Vous êtes sur la page 1sur 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASTHMA BRONCHIAL

Definisi

Asthma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit
obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme,
inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.

Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran nafas yang sangat
peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh. Akibat dari
kepekaan yang berlebihan ini terjadilah penyempitan saluran nafas secara
menyeluruh (Abidin, 2002).

Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for
Asthma (GINA) (2006) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran
nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa
dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya
berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang
sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan,
inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai
rangsangan.

Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon
yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam rangsangan, yang
mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan
derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan.

Etiologi

1
Faktor ekstrinsik : reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu,
serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang).
Faktor intrinsik; infeksi : para influenza virus,
pneumonia,Mycoplasma..Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan
temperatur. Iritan; kimia.Polusi udara ( CO, asap rokok, parfum ). Emosional;
takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor
pencetus.

Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan
aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat
dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.

Patofisiologi

Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif
dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.

Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme
dan zat antibodi tubuh muncul ( immunoglobulin E atau IgE ) dengan adanya
alergi. IgE di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan
antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.
Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.

2
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang
ditandai dengan bronkokontriksi ( 1-2 jam ); tahap delayed dimana
brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih
lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan
nafas beberapa minggu atau bulan.

Astma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan
udara dingin.

Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan


sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak,
kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres
pernafasan

Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi
karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli
dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian
tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan p02
( hipoxia).Selama serangan astmati, CO2 terthan dengan meningkatnya
resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory
dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi
dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut
menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah
(hypocapnea).

3
Alergen, Infeksi, Exercise ( Stimulus Imunologik dan Non Imunologik )

Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan
diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator


radang ( histamin )

Peningkatan permeabilitas kapiler ( edema bronkus )


Peningkatan produksi mukus ( sumbatan sekret )
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis ( N.X )

Hiperresponsif jalan napas

Astma

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif
pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan
meningkatnya produksi sekret.
Fatigue berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas.
Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan
Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
pernafasan dan menurunnya intake cairan
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
pengobatan

4
Manifestasi klinis

Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.


Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan,
cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.
Batuk kering ( tidak produktif ) karena sekret kental dan lumen jalan nafas
sempit.
Tachypnea, orthopnea.
Diaphoresis
Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
Fatigue.
Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.
Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi
yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.
Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.
Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.
X foto dada : atelektasis tersebar, Hyperserated

Komplikasi

Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas


Chronik persistent bronchitis
Bronchiolitis
Pneumonia
Emphysema.

Pemeriksaan Diagnostik

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik


Foto rontgen
Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum
Pemeriksaan alergi
Pulse oximetri
Analisa gas darah.
Penatalaksanaan serangan asma akut :

Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.


Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang
setiap 20 menit sampai 3 kali.
Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini ( per oral ) :
a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
Efedrin : 0,5 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor,
hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua
tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat.

b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi


bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas.
Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek
samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi
gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering
muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi
keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus kusus
misalnya infus pump.

c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus.


Prednison : 0,5 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1 PENGKAJIAN

1.1 Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik
yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan
infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi
yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya
alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering
pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3
tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang
persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada
perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.

1.2 Keluhan utama


Batuk-batuk dan sesak napas.

1.3 Riwayat penyakit sekarang


Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.

1.4 Riwayat penyakit terdahulu


Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.

1.5 Riwayat penyakit keluarga


Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor
yang lain.

1.6 Riwayat kesehatan lingkungan


Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau,
serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak
wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara,
angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya
serangan asma.
1.7 Riwayat tumbuh kembang

1.7.1 Tahap pertumbuhan


Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti
patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia
3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak
usia pra sekolah rata rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk
perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun
yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun
95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini
yaitu 6 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

1.7.2 Tahap perkembangan.


Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya
insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak
merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan
yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik (
3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin
berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra
komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada
tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu
belum benar dan magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan
kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari
teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh
keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu
atau guru dan belajar yang benar salah untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-
nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya
dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase Individuation Separation .
Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di
kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan
sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada
akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa
menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama
temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya,
lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran
juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai
permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan
motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda
tiga.

1.8 Riwayat imunisasi


Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain :
BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

1.9 Riwayat nutrisi


Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk
umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal
menggunakan rumus 8 + 2n.
BBSekarang
Status Gizi 100%
BBideal
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %
Obesitas lebih dari 120 %

1.10 Dampak Hospitalisasi


Sumber stressor :
1. Perpisahan
a. Protes : pergi, menendang, menangis
b. Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
c. Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
2. Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas,
ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.
3. Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
4. Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.

1.11 Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem

1.11.1 Sistem Pernapasan / Respirasi


Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest,
penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis,
perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi
kering musikal.

1.11.2 Sistem Cardiovaskuler


Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.

1.11.3 Sistem Persyarafan / neurologi


Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel,
cengeng apatis sopor coma.

1.11.4 Sistem perkemihan


Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.

1.11.5 Sistem Pencernaan / Gastrointestinal


Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum,
mukosa mulut kering.

1.11.6 Sistem integumen


Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan
meningkatnya sekret.
3. Fatigue berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.
4. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh.
3.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSE TUJUAN DAN INTERVENSI (NIC)
NO
KEPERAWATAN kRITERIA HASIL (NOC)
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan NIC :
nafas tidak efektif tindakan keperawatan Airway
berhubungan selama 3 x 24 jam, pasien Management
dengan tachipnea, mampu : Buka jalan nafas,
peningkatan Respiratory status : guanakan teknik
produksi mukus, Ventilation chin lift atau jaw
kekentalan sekresi Respiratory status : thrust bila perlu
dan Airway patency Posisikan pasien
bronchospasme. Aspiration Control, untuk
Dengan kriteria hasil : memaksimalkan
Mendemonstrasikan ventilasi
batuk efektif dan Identifikasi pasien
suara nafas yang perlunya
bersih, tidak ada pemasangan alat
sianosis dan dyspneu jalan nafas buatan
(mampu Pasang mayo bila
mengeluarkan perlu
sputum, mampu Lakukan fisioterapi
bernafas dengan dada jika perlu
mudah, tidak ada Keluarkan sekret
pursed lips) dengan batuk atau
Menunjukkan jalan suction
nafas yang paten Auskultasi suara
(klien tidak merasa nafas, catat adanya
tercekik, irama nafas, suara tambahan
frekuensi pernafasan Lakukan suction
dalam rentang normal, pada mayo
tidak ada suara nafas
Berikan
abnormal)
bronkodilator bila
Mampu
perlu
mengidentifikasikan
Berikan pelembab
dan mencegah factor
udara Kassa basah
yang dapat
NaCl Lembab
menghambat jalan
nafas Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
2. Gangguan Setelah dilakukan NIC :
tindakan keperawatan
pertukaran gas
selama 3 x 24 jam, pasien Airway Management
berhubungan mampu : Buka jalan nafas,
dengan Respiratory Status : gunakan teknik
Gas exchange chin lift atau jaw
bronkospasme, Respiratory Status : thrust bila perlu
udem mukosal dan ventilation Posisikan pasien
Vital Sign Status untuk
meningkatnya
sekret. Dengan kriteria hasil : memaksimalkan
Mendemonstrasikan ventilasi
peningkatan ventilasi Identifikasi pasien
dan oksigenasi yang perlunya
adekuat pemasangan alat
Memelihara jalan nafas buatan
kebersihan paru paru Pasang mayo bila
dan bebas dari tanda perlu
tanda distress Lakukan fisioterapi
pernafasan dada jika perlu
Mendemonstrasikan Keluarkan sekret
batuk efektif dan suara dengan batuk atau
nafas yang bersih, suction
tidak ada sianosis dan Auskultasi suara
dyspneu (mampu nafas, catat adanya
mengeluarkan sputum, suara tambahan
mampu bernafas Lakukan suction
dengan mudah, tidak pada mayo
ada pursed lips) Berika
Tanda tanda vital bronkodilator bial
dalam rentang normal perlu
Barikan pelembab
udara
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2

Respiratory

Monitoring
Monitor rata rata,
kedalaman, irama
dan usaha respirasi
Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot
supraclavicular dan
intercostal
Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
Monitor pola nafas
: bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi
dan suara
tambahan
Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
Auskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya

3. Pola Nafas tidak Setelah dilakukan NIC :


efektif tindakan keperawatan
berhubungan selama 3 x 24 jam, pasien Airway Management
dengan mampu : Buka jalan nafas,
penyempitan Respiratory status : guanakan teknik
bronkus Ventilation chin lift atau jaw
Respiratory status : thrust bila perlu
Airway patency Posisikan pasien
Vital sign Status untuk
Dengan Kriteria memaksimalkan
Hasil : ventilasi
Mendemonstrasikan Identifikasi pasien
batuk efektif dan suara perlunya
nafas yang bersih, pemasangan alat
tidak ada sianosis dan jalan nafas buatan
dyspneu (mampu Pasang mayo bila
mengeluarkan sputum, perlu
mampu bernafas Lakukan fisioterapi
dengan mudah, tidak dada jika perlu
ada pursed lips) Keluarkan sekret
Menunjukkan jalan dengan batuk atau
nafas yang paten suction
(klien tidak merasa Auskultasi suara
tercekik, irama nafas, nafas, catat adanya
frekuensi pernafasan suara tambahan
dalam rentang normal, Lakukan suction
tidak ada suara nafas pada mayo
abnormal) Berikan
Tanda Tanda vital bronkodilator bila
dalam rentang normal perlu
(tekanan darah, nadi, Berikan pelembab
pernafasan) udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2

Terapi Oksigen
Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran
oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap
oksigenasi

Vital sign Monitoring


Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas
dari nadi
Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign

4. Cemas Setelah dilakukan NIC :


berhubungan tindakan keperawatan Anxiety Reduction
dengan kesulitan selama 3 x 24 jam, (penurunan
bernafas dan rasa pasien mampu : kecemasan)
takut sufokasi. Anxiety control Gunakan
Coping pendekatan yang
Impulse control menenangkan
Dengan Kriteria Nyatakan dengan
Hasil : jelas harapan
Klien mampu terhadap pelaku
mengidentifikasi dan pasien
mengungkapkan Jelaskan semua
gejala cemas prosedur dan apa
Mengidentifikasi, yang dirasakan
mengungkapkan dan selama prosedur
menunjukkan tehnik Pahami prespektif
untuk mengontol pasien terhadap
cemas situasi stres
Vital sign dalam batas Temani pasien
normal untuk memberikan
Postur tubuh, ekspresi keamanan dan
wajah, bahasa tubuh mengurangi takut
dan tingkat aktivitas Berikan informasi
menunjukkan faktual mengenai
berkurangnya diagnosis, tindakan
kecemasan prognosis
Dorong keluarga
untuk menemani
anak
Lakukan back /
neck rub
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan
teknik relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

5. Intoleransi Setelah dilakukan NIC :


aktivitas tindakan keperawatan Activity Therapy
berhubungan selama 3 x 24 jam, pasien Kolaborasikan
dengan batuk mampu : dengan Tenaga
persisten dan Energy conservation Rehabilitasi Medik
ketidakseimbangan Activity tolerance dalammerencanaka
antara suplai Self Care : ADLs n progran terapi
oksigen dengan yang tepat.
Dengan Kriteria
kebutuhan tubuh. Bantu klien untuk
Hasil :
Berpartisipasi dalam mengidentifikasi
aktivitas fisik tanpa aktivitas yang
disertai peningkatan mampu dilakukan
tekanan darah, nadi Bantu untuk
dan RR memilih aktivitas
Mampu melakukan konsisten yang
aktivitas sehari hari sesuai dengan
(ADLs) secara mandiri kemampuan fisik,
psikologi dan
social
Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon
fisik, emoi, social
dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya

Soetjningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan
Infomedika Jakarta.

Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV
Sagung Seto Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK

ASMA BRONCHIAL

RDUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh

OLEH :
SILVIA NISCA
1614901171

CI ACADEMIK CI CLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes PERINTIS PADANG
TAHUN 2016/2017

Vous aimerez peut-être aussi