Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SEKTOR PUBLIK
SEKTOR PUBLIK
KELOMPOK 6
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Jenis Jenis Penganggaran Sektor Publik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ........................................................................................3
2. Rumusan Masalah ...................................................................................5
3. Tujuan Penulisan .....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK .......................6
B. ANGGARAN TRADISIONAL .............................................................16
C. ANGGARAN PUBLI DENGAN PENDEKATAN NPM ......................18
D. PERUBAHAN PENDEKATAN ANGGARAN.....................................24
E. ANGGARAN KINERJA ........................................................................26
F. ZERO BASED BUDGETING (ZBB) ....................................................27
G. PPBS .......................................................................................................6
Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan
dan pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat incrementalism,
yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang
sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar
untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau penggurangan tanpa dilakukan
kajian yang mendalam. Pendekatan semacam ini tidak saja belum menjamin
terpenuhinya kebutuhan riil, namun juga dapat mengakibatkan kesalahan yang terus
berlanjut. Hal ini disebabkan karena kita tidak pernah tahu apakah pengeluaran
periode sebelumnya yang dijadikan sebagai tahun dasar penyusunan anggaran tahun
ini telah didasarkan atas kebutuhan yang wajar.
Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya
perhatian terhadap konsep value for money. Konsep ekonomi, efisiensi dan efetivitas
seringkali tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional.
Dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money ini, seringkali pada
akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran yang pengaloasiannya kemudian
dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk
dilaksanakan. Aktivitas-aktivitas susulan ini semata-mata dimaksudkan untuk
menghabiskan sisa anggaran. Apabila hal tersebut tidak dilakuan akan berdampak
pada alokasi anggaran tahun berikutnya. Hal ini disebabkan karena pada pedekatan
tradisional, kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya anggaran yang diajukan dan
bukan berdasarkan pada pertimbangan output yang dihasilkan dari aktivitas yang
dilakukan dibandingkan dengan target kinerja yang dikehendaki (outcome).
Anggaran tradisional yang bersifat incrementalism cenderung menerima
konsep harga pokok pelayanan historis (historic cost of service) tanpa memperhatikan
pertanyaan seperti :
1. Apakah pelayanan tertentu yang dibiayai dengan pengeluaran pemerintah
masih dibutuhkan atau masih menjadi prioritas?
2. Apakah pelayanan yang diberikan telah terdistribusi secara adil dan
merata diantara kelompok masyarakat?
3. Apakah pelayanan diberikan secara ekonomis dan efisien?
4. Apakah pelayanan yang diberikan mempengruhi pola kebutuhan publik?
Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu
item, program, atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya
meskipun sebenarnya item tersebut sudah tidak dibutuhkan. Perubahan anggaran
hanya menyentuh jumlah nominal rupiah yang disesuaikan dengan tingkat
inflasi. Jumlah penduduk, dan penyesuaian lainnya.
Line-item
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang
didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Metode line-
item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau
pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara riil
item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada periode sekarang. Karena
sifatnya yang demikian, penggunaan anggaran tradisional tidak memungkinkan untuk
dilakukan penilaian kinerja secara akurat. Karena satu-satunya tolak ukur yang dapat
digunakan adalah semata-mata pada ketaatan dalam menggunakan dana yang
diusulkan.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item dilandasi
alasan adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol
pengeluaran. Berdasarkan hal tersebut, anggaran tradisional disusun atas dasar sifat
penerimaan dan pengeluaran, seperti misalnya pendapatan dari pemerintah atasan,
pendapatan dari pajak, atau pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk belanja
barang, dan sebagaimanya, bukan berdasar pada tujuan yang ingin dicapai dengan
pengeluaran yang dilakukan.
E. ANGGARAN KINERJA
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional, kususnya kelemahan yang disebabkan
oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik. Anggaran dengan
pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep value for money dan
pengawasan atas kinerja output. Pendekatan ini juga mengutamakan
mekanisme penentuan dan pembutan prioritas tujuan serta pendekatan yang
sistematik dan rasional dalam proses pengambilan keputusan untuk
menginplenmentasikan hal-hal tersebut anggaran kinerja dilengkapi dengan
teknik penggaran analitis.
Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh
karna itu, anggaran digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian
kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan efektifitas anggaran.
Pendekatan ini cenderung menolak pandangan anggaran tradisional yang
menganggap bahwa tanpa adanya arahan dan campur tangan, pemerintah akan
menyalahgunakan kedudukan mereka dan cenderung boros (over spending).
Menurut pendekatan anggran kinerja, dominasi pemerintah akan dapat
diawasi dan dikembalikan melalui penerapan internal cost awareness, audit
keuangan dan audit kinerja, serta evalusi kinerja eksternal. Dengan kata lain,
pemerintah dipaksa bertindak berdasarkan cost minded dan harus efisien.
Selain didorong untuk menggunakan dana secara ekonomis, pemerintah juga
dituntut untuk mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Oleh karna itu, agar
dapat mencapai tujuan tersebut maka diperlukan adanya program dan tolak
hokum sebagai standart kinerja.
Kelemahan ZBB
1. Prosesnya memakan waktu lama(time consuming), terlalu teoritis dan tidak
praktis, membutuhkan biaya yang sangat besar, serta menghasilkan kertas
kerja yang menumpuk karena pembuatan keputusan.
2. ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek
3. Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju.
4. Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah pada proses meranking dan
mereview paket keputusan. Mereview ribuan paket keputusan merupakan
pekerjaan yang melelahkan dan membosankan, sehingga dapat mempengaruhi
keputusan.
5. Untuk melakukan perankingan paket keputusan dibutuhkan staf yang
memiliki kemampuan untuk mengkalkulasi paket keputusan . selain itu dalam
perankingan muncul pertimbangan subyektif atau mungkin terdapat tekanan
politi sehingga tidak obyektif lagi.
6. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan
harus masuk dalam anggaran.
7. Implementasi ZBB Menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi.
Karakteristik PPBS:
1. Berfokus pada tujuan dan aktifitas (program) untuk mencapai tujuan.
2. Secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang
akan datang karena PPBS berorientasi pada masa depan.
3. Mempertimbangkan semu biaya yang terjadi.
4. Dilakukan analisi secara sistematik atas berbagai alternatif program,
yang meliputi:
a. Identifikasi tujuan
b. Identifikasi secara sistematik alternatif program untuk mencapai
tujuan,
c. Estimasi biaya total dari masing-masing alternatif program
d. Estimasi manfaat (hasil) yang ingin diperoleh dari masing-masing
alternatif program.
Kelebihan PPBS
1. Memudahkan dalam pendelegasian tanggungjawab dari manajemen
puncak ke manajemen menengah.
2. Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja.
3. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya (cost-
consciousness/cost awareness) dalam perencanaan program
4. Lintas departemen sehinngga dapat meningkatkan komunikasi,
koordinasi,dan kerjasama antar departemen.
5. Meningkatkan program yang overlapping atau bertantangan dengan
pencapaian tujuan organisasi.
6. PPBS menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi
sumber daya secara optimal.
Kelemahan PPBS
1. PPBS membutuhkan sistm informasi yang canggih, ketersediaan
data, adanya sistem pengukuran, dan staf yang memiliki kapasitas
tinggi.
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS
membutuhkan teknologi yang canggih
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan.
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai
kumpulan manusia yang kompleks.
5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented.
Penggunaan statistik terkadang kurang tajam untuk mengukur
efektivitas program. Statistik hanya tepet untuk mengukur beberapa
program tertentu saja.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait
dengan sifat program atau kegiatan yang lintas departemen
sehingga menyulitkan dalam melakukan alokasi biaya. Sementara
itu sistem akuntansi dibuat berdasarkan departemen bukan program.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA