Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti;
kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002;
131)
Hepatitis virus akut meupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam
tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hati dgn memberikan gambaran
klinis yang mirip yang dapat berfariasi dari keadaan subklinis tanpa gejala hingga
keadaan infeksi akut yang fatal. (Sylvia A. price, 1995; 439).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

B. Anatomi Fisiologi

Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga
kanan. Hati normal kenyal dengan permukaannya yang licin (Chandrasoma, 2006).
Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram.
Hati terdiri dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi
segmen anterior dan posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral
oleh ligamentum Falsiformis (Noer, 2002).

Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal
yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi vena

1
sentralis. Diantara lempengan terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang dibatasi
sel kupffer. Sel kupffer berfungsi sebagai pertahanan hati (Price, 2006). Sistem
biliaris dimulai dari kanalikulus biliaris, yang merupakan saluran kecil dilapisi oleh
mikrovili kompleks di sekililing sel hati. Kanalikulus biliaris membentuk duktus
biliaris intralobular, yang mengalirkan empedu ke duktus biliaris di dalam traktus
porta (Chandrasoma, 2006)

Fungsi dasar hati dibagi menjadi :

1. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu.

2. Fungsi metabolic

3. Fungsi pertahanan tubuh

4. Fungsi vaskular hati

a. Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu


Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan, kandungan
empedu menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus sesuai yang dibutuhkan.
Hati mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur utama empedu adalah
air (97%), elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol dan pigmen empedu
(terutama bilirubin terkonjugasi). Garam empedu penting untuk pencernaan dan
absorbsi lemak dalam usus halus. Oleh bakteri usus halus sebagian besar garam
empedu direabsorbsi dalam ileum, mengalami sirkulasi ke hati, kemudian
mengalami rekonjugasi dan resekresi. Walaupun bilirubin (pigmen empedu)
merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak mempunyai peran
aktif, ia penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu, karena bilirubin
cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya.

b. Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas dikirim
melalui vena porta setelah diabsorbsi oleh usus. Monosaksarida dari usus halus
diubah menjadi glikogen dan di simpan dalam hati (glikogenesis). Dari depot
glikogen ini mensuplai glukosa secara konstan ke darah (glikogenesis) untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam jaringan unuk
menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan sisanya diubah menjadi glikogen,
disimpan dalam otot atau menjadi lemak yang disimpan dalam jaringan subcutan.
Hati juga mampu menyintetis glukosa dari protein dan lemak (glukoneogenesis).

2
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma,
kecuali globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang
diperlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen dan faktor-
faktor pembekuan yang lain.

c. Fungsi Pertahanan Tubuh


Terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan, dimana fungsi
detoksifikasi oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis
atau konjugasi zat yang memungkinkan membahayakan dan mengubahnya menjadi
zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dimana yang berperanan
penting adalah sel kuffer yang berfungsi sebagai sistem endoteal yang
berkemampuan memfagositosis dan juga menghasilkan immunolobulin.

d. Fungsi Vaskuler Hati


Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid hati,
seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke vena hepatika untuk
selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Selain itu dari arteria hepatika
mengalir masuk kira-kira 350 cc darah. Darah arterial ini akan masuk dan bercampur
dengan darah portal. Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan
mencapai 1500 cc tiap menit.
C. Manifestasi Klinis

Terdapat tiga stadium :


1. Stadium pre ikterik
Berlangsung selama 4 7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia,
mual, muntah, demam, nyeri otot, dan nyeri perut kanan atas, urine lebih coklat.
2. Stadium ikterik, yang berlangsung selama 3 6 minggu. Ikterus mula-mula
terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan berkurang tetapi
pasien masih lemah, anoreksia dan muntah, tinja mungkin berwarna kelabu atau
kuning muda, hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pasca ikterik (rekonvalensensi)
Ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada
anak-anak lebih cepat daripada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua.
Karena penyebab yang biasa berbeda.

D. Etiologi
1. Virus.
2. Bakteri (salmonella typhi).
3. Obat-obatan.
4. Racun (hepatotoxic).
5. Alcohol.

E. Patofisiologi

3
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan
digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual
dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan
regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus
yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

4
F. Klasifikasi
Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu RNA (Ribo Nucleic Acid)
dan DNA (Deoksi Nucleic Acid).
1. HepatitisA/Hepatitis infeksius
Sering kali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala,
sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam,
diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Penyakit ini
ditularkan terutama melalui kontaminasi oral fekal akibat higyne yang buruk
atau makanan yang tercemar.Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu.
Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda
dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
Masa inkubasi 30 hari.Penularan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak
dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang
prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu
setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan
vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk
homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.
2. HepatitisB/hepatitis serum

5
Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut partikel dane.
Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan antigen permukaan yang telah
diketahui secara rinci dapat diidentifikasikan dari sampel darah hasil
pemeriksaan lab.hepatitis B memiliki masa tunas yang lama, antara 1 7 bulan
dengan awitan rata-rata 1-2 bulan. Sekitar 5-10% orang dewasa yang terjangkit
hepatitis B akan mengalami hepatitis kronis dan terus mengalami peradangan
hati selama lebih dari 6 bulan. Gejalanya mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu
hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta
demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi,
transfusi darah dan gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang
mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah
paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa
tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu
narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
3. Hepatitis C
Hepatitis c diidentifikasi pada tahun 1989.cara penularan virus RNA tersebut
sama dengan hepatitis B dan terutama ditularkan melalui transfusi darah
dikalangan penduduk amerika serikat sebelum ada penapisan. Virus ini dapat
dijumpai dalam semen dan sekresi vagina tetapi jarang sekali pasangan seksual
cukup lama dari pembawa hepatitis C terinfeksi dengan virus ini. Masa tunas
hepatitis C berkisar dari 15 sampai 150 hari, dengan rata-rata 50 hari. Karena
gejalanya cenderung lebih ringan dari hepatitis B, invidu mugkin tidak
menyadari mereka mengidap infeksi serius sehingga tidak datang ke pelayanan
kesehatan. Antibody terhadap virus hepatitis C dan virus itu sendiri dapat di
deteksi dalam darah, sehingga penapisan donor darah efektif. Adanya antibody
terhadap virus hepatitis C tidak
berarti stadium kronis tidak terjadi saat ini belum tersedia vaksin hepatitis C.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak
lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B.
Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala
penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-
infeksi) atau amat progresif. agen hepatitis D ini meningkatkan resiko timbulnya
hepatitis Fulminan, kegagalan hati dan kematian. Pencegahan dapat dilakukan
dengan menghindari virus hepatitis B.
5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti air
yang tercemar. Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu
makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ),

6
keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.

Tabel Virus Hepatitis Yang Dikenali Saat Ini

Jenis Penularan Prognosis Diagnosis

Hepatitis A Oral atau fekal Biasanya sembuh Antibody hepatitis A ;


sendiri IgM(stadium
dini),IgG(stadium
lanjut)

Hepatitis B Ditularkan melalui Biasanya sembuh Antigen permukaan


darah,khususnya dari sendiri.10% hepatitis B (HbsAg)
ibu ke anak. Juga diantaranya dapat dan antigen
ditularkan melalui menjadi hepatitis B inti(HbeAg) yang
hubungan seksual kronis atau diikuti dengan
fulminan. antibody terhadap
antigen permukaan
hepatits B dan antigen
inti.

Heparitis C Ditularkan melalui 50% dapat menjadi Antibody hepatitis C


darah ( angkat infeksi kronis
penularan melalui
hubungan kelamin
rendah).

Hepatitis D Ditularkan melalui Meningkatkan Antigen hepatitis D,


darah.ko-infeksi kemungkinan antibody hepatitis D.
hanya dengan perburukan
hepatitis B hepatitis B

Hepatitis E Air tercemar, oral Biasanya sembuh Pengukuran virus


atau fekal sendiri, tetapi hepatitis E
menimbulkan angka
kematian tinggi

7
pada wanita hamil

G. Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan
penyakit yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai
hepatitis kronis persisten. Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus akan mengalami
kekambuhan setelah serangan awal yang dapat dihubungkan dengan alkohol atau
aktivitas fisik yang berlebihan setelah hepatitis virus akut sejumlah kecil pasien akan
mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi kerusakan hati seperti
digerogoti (picce meal). Akhirnya satu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup
bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.
Penyakit hepatitis kadang-kadang dapat timbul sebagai komplikasi leptospirosis,
sifilis, tuberculosis, toksoplasmosis, dan amebiasis, yang kesemuanya peka terhadap
pengobatan khusus. Penyebab noninfeksiosa meliputi penyumbatan empedu, sirosis
empedu primer, keracunan obat, dan reaksi hipersensitivitas obat. Komplikasi akibat
hepatitis A hampir tidak ada, keculai pada para lansia atau seseorang yang memang
sudah mengidap penyakit kronis hati atau sirosis.
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan pigmen

1) Urobilirubin direk

2) bilirubun serum total

3) bilirubin urine

4) urobilinogen urine

5) urobilinogen feses

b. Pemeriksaan protein

1) protein totel serum

2) albumin serum

8
3) globulin serum

4) HbsAG

c. Waktu protombin

1) Respon waktu protombin terhadap vitamin K

2) Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

3) AST atau SGOT

4) ALT atau SGPT

5) LDH

6) Amonia serum

d. Radiologi

1) foto rontgen abdomen

2) pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal


yang berlabel radioaktif

3) kolestogram dan kalangiogram

4) arteriografi pembuluh darah seliaka

e. .Pemeriksaan tambahan

1) Laparoskopi

2) biopsi hati

9
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATITIS

A. Pengkajian
1. Biodata
a) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa
medis.
b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat,
pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
c) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala,
batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam,
nyeri perut kanan atas
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding
dengan saudara-saudaranya.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
4. Data Dasar Pengkajian pada Pasien dengan Penyakit Hepatitis
a) Aktifitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
b) Sirkulasi
1) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )

10
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

c) Eliminasi
1) Urine gelap

2) Diare feses warna tanah liat

d) Makanan dan Cairan


1) Anoreksia

2) Berat badan menurun

3) Mual dan muntah

4) Peningkatan oedema

5) Asites

e) Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang

2) Cenderung tidur

3) Letargi

4) Asteriksis

f) Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen

2) Nyeri tekan pada kuadran kanan

3) Mialgia

4) Atralgia

5) Sakit kepala

6) Gatal ( pruritus )

g) Keamanan
1) Demam

2) Urtikaria

3) Lesi makulopopuler

11
4) Eritema

5) Splenomegali

6) Pembesaran nodus servikal posterior

h) Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
B. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus

C. Intervensi dan Rasional


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
karena anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nutrisi pasien
terpennuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan
nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.

No Intervensi Rasional

1. Ajarkan dan bantu klien untuk Keletihan berlanjut menurunkan


istirahat sebelum makan keinginan untuk makan

2. Awasi pemasukan diet/jumlah adanya pembesaran hepar dapat


kalori, tawarkan makan sedikit tapi menekan saluran gastro intestinal dan
sering dan tawarkan pagi paling menurunkan kapasitasnya.
sering

12
3. Pertahankan hygiene mulut yang akumulasi partikel makanan di mulut
baik sebelum makan dan sesudah dapat menambah baru dan rasa tak
makan sedap yang menurunkan nafsu makan.

4. Anjurkan makan pada posisi duduk menurunkan rasa penuh pada abdomen
tegak dan dapat meningkatkan pemasukan

5. Berikan diit tinggi kalori, rendah glukosa dalam karbohidrat cukup


lemak efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang


mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri pasien
berkurang atau teratasi.
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri
(tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)

No. Intervensi Rasional

1. Kolaborasi dengan individu untuk nyeri yang berhubungan dengan


menentukan metode yang dapat hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
digunakan untuk intensitas nyeri karena terdapat peregangan secara
kapsula hati, melalui pendekatan
kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif mengurangi
nyeri.

2. Tunjukkan pada klien penerimaan klienlah yang harus mencoba


tentang respon klien terhadap nyeri meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri

3. Berikan informasi akurat dan klien yang disiapkan untuk


jelaskan penyebab nyeri, tunjukkan mengalami nyeri melalui penjelasan
berapa lama nyeri akan berakhir, bila nyeri yang sesungguhnya akan
diketahui dirasakan (cenderung lebih tenang
dibanding klien yang penjelasan
kurang/tidak terdapat penjelasan)

4. Bahas dengan dokter penggunaan kemungkinan nyeri sudah tak bisa


analgetik yang tak mengandung efek dibatasi dengan teknik untuk
hepatotoksi mengurangi nyeri.

13
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu badan pasien
normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
No. Intervensi Rasional
1. Monitor tanda vital : suhu badan sebagai indikator untuk mengetahui
status hypertermi
2. Ajarkan klien pentingnya dalam kondisi demam terjadi
mempertahankan cairan yang peningkatan evaporasi yang memicu
adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) timbulnya dehidrasi
untuk mencegah dehidrasi, misalnya
sari buah 2,5-3 liter/hari.
3. Berikan kompres hangat pada lipatan menghambat pusat simpatis di
ketiak dan femur hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui penguapan
4. Anjurkan klien untuk memakai kondisi kulit yang mengalami lembab
pakaian yang menyerap keringat memicu timbulnya pertumbuhan
jamur. Juga akan mengurangi
kenyamanan klien, mencegah
timbulnya ruam kulit.

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap


hepatitis
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam keletihan pasien
berkurang
Kriteria hasil : tidak terjadi keletihan

No. Intervensi Rasional

1. Jelaskan sebab-sebab keletihan dengan penjelasan sebab-sebab


individu keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang

2. Sarankan klien untuk tirah baring tirah baring akan meminimalkan


energi yang dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan untuk
penyembuhan penyakit.

3. Bantu individu untuk memungkinkan klien dapat


mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, memprioritaskan kegiatan-kegiatan
kemampuan-kemampuan yang sangat penting dan
meminimalkan pengeluaran energi
untuk kegiatan yang kurang penting

4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan dapat segera diminimalkan

14
keletihan selama 24 jam meliputi dengan mengurangi kegiatan yang
waktu puncak energi, waktu dapat menimbulkan keletihan
kelelahan, aktivitas yang
berhubungan dengan keletihan

5. Bantu untuk belajar tentang untuk mengurangi keletihan baik fisik


keterampilan koping yang efektif maupun psikologis
(bersikap asertif, teknik relaksasi)

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan


pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi
kerusakan intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.

No. Intervensi Rasional

1. Pertahankan kebersihan tanpa kekeringan meningkatkan sensitifitas


menyebabkan kulit kering kulit dengan merangsang ujung syaraf

2. Cegah penghangatan yang penghangatan yang berlebih


berlebihan dengan pertahankan suhu menambah pruritus dengan
ruangan dingin dan kelembaban meningkatkan sensitivitas melalui
rendah, hindari pakaian terlalu tebal vasodilatasi

3. Anjurkan tidak menggaruk, penggantian merangsang pelepasan


instruksikan klien untuk memberikan hidtamin, menghasilkan lebih banyak
tekanan kuat pada area pruritus pruritus
untuk tujuan menggaruk

4. Pertahankan kelembaban ruangan pendinginan akan menurunkan


pada 30%-40% dan dingin vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,


asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam pasien tidak
mengalami gangguan pola nafas.
Kriteria hasil : Pola nafas adekuat

No. Intervensi Rasional

1. Awasi frekwensi , kedalaman dan pernafasan dangkal/cepat


upaya pernafasan kemungkinan terdapat hipoksia atau
akumulasi cairan dalam abdomen

2. Auskultasi bunyi nafas tambahan kemungkinan menunjukkan adanya

15
akumulasi cairan

3. Berikan posisi semi fowler memudahkan pernafasan dengan


menurunkan tekanan pada diafragma
dan meminimalkan ukuran sekret

4. Berikan latihan nafas dalam dan membantu ekspansi paru dan


batuk efektif mengeluarkan secret

5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan mungkin perlu untuk mencegah


hipoksia

7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi
infeksi pada pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

No. Intervensi Rasional


1. Gunakan kewaspadaan umum pencegahan tersebut dapat
terhadap substansi tubuh yang tepat memutuskan metode transmisi virus
untuk menangani semua cairan hepatitis
tubuh
a. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
semua klien atau spesimen

b. Gunakan sarung tangan


untuk kontak dengan darah
dan cairan tubuh

c. Tempatkan spuit yang telah


digunakan dengan segera
pada wadah yang tepat,
jangan menutup kembali
atau memanipulasi jarum
dengan cara apapun

2. Gunakan teknik pembuangan teknik ini membantu melindungi


sampah infeksius, linen dan cairan orang lain dari kontak dengan
tubuh dengan tepat untuk materi infeksius dan mencegah

16
membersihkan peralatan-peralatan transmisi penyakit
dan permukaan yang
terkontaminasi
3. Jelaskan pentingnya mencuci mencuci tangan menghilangkan
tangan dengan sering pada klien, organisme yang merusak rantai
keluarga dan pengunjung lain dan transmisi infeksi
petugas pelayanan kesehatan.

4. Rujuk ke petugas pengontrol rujukan tersebut perlu untuk


infeksi untuk evaluasi departemen mengidentifikasikan sumber
kesehatan yang tepat pemajanan dan kemungkinan orang
lain terinfeksi

D. Implementasi
1. Diagnosa 1:
a) Mengajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan Memberikan
snack atau makanan yang mengundang selera pasien
b) Mengawasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi
sering dan tawarkan pagi paling sering
c) Mempertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah
makan
d) Menganjurkan makan pada posisi duduk tegak
e) Memberikan diit tinggi kalori, rendah lemak
2. Diagnosa 2:
a) Menunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
b) Memberikan informasi dari penyebab nyeri
c) Membahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi
d) Berkolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri
3. Diagnosa 3 :
a) Memonitor tanda vital : suhu badan
b) Mengajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3
liter/hari.
c) Memberikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
d) Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
4. Diagnosa 4 :
a) Menjelaskan sebab-sebab keletihan individu
b) Menyarankan klien untuk tirah baring
c) Membantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat
d) Menganalisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan
keletihan
e) Membantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap
asertif, teknik relaksasi)
5. Diagnosa 5 :

17
a) Mempertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
b) Mencegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan
dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
c) Menganjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan
tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
d) Mempertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
6. Diagnosa 6 :
a) Mengawasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
b) Mengauskultasi bunyi nafas tambahan
c) Memberikan posisi semi fowler
d) Memberikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
e) Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
7. Diagnosa 7 :
a) Menggunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat
untuk menangani semua cairan tubuh
b) Menggunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh
dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang
terkontaminasi
c) Menjelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga
dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
d) Merujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan
yang tepat

E. IMPLEMENTASI
F. EVALUASI
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
3. Tidak terjadi peningkatan suhu
4. Tidak terjadi keletihan
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

18
19

Vous aimerez peut-être aussi