Vous êtes sur la page 1sur 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas


yang ditandai adanya mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat
penyumbatan saluran napas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran
pernapasan kronik. Asma mempunyai tingkat fatalitas yang rendah namun jumlah
kasusnya cukup banyak ditemukan dalam masyarakat. Badan kesehatan dunia
(WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma, jumlah ini
diperkirakan akan terus bertambah sebesar 180.000 orang setiap tahun. Sumber
lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh
dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak di cegah
dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi
yang lebih tinggi lagi pada masa yang akan datang serta mengganggu proses
tumbuh kembang anak dan kualitas hidup pasien.1
Berdasarkan laporan National Center for Health Statistics atau NCHS
(2003), prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000
anak (jumlah anak 4,2 juta) dan pada dewasa > 18 tahun, 38 per 1000 (jumlah
dewasa 7,8 juta). Jumlah wanita yang mengalami serangan lebih banyak daripada
lelaki. WHO memperkirakan terdapat sekitar 250.000 kematian akibat asma.
Sedangkan berdasarkan laporan NCHS (2000) terdapat 4487 kematian akibat
asma atau 1,6 per 100 ribu populasi.1

Di Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun hasil


penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner
ISAAC (Internationla Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995
prevalensi asma masih 2,1%, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi
5,2%. Hasil survei asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia (Medan,
Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar)
menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara
3,7%-6,4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8% tahun 1995
dan tahun 2001 di Jakarta Timur sebesar 8,6%. Berdasarkan gambaran tersebut di
2

atas, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu
mendapat perhatian secara serius.2

Asma memberi dampak negatif bagi pengidapnya seperti sering


menyebabkan anak tidak masuk sekolah, membatasi kegiatan olahraga serta
aktifitas seluruh keluarga, juga dapat merusak fungsi sistem saraf pusat,
menurunkan kualitas hidup penderitanya, dan menimbulkan masalah pembiayaan.
Selain itu, mortalitas asma relatif tinggi. WHO memperkirakan terdapat 250.000
kematian akibat asma.1

Asma dapat diderita seumur hidup sebagaimana penyakit alergi lainnya, dan
tidak dapat disembuhkan secara total. Upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya penurunan
frekuensi dan derajat serangan, sedangkan penatalaksanaan utama adalah
menghindari faktor pencetus. Tatalaksana asma dibagi menjadi dua, yaitu
tatalaksana saat serangan dengan menggunakan obat pereda (reliever) dan jangka
panjang dengan menggunakan obat pengendali (controller).3
3

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A.R
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Munif Rahman No. 6
Agama : Islam
Tanggal masuk : 20 Desember 2016
Tempat Pemeriksaan : Ruang Nuri Atas RSU Anutapura

II.ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak nafas

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien anak perempuan usia 8 tahun masuk ke RSU Anutapura dengan
keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan saat sore hari. Sesak dirasakan
pertama kali ketika sedang bermain di lingkungan rumah, Pasien mengatakan
saat sesak, sensasi seperti rasa dada tertekan. Biasanya Sesak nafas timbul
pada saat pasien merasa terlalu capek, terakhir kali pasien mengalami sesak
napas pada 8 bulan yang lalu. Sesak nafas tidak dialami setiap bulan, dimana
sesak nafas biasanya dialami tiap 2 bulan. Pasien juga mengeluhkan batuk
sejak 3 hari lalu, tidak disertai dengan flu.
Pasien Demam dan tidak ada riwayat kejang, tidak mengalami mual dan
muntah, buang air kecil lancar dan buang air besar biasa, dan nafsu makan
biasa.
Sebelumnya pasien telah masuk di UGD dan mendapatkan terapi Nebulisasi
dan sesak mereda dan pulang ke rumah, tapi setelah sampai dirumah sesak
timbul kembali dan pasien di bawa ke UGD kembali.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien memiliki riwayat penyakit asma sejak usia 2 tahun.
4

Riwayat penyakit keluarga :


Om (Saudara ibu) meiliki penyakit yang sama.

Riwayat sosial-ekonomi :
Menengah

Riwayat Kehamilan dan persalinan :


Pasien lahir normal dirumah sakit dibantu oleh bidan, lahir tidak
cukup bulan (7 bulan), BBL 1500 g, PB cm, pasien anak ketiga dari tiga
bersaudara. Pada saat kehamilan ibu pasien kontrol kedokter sebanyak 4 kali.

Kemampuan dan Kepandaian Bayi :


Pasien mulai membalikkan badannya sejak umur 6 bulan, duduk saat
berusia 7 bulan, merangkak saat berusia 8 bulan, berdiri saat berusia 10 bulan,
berjalan saat berusia 11 bulan, dan mulai mengucapkan kata dengan jelas saat
berusia 12 bulan. Anak tidak mengalami keterlambatan perkembangan saat
ini.

Anamnesis Makanan :
Anak tidak mendapatkan ASI sejak lagi dan langsung diberikan susu
formula. Susu formula diberikan sampai usia 6 bulan. Susu formula dan
makanan tambahan diberikan dari usia 6 bulan sampai 2 tahun.

Riwayat Imunisasi :
Riwayat Imunisasi lengkap

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
2. Pengukuran Tanda vital :
Nadi : 100 kali/menit, reguler
Suhu : 37,9 C
5

Respirasi : 43 kali/menit
Berat badan : 17 kg
Tinggi badan : 114 cm
Status gizi : CDC (85%) Gizi kurang
3. Kulit : Warna :Sawo matang
Turgor :Cepat kembali (< 2 detik)
Sianosis (-)
4. Kepala: Bentuk :Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopesia (-)
5. Mata : Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : hiperemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Cekung : (-/-)
6. Hidung : Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada
7. Mulut : Bibir :sianosis (-)
Gigi : tidak ada karies
Gusi : tidak berdarah
8. Lidah : Tidak kotor
9. Leher
Pembesaran kelenjar leher : Getah bening -/-,
Pembesaran thyroid : tidak ada pembesaran -/-
Faring : Tidak hiperemis
Tonsil : T1/T1 tidak hiperemis
10. Toraks
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral (+),
Retraksi dinding dada (+)
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikular+/+, Rhonki (-/-), Wheezing (+/+)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat (+)
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra (+)
Perkusi :
Batas jantung kanan : pada SIC V linea Parasternal
dextra
6

Batas jantung kiri : pada SIC V linea midclavicula


sinistra
Batas jantung atas : pada SIC II linea midclavicula
dextra dan parasternal sinistra
Batas Jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni regular. Murmur (-),
Gallop (-)
11. Abdomen
Inspeksi :Bentuk : tampak datar
Auskultasi :Bising usus (+) kesan normal
Perkusi :Bunyi : Tympani
Palpasi: Nyeri tekan : (-)
Hati : Hepatomegali(-)
Lien : Splenomegali(-)
Ginjal : tidak teraba
12. Ekstremitas atas : Akral hangat +/+, edema (-/-),
13. Ekstremitas bawah : Akral hangat +/+, edema (-/-),
14. Genitalia : Dalam batas normal
15. Otot-otot : Eutrofi (+), kesan normal
16. Refleks : Fisiologis +/+, patologis -/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,9 11,7-15,5 g/dl
Leukosit 12,3 3,6-11,0 103/ul
Eritrosit 5 3,8-5,2 106/ul
Hematokrit 39,5 35-47 %
Trombosit 329 150-440 103/ul

V. RESUME
Pasien anak perempuan usia 8 tahun masuk ke RSU Anutapura
dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan saat sore hari. Sesak
dirasakan pertama kali ketika sedang bermain di lingkungan rumah, Pasien
mengatakan saat sesak, sensasi seperti rasa dada tertekan. Biasanya Sesak
nafas timbul pada saat pasien merasa terlalu capek, terakhir kali pasien
mengalami sesak napas pada 8 bulan yang lalu. Sesak nafas tidak dialami
7

setiap bulan, dimana sesak nafas biasanya dialami tiap 2 bulan. Pasien juga
mengeluhkan batuk sejak 3 hari lalu, tidak disertai dengan flu.
Pasien Demam dan tidak ada riwayat kejang, tidak mengalami mual
dan muntah, buang air kecil lancar dan buang air besar biasa, dan nafsu
makan biasa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, Pemeriksaan Kepala dan leher
DBN, pemeriksaan thorax : terlihat retraksi dinding dada, suara nafas
tambahan Wheezing (+), Pemeriksaan Abdomen DBN, Extremitas DBN.
.
VI. DIAGNOSIS : Asma Bronchial Intermiten

VII. TERAPI
- O2 2 LPM
- IVFD Dextrose 5% 14 gtt/m
- Paracetamol Syr. 3 x 1 cth
- Nebulizer 2 agonist (salbutamol nebule 2.5 mg )

VIII. ANJURAN
- Spirometri

IX. FOLLOW UP
Tanggal : 21-12- 2016

Subjek (S) : Sesak (+), Batuk (+), Demam (-), Mual (+), Muntah (+),
BAK (+) Lancar, BAB (+) baik.
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 111 kali/menit
- Respirasi : 30 kali/menit
- Suhu : 36,60C
- Wheezing : (+/+)
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas Jantung Normal
8

Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni regular.


Abdomen
Inspeksi :Bentuk : tampak datar
Auskultasi :Bising usus (+) kesan normal
Perkusi :Bunyi : timpani
Palpasi: Nyeri tekan : (-)
Hati : Hepatomegali(-)
Lien : Splenomegali (-)
Ginjal : tidak teraba
Ekstremitas atas : Akral hangat +/+, edema (-/-),
Ekstremitas bawah : Akral hangat +/+, edema (-/-),
Hasil Lab : RBC : 4.90 x 106/mm3
WBC : 11.3 x 103/mm3
HGB : 13,5 g/dL
HCT : 41,4 %
PLT : 361 x 103/mm3
Assesment (A) : Asma Bronchial intermiten
Plan (P) :
- IVFD Dextrose 5% 12 gtt/m
- Inj. Ceftriaxone 600 mg/12 jam/iv
- Inj. Gentamicin 40 mg/12 jam/iv
- Inj. Contridex amp/8 jam/iv
- Nebulisasi Combivent + NaCl 0.9% 2 ml
- Elkana Syr 1 x 1 cth
- Ambroxol 6.8 mg
- Salbutamol 1.7 mg 3x1

Tanggal : 22-12- 2016

Subjek (S) : Sesak (-), Batuk (+), Demam (-), Mual (-), Muntah (-),
BAK (+) Lancar, BAB (+) baik.
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 120 kali/menit
- Respirasi : 27 kali/menit
9

- Suhu : 36,50C
- Wheezing : (-/-)
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas Jantung Normal
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni regular.
Abdomen
Inspeksi :Bentuk : tampak datar
Auskultasi :Bising usus (+) kesan normal
Perkusi :Bunyi : timpani
Palpasi: Nyeri tekan : (-)
Hati : Hepatomegali(-)
Lien : Splenomegali (-)
Ginjal : tidak teraba
Ekstremitas atas : Akral hangat +/+, edema (-/-),
Ekstremitas bawah : Akral hangat +/+, edema (-/-),
Assesment (A) : Asma Bronchial intermiten
Plan (P) :
- Cefixim 2 x cth
- Elkana Syr 1 x 1 cth
- Ambroxol 6.8 mg
- Salbutamol 1.7 mg 3x1

DISKUSI

Asma merupakan suatu kelainan inflamasi kronis pada saluran nafas yang
10

melibatkan sel dan elemen-elemen seluler. Inflamasi kronis tersebut berhubungan


dengan hiperresponsif dari saluran pernafasan yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk-batuk terutama
pada malam hari atau awal pagi. Episodik ini berhubungan dengan obstruksi
saluran pernafasan yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan
atau tanpa pengobatan.4
UKK respirologi IDAI mendefinisikan, asma adalah penyakit saluran
respiratori dengan dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi dan
hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinis
asma dapat berupa batuk, wheezing, sesak napas, dada tertekan yang timbul secara
kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada malam atau dini
hari dan biasanya timbul jika ada pencetus.3
Secara umum faktor risiko asma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:5
1. Faktor genetik
(b) Hiperreaktivitas
(c) Atopi/Alergi bronkus
(d) Faktor yang memodifikasi penyakit genetik
(e) Jenis Kelamin
(f) Ras/Etnik
2. Faktor lingkungan
(a) Alergen didalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing,
alternaria/jamur)
(b) Alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari)
(c) Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang,
makanan laut, susu sapi, telur)
(d) Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, beta-blocker
dll)
(e) Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray dll)
(f) Ekspresi emosi berlebih
(g) Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
(h) Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
(i) Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktivitas tertentu
(j) Perubahan cuaca
Usia juga berpengaruh terhadap terjadinya penyakit asma. Pada anak-anak
diameter saluran pernapasannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan orang
dewasa. Dinding dada pada anak-anak juga dinilai kurang kaku sehingga akan
11

mempercepat penutupan saluran napas walaupun dalam pernapasan biasa atau


pernapasan tidal. Tulang rawan trakea dan bronkus juga dianggap masih kurang
kaku sehingga mudah terjadi kolaps saat ekspirasi. Pada anak-anak otot bronkus
daerah percabangannya masih sedikit, sehingga bila terjadi sesak dan
mendapatkan terapi bronkodilator hasil yang didapatkan sering tidak seperti yang
diharapkan. Bentuk diafragma juga berpengaruh terhadap terjadinya asma. Pada
dewasa, bentuk diafragma adalah obliq, sehingga pada saat ekspirasi rongga dada
akan lebih luas, sedangkan pada anak-anak bentuk diafragmanya adalah
horizontal, sehingga pada saat ekspirasi diafragma akan menarik dada ke dalam
(retraksi).6,7
Proses inflamasi pada asma merupakan suatu proses yang cukup rumit
diawali dengan adanya rangsangan sebagai pemicu timbulnya proses inflamasi
akibat adanya interaksi antara sel-sel inflamasi dan mediator yang dihasilkan sel
mast yang berperan dalam hal timbulnya bronkospasme, peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, kemoktaksis sel-sel inflamasi maupun kerusakan
sel epitel saluran napas. Sedangkan mediator yang dihasilkan oleh eosinofil dapat
mengakibatkan kerusakan epitel sel mukosa bronkus dan selanjutnya ujung saraf
sensorik mengeluarkan substansi P dan neurokinin yang mengakibatkan
bronkokonstriksi, edema dan peradangan pada mukosa saluran napas. Dimana
proses inflamasi pada asma dibagi atas 2 fase yaitu;8
1. Reaksi fase awal/cepat
Disebabkan karena penyempitan bronkus yang berlangsung 10 sampai 20
menit akibat pajanan allergen sehingga mengaktivasi sel mast dan basophil
yang nantinya menghasilkan histamine, dan sitokin lainnya sehingga
menyebabkan spasme otot polos,edema, dan hipersekresi mukus.
2. Reaksi fase lambat
Disebabkan karena penyempitan bronkus yang berlangsung 2-8 jam sesudah
pajanan allergen. Sehingga memacu produksi eosinophil bradikinin,
serotonin

DIAGNOSIS

ANAMNESIS
12

Keluhan mengi dan atau batuk berulang merupakan manifestasi klinis


yang diterima luas sebagai titik awal diagnosis asma. Gejala respiratori asma
berupa kombinasi dari batuk, wheezing, sesak nafas, rasa dada tertekan, produksi
sputum. Gejala dengan karakteristik yang khas diperlukan untuk menegakan
diagnosis asma. Karakteristik yang mengarah ke asma adalah gejala timbul secara
episodik atau berulang. Gejala timbul misalnya ada faktor pencetus misalnya
iritan, asap obat nyamuk, udara dingin, makanan dan minuman dingin, aktifitas
fisik. Seringkali ada riwayat alergi pada pasien dan keluarganya. Biasanya gejala
juga dapat lebih berat pada malam hari. Dari hasil Anamnesis terhadap pasien :
pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak sore hari.
Sesak nafas timbul pada saat pasien merasa terlalu capek dan juga meminum air
dingin. Sesak nafas tidak dialami setiap bulan, dimana sesak nafas biasanya
dialami tiap 2 bulan. Pasien juga mengeluhkan adanya batuk berlendir (+), Om
pasien memiliki riwayat asma yang sama.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik pasien dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak
dapat terdengar wheezing, baik yang terdengar langsung atau yang terdengar
dengan stetoskop. Perlu dicari gejala lain alergi pada pasien seperti dermatitis
atopik atau rinitis alergi. Dari Pemeriksaan fisik yang dilakukan, didapatkan pada
pemeriksaan thorax terdengar suara nafas tambahan wheezing (+)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini untuk menunjukkan adanya variabilitas gangguan aliran napas


akibat obstruksi, hiperreaktifitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau adanya
atopi pada pasien. Pemeriksaan meliputi :9

Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan


variabilitas. Pada fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan dengan
peak flow meter
Uji cukit kulit ( skin prickt tes), eosinophil total darah, IgE spesifik
Uji inflamasi respiratori :FeNO . eosinophil sputum
13

Uji provokasi bronchus dengan exercise, metakolin, hipertoniksalin

Klasifikasi derajat asma

Tabel 1. Kriteria penentuan derajat asma9


Derajat asma Uraian kekerapan gejala asma
Intermiten Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antar serangan 6

minggu
Persisten Episode gejala asma >1x/bulan, 1x/minggu
ringan
Peristen Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap hari
sedang
Peristen berat Episode gejala asma terjadi hampir tiap hari

Tabel 2. Derajat keparahan serangan asma3


Asma serangan Asma serangan Serangan asma
ringan sedang berat dengan ancaman
henti napas

- Bicara dalam kalimat - Bicara dalam kata - Mengantuk


- Lebih senang duduk - Duduk bertopang lengan - Letargi
- Gelisah - Suara napas tidak terdengar
daripada berbaring
- Frekuensi napas meningkat
- Tidak gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Frekuensi napas
- Retraksi jelas
meningkat - SpO2 (udara kamar) < 90%
- Frekuensi nadi meningkat - PEF 50% prediksi atau
- Retraksi minimal
terbaik
- SpO2 (udara kamar) : 90-
95%
- PEF > 50% prediksi atau
terbaik

Tata laksana Asma


14

Tujuan tata laksana asma adalah terkendalinya asma anak secara umum untuk
mencapai kendali asma sehingga menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang
anak secara optimal. Secara lebih rinci, tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Aktivitas pasien berjalan normal, termasuk bermain dan berolahraga


2. Gejala tidak timbul pada siang maupun malam hari
3. Kebutuhan obat seminimal
Nilai mungkin dan tidak ada serangan
derajat serangan
4. Efek samping obat dapat dicegah untuk tidak atau sesedikit mungkin
terjadi, terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.10
Tatalaksana awal
nebulisasi -agonis 1-3x, selang 20 menit (2)
Apabila tujuan ininebulisasi
belum tercapai maka
ketiga + tata laksananya perlu dievaluasi
antikolinergik kembali
jika serangan berat, nebulisasi. 1x (+antikolinergik)
Tujuan tata laksana serangan asma antara lain sebagai berikut :

1. Mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat mungkin


2. Mengurangi hipoksemia
3. Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
4. Mengevaluasi dan memperbaharui tata laksana jangka panjang untuk
Serangan
Serangan
ringansedang Serangan berat
10
mencegah
(nebulisasi 1-3x, respons baik, gejalakekambuhan.
hilang) (nebulisasi 1-3x, respons parsial)(nebulisasi 3x, respons buruk)
observasi 2 jam Berikan oksigen(3)
sejak awal berikan O2 saat / di luar nebulisasi
jika efek
Nilai
bertahan,
kembali boleh
derajatpulang
serangan, jika sesuai dgn serangan sedang, observasipasangdi Ruangjalur Rawat Sehari/observasi
parenteral
jika gejala timbulAlur
lagi, Tatalaksana Serangan
perlakukan sebagai Asma
serangan
Pasang
nilai
pada
sedang
ulangjalurAnak
parenteral
klinisnya, jika sesuai dengan serangan berat, rawat di Ruang Ra
foto Rontgen toraks
Klinik / IGD

Boleh pulang
Bekali obat -agonis (hirupan / oral)
jika sudah ada obat pengendali, teruskan
jika infeksi
Ruang Rawat Seharivirus sbg. pencetus,
/observasi dapat diberi steroid oral
RuangRawatInap
dalam 24-48 jam kon-trol ke Klinik
Oksigen teruskan R. Jalan,
Oksigen untuk reevaluasi
teruskan
berikan steroid oral Atasi dehidrasi dan asidosis jika ada
nebulisasi tiap 2 jam steroid IV tiap 6-8 jam
bila dalam 12 jam perbaikan klinis stabil,nebulisasi
boleh pulang,
tiap 1-2tetapi
jam jika klinis tetap belum membaik atau meburuk, alih rawat ke Ruang Rawat In
aminofilin IV awal, lanjutkan rumatan
jika membaik dalam 4-6x nebulisasi, interval jadi 4-6 jam
jika dalam 24 jam perbaikan klinis stabil, boleh pulang
jika dengan steroid dan aminofilin parenteral tidak membaik, bahkan timbul Ancaman henti napas, alih

tatan:
a menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi cukup 1x langsung dengan -agonis + antikolinergik
a terdapat tanda ancaman henti napas segera ke Ruang Rawat Intensif
a tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin subkutan 0,01ml/kgBB/kali maksimal 0,3ml/kali
tuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4 L/menit diberikan sejak awal, termasuk saat nebulisasi
15

DAFTAR PUSTAKA

1. Kartasasmita CB. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. edisi pertama. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI.
2. Kepmenkes 1023/MENKES/SK, 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit
Asma. Menteri Kesehatan RI. Indonesia.
3. Rahadjoe N, et. al. 2015. Pedoman Nasional Asma Anak. Jakarta: UKK
Respirologi PP IDAI.
4. OByrne P, et al. 2011. Global Initiative For Asthma. Medical
Communications Resources, Inc.
5. Nelson. 2006. Textbook of Pediatrics : Childhood Asthma. USA: Elsevier
Science.
6. Depkes RI, 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Depkes RI, Jakarta.
16

7. Kliegman, R.M. 2007. Kliegman: Nelson Textbook of Pediatrics 18 th Ed.


USA: Elsiever.
8. Chris, T, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI.
9. Bektiwibowo, S. 2015. Bogor Pediatric Update 2015. Jakarta: IDAI.
10. Supriyatno, B. 2005. Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada
Anak. Majalah KedokteNran Indonesia, vol 55(3)

Vous aimerez peut-être aussi