Vous êtes sur la page 1sur 24

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Rabu, 29 April 2015

Oleh

Kristina Molo, S.Ked

NIM: 1108011012

Pembimbing

Dr. D. A. P. Shinta Widari, Sp.KJ

SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSUD PROF.DR.W.Z. JOHANNES

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2015

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. IN
Umur : 40 Tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Manulay II, 02 Februari 2015
Agama : Katholik
Suku : Timor
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : Tamat SD
Alamat : Jl Alamanda RT/RW 20/080, Manulay II, Kecamatan
Alak.
II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
a. Keluhan Utama
Autoanamnesis: Pasien mengatakan seluruh anggota tubuhnya dikontrol/ digerakan
oleh orang lain menggunakan sebuah alat.

b. Riwayat Gangguan Sekarang


Autoanamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2014 pukul 09.15 WITA di
Poli Jiwa
Saat itu pagi hari sebelum pelayanan poli dimulai. Pasien tampak duduk
bersama ibu kandung dan om dari pasien di kursi depan poli menunggu antrian
nama untuk dipanggil. Pemeriksa memanggil nama pasien dan
mempersilahkannya masuk. Pasien masuk ke ruangan poli sendirian tanpa
ditemani ibu maupun omnya. Ketika ditanyakan mengapa ibunya tidak ikut
masuk, pasien menjawab tidak apa-apa biar tunggu diluar saja. Saat
pemeriksa diminta memanggil ibunya, pasien nampak bangun dan hendak pergi
ke luar poli namun hanya beberapa langkah pasien kemudian berjalan kembali ke
kursi depan pemeriksa dan bersikeras tidak mau ibunya ikut dalam pemeriksaan.
Biar saya sendiri saja, kata. Akhirnya pemeriksa mempersilahkan pasien duduk
dan memulai anamnesis. Pemeriksa mengucapkan salam dan memperkenalkan
diri kemudian dibalas oleh pasien. Pasien mengatakan namanya AM dan ingat
tanggal lahirnya 24 Juli 90. Pasien mengatakan ia mahasiswa dan sekarang
sedang magang ketika ditanyakan pekerjaannya sekarang. Pasien kemudian

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 2
menjelaskan perihal keluhan utamanya, pasien mengatakan ini tergerak
sendiri. Kemudian pasien mengatakan lagi seluruh anggota tubuh digerakan
oleh orang lainpakai alat, semacam alat kontrol, alat itu dimasukan ke jajanan
yang dia makan di luar, ada orang lain yang menggunakan alat dengan
sinyal.Ketika ditanyakan dalam bentuk apa alat tersebut, pasien mengatakan
dalam bentuk serbuk, dimasukan ke jajanan yang dia makan di luar. Dia
yang dimaksudkan pasien adalah dirinya sendiri karena sekarang yang berbicara
bukanlah pasien, pasien menyebut dirinya kami,kami yang berbicara pakai
suara Abraham, kami tim, kata pasien. Pasien mengatakan bahwa yang
mengontrol dirinya saat ini lebih dari 1 orang yaitu 1 tim. Ketika ditanyakan
apakah pasien melihat orang-orang yang dikatakan pasien sebagai tim itu, pasien
mengatakan tidak, kami pakai alat kontrol dengan sinyal yang dikontrol dari
jarak jauh. Pemeriksa kemudian bertanya, jika pasien tidak melihat orang-orang
tersebut (tim yang dimaksudkan pasien), bagaimana pasien dapat yakin bahwa
pasien dikontrol? Pasien kemudian menjawab yang berbicara sekarang bukan
Abraham tapi kami, kami yang berbicara pakai suara Abraham, Abraham
terdiam saja. Pasien mengatakan bahwa alat itu mengontrol dalam bentuk
perilaku, seperti tidur, makan, mandi, minum obat, dan semua hal yang pasien
lakukan. Pasien tidak dapat melawan kontrol dari alat tersebut.
Menurut pasien, alat yang mengontrol dirinya ini sudah sejak bulan
Agustus 2013, dan alat ini terus menerus mengontrol dirinya hingga sekarang.
Menurut pasien, ada saat-saat tertentu dimana pasien dibiarkan dan tidak
dikontrol, seperti saat magang dan mandi, namun pasien tetap tidak dapat lepas
dari kendali alat tersebut. Menurut pasien jika tidak mengikuti perintah alat
tersebut, maka lidah pasien akan digigit putus oleh giginya sendiri. Ketika
ditanyakan adakah usaha untuk melawan kontrol dari alat tersebut, pasien
menjawab Abraham sadar tapi terdiam saja.
Pasien mengatakan dapat berbuat apa saja jika alat itu mengendalikannya.
Kata pasien, makan beling juga bisa,tapi tidak karena orang baik yang
kontrolPasien mengaku sebelumnya pernah dikontrol oleh orang jahat dari bulan
Agustus 2013 hingga Januari 2014, sehingga saat itu pasien marah-marah dan

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 3
sulit mengendalikan perilakunya, namun sejak januari 2014 pasien merasa lebih
tenang karena sudah dikontrol oleh orang baik.
Saat pemeriksa menanyakan bagaimana perasaan pasien, pasien menjawab
Abraham sadar, tapi terdiam saja Ketika ditanyakan adakah perasaan senang,
sedih, cemas atau takut? pasien tetap menjawab Abraham sadar, tapi terdiam
saja, ada alat yang kontrol Abraham
Pasien mengatakan aktivitas hariannya seperti mandi, makan, minum obat
dan lain-lain dilakukannya seperti biasa dan tidak terganggu namun semuanya itu
dilakukan dibawah kontrol dari alat yang diyakini pasien mengontol dirinya.
Pasien juga mengatakan pernah mendengar suara-suara yang tidak ada orangnya.
Suara-suara tersebut didengar ditelinga dan kadang seperti di dalam kepalanya.
Menurut pasien, terakhir kali mendengar suara-suara tersebut tahun lalu, namun
pasien tidak dapat mengingat tanggal pastinya. Ketika ditanyakan apakah pasien
masih mengingat apa yang dikatakan oleh suara-suara tersebut,pasien mengatakan
sudah tidak dengar lama, itu, itu jangan ditanyakan lagi, tulis saja alat itu
mengontrol dan Abraham sadar namun terdiam saja. sambil menunjuk status
yang ada di depan pemeriksa. Pemeriksa menangkap ada rasa enggan untuk
menceritakan tentang haslusinasinya kepada pemeriksa sehingga pemeriksa
kemudian lanjut bertanya ke topik yang lain.
Ketika ditanyakan bagaimana perkuliahannya, adakah masalah dengan
perkuliahannya, ataukah kesulitan-kesulitan yang dialami saat kuliah, menurut
pasien tidak ada masalah dengan perkuliahannya, sekarang pasien sudah
melanjutkan kuliahnya setelah keluar dari Rumah sakit tanggal 13 Agustus 2014
dan sekarang sedang magang. Ketika ditanyakan bagaimana kondisi kehidupan
dirumahnya, menurut pasien di rumah juga baik-baik saja tidak ada masalah,
kedua orangtuanya mendukung pendidikannya. Pasien juga tidak memiliki
riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Pasien mengatakan pernah dirawat dibangsal empati dan keluar pada tanggal 13
Agustus 2014, namun pasien tidak ingat mengapa dirawat saat itu dan tidak
mengetahui nama obat yang dikonsumsi sehingga ibu pasien dipanggil dan
menunjukkan surat pengantar pulang pasien. Obat yang dkonsumsi yaitu
Haloperidol 2x5mg, Trihexyphenidyl 2x2mg, dan chlorpromazine 2x50mg. Saat

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 4
ibunya masuk ke ruang poli, ekspresi wajah pasien berubah dan tidak bersedia
melanjutkan anamnesis. Pasien melarang ibunya untuk dianamnesis oleh
pemeriksa, sehingga heteroanamnesis dilakukan pada hari yang berbeda.
Heteroanamnesis
Heteroanamnesis dengan ibu kandung dari Tn. AM yaitu Ny. NM pada tanggal 25
Agustus 2014 pukul 09.00 WITA di poli Jiwa.
Saat anamnesis mulai berlangsung ibu pasien mengatakan bahwa takut
memberikan informasi karena khawatir dengan masa depan anaknya, jika orang
lain mengetahui bahwa anaknya gila. Ibu pasien juga khawatir akan masa depan
pekerjaan dari suami serta kedua kakak dari pasien akan terganggu jika orang lain
tahu akan kondisi pasien. Pemeriksa menenangkan ibu pasien dan memberikan
jaminan bahwa semua informasi yang didapatkan akan dijaga kerahasiaannya dan
penulisan laporan akan dipakai inisial bukan nama pasien sehingga ibu pasien
tidak perlu khawatir dengan hal itu. Ibu pasien kemudian lebih tenang dan
bersedia menceritakan tentang kondisi anaknya.
Menurut ibu pasien, anaknya sekarang baik-baik saja dan sudah sembuh. Ibu
pasien mengatakan bahwa kedatangan anaknya ke poli pada tanggal 20 Agustus
2014 lalu hanya untuk mengontrol obat setelah keluar dari opname pada tanggal
13 Agustus 2014 lalu. Ibu pasien mengatakan saat keluar dari opname (rawat
inap) tanggal 13 Agustus 2014, pasien langsung mengendarai motor sendiri pada
sore harinya untuk pergi mencukur rambut di tempat cukur rambut langganannya.
Pasien juga sekarang sudah sembuh dan sedang mengikuti magang sebagai salah
satu tugas praktek dari kampusnya karena pasien sempat cuti 1 semester dari
perkuliahannya dengan alasan sakit.
Menurut ibu pasien, pasien dirawat di bangsal empati sejak tanggal 22 Juli
2014 hingga 13 Agustus 2014. Pasien diopname saat itu karena pasien berbicara
sendiri. Ibu pasien mengatakan saat itu pasien tidak berteriak-teriak ataupun
marah-marah, hanya pasien memukul-mukul pintu lemari dengan tangannya. Ibu
pasien takut sehingga pasien kemudian diantar ke IGD RSU Johannes dan
selanjutnya dirawat di bangsal empati selama 23 hari. Ibu pasien tidak mengetahui
obat yang dikonsumsi saat dirawat dibangsal empati.
Pemeriksa kemudian menanyakan apakah ibu pasien mengetahui
bagaimana kehidupan pasien di kampus, apakah ada masalah di perkuliahannya,
[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]
Page 5
atau dalam pergaulannya. Ibu pasien hanya berkata bahwa anaknya itu pendiam,
tidak pernah bercerita masalahnya ke ibunya ataupun ke kakak-kakaknya.
Menurut ibunya, setiap pulang kuliah, pasien langsung masuk ke kamarnya dan
asyik dengan komputernya. Pasien diakui ibunya rajin ke gereja namun tidak ikut
Mudika di gereja (perkumpulan orang muda khatolik). Pasien juga tidak bergaul
di sekitar rumahnya, karena menurut ibunya anak-anak di sekitar rumahnya tidak
sekolah. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mungkin hanya bergaul dengan
teman kuliahnya, namun ketika ditanyakan adakah teman kuliahnya yang pernah
berkunjung ke rumah, ibu pasien menjawab tidak pernah. Apakah ibu pasien
mengenali salah satu teman pasien? Ibu pasien mengatakan tidak.
Menurut ibunya, di rumah juga tidak ada masalah. Keluarganya baik-baik
saja dan harmonis. Pasien sangat disayang karena merupakan anak tunggal laki-
laki dan merupakan anak bungsu. Ketika ditanyakan perihal kira-kira ada kejadian
yang mencetuskan sakit pasien, ibunya mengatakan bahwa anaknya sakit karena
orang lain. Ibu pasien berkata,memang orang yang bikin dia to, orang iri
dengan saya pung keluarga, memang orang NTT ni Ibu pasien tetap bersikeras
bahwa anaknya sakit karena ulah orang lain yang diakui adalah tetangga pasien.
Hal itu diketahui saat pasien dibawa ke pendoa di Alor.

c. Riwayat gangguan sebelumnya


Pada tanggal 27 April 2015 pada pukul 13.40 siang, pemeriksa melakukan wawancara
pada adik pasien di Bangsal Empati ruang tengah. Pada saat itu suasana siang harinya
panas, dengan panas cahaya matahari yang menyengat kulit. Pemeriksa duduk di kursi
panjang depat meja pada ruangan tersebut dan adik pasien duduk di depan samping
kanan pemeriksa. Berdasarkan keterangan adik pasien, gejala yang dialami oleh pasien
sekarang berawal dari pasien dan adik pasien (yang diwawancarai sekarang) ditangkap
oleh penjahat (orang tak dikenal). Kejadian ini terjadi pada siang hari, setelah libur
sekolah, kejadian sekitar tahun 2012 (3 tahun yang lalu). Pasien dan adik pasien
hendak pergi ke kebun untuk siram sayur yang baru ditanam, yang letaknya lumayan
jauh dari rumah pasien. Tiba-tiba saat sampai di daerah hutan yang jauh dari rumah
pasien muncul 4 orang secara tiba-tiba di depan pasien dan adik pasien, dan mereka
langsung menangkap adik pemeriksa dan memegangnya. Karena pasien yang memiliki
[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]
Page 6
postur tubuh yang lebih besar, dan tomboy, dan sekaligus sebagai seorang kakak
melakukan perlawanan terhadap penjahat tersebut. Karena usaha yang kuat untuk
menyelamatkan adik pasien tersebut, pasien terluka pada kedua tangannya karena
pisau dari penjahat tersebut. Luka pada tangan kiri dan kanan karena usaha perlawanan
dengan penjahat yang menggunakan senjata tajam yaitu pisau. Agar mereka mau
melepaskan adiknya tersebut pasien melepaskan semua perhiasaanya pada penjahat.
Setelah itu kakak Isa bertengar dan mereka berusaha untuk perkosa mereka berdua.
Dari usaha keras pasien akhirnya penjahat tersebut pergi. Selang beberapa bulan,
gejala mulai muncul pada pasien. Perubahan perilaku terjadi pada pasien yaitu pasien
tidak suka bertemu dengan orang baru, dan menjadi lebih waspada dengan orang baru
dan lebih mudah marah. Bersamaan dengan gejala awal itu pasien awalnya muncul
panas dan mengigau dan setelah itu pasien tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.
Pasien memukul semua orang, berbicara dan tertawa sendiri. Kurang lebih 1 tahun
setelah setelah itu, pasien pernah lari ke laut, pasien lari dari pagi sampai malam.
Bermain sendiri-sendiri dilaut. Pasien juga pernah pergi ke PT semen, lalu memukul
seorang sopir bemo, karena pada PT semen terdapat keluarganya yang
d. Riwayat sifat kepribadian sebelumnya
Sebelum sakit, pasien merupakan orang yang pendiam dan tertutup. Pasien tidak
pernah menceritakan masalahnya ke orangtuanya maupun ke kakak-kakaknya.
Menurut ibunya pasien hanya berbicara seperlunya dan tidak banyak berbicara. Ketika
pulang kuliah, pasien langsung masuk kamar dan asyik dengan komputernya.
e. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Ibu pasien sehat selama hamil, pemeriksaan kandungan juga rutin dilakukan di
Puskesmas Sikumana, namun pasien dilahirkan di rumah dan ditolong oleh dukun
beranak. Ibu pasien mengatakan tidak pernah sakit selama kehamilan, hanya mual
muntah biasa pada awal kehamilan. Pasien merupakan anak yang diharapkan
karena pasien adalah anak laki-laki pertama setelah dikaruniai 2 anak perempuan
(kakak pasien).
2. Masa kanak dini (usia 0-3 tahun)
Menurut ibunya pasien ASI hingga usia 2tahun dan mendapatkan PASI. Pasien
juga rajin diantar ibunya ke Posyandu. Menurut ibunya pasien tumbuh dan
[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]
Page 7
berkembang seperti anak seusianya (sesuai KMS). Pasien tidak mengalami
penyakit fisik yang serius, hanya demam biasa. Pasien tinggal bersama kedua
orangtuanya dan kedua kakak perempuannya
3. Masa kanak pertengahan (usia 3-11 tahun)
Menurut ibunya pasien, pasien tumbuh seperti anak-anak pada umumnya. Pasien
tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan kedua
kakaknya. Pasien termasuk anak yang cerdas dan tidak pernah tahan kelas. Pasien
juga tidak pernah mengalami sakit yang serius hingga dirawat di Rumah sakit.
4. Masa Remaja
Menurut ibunya, pasien mengalami pertumbuhan seperti remaja pada umumnya,
bergaul dan memiliki teman, namun memang pasien adalah anak yang pendiam
dan tidak banyak berbicara. Aktivitas pasien semasa remaja hanya sekolah. Setelah
pulang sekolah pasien bermain di rumah, dan tidak bergaul dengan tetangga di
sekitar rumahnya.
5. Masa dewasa
Riwayat pendidikan
Pasien bersekolah di SD Santo Yosep I, menurut ibu pasien, anaknya cerdas
dan tidak pernah tinggal kelas. Kemudian pasien melanjutkan sekolah ke SMP
Santo Yoseph dan SMAK Giovani Kupang. Semasa SMP dan SMA pasien
mempunyai penilaian akademik yang baik menurut ibu pasien, pasien tidak
pernah tahan kelas, dan menurut ibunya anaknya termasuk anak yang tidak
pernah membuat masalah di sekolah, apalagi sampai panggilan orang tua.
Pasien sekarang adalah mahasiswa semester 11 Jurusan Sosiologi, UNDANA.
Pasien sempat cuti selama 1 semester yaitu semester 10 karena sakit, namun
sekarang sudah melanjutkan lagi perkuliahannya dan sedang magang.
Riwayat pekerjaan
Pasien masih kuliah dan belum bekerja. Menurut ibu pasien, pasien juga tidak
pernah kerja serabutan karena pasien tidak pernah kesulitan uang. Pasien
merupakan anak bungsu dan kedua kakaknya sudah bekerja.
Riwayat psikoseksual
Menurut ibunya, pasien tidak pernah menceritakan apakah pasien sudah
mempunyai pacar atau belum. Ibunya pernah menanyakan namun pasien hanya
menjawab tidak ingin membicarakannya, menurut pasien belum saatnya ia
berpacaran, sampai ia mendapatkan pekerjaan baru ingin berpacaran. Menurut

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 8
ibunya, pasien juga tidak mempunyai teman wanita yang akrab hingga
sekarang.
Pasien juga tidak pernah membicarakan perihal mimpi basah ataupun
masturbasi kepada ibunya.
Riwayat agama
Pasien beragama khatolik dan bergereja di Gereja khatolik Familia Sikumana,
Pasien rajin ke gereja namun pasien tidak ikut Mudika (Perkumpulan ibadah
orang muda khatolik).
Aktivitas sosial
Pasien sering di rumah dan diketahui tidak aktif di lingkungan masyarakat.
Pasien tidak bergaul dengan tetangga dan anak-anak seusianya di lingkungan
rumahnya karena menurut ibu pasien anak-anak sekitar rumahnya tidak
sekolah.
Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah terkait hukum dan berurusan dengan pihak berwajib
f. Situasi kehidupan sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama kedua orangtuanya di Naikolan. Ayah pasien adalah
kepala sekolah salah satu SMP di Kota Kupang dan ibu pasien tidak bekerja (ibu
rumah tangga). Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Pasien memiliki 2
orang kakak perempuan, namun tidak tinggal serumah dengan pasien. Kakaknya yang
pertama adalah seorang notaris dan menetap di Jawa. Sedangkan kakaknya yang kedua
pramugari penerbangan internasional dan hanya pulang ke rumah jika libur. Diketahui
dari ibu pasien bahwa rumah yang ditinggali adalah rumah permanen dengan lantai
keramik. Rumah yang ditinggali cukup besar dengan 4 kamar tidurdan pasien
memiliki kamar sendiri. Ibu pasien hanya menjelaskan di dalam kamar terdapat tempat
tidur, meja belajar, komputer dan lemari. Namun kondisi kamar tidak dapat
digambarkan ibunya karena pasien termasuk orang yang tertutup dan ibunya tidak
diperbolehkan masuk ke kamarnya jika tidak perlu.
Kunjungan rumah tidak dilakukan karena pasien menolak dengan alasan tidak
bersedia diganggu karena pasien magang dan tidak ada waktu. saya magang pulang
sore, saya mau istirahat, kata pasien. Sementara ibu pasien juga menolak dengan
alasan keluarganya tidak bersedia. Keluarga khawatir akan pekerjaan dari bapak serta

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 9
kakak pasien dan juga masa depan dari pasien jika tetangga tahu bahwa anaknya
mengalami gangguan jiwa.

g. Riwayat Keluarga
Genogram:

Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Laki-laki sudah meninggal
= Perempuan sudah meninggal
= Pasien
= Tinggal serumah
Tidak ada keluarga yang menderita sakit yang sama seperti pasien.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL.


Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2014 jam 09.15 di Poli Jiwa
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Pria tampak lebih tua dari usianya,wajah tampak bersih. Pasien
tampak rapih dengan mengenakan kaos berkerah garis-garis berwarna hitam
[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]
Page 10
putih dan celana panjang hitam. Rambut pasien tampak pendek dan rapih serta
kuku pasien bersih.
2. Perilaku dan aktivitas Psikomotor : Tenang (duduk tenang selama anamnesis
dilakukan), tidak ada gerakan yang dilakukan berulang.
3. Sikap Terhadap Pemeriksa : kooperatif, kontak mata (+) (menjawab semua
pertanyaan)

B. Mood dan Afek


Mood : Aleksitimia (saat ditanyakan tentang perasaannya, pasien menjawab
Abraham sadar, tapi terdiam saja Ketika ditanyakan adakah
perasaan senang, sedih, cemas atau takut? pasien tetap menjawab
Abraham sadar, tapi terdiam saja, ada alat yang kontrol
Abraham)
Afek : Terbatas
Keserasian : Sesuai
C. Pembicaraan : spontan (menjawab semua pertanyaan), volume dan intonasi
sedang.
D. Persepsi
Halusinasi auditorik (-) pasien memiliki riwayat mendengar suara-suara yang
tidak ada orangnya, namun menurut pasien terakhir mendengar suara-suara
tersebut tahun lalu. Berbeda dengan informasi dari ibu pasien bahwa pasien
sering berbicara sendiri, dan pasien dibawa ke IGD pada bulan Juli 2014 karena
salah satu keluhannya berbicara sendiri. Namun menurut ibu pasien sekarang
pasien sudah tidak berbicara sendiri.
E. Proses Pikir
Bentuk : Tidak logis
Arus : Koheren
F. Isi Pikir
Waham dikendalikan (Pasien berkata seluruh anggota tubuh digerakan oleh
orang lainpakai alat, semacam alat kontrol, alat itu dimasukan ke jajanan yang
dia makan di luar, ada orang lain yang menggunakan alat dengan sinyal.)
G. Kesadaran dan Kognisi
1. Taraf kesadaran dan kesigapan : compos mentis
2. Orientasi

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 11
a. Waktu : baik (pasien mengetahui pemeriksaan dilakukan pada pagi
hari)
b. Tempat : baik (pasien mengetahui pasien berada di rumah sakit saat
pemeriksaan dilakukan)
c. Orang: baik (pasien mengenali ibu dan omnya yang mengantar pasien
ke rumah sakit saat itu)
3. Daya Ingat :
a. Daya ingat jangka panjang : baik (pasien mengingat dulu bersekolah SD
di SD Santo Yoseph I)
b. Daya ingat jangka sedang : baik (pasien dapat mengingat keluar dari
bangsal empati tanggal 13 Agustus)
c. Daya ingat jangka pendek : baik (pasien ingat sarapannya pagi itu yaitu
nasi, sayur dan tempe).
4. Konsentrasi dan Perhatian : Terganggu (pasien hanya dapat berhitung
mengurangi 100-7 sebanyak 2 seri, 100-7=93 dan 93-7=86)
5. Kemampuan visuospasial :Tidak dapat dievaluasi. Ketika pemeriksa
memberikan gambar jam untuk ditiru pasien mengatakan kami rasa tidak
perlu ibu tulis saja Abraham sadar tapi terdiam saja.Ketika diminta untuk
membuat gambar segi 5 pasien hanya menatap pemeriksa seakan memberi
syarat tidak dapat melakukannya.
6. Pikiran Abstrak : Baik. (pasien dapat menyamakan dan
membedakan antara jeruk dan bola. Menurut pasien keduanya berbentuk
bulat, namun bola itu tujuannya untuk permainan, sedangkan jeruk itu buah
yang bisa dimakan)
7. Intelegensi dan Kemampuan Informasi :Baik (pasien mengetahui gubernur
NTT saat ini Pak Leburaya dan presiden terpilih Jokowi)
8. Bakat Kreatif : Tidak diketahui
9. Kemampuan menolong diri sendiri : baik (pasien dapat makan, minum
serta mandi sendiri namun pasien meyakini semua itu dilakukan karena
dikontrol oleh alat yang mengendalikan perilaku pasien)

H. Pengendalian Impuls: Baik (pasien dapat duduk tenang selama pemeriksaan


dilakukan)

I. Daya Nilai dan Tilikan

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 12
1. Penilaian Realita : Terganggu(terdapatnya waham dikendalikan yang
menyebabkan pasien meyakini semua perilakunya dikendalikan)

2. Tilikan : 1 (Pasien mengatakan dia tidak sakit, dia minum obat


karena alat yang kontrol dia untuk minum obat. Pasien mengatakan dia sadar namun
hanya terdiam saja tidak dapat berbuat apa-apa)

J. Taraf dapat dipercaya: Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status Internistik : pengukuran dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2014

TD: 110/80 mmHg, Suhu : 36,5 0C, Nadi : 93 x/mnt, RR : 19x/mnt

B. Status Neurologis: Kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6


Motorik 5 5 dalam batas normal
Tonus N N dalam batas normal
55
NN
C. Laboratorium/ Penunjang : tidak dilakukan
D. Pemeriksaan psikologi : tidak dilakukan
V. TEMUAN-TEMUAN POSITIF
1. Tn. AM 24 tahun dengan keluhan utama seluruh anggota tubuhnya dikontrol/ digerakan
oleh orang lain menggunakan sebuah alat.
2. KU sudah dialami sejak bulan Agustus tahun 2013 hingga sekarang.
3. Alat yang mengontrol pasien dalam bentuk jajanan yang dimakan oleh pasien, alat
tersebut memiliki sinyal dan dikontrol oleh orang lain. Semua perilaku pasien diyakini
dikontrol oleh alat tersebut. Pasien tidak dapat berbuat apa-apa selain mengikuti konrol
dari alat tersebut. Pasien mengatakan jika tidak mengikuti kontrol alat tersebut maka
lidah pasien akan digigit putus oleh giginya sendiri.
4. Pasien memiliki riwayat mendengar suara-suara yang tidak ada orangnya, namun
menurut pasien terakhir mendengar suara-suara tersebut tahun lalu. Berbeda dengan
informasi dari ibu pasien bahwa pasien sering berbicara sendiri, dan pasien dibawa ke
IGD pada bulan Juli 2014 karena salah satu keluhannya berbicara sendiri. Namun
menurut ibu pasien sekarang pasien sudah tidak berbicara sendiri.
5. Pasien sebelumnya pernah kambuh dan berbicara sendiri pada tahun 2013 namun
keluarga pasien meyakini sakit pasien disebabkan oleh orang lain/orang yang bikin

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 13
sehingga pasien sempat pergi ke Alor 2013 untuk berdoa pada pendoa selama 1 minggu
dan menurut keluarganya, pasien sempat membaik.
6. Pada bulan Juli 2014 pasien kambuh lagi dan berbicara sendiri serta memukul lemarinya
dengan tangannya. Pasien diantar keluarga ke IGD RSU Yohanes dan dirawat di Bangsal
empati pada tanggal 22 Juli-13 Agustus 2014. Obat yang dikonsumsi Haloperidol 2x5mg,
Trihexyphenidyl 2x2mg dan Chlorpromazin 2x50mg.
7. Pasien memiliki sifat pendiam dan cenderung menyimpan masalahnya sendiri. Pasien
juga tidak memiliki relasi sosial yang baik dengan tetangga dan teman sebaya sekitar
rumahnya karena menurut ibu pasien anak-anak sekitar rumahnya tidak sekolah.
8. Pasien tidak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa
9. Status mental
a. Perilaku dan aktivitas motorik : tenang, tidak ada gerakan-gerakan yang dilakukan
berulang
b. Sikap pada pemeriksa: kooperatif (menjawab semua pertanyaan), kontak mata (+)
c. Pembicaraan : spontan, volume dan intonasi sedang.
d. Mood, Afek dan kesesuaian : Aleksitimia, afek terbatas, dan sesuai
e. Persepsi : Halusinasi auditorik (-)
f. Arus pikir koheren, bentuk pikir tidak logis, isi pikir waham dikendalikan (+)
g. Daya nilai realita terganggu, tilikan 1.

VI. FORMULASI DIAGNOSIS

AXIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid


Memenuhi kriteria diagnosis, yaitu :
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas(dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
(a) - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
- thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal); dan

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 14
- thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
(b) - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar;
(tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
- delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secra terus menerus terhadap perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantaranya berbagai suara yang
berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,
atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau bekomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain).
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
(a) Halusinasi yang menetap dari panca-indra apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-values ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
(b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor;
(d) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 15
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakana dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa askpek perilaku peribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri
(self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial. 1
5. Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughting);
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity (delusion of passivity),
dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak atau pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relative tidak nyata/tidak menonjol. 1

Pada pasien ini gejala khas yang memenuhi kriteria yaitu terdapatnya delutional of
control yaitu pasien mengatakan seluruh anggota tubuh digerakan oleh orang lainpakai alat,
semacam alat kontrol, alat itu dimasukan ke jajanan yang dia makan di luar, ada orang lain
yang menggunakan alat dengan sinyal.Pasien meyakini perilakunya dikontrol termasuk bicara
pasien juga bukan pasien yang berbicara namun tim yang mengontrol pasien yang berbicara
memakai suara pasien. Waham dikendalikan pada pasien sudah diyakini pasien dari bulan
Agustus 2013 hingga saat pemeriksaan tanggal 20 Agustus 2015 (memenuhi kriteria nomor 3).
Pasien juga memiliki riwayat halusinasi auditorik.

AXIS II
Z03.2 Tidak ada diagonosis, ciri kepribadian skizoid
Kepribadian skizoid didefinisikan sebagai pola perilaku berupa pelepasan diri dari hubungan
sosial disertai kemampuan ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal. Bersifat
pervasif, berawal sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks.
Pedoman diagnostik ciri kepribadian paranoid :
Gangguan kepribadian yang memenuhi deskripsi berikut :
a) Hanya sedikit aktivitas yang memberikannya kebahagiaan

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 16
b) Emosinya dingin, afeknya datar
c) Kurang mampu menyatakan kehangatan, kelembutan atau kemarahan kepada orang lain
d) Tidak peduli terhadap pujian atau kecaman
e) Kurang tertarik untuk menjalin pengalaman seksual dengan orang lain
f) Memilih aktivitas yang menyendiri
g) Dirundung oleh fantasi dan introspeksi yang berlebihan
h) Tidak ada keinginan untuk mempunyai teman dekat atau akrab
i) Tidak sensitif terhadap norma atau kebiasaan sosial yang berlaku.
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas. 1,2

Pada pasien ini didapati memiliki kebiasaan memilih aktivitas yang menyendiri, dimana
menurut ibunya dari sebelum sakit pasien suka menyendiri di kamarnya. Setelah pulang sekolah
atau kampus, pasien langsung masuk ke kamarnya dan asyik dengan komputernya. Pasien hanya
keluar dari kamarnya untuk makan atau ada keperluan penting lain. Pasien juga tidak bergaul
dengan tetangga atau anak seumuran di lingkungan rumahnya. Ibu pasien juga tidak pernah
mendapati ada teman pasien yang datang ke rumah.
Pasien juga diketahui tidak memiliki teman akrab ataupun pacar. Ketika ditanyakan oleh ibunya
pasien enggan membicarakannya dan menurut pasien belum saatnya ia berpacaran, sampai ia
mendapatkan pekerjaan baru ingin berpacaran.

AXIS III
Tidak ada diagnosis
AXIS IV
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial (Pasien tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga
maupun teman seumuran di sekitar lingkungan rumah pasien. Ibu pasien juga mengakui bahwa
pasien tidak pernah dikunjungi oleh teman kuliahnya).

Masalah Primary support group (keluarga): Pasien berasal dari keluarga yang berhasil, ayah
pasien kepala sekolah di salah satu sekolah di kupang, kakaknya yang pertama seorang notaris
dan menetap di Jawa, sementara kakak keduanya adalah seorang pramugari penerbangan
internasional. Keluarga cenderung meminimalkan gejala yang dialami pasien, dan tidak bersedia
menerima jika tetangga ataupun orang lain mengetahui bahwa anak mereka mengalami
gangguan jiwa karena akan mempengaruhi pekerjaan mereka (bapak dan kedua kakak pasien)

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 17
dan juga masa depan pasien. Keluarga meyakini bahwa sakit pasien adalah karena ulah orang
lain (orang bikin) karena iri kepada keluarga mereka. Sementara pasien sendiri cenderung
menutupi/ meminimalkan gejala yang dialaminya dari keluarganya. Hal ini terlihat dari sikap
pasien yang secara tegas dan bersikeras menolak partisipasi ibunya dalam pemeriksaan. Ada
kemungkinan pasien mengalami tekanan karena keberhasilan dari kakak-kakaknya sementara
pasien belum menyelesaikan sarjananya dan sempat cuti karena sakit.

AXIS V
GAF sekarang 90-81 gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian
yang biasa. GAF 1 tahun sebelumnya : 70-61 beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Axis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis, ciri kepribadian skizoid.
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Masalah Primary support group (keluarga)
Axis V : GAF 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah, dll. GAF 1 tahun sebelumnya : 90-81 gejala minimal,
berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.
VIII. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik : tidak ada
b. Psikologik :
o Gangguan persepsi : halusinasi auditorik (-) riwayat halusinasi auditorik
o Gangguan isi pikir : waham dikendalikan
o Ciri kepribadian skizoid

c. Sosial : Menurut ibu pasien, pasien tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga
maupun teman seumuran di sekitar lingkungan rumah pasien. Ibu pasien juga mengakui
bahwa pasien tidak pernah dikunjungi oleh teman kuliahnya.
II. RENCANA TERAPI
a. Farmakoterapi
[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]
Page 18
a. Haloperidol 2 x 5 mg
b. Trihexiphenidyl 2 x 2 mg
c. Chlorpromazin 2 x 50 mg
b. Psikoedukasi Pasien
Mengedukasi pasien agar minum obat secara teratur, tidak boleh putus obat
Mengedukasi pasien agar bersedia terbuka dan menceritakan gejala sakitnya
kepada keluarganya, dan juga pasien memiliki teman dekat untuk menceritakan
masalah yang dihadapinya.
Mengedukasi kepada pasien agar mulai bersosialisasi dengan anggota keluarga
di rumah, maupun tetangga sekitar, dan tidak melakukan aktivitas sendiri.
(setiap hari mengurung diri di kamar setelah pulang kuliah).
c. Psikoedukasi Keluarga
Edukasi kepada keluarga untuk rajin mengontrol pasien ke poli jiwa dan
memperhatikan pasien minum obat sehingga pasien tidak putus obat.
Edukasi kepada keluarga agar pasien tidak dibiarkan sendiri dengan aktivitasnya
di dalam kamar, mencoba membujuk pasien agar lebih terbuka dengan keluarga
mengenai gejala yang dialami sekarang ataupun masalah lain yang dialami
pasien.

III. PROGNOSIS
a. Faktor yang memperingan :
Tidak ada keluarga yang menderita skizofrenia
Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik
Tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok
Adanya dukungan dari ibunya yang menemani pasien saat MRS di Empati dan
mengantar pasien saat kontrol pasca rawat di poli jiwa.
b. Faktor yang memperberat :
Onset gejalanya kronis (lebih dari 1 bulan)
Awitan gejala-gejala psikotik terjadi sebelum usia 30 tahun.
Ada masalah internal dimana pasien sendiri tidak bersedia keluarga mengetahui yang
dialaminya
IV. DISKUSI
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya. 1

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 19
Hampir 1% penduduk dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.Gejala
skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-
laki biasanya antara 15-25 tahun, dan 25-35 tahun untuk perempuan. Prognosisnya
biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan.3 Pada kasus
Tn. AM, gejala yang timbul mulai sejak usia 23 tahun (Agustus tahun 2013). Hal ini
sesuai dengan epidemiologi gejala skizofrenia muncul pada usia dewasa muda yaitu
awitan pada laki-laki antara 15-25 tahun. Sedangkan untuk prognosis berdasarkan jenis
kelamin secara epidemiologi jika dihubungkan dengan kasus Tn. AM maka memiliki
prognosis yang lebih buruk.
Etiologi dari skizofrenia belum ditemukan dengan pasti, namun ada beberapa
hasil penelitian yang dilaporkan saat ini:3
Secara biologi, gangguan organik yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran
ventrikel tiga dan lateral yang stabil yang kadang sudah terlihat sebelum awitan penyakit,
atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik yaitu gyrus parahipokampus,
hipokampus dan amigdala, disorientasi spasial sel pyramidal hipokampus dan penurunan
volume korteks prefrontal dorsolateral. Lokasi kerusakan pada otak menunjukkan
gangguan perilaku yang ditemui pada skizofrenia. Misalnya, gangguan hipokampus
dikaitkan dengan impairment memori, dan atropi lobus frontal dihubungkan dengan
symptom negative dari skizofrenia.
Secara biokimia, hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan
neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopamine sentral(hipotesis
dopamine), didasarkan pada, efektivitas obat neuroleptik bekerja untuk memblok reseptor
dopamine pasca sinaps, terjadinya psikosis akibat penggunaan amfetamin (amfetamin
melepaskan dopamine sentral, dan memperburuk skizofrenia), dan adanya peningkatan
jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus.
Secara genetika, skizofrenia adalah gangguan yang bersifat keluarga, semakin
dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi risiko. Risiko terjadinya skizofrenia selama
kehidupan berdasarkan penelitian yaitu antara lain, populasi umum (1%), kembar
monozigot (40-50%), kembar dizigot (10%), saudara kandung skizofrenia (10%),
otrangtua (5%), anak dari salah satu orang tua skizofrenia (10-15%), anak dari kedua
orangtua skizofrenia(30-40%).2Hal ini terlihat bahwa yang paling berisiko mengalami
[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]
Page 20
skizofrenia karena faktor genetia adalah kembar monozigot dan anak dari kedua orangtua
skizofrenia.
Faktor keluarga, kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan penting
dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi.3
Pada kasus ini, etiologi skizofrenia yang paling mungkin adalah dari segi faktor keluarga.
Dimana pasien berasal dari keluarga yang berhasil, ayah pasien kepala sekolah di salah satu
sekolah di kupang, kakaknya yang pertama seorang notaris dan menetap di Jawa, sementara
kakak keduanya adalah seorang pramugari penerbangan internasional. Keluarga cenderung
meminimalkan gejala yang dialami pasien, dan tidak bersedia menerima jika tetangga ataupun
orang lain mengetahui bahwa anak mereka mengalami gangguan jiwa karena akan
mempengaruhi pekerjaan mereka (bapak dan kedua kakak pasien) dan juga masa depan pasien.
Keluarga meyakini bahwa sakit pasien adalah karena ulah orang lain (orang bikin) karena iri
kepada keluarga mereka. Sementara pasien sendiri cenderung menutupi/ meminimalkan gejala
yang dialaminya dari keluarganya. Hal ini terlihat dari sikap pasien yang secara tegas dan
bersikeras menolak partisipasi ibunya dalam pemeriksaan. Ada kemungkinan pasien mengalami
tekanan karena keberhasilan dari kakak-kakaknya sementara pasien belum menyelesaikan
sarjananya dan sempat cuti karena sakit.

Manifestasi klinik skizofrenia antara lain :


i. Gangguan pikiran
Gangguan proses pikir : asosiasi longgar, pemasukan berlebihan, neologisme,
terhambat, klang asosiasi, ekolalia, konkritisasi, alogia.
Gangguan isi pikir (waham : suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tidak
sesuai dengan fakta dan kepercayaan)
ii. Gangguan persepsi : halusinasi, ilusi, depersonalisasi dan derealisasi
iii. Gangguan emosi : ada tiga afek dasar pada penderita skizofrenia (tetapi tidak
patognomonik) yaitu afek tumpul atau datar, afek tak serasi, dan afek labil
iv. Gangguan perilaku : berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti
gerakan tubuh yang aneh, wajah dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-
tololan, agresif dan perilaku seksual yang tak pantas.3
Untuk menegakkan diagnosa skizofrenia, pasien harus memenuhi kriteria DSM-
IV atau ICD IX. Berdasarkan DSM IV :
1. Berlangsung paling sedikit enam bulan.

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 21
2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan, hubungan
interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi.
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama periode tersebut.
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan mood
mayor, autisme, atau gangguan organik.3
Ada beberapa klasifikasi skizofrenia yaitu, tipe paranoid, hebefrenik, katatonik,
tak terinci, residual, depresi pasca skizofrenia, simpleks, dan yang tak tergolongkan.1,3
Pada kasus ini, Tn. AM didiagnosis sebagai skizofrenia paranoid karena gejala
klinis yang ditemukan sesuai dengan kriteria diagnosis skizofrenia paranoid yaitu adanya
waham dan atau halusinasi yang menonjol dan gejala tersebut sudah dialami 1 bulan atau
lebih.1 Pada pasien Tn.AM terdapatnya waham dikendalikan (delution of control), dan
adanya riwayat halusinasi auditorik.
Terapi skizofrenia secara farmakologis yaitu antipsikotika (AP). Antipsikotika
dibagi menjadi dua kelompok, berdasarkan mekanisme kerja, yaitu
1. Dopamine reseptor antagonist (DRA) atau antipsikotika generasi I (APG-I) atau
disebut antipsikotika konvensional atau tipikal.Berguna terutama untuk mengontrol
gejala-gejala positif, namun untuk gejala negatif hampir tidak berguna karena
mekanisme kerja APG-I adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik
neuron di otak khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2
receptor antagonist).
2. Serotonin-dopamine antagonist (SDA), atau antipsikotika generasi II (APG-II) atau
disebut antipsikotika baru/atipikal. Standar emas baru adalah APG-II bermanfaat baik
untuk gejala positif maupun untuk gejala negatif karena selain memblokade
Dopamine D2 receptor juga terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors. APG-II memiliki
efek samping yang lebih ringan dari APG-I namun harganya lebih mahal.3
Pemberian obat dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, lalu
dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaan sindrom
psikosis). Pemberian obat pada dosis efektif, perlu dieveluasi setiap 2 minggu, lalu
naikan dosis hingga mencapai dosis maksimal, dan pertahankan selama 8-12 minggu, lalu
diturunkan dosis setiap 2 minggu. Pengobatan berlanjut pada dosis maintenance, dimana
dosis dipertahankan selama 6 bulan sampai 2 tahun, dan diselingi dengan drug holiday

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 22
(hari tanpa minum obat) selama 1-2 hari/minggu. Dilanjutkan dengan tapering off dimana
dosis diturunkan tiap 2-4 minggu, lalu pengobatan dihentikan. 4
Pemberian terapi farmakologis antipsikosis pada pasien, perlu diperhatikan efek
samping yang dapat timbul, dapat berupa : sedasi dan inhibisi psikomator (rasa
mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun); gangguan otonomik
(hipotensi, mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, gangguan irama jantung, dan
lainnya); gangguan ekstrapiramidal (sindrom parkinson, akathisia, distonia akut); dan
gangguan sistem endokrin (amenorrhoe, gynecomastia, jaundice) pada pemakaian jangka
panjang. Pada pemberian chlorpromazine sering mengalami hipotensi ortostatik pada
waktu perubahan posisi tubuh. Efek samping ini dapat dicegah dengan tidak langsung
bangun setelah mendapat suntikan dan dibiarkan tiduran sekitar 5-10 menit. Pemberian
Haloperidol adalah yang paling sering menurunkan ambang batas kejang dan memilki
efek samping gejala ekstrapiramidal, untuk mengatasinya diberikan tablet
trihexyphenidyl 3-4 x 2mg/hari, dan sulfas atropine 0.50-0.75 mg (i.m).4
Gambaran klinis yang dikaitakan dengan prognosis baik skizofernia adalah : 3
1. Awitan gajala psikosis aktif terjadi secara mendadak
2. Usia pasien saat awitan terjadi setelah 30 tahun, terutama perempuan.
3. Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid baik.
4. Kebingungan dan gambaran emosi selama episode akut
5. Adanya faktor presipitasi
6. Tidak adanya riwayat keluarga dengan skizofrenia.

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 23
DAFTAR PUSTAKA

1.
Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya;2001.P:46-8,103.
2.
Mangindaan L. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
UI;2010.Bab 26, Gangguan Kepribadian;P:332.
3.
Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI;2010.Bab
12, Skizofrenia;P:170-7,194-5.
4.
Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya;2007.Bab2, Obat Anti-psikosis;P:14-
9.

a saaySaat ditanya itu siapa, pasien menjawab, Kornelis dan Antonia Nomate. Saat ditanya
apakah pasien mengingat tanggal lahir pasien, pasien menjawab 12 Februari 1979. Saat
ditanya kita sekarang ada dimana, pasien menjawab, Di rumah sakit. Saat ditanya beda antara
tempat tidur dan lemari pakaian, psien menjawab, tempat tidur untuk tidur, lemari untuk
pakaian. Saat ditanya persamaanya pasien menjawab, dari papan.

[Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid]


Page 24

Vous aimerez peut-être aussi