Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Penjualan kredit kepada konsumen yang sebenarnya tidak layak menerima kredit,
perusahaan dapat rugi karena piutang macet.
Kelewat mencatat pengiriman barang atau mengirim barang dan lupa membuatkan
tagihan (faktur). Perusahaan rugi karena tidak akan pernah menerima kas dari
pengiriman tersebut.
Kesalahan dalam membuat faktur (salah jumlah atau salah harga). Konsumen bias
marah atau perusahaan bias rugi, menagih terlalu rendah.
Penjualan kredit fiktif, sehingga saldo penjualan dan piutang perusahaan menjadi
terlalu besar.
Lapping.
Akses terhadap data piutang dan persediaan oleh orang yang tidak berwenang.
Virus.
Kegagalan server.
Pengendalian Umum:
Pengendalian otorisasi.
Pengendalian akses. Meliputi terminal dengan fungsi yang terbatas, hanya untuk
mencatat penjualan dan penerimaan kas; Log untuk merekam semua transaksi
penjualan dan penerimaan kas pada saat user masuk kedalam sistem; Backup secara
rutin; Gudang yang terkunci.
PengendalianAplikasi
Dokumen yang bernomor urut tercetak terkait dengan penjualan, pengiriman barang
dan penerimaan kas.
Koreksi kesalahan pada saat input data, sebelum data diproses lebih lanjut.
Validity check (datanya sesuai tidak dengan yang ada di dalam master file)
Limit check
Range check
Sign check
Completeness check
Echo check
Piutang Usaha (Account Receivable) timbul akibat adanya penjualan kredit. Sebagian besar
perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa.
Menurut Soemarso (2004:338) yang dimaksud dengan Piutang yaitu : Piutang merupakan
kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para
pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan
biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas
penjualan barang atau jasa yang dilakukan.
Menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
piutang adalah sebagai berikut : Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap
pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.
Menurut Mulyadi (2002 : 87) piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas
uang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu
siklus kegiatan perusahaan.
Piutang adalah penagihan yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan
jasa dalam rangka kegiatan normal perusahaan. (Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) 2004:19)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan hak
atau klaim perusahaan terhadap klien atau pelanggan atas barang atau jasa yang telah
diberikan.
Pengakuan piutang usaha terjadi jika perusahaan menjual produk secara kredit atau
memberi jasa namun belum terjadi pembayaran kepada perusahaan.
Istilah pengakuan itu sendiri mengandung arti proses pembentukan suatu pos yang
memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca atau laporan laba rugi.
(Ikatan Akuntansi Indonesia 2004:19).
Berikut ini adalah pengakuan atau pencatatan ayat jurnal transaksi-transaksi yang
berhubungan dengan piutang :
Kas xxx
Pencatatan piutang dilakukan di oleh petugas bagian kartu piutang, dan petugas
bagian jurnal, dan buku besar. Buku-buku yang diperlukan terdiri atas buku jurnal penjualan,
jurnal penerimaan kas, jurnal umum, buku besar, dan kartu piutang sebagai buku
pembantu. Pencatatan piutang dapat dilakukan dengan salah satu dari metode berikut ini:
1. Metode Konvesional, dalam metode ini posting kedalam kartu piutang dilakukan atas
dasar data yang dicatat dalam jurnal.
2. Metode Posting Langsung, metode ini dibagi menjadi dua golongan berikut ini:
1. Posting langsung ke dalam kartu piutang dengan tulisan tangan; jurnal hanya menunjukkan
jumlah total harian saja (tidak rinci).
1. Posting ditunda.
3. Metode Pencatatan Tanpa Buku Pembantu (ledgerless bookeping), dalam metode ini
Faktur penjualan beserta dokumen pendukungnya yang diterima dari bagian penagihan, oleh
bagian piutang diarsippkan menurut nama pelanggan dalam arsip faktur yang belum bayar
(unpaid invoice file).
Pencurian kas
Kehilangan data
Kinerja yang buruk
Untuk mencatat penghapusan piutang usaha tersebut dapat dilakukan dengan dua metode,
yaitu :
Metode ini biasanya digunakan pada perusahaan-perusahaan yang berskala kecil atau dapat
juga diterapkan pada perusahaan yang tidak dapat menaksirkan kerugian piutang usaha
dengan tepat. Pada akhir periode akuntansi tidak dilakukan perhitungan taksiran kerugian
piutang, tetapi kerugian piutang baru dicatat apabila telah pasti tidak dapat ditagih. Sehingga
piutang tersebut akan dihapuskan dan dibebankan pada perkiraan kerugian piutang dan
mengkreditkan piutang usaha.
Apabila pelanggan membayar kembali piutang yang telah dihapus oleh perusahaan sebelum
tutup buku, maka piutang yang telah dikreditkan sebelumnya didebetkan kembali dan beban
pada kerugian piutang dikreditkan oleh perusahaan. Sehingga nilai piutang pelanggan
tersebut muncul dan akan dikreditkan kembali pada saat pembayaran piutang tersebut.
Lain halnya jika pelanggan membayar piutang yang telah dihapuskan oleh perusahaan setelah
tutup buku. Perusahaan akan mendebetkan piutang pelanggan tersebut dan mengkreditkan
nilai piutang tersebut sebagai pendapatan lain-lain. Pada saat pembayaran piutang oleh
pelanggan maka piutang tersebut akan dikreditkan kembali.
Metode ini digunakan oleh perusahaan berskala besar, dimana perusahaan sudah membuat
estimasi atau perkiraan mengenai kerugian piutang yang akan diterima akibat tidak dapat
ditagih seluruhnya. Suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari
semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar. Estimasi ini dicatat sebagai
beban dan pengurangan tidak langsung pada piutang usaha melalui kenaikan akun penyisihan
dalam periode dimana penjualan itu dicatat. Metode penghapusan tidak langsung mencatat
beban atas dasar estimasi dalam periode akuntansi dimana penjualan kredit dilakukan atau
pada saat munculnya nilai piutang di neraca.
Perusahaan akan mendebetkan kerugian piutang tak tertagih pada cadangan piutang tak
tertagih. Dan apabila piutang tersebut sudah dipastikan tidak dapat ditagih kembali maka
perusahaan akan membebankan cadangan piutang tak tertagih pada piutang usaha.
Beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama seperti penjualan untuk
mendapatkan perbandingan yang tepat atas beban dan pendapatan serta untuk mendapatkan
nilai yang tepat atas piutang. Walaupun menggunakan estimasi, persentase piutang yang tidak
akan tertagih dapat diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi penjualan berjalan dan
analisis saldo piutang yang beredar.
Banyak perusahan membuat kebijakan kreditnya dengan menciptakan piutang tak tertagih
dalam presentase tertentu. Karena ketidak tertagihan piutang dipandang sebagai kontijensi
kerugian, maka metode penyisihan hanya tepat dalam situasi dimana terdapat kemungkinan
bahwa nilai aktiva telah menurun dan jumlah penurunan atau kerugian tersebut dapat
diestimasi secara layak. Estimasi ini biasanya dibuat atas dasar presentase penjualan atau
piutang yang beredar.
Apabila piutang yang sudah dihapus diterima kembali pembayarannya, maka piutang yang
sudah dihapus dimunculkan kembali di debet dan mengkreditkan cadangan kerugian piutang.
Pada saat penerimaan piutang dari pelanggan maka perusahaan kembali mengkreditkan
piutang tersebut sesuai dengan nilai nominal yang diterima.
2. James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson (sesuai dengan SAS No.
55) : Pengendalian Internal adalah seluruh kebijakan dan prosedur yang diciptakan
untuk memberikan jaminan yang masuk akal agar tujuan organisasi (Entity) dapat
tercapai.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, pengendalian intern atau kontrol
intern didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan
sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu
tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan,
mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk
mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik
yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak (seperti reputasi atau hak kekayaan
intelektual seperti merek dagang).
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya
perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai
kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.
Menurut Mulyadi ada beberapa komponen atau unsur-unsur dalam Sistem Pengendalian
Intern,yakni sebagai berikut :
4. Kesadaran pengendalian
Menurut COSO pengendalian internal terdiri dari 5 (lima) komponen yang saling
berhubungan. Komponen ini didapat dari cara manajemen menjalankan bisnisnya, dan
terintegrasi dengan proses manajemen. Walaupun komponen-komponen tersebut dapat
diterapkan kepada semua entitas, perusahaan yang kecil dan menengah dapat menerapkannya
berbeda dengan perusahaan besar. Dalam hal ini pengendalian dapat tidak terlalu formal dan
tidak terlalu terstruktur, namun pengendalian internal tetap dapat berjalan dengan
efektif. Adapun 5 (lima) komponen pengendalian internal tersebut adalah :
1. Control Environment
2. Risk Assesment
Seluruh entitas menghadapi berbagai macam resiko dari luar dan dalam yang harus ditaksir.
Prasyarat dari Risk Assessment adalah penegakan tujuan, yang terhubung antara tingkatan
yang berbeda, dan konsisten secara internal. Risk Assessment adalah proses mengidentifikasi
dan menganalisis resiko-resiko yang relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah
basis untuk menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi, industri,
regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan mekanisme untuk mengidentifikasi dan
menghadapi resiko-resiko spesial terkait dengan perubahan tersebut.
3. Control Procedure
Informasi yang bersangkutan harus diidentifikasi, tergambar dan terkomunikasi dalam sebuah
form dan timeframe yang memungkinkan orang-orang menjalankan tanggung jawabnya.
Sistem informasi menghasilkan laporan, yang berisi informasi operasional, finansial, dan
terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk menjalankan dan
mengendalikan bisnis. Informasi dan Komunikasi tidak hanya menghadapi data-data yang
dihasilkan internal, tetapi juga kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi yang diperlukan
untuk memberikan informasi dalam rangka pembuatan keputusan bisnis dan laporan
eksternal. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam hal yang lebih luas, mengalir ke
bawah, ke samping dan ke atas organisasi. Seluruh personel harus menerima dengan jelas
pesan dari manajemen teratas bahwa pengendalian tanggung jawab diambil dengan serius.
Para personel harus mengerti peran mereka dalam sistem pengendalian internal, sebagaimana
mereka mengerti bahwa kegiatan individu mereka berhubungan dengan pekerjaan orang lain.
Mereka harus memiliki niat untuk mengkomunikasikan informasi yang signifikan kepada
atasannya. Selain itu juga dibutuhkan komunikasi efektif dengan pihak eksternal, seperti
customer, supplier, regulator, dan Pemegang Saham.
5. Monitoring
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk menentukan kualitas
performa sistem dari waktu ke waktu. Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan
yang berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya. Kegiatan ini
termasuk manajemen dan supervisi yang reguler, dan kegiatan lainnya yang dilakukan
personel dalam menjalankan tugasnya. Luas dan frekuensi evaluasi terpisah, akan tergantung
pada terutama penaksiran resiko dan efektifnya prosedur monitoring yang sedang
berlangsung. Ketergantungan sistem pengendalian harus dilaporkan kepada atasan, dengan
masalah yang serius juga dilaporkan kepada manajemen teratas dan dewan direksi.
3.2 SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS PIUTANG
1. Meyakini kebenaran jumlah piutang yang ada yang benar-benar menjadi hak milik
perusahaan.
Output dari sistem pengendalian intern piutang adalah berupa informasi dalam bentuk
laporan keuangan atau laporan manajemen lain, sehingga karakteristik sistem pengendalian
intern piutang identik dengan karakteristik informasi. Seperti yang telah diungkapkan oleh
Romney,dkk karakteristik informasi yang baik adalah :
Relevan
Reliable
Complete
Timelines
Understandable
Verrifyable
Adapun sistem pengendalian intern atas piutang secara keseluruhan antara lain
sebagai berikut :
Pegawai yang menangani akuntansi piutang, harus dipisahkan dari fungsi penerimaan
hasil tagihan piutang
Sumber : http://melatiarya.blogspot.co.id/2013/01/pengendalian-internal-piutang-usaha.html