dalam
critical appraisal adalah validity, importancy, applicability. Tingkat
kepercayaan hasil suatu penelitian sangat bergantung dari desain penelitian
dimana uji klinis menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua
komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen pendahuluan,
metodologi, hasil, dan diskusi. Masing-masing komponen memiliki
kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah hasil penelitian
tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai
dari komponen pendahuluan, metodologi, hasil, dan diskusi. Masing-masing
komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan
apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai
referensi.

Penilaian PICO VIA (Population, Intervention, Comparison, Outcome,


Validity, Importancy, Applicability)
I. Population
Penelitian ini dilakukan terhadap 65 perempuan yang memenuhi kriteria
diagnosis, dari Februari 2012 sampai Januari 2013.
II. Intervention

Penelitian ini menilai faktor-faktor etiologi apa saja yang dapat


menyebabkan puberty menorrhagia. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria
kemudian ditanya mengenai riwayat medisnya secara detail, seperti perubahan
pada masa pubertas dan riwayat menstruasinya. Kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik secara umum terlebih dahulu baru kemudian pemeriksaan
ginekologi. Selain itu juga dilakukan pengecekan laboratorium secara rutin dan
pada beberapa pasien juga dilakukan pemeriksaan khusus.

III. Comparison
Penelitian ini dilakukan untuk menilai faktor etiologi apakah yang
paling dapat menyebabkan puberty menorrhagia. Selain itu, untuk
mengetahui kelompok usia manakah yang terbanyak dalam penelitian ini dan
termasuk dalam anemia derajat apa (jika ada).
IV. Outcome

Pada penelitian ini diketahui bawah dysfunctional uterine bleeding


merupakan faktor etiologi yang paling menyebabkan puberty menorrhagia,
kemudian disusul dengan ITP. Hasil ini serupa dengan penelitian yang pernah
dilakukan Saima Gillani et al dan Khosla et al. Dari penelitian ini juga
diketahui bahwa kelompok usia 11-13 tahun merupakan yang terbanyak
dengan kebanyakan dari populasi (67,69%) memiliki indeks massa tubuh
yang normal. Didapatkan pula sebanyak 42 responden menderita anemia
dengan setengahnya menderita anemia derajat sedang.

V. Study Validity
Research questions
Is the research question well-defined that can be answered using this study
design?
Ya. Metode penelitian dengan observasi ini dapat menjawab tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor etiologi yang dapat
menyebabkan puberty menorrhagia.
Does the author use appropriate methods to answer their question?
Ya. Metode yang digunakan penulisan adalah studi observasional, yaitu
suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung dan pencatatan
secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti.

Is the data collected in accordance with the purpose of the research?


Ya. Data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian. Subjek
penelitian adalah 65 perempuan yang memenuhi kriteria diagnosis dari
Februari 2012 sampai dengan Januari 2013.

Randomization
Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and
researchers?
Randomisasi tidak dijelaskan secara rinci pada jurnal ini.

Interventions and co-interventions

Were the performed interventions described in sufficient detail to be followed


by others?Other than intervention, were the two groups cared for in similar
way of treatment?
Pada penelitian ini tidak dilakukan intervensi.

VI. Importance
Is this study important?
Ya, penelitian ini penting karena hasil penelitian ini dapat mengetahui
faktor etiologi apakah yang paling berpengaruh dalam menyebabkan puberty
menorrhagia.

VII. Applicability
Are your patient so different from these studied that the results may not apply
to them?
Tidak, karakteristik penduduk India dan Indonesia tidak jauh berbeda,
sehingga kemungkinan hasil yang tidak jauh berbeda akan terjadi bila
penelitian ini diterapkan di Indonesia.

Is your environment so different from the one in the study that the methods
could not be use there?

Lingkungan di Indonesia tidak jauh berbeda dari negara India. Metode


yang digunakan dalam penelitian ini juga dapat diterapkan di Indonesia.

Kesimpulan: Jurnal ini valid, penting, dan dapat diterapkan sehingga jurnal ini
dapat digunakan sebagai referensi.

Vous aimerez peut-être aussi