Vous êtes sur la page 1sur 4

Diagnosa Banding

Konjungtivitis virus harus dapat dibedakan dengan penyakit mata merah lainnya
termasuk konjungtivitis yang lain. Secara klinis bedasarkan keluhan subyektif dan obyektif
perbedaan konjungtivitis virus dengan konjungtivitis yang lain serta diagnosis mata merah dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Diagnosis Banding Penyakit Mata Merah Berdasarkan Keluhan Subjektif dan
Obyektif.1

Gejala Glaukoma Uveitis Keratitis K Bakteri K. virus K. alergi


subyektif akut akut
dan
obyektif
Penurunan +++ +/++ +++ - - -
Visus
Nyeri ++/+++ ++ ++ - - -
Fotofobia + +++ +++ - - -
Halo ++ - - - - -
Eksudat - - -/++ +++ ++ +
Gatal - - - - - ++
Demam - - - - -/++ -
Injeksi + ++ +++ - - -
siliar
Injeksi ++ ++ ++ +++ ++ +
konjungtiva
Kekeruhan +++ - +/++ - - -
kornea
Kelainan Midriasis Miosis Normal/ N N N
pupil nonrekatif iregular Miosis
Kedalaman Dangkal N N N N N
COA
Tekanan Tinggi Rendah N N N N
intraokular
Sekret - + + ++/+++ ++ +
Kelenjar - - - - + -
preaurikula
r
Tatalaksana
Konjungtivitis viral biasanya bersifat suportif dan merupakan terapi simptomatis, belum
ada bukti yang menunjukkan keefektifan penggunaan antiviral. Umumnya mata bisa dibuat lebih
nyaman dengan pemberian cairan pelembab. Kompres dingin pada mata 3 4 x/ hari juga
dikatakan dapat membantu kesembuhan pasien. Penggunaan kortikosteroid untuk
penatalaksanaan konjungtivitis viral harus dihindari karena dapat memperburuk infeksi.

Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi dan gejala dari konjungtivitis virus dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Konjungtivitis viral akut1,2
a. Demam faringokonjungtiva
Pengobatan untuk demam faringokonjungtiva hanya bersifat suportif
karena dapat sembuh sendiri diberi kompres dingin, astrigen, lubrikasi, anti
histamin topikal, dan artificial tears sedangkan pada kasus yang berat dapat
diberikan antibiotik dengan steroid loka jika adanya indikasi. Pengobatan
biasanya simptomatis.
b. Keratokonjungtivitis epidemika
Hingga saat ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. Selama konjungtivitis akut, penggunaan
kortikosteroid dapat memperpanjang keterlibatan kornea lebih lanjut sehingga
harus dihindari. Anti bakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi bakteri.
c. Konjungtivitis herpetik
Untuk konjungtivitis herpes simpleks yang terjadi pada anak diatas satu
tahun atau pada orang dewasa yang umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak
perlu terapi. Namun, antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk
mencegah terkena kornea. Jika terjadi ulkus kornea, harus dilakukan debridement
kornea dengan mengusap ulkus menggunakan kain steril dengan hati-hati,
penetesan obat anti virus, dan penutupan mata selama 24 jam. Antivirus topikal
sendiri harus diberikan 7-10 hari. Misalnya trikloridin setiap 2 jam sewaktu
bangun. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan karena dapat
memperburuk infeksi herpes simpleks dan mengubah penyakit dari suatu proses
singkat yang sembuh sendiri menjadi infeksi berat yang berkepanjangan. Pada
konjungtivitis herpes zooster pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian
kompres dingin. Untuk pengobatan dapat diberikan oral acyclovir 800 mg/hari
sebanyak 5 kali sehari selama 7-10 hari. Walaupun diduga steroid dapat
mengurangi penyulit akan tetapi dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Pada
dua minggu pertama dapat diberikan analgetik untuk menghilangkan rasa sakit.
Pada kelainan peermukaan dapat diberikan salep terasilin. Steroid tetes
deksametason 0,1% diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis dan iritis.
d. Konjungtivitis new castle
Pengobatan yang khas hingga saat ini tidak ada dan dapat diberikan
antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder disertai obat-obat simtomatik.
e. Konjungtivitis hemorrhagik epidemik akut
Penyakit ini dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya simtomatik.
Pengobatan antibiotika spekturm luas, sulfacetamide dapat digunkan untuk
mencegah infeksi sekunder. Penyembuhan dapat terjadi dalam 5-7 hari.
2. Konjungtivitis viral kronik2
a. Konjungtivitis Molluscum Contagiosum
Eksisi, insisi sederhana pada nodul yang memungkinkan darah tepi yang
memasukinya atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitis. Pada kondisi
ini eksisi nodul juga menyembuhkan konjungtivitisnya.
b. Blefarokonjungtivitis varicella zoster
Pada kondisi ini diberikan acyclovir oral dosis tinggi (800mg/oral 5x selama
10 hari)
c. Keratokonjungtivitis campak
Tidak ada terapi yang spesifik, hanya tindakan penunjang saja yang dilakukan,
kecuali ada infeksi sekunder.

Komplikasi

Komplikasi dari konjungtivitis viral antara lain adalah:3

a. Keterlibatan inflamasi pada kornea yang paling sering yaitu keratokonjungtivitis atau
keratitis.
b. Infeksi bakteri superimposed.
c. Dapat terjadi blefaritis, entropion dan yang paling jarang yaitu parut pada kelopak mata.
d. Dapat berlanjut menjadi ulkus kornea, misalnya herpes simpleks keratitis sehingga yang
paling berat dapat menyebabkan kebutaan.
Pencegahan

Konjungtivitis viral merupakan penyakit infeksi yang angka penularannya cukup tinggi,
sehingga pencegahan adalah hal yang sangat penting. Penularan juga bisa terjadi di fasilitas
kesehatan bahkan ke tenaga kesehatan yang memeriksa pasien. Langkah langkah pencegahan
yang perlu diperhatikan adalah mencuci tangan dengan bersih, tidak menyentuh mata dengan
tangan kosong, serta tidak menggunakan peralatan yang akan digunakan untuk pemeriksaan
pasien lain. Dalam penularan ke lingkungan sekitar, pasien sebaiknya disarankan untuk
menghindari kontak dengan orang lain seperti di lingkungan kerja/sekolah dalam 1 2 minggu,
juga menghindari pemakaian handuk bersama.1,2,3

Prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik (bonam) karena sebagian besar kasus dapat
sembuh spontan (self-limited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi apabila tidak
ditangani dengan baik.

Daftar Pustaka:
1. SU Suharjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Ed. 2. Fakultas kedokteran Univesitas
Gadjah Mada. 2012.
2. Garcia-Ferrer FJ, Schwab IR, Shetlar DJ. Conjunctiva. In: Riordan-Eva P, Whitcher JP
(editors). Vaughan & Asburrys General Opthalmology. 18th edition. McGraw-Hill
Companies. USA: 2013. p108-112
3. Adnaan H, Hasebullah W, Narbeh K. Infective conjunctivitis its pathogenesis,
management and complications. Intech. 2013
4.

Vous aimerez peut-être aussi