Maaf kalau aku tidak mengantarkan Wafi secara langsung ke
Kang Siwar. Seperti yang sudah diceritakan oleh Solihin. Kenapa aku mengembalikan Wafi kepada Kakang ? bukannya aku marah tapi khawatir khilaf, kalau tidak aku antar Wafi ke Lampung. Kenakalan anak-anak apapun namanya aku ikhlas menghadapinya tapi kenakalan Wafi sudah mengarah ke kriminal dan kali ini yang jadi korban adalah dewan guru di Ternate yang nominalnya 4,8 juta. Ulah wafi tersebut bukan yang pertama kali tapi sudah sering dan berkali-kali. Uang jajan setiap hari kadang sampai mencapai puluhan ribu aku kasih. Aku tidak menyesal Kang, tapi aku berharap semoga Kang Siwar bisa mendidik Wafi jadi lebih baik lagi. Kalau Wafi bercerita tentang kami, silahkan Kang Siwar saring sendiri mau percaya atau tidak soalnya Wafi suka berbohong kalau ditanya sesuatu. Dengan sangat terpaksa Wafi tidak bisa lanjut sekolah di sana karena sudah kelas 6. Tahun depan baru bisa ulang masuk kelas 6 di Lampung. Kalau Wafi masih mau sekolah tahun depan, aku akan bantu belikan keperluan sekolahnya Insya Allah, soalnya di sini Wafi sekolah susah sekali di suruh belajar, maunya main terus , mau marah juga capek Kang. Aku harap Kang Siwar tidak marah dan memaklumi kondisi ini. Aku sakit-sakitan terus memikirkan kenakalan Wafi Kang. Makanya dengan sangat terpaksa Wafi aku titipkan di Kang Siwar. Memang anak adalah ujian dari Allah SWT, mungkin aku belum bisa menjadi orang tua yang baik buat Wafi. Aku berharap suatu saat nanti, Wafi bisa jadi anak yang dapat membanggakan Kang Siwar sebagai orang tuanya. Hanya maaf yang bisa aku sampaikan telah memisahkan Kang Siwar dengan Wafi selama 12 tahun. Sebagai kakak adik silaturrahim ini tidak akan pernah putus sampai kapanpun. Jauhnya jarak Lampung Ternate, jadi hanya lembaran kertas ini sebagai pengantar Wafi balik ke Lampung.