Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh:
Irma Suryani
A31114032
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
3) Bagaimana Pelayanan Prima?
4) Bagaimana Proses Layanan ?
5) Bagaimana Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima ?
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Kebutuhan Organisasi Untuk Berubah
3
dibutuhkan sangat beragam. Akibatnya adalah semakin banyak
pihak luar yang berhubungan dengan organisasi. Pihak luar yang
menyediakan sumber daya wujudnya bisa organisasi lain yang
bergerak di bidang bahan baku, tenaga kerja, pasar, dan lain-lain.
Dan sangat dimungkinkan pihak luar tersebut adalah kompetitor.
Setiap pihak memberikan pengaruh yang berbeda tapi sifatnya
sangat penting sehingga sulit untuk diabaikan. Terdapat 9 segmen
yang menjadi lingkungan organisasi (Lubis dan Husai-ni, 1987:21-
22), yaitu:
a. Industri
b. Bahan Baku
c. Tenaga Kerja
d. Keuangan
e. Pasar
f. Teknologi
g. Kondisi Ekonomi
h. Pemerintah
i. Kebudayaan
Organisasi menjadi sistem yang terbuka ketika mulai
berinteraksi dengan lingkungannya. Sistem terbuka menuntutnya
untuk selalu memperhatikan pengaruh lingkungan. Pengaruh
tersebut akan semakin kuat karena kebutuhan akan berbagai
macam sumber daya. Kuatnya pengaruh akan berakibat kepada
semakin tingginya ketergantungan dan melemahkan daya tawar
organisasi terhadap lingkungannya.
Lingkungan merupakan wilayah yang berada di luar
organisasi. Kontrol terhadapnya sangat sulit dilakukan. Justru
sebaliknya, ketergantungan akan sumber daya, memperkuat tingkat
pengaruh. Akibatnya perubahan kecil yang terjadi terhadap
lingkungan berdampak juga terhadap kondisi internal organisasi.
Padahal perubahan yang terjadi bisa sangat cepat dan sangat
komplek karena menyangkut segmen-segmen yang beragam.
Resiko terbesar yang muncul akibat perubahan lingkungan
adalah ketidakpastian. Besar kecilnya ditentukan oleh faktor
kompleksitas perubahan dan stabilitas lingkungan selama
perubahan itu terjadi. Jadi, semakin banyak segmen (heterogen)
lingkungan yang terlibat maka semakin tinggi ketidakpastian. Sama
4
halnya dengan semakin sering terjadi perubahan maka semakin
tinggi tingkat ketidakpastian. Ketidakpastian yang timbul harus
mampu diatasi. Apabila tidak akan mengganggu proses produksi
karena hampir setiap waktu terjadi perubahan dan ketidakpastian
selalu menimbulkan ancaman.
Kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian harus dimiliki
organisasi. Ancaman harus dihilangkan atau paling tidak dikurangi
sampai pada tingkat yang tidak membahayakan. Wujudnya dengan
penguasaan atas informasi yang akurat tentang keadaan lingkungan
termasuk resiko perubahan yang menimbulkan ancaman bagi
organisasi.Sekaligus membekali diri dengan tindakan yang bisa
diambil untuk menghadapi ketidakpastian yang timbul. Kondisi
internal organisasi harus sudah dipersiapkan dengan berbagai
macam metode dan teknologi yang bisa meredam pengaruhnya.
Organisasi harus mampu meramalkan perubahan lingkungan yang
akan terjadi dan secepatnya membuat penyesuaian (adaptasi)
sebagai langkah antisipasi. Penyesuaian yang terjadi harus
didasarkan kebutuhan yang mendesak sifatnya. Bahkan apabila
mendesak, perubahan atas organisasi pun bisa dilakukan.
Perubahan dan pengembangan organisasi tersebut harus terencana
dengan baik. Sasarannya adalah untuk mempermudah organisasi
dalam melakukan pembaharuan, menghindarkan organisasi dari
keruntuhan, keusangan dan kekakuan.
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mendorong
organisasi untuk melakukan perubahan (Sutarto, 1993:414).
Pertama, faktor dari dalam (internal). Istilah faktor dari dalam atau
internal secara jelas memberikan gambaran tentang datangnya
tuntutan tentang perubahan yang berasal dari dalam organisasi.
Perubahan yang berasal dari dalam sebagai akibat dari volume
kegiatan yang bertambah banyak, adanya peralatan baru,
perubahan tujuan, penambahan tujuan, perluasan wilayah kegiatan,
tingkat pengetahuan, tingkat ketrampilan sikap serta perilaku para
pegawai.
5
Kedua, faktor dari luar (eksternal). Faktor dari luar atau
eksternal berarti dorongan perubahan berasal dari luar organisasi.
Lingkungan berperan besar dalam mempengaruhi perubahan yang
berasal dari luar. Perubahan tersebut didorong oleh adanya
peraturan baru, perubahan kebijakan dari organisasi yang lebih
tinggi, perubahan selera masyarakat terhadap produk organisasi,
perubahan mode, perubahan gaya hidup.
Perubahan yang terjadi, baik yang berasal dari faktor internal
maupun eksternal, bertujuan untuk menciptakan organisasi yang
lebih efisien, jaminan kualitas produk yang lebih baik, produk dapat
diterima pasar (marketable), dan kepuasan pelanggan. Aktivitas
operasional harus dapat dijalankan dengan cara yang paling efisien.
Efisiensi yang dicapai harus ditunjang dengan kualitas produk yang
dihasilkan. Produk harus dapat diserap dan diterima pasar. Pasar
sebagai pengguna selalu memberikan respon yang positif karena
produk tersebut sesuai dan dapat memenuhi citarasa mereka.
Kepercayaan atas produk yang dihasilkan akan membangun citra
organisasi dan membuat pasar tidak beralih kepada produk sejenis
dari organisasi lain. Keseluruhan proses tersebut akan memberikan
jaminan sumber daya kepada organisasi untuk selalu berproduksi
danmempertahankan keberlangsungannya.
6
cukup mengawasi. Pelaksana lapangan adalah organisasi swasta
ataupun organisasi publik yang diberi wewenang melalui kontrak
kerja (tender) dengan pemerintah untuk memberikan layanan. Pola
hubungan antara pemerintah dengan organisasi pelaksana adalah
murni kontrak bisnis sehingga proses tender yang terjadi harus
kompetitif dimana pihak yang tidak memenuhi persyaratan tender
dengan sendirinya gugur.
Organisasi publik harus bisa membangun dirinya menjadi
sangat kompetitif. Artinya, mekanisme kerja internal organisasi bisa
menyerupai atau sama persis dengan organisasi swasta. Orientasi
yang pada awalnya adalah tidak mencari keuntungan harus
bergeser untuk mencari keuntungan. Hal ini sebagai wujud dari
kemandirian organisasi. Organisasi harus berjalan dengan cara yang
sangat efisien.
Upaya mewujudkan organisasi publik menjadi kompetitif
adalah pekerjaan rumah pemerintah dan masyarakat. Prosesnya
tidak tiba-tiba tapi lama dan bertahap. Tujuan akhirnya adalah untuk
meningkatkan kinerja pelayanan organisasi kepada masyarakat.
Untuk mewujudkannya juga diperlukan adanya kebijakan yang
digunakan sebagai panduan.Kebijakan yang bisa dilakukan
mencakup beberapa ide.
1. Membentuk Clients Charter
Clients Charter adalah petunjuk dan referensi bagi
birokrat dalam menjalankan tugasnya yang berisi hak-hak
yang dimiliki masyarakat
2. Privatisasi pelayanan publik
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh birokrasi
pemerintah dapat dilakukan melalui kerjasama antara
pemerintah dan swasta
3. Pertemuan rutin dengan masyarakat pengguna layanan
Pelayanan publik selama ini kurang mencerminkan
kebutuhan masyarakat. Agar pelayanan yang diberikan
selaras dengan kebutuhan masyaakat maka perlu adanya
pertemuan yang bisa menjembatani agar bentuk layanan dan
kebutuhan masyarakat menjadi tepat sasaran (match)
4. Penghargaan terhadap petugas pelayanan
7
Peningkatan kinerja dapat melalui pemberian
penghargaan terhadap aparat yang memberikan layanan.
Penghargaan akan mendorong timbulnya kreativitas, inovasi
dan ide-ide yang dapat memperbaiki kualitas layanan
(Dwiyanto dan Kusumasari, 2001)
Wujud organisasi publik yang kompetitif dalam arti
mampu bersaing dengan organisasi swasta dalam
memberikan pelayanan merupakan terobosan yang menarik.
Terobosan tersebut secara internal akan membentuknya
menjadi organisasi yang tangguh dalam menghadapi
perubahan masyarakat dan lingkungannya. Namun
pergeseran yang terjadi cederung untuk memenuhi
mekanisme pasar. Padahal organisasi publik harus memiliki
sifat pelayanan kepada masyarakat. Sehingga selalu
diperlukan adanya intervensi kebijakan publik oleh
pemerintah sebagai wujud adanya rasa keadilan. Seperti
ungkapan Bintoro Tjokroamidjojo:
Intervensi kebijakan publik diperlukan dalam hal
keadilan. Peluang bagi mereka agar transaksi-transaksi
menjadi the most efficient, tidak selalu memenuhi
aspekequity (keadilan). Karena tidak semua mempunyai
keberdayaan yang sama untuk memanfaatkan peluang
(yang biarpun sudah sama). Hanya intervensi disini
perlumarket friendly (ramah pasar). Kebijakan publik
juga diharapkan mampu untuk lebih mendukung
penciptaan lingkungan yang kondusif pasar antara lain
dalam kebijakan pengembangan sumber daya manusia
(pendidikan, ilmu pengetahuan, kesehatan), dan
pengembangan infrastruktur. Disinipun bisa dilakukan
dengan koordinasi/sinergi kebijakan dan program sektor
publik dan sektorswasta (Bintoro Tjokroamidjojo, 2000).
Dengan demikian organisasi publik tidak hanya dituntut
memiliki sifat kompetitif (daya saing yang tinggi) dalam
operasionalnya tapi juga memiliki keadilan dalam memberikan
8
pelayanan. Daya saing yang tinggi akan memberikan jaminan
kualitas atas produk yang dihasilkan yaitu pelayanan kepada
masyarakat. Aspek keadilan merupakan wujud fungsi sosial
dari organisasi publik yang tidak boleh membedakan kualitas
layanannya kepada masyarakat. Dalam memberikan
pelayanan, birokrasi harus dapat menjamin bahwa layanan
yang diberikan adalah yang terbaik dan itu berlaku kepada
semua lapisan masyarakat.
9
b) pelayanan prima adalah pelayanan yang memuaskan
pelanggan
c) untuk instansi yang sudah mempunyai standar pelayanan,
maka pelayanan prima adalah pelayanan yang sesuai dengan
standarnya
d) untuk instansi yang belum mempunyai standar pelayanan,
maka pelayanan prima adalah pelayanan yang dianggap
terbaik oleh instansi yang bersangkutan, tetapi harus
dilanjutkan dengan menyusun standar pelayanan (Lukman dan
Sutopo, 2001:4)
Wujud pelayanan prima dengan sendirinya akan dilaksanakan
tatkala organisasi publik menjadi semakin kompetitif dan efisien.
Proses tersebut sebagai akibat terjadinya perubahan dalam
paradigma pelayanan. Di masa datang, pelayanan kepada
masyarakat hendaknya: makin lama makin baik (better), makin
lama makin cepat (faster), makin lama makin murah (cheaper), dan
makin lama makin sederhana (more simple). Cara pandang
organisasi terhadap masyarakat sebagai pengguna layanan juga
berubah. Kepuasan pelanggan menjadi faktor yang sangat penting
dalam pemberian pelayanan. Mekanisme keluhan melalui surat
merupakan cara yang sangat baik untuk mengetahui sejauh mana
respon pelanggan atas pelayanan yang diberikan.
Pelayanan prima merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur kualitas layanan. Indikator lain adalah
respon yang diberikan oleh masyarakat berupa keluhan (complaint)
atas pelayanan tersebut. Kinerja organisasi publik (birokrasi) sering
disorot pada sisi kualitas layanan. Oleh karena itu standar
pelayanan dan mekanisme keluhan sangat diperlukan untuk
mengetahui dan sekaligus memperbaharui kinerja birokrasi. Umpan
balik dari masyarakat sangat membantu karena berfungsi sebagai
input untuk melakukan evaluasi yang terus menerus.
2.4Proses Layanan
10
Pelayanan merupakan suatu proses. Proses tersebut
menghasilkan suatu produk yang berupa pelayanan kemudian
diberikan kepada pelanggan. Pelayanan dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok (Gonroos dalam Sutopo dan Suryanto, 2003:13):
1. Core service
Core service adalah pelayanan yang diberikan kepada
pelanggan sebagai produk utamanya. Misalnya untuk hotel berupa
penyediaan kamar. Perusahaan dapat memiliki beberapa core
service, misalnya perusahaan penerbangan menawarkan
penerbangan dalam negeri dan luar negeri.
2. Facilitating service
Facilitating service adalah fasilitas pelayanan tambahan
kepada pelanggan. Misalnya pelayanan check in dalam
penerbangan. Facilitating service merupakan pelayanan tambahan
yang wajib.
3. Supporting service
Supporting service adalah pelayanan tambahan untuk
meningkatkan nilai pelayanan atau membedakan dengan pelayanan
pesaing. Misalnya restoran di suatu hotel.
Janji pelayanan (service offering) merupakan suatu proses
yaitu interaksi antara pembeli (pelanggan) dan penjual (penyedia
layanan). Pelayanan meliputi berbagai bentuk. Pelayanan perlu
ditawarkan agar dikenal dan menarik perhatian pelanggan.
Pelayanan yang ditawarkan merupakan janji dari pemberi layanan
kepada pelanggan yang wajib diketahui agar pelanggan puas.
11
Sikap pelayanan yang diharapkan tertanam pada diri para pegawai
atau karywan adalah sikap yang baik, ramah, penuh simpatik, dan
mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap perusahaan atau
instansi. Jika kalian menjadi karyawan suatu perusahaan atau
instansi, sikap kalian akan menggambarkan perusahaan atau
instansi kalian. Kalian akan mewakili citra perusahaan atau instansi
baik secara langsung atau tidak langsung. Pelanggan akan menilai
perusahaan atau instansi dari kesan pertama dalam berhubungan
dengan orang-orang yang terlibat dalam perusahaan atau instansi
tersebut.. Sikap yang diharapkan berdasarkan konsep pelayanan
prima adalah:
12
c. Melayani pelanggan dengan cepat, tepat dan ramah
d. Menanyakan apa saja keinginan pelanggan.
e. Menempatkan kepentingan pelanggan pada nomor urut 1.
f. Mengamati dan menghargai perilaku para pelanggan
g. Mencurahkan perhatian penuh kepada para pelanggan
13
yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman
untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari
sebuah perkembangan ataupunperubahan, dan merupakan
akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah
obyekatau subyek tertentu.
Prinsip pelayanan prima dalam kegiatan pemasaran dapat
dipahami sebagai suatu pedoman bagi perusahaan atau organisasi
untuk melaksanakan suatu kegiatan pelayanan prima yang ingin
diterapkan pada para pelanggan atau konsumen yang ingin
dicapainya. Melalui prinsip pelayanan prima ini, suatu perusahaan
maupun organisasi akan diarahkan pada pencapaian tujuan
yanghendak dicapainya, terutama dalam meningkatkan
pelayanannya kepada masyarakat khususnya pada para
pelanggan.Layanan prima adalah kemampuan maksimum seorang
melalui sentuhan kemanusiaan dalam melayani atau berhubungan
dengan orang lain.
Layanan prima juga dapat berarti upaya maksimum yang
mampu diberikan oleh perusahaan jasa pelayanan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelanggan untuk mencapai suatu tingkat
kepuasan tertentu, serta memberikan pelayanan secara prima
kepada para pelanggan dengan tujuan untuk memenangi
persaingan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan, berkaitan dengan konsep
pelayanan prima yaitu:
1. Apabila dikaitkan dengan tugas pemerintah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat maka Pelayanan
Prima adalah pelayanan yang terbaik kepada masyarakat
2. Pelayanan Prima didasarkan pada standar pelayanan yang terbaik
3. Untuk instansi yang sudah mempunyai standar pelayanan maka
pelayanan prima adalah pelayanan yang memenuhi standar
4. Apabila pelayanan selama ini sudah memenuhi standar maka
pelayanan prima berarti adanya terobosan baru, yaitu pelayanan
yang melebihi standarnya
5. Untuk instansi yang belum mempunyai standar pelayanan maka
pelayanan prima adalah pelayanan yang terbaik dari instansi
14
yang bersangkutan. Usaha selanjutnya adalah menyusun standar
pelayanan prima.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
pemerintah sebagai penyelenggara maupun masyarakat sebagai
penerima layanan. Pemerintah berperan dalam membuat kebijakan
yang membuka peluang untuk adanya pembaharuan dan masyarakat
menjadi pemantau sekaligus memberi umpan balik sebagai alat
evaluasi. Sinergi yang terjadi merupakan alat yang efektif untuk
menjaga agar proses tersebut sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan.
Output dari organisasi publik adalah pelayanan kepada
masyarakat. Untuk memberikan pelayanan yang baik maka diperlukan
adanya standar pelayanan. Standar pelayanan berguna sebagai
ukuran dari pelayanan prima. Pelayanan prima merupakan bagian dari
upaya peningkatan kualitas layanan di samping melihat respon
masyarakat. Respon masyarakat melalui adanya mekanisme keluhan
menjadi umpan balik untuk evaluasi atas kualitas layanan. Proses
tersebut merupakan wujud kinerja organisasi dalam me-laksanakannya
tugas-tugas.
3.2 Saran
Demikianlah Makalah yang dapat kami sajikan. Kami sadar makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan, memiliki banyak kekeliruan dan kesalahan. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
dijadikan bahan perbaikan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto, Agus dan Kusumasari, Bevaola,Kinerja Pelayanan Publik, Policy Brief, CPPS-
UGM, no. 01/PB/2001
Lubis, S.B. Hari dan Husaini, Martani, 1987,Teori Organisasi (Suatu
Pendekatan Makro), PAU-UI, Jakarta
Lukman, Sampara dan Sutopo, 2001,Pelayanan Prima, Lembaga
Administrasi NegaraRI, Jakarta
Osborne, David dan Gaebler, Ted, 1996,Mewirausahakan Birokrasi, PPM,
Jakarta
16
Sutarto, 1984,Dasar-Dasar Organisasi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Tjokroamidjojo, Bintoro,Reformasi Birokrasi ke Arah Good Governance,
Bisnis dan birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,
Fisip-UI, nomor 1/Volume I/ Juli/2000
Thoha, Miftah, 1983,Perilaku Organisasi(Konsep Dasar dan Aplikasinya)
Rajawali, Jakarta
17