Vous êtes sur la page 1sur 12

ILEUS OBSTRUKTIF

24OCT

PENDAHULUAN
Di Eropa, istilah ileus diartikan sebagai suatu kelainan obstruksi
mekanik dan atonia usus yang berhubungan dengan pembedahan
perut (laparatomi) atau peritonitis. Walau bagaimanapun, pada negara-
negara yang berbahasa Inggris, istilah obstruksi digunakan untuk suatu
kemacetan mekanik yang timbul akibat suatu kelainan struktural yang
menyebabkan suatu penghalang fisik untuk majunya isi usus. Istilah
ileus dimaksudkan untuk suatu paralitik atau variasi obstruksi
fungsional. (1)
Mekanisme terjadinya ileus obstruksi dapat digolongkan dalam 3
kelompok utama, yaitu: (1) intraluminal (misalnya: badan asing,
bezoars, bolus makanan yang besar), (2) obstruksi akibat lesi pada
dinding usus (misalnya: tumor,penyakit Crohn), (3) ekstrinsik
(misalnya: adhesi, hernia, dan volvulus). (1)
DEFINISI
Ileus obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari penghambatan
motilitas usus yang dapat ditimbulkan oleh banyak penyebab. (2)
KLASIFIKASI
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus.
2. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar. (3)
INSIDENS
o Di AS: Frekwensi di Amerika Serikat adalah sama dengan
frekuensi di Internasional. (1)
o Secara Internasional: Kira-kira 20% pasien yang di rawat di RS
dengan suatu akut abdomen akibat obstruksi pada usus. Obstruksi usus
halus adalah bertanggung jawab untuk 80% pada kasus ini. Beberapa
penyebab obstruksi usus halus (misalnya: suatu lumbricoides, TBC)
lebih banyak pada negara yang sedang berkembang. (1)
ETIOLOGI
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh antara lain:
1. Penyebab intraluminal (relatif jarang), antara lain:
q Benda asing yang tertelan.
Meskipun demikian, pada umumnya suatu benda asing yang telah lolos
melewati lubang pylorus (dari lambung ke usus), tidak akan mengalami
kesulitan untuk mencapai usus halus, kecuali adanya adesi setelah
operasi.
q Bezoars mungkin merupakan faktor.
q Penyakit parasit, seperti Ascariasis mungkin dapat ditemukan.
q Batu empedu mungkin terjadi dengan suatu fistula cholecystenteric.
q Suatu bolus makanan yang besar dapat menjadi penyebab, dengan
material makanan yang sulit dicerna akan berdampak pada usus bagian
bawah. Pada kasus ini kebanyakan pasien pada umumnya sudah
mengalami operasi pada daerah lambung.
q Cairan mekonium akan menyebabkan obstruksi pada daerah distal
ileum mungkin akibat kista fibrosis yang terjadi pada semua
umur. (1,3,4,5,6)
1. Penyebab intramural, (relatif jarang). Obstruksi yang terjadi
sebagai akibat dari adanya lesi pada dinding usus halus.
q Atresia dan striktur mungkin juga merupakan penyebab.
q Penyakit Crohn. Obstruksi yang terjadi mungkin hilang timbul dan
obstruksinya sebagian atau parsial.
q Tuberkulosis usus. Pada negara-negara tertentu tidak merupakan hal
yang laur biasa.
q Striktur mungkin akan menyebabkan terjadinya ulserasi yang juga
apabila di induksi oleh pemberian tablet kalium, nonsteroid anti-
inflammatory agen, dan terapi iradiasi yang digunakan untuk
mengobati kanker kandung kemih atau kanker cerviks.
q Suatu hematoma yang terjadi diantara dinding usus, akibat trauma
atau pasien yang mendapat pengobatan dengan antikoagulan yang
berlebihan dari dosis yang dibutuhkan.
q Lipomatous, leiomyomatous, dan tumor carcinoid relatif jarang
menyebabkan obstruksi, tetapi pernah dilaporkan adanya obstruksi usus
halus yang disebabkan oleh lymphoma dan jarang adenocarsinoma.
q Tumor sekunder, khususnya colonic dan karsinoma lambung, kanker
ovarium, dan melano maligna, adakalanya akan bersatu pada lumen
usus halus.
q Banyak polipoid mukosa atau lesi submukosa mungkin akan
membentuk kepala dari suatu intussuscepsi, yang mana pada akhirnya
akan menyebabkan ileus obstruktif.
q Intussuscepsi pada anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun pada
umumnya adalah idiopatik dan merupakan keadaan kedaruratan
abdomen, walaupun diverticulum Meckel, polip, dan kista dupleks dapat
menjadi penyebab ileus obstruktif. (1,3,4,5,6)
1. Penyebab ekstramural. Penyebab ini mungkin merupakan
penyebab yang paling umum atau sering:
q Adesi yang berhubungan dengan pembedahan abdomen atau
peritonitis sering meningkatkan frekuensi ileus obstruktif. Adesi mudah
lengket pada lumen usus dan menyebabkan luka yang berlokasi dimana-
mana. Adesi ini dapat menghalangi peristaltik usus halus dan
menyebabkan angulasi secara akut dan kekusutan pada usus, sering
terjadi beberapa tahun setelah prosedur awal dilakukan.
q Kelainan intraperitoneal kongenital mungkin dapat mengakibatkan
obstruksi.
q Malrotasi kongenital mengakibatkan pendeknya mesenterik, dan
keseluruhan usus dapat mengalami torsi atau volvulus, keadaan ini tidak
hanya dapat menyebabkan obstruksi, tetapi mempercepat timbulnya
iskemia dan kematian.
q Hernia dapat menyebabkan obstruksi. (1,3,4,5,6)
1. Pada beberapa pasien, etiologi obstruksi usus mungkin adalah
multifaktorial. Sebagai contoh: metastase pada usus halus dapat secara
langsung menyerang dinding usus. Obstruksi mungkin terjadi sebagai
akibat tekanan dari luar atau kekusutan usus akibat tumor primer atau
deposit metastase. (1,3,4,5,6)
PATOFISIOLOGI
Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami distensi
akibat adanya gas/udara dan air yang berasal dari lambung, usus halus,
pankreas, dan sekresi biliary. Cairan yang terperangkap di dalam usus
halus ditarik oleh sirkulasi darah dan sebagian ke interstisial, dan
banyak yang dimuntahkan keluar sehingga akan memperburuk keadaan
pasien akibat kehilangan cairan dan kekurangan elektrolit. Jika terjadi
hipovolemia mungkin akan berakibat fatal. (1)
Obstruksi yang berlangsung lama mungkin akan mempengaruhi
pembuluh darah vena, dan segmen usus yang terpengaruh akan menjadi
edema, anoksia dan iskemia pada jaringan yang terlokalisir, nekrosis,
perforasi yang akan mengarah ke peritonitis, dan kematian. Septikemia
mungkin dapat terjadi pada pasien sebagai akibat dari
perkembangbiakan kuman anaerob dan aerob di dalam lumen. Usus
yang terletak di bawah obstruksi mungkin akan mengalami kolaps dan
kosong. (1)
Secara umum, pada obstruksi tingkat tinggi (obstruksi letak
tinggi/obstruksi usus halus), semakin sedikit distensi dan semakin cepat
munculnya muntah. Dan sebaliknya, pada pasien dengan obstruksi letak
rendah (obstruksi usus besar), distensi setinggi pusat abdomen mungkin
dapat dijumpai, dan muntah pada umumnya muncul terakhir sebab
diperlukan banyak waktu untuk mengisi semua lumen usus. Kolik
abdomen mungkin merupakan tanda khas dari obstruksi distal.
Hipotensi dan takikardi merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan
lemah serta leukositosis merupakan tanda adanya strangulasi. Pada
permulaan, bunyi usus pada umumnya keras, dan frekuensinya
meningkat, sebagai usaha untuk mengalahkan obstruksi yang terjadi.
Jika abdomen menjadi diam, mungkin menandakan suatu perforasi atau
peritonitis dan ini merupakan tanda akhir suatu obstruksi. (1)
GEJALA KLINIS
Pasien dengan suatu obstruksi mekanik pada umumnya datang dengan
keluhan sakit/nyeri abdomen, muntah, konstipasi absolut, dan distensi
abdomen dalam berbagai tingkatan. Tanda-tanda peritonitis yang
mengarah kepada perforasi usus sebagai akibat iskemia dan tidak dapat
dibedakan dengan peritonitis oleh penyebab lain misalnya perforasi
intra abdominal. (1,4,5)
Pada pasien dengan suatu obstruksi sederhana yang tidak melibatkan
pembuluh darah, sakit cenderung menjadi kolik yang pada awalnya
ringan, tetapi semakin lama semakin meningkat, baik dalam frekuensi
atau derajat kesakitannya. Sakit mungkin akan berlanjut atau hilang
timbul. Pasien sering berposisi knee-chest, atau berguling-guling. Pasien
dengan peritonitis cenderung kesakitan apabila bergerak. (1,4,5)
Muntah adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak tinggi atau
proksimal. Bagaimanapun, jika obstruksi berada di distal usus halus,
muntah mungkin akan tertunda. Pada awalnya muntah berisi semua
yang berasal dari lambung, yang mana segera diikuti oleh cairan
empedu, dan akhirnya muntah akan berisi semua isi usus halus yang
sudah basi. (1,4,5)
Hipovolemia dan kekurangan elektrolit dapat terjadi dengan cepat
kecuali jika pasien mendapat cairan pengganti melalui pembuluh darah
(intravena). Derajat tingkat dan distribusi distensi abdominal dapat
mencerminkan tingkatan obstruksi. Pada obstruksi letak tinggi, distensi
mungkin minimal. Sebaliknya, distensi pusat abdominal cenderung
merupakan tanda untuk obstruksi letak rendah. (1,4,5)
Tidak ada tanda pasti yang membedakan suatu obstruksi dengan
strangulasi dari suatu obstruksi sederhana: bagaimanapun, beberapa
keadaan klinis tertentu dan gambaran laboratorium dapat mengarahkan
kepada tanda-tanda strangulasi. (1)
Uji groin pada semua pasien dengan ileus obstruktif untuk
menyingkirkan suatu hernia inguinal atau hernia femoralis. Hernia
femoralis sulit dilihat pada pasien gemuk. (1)
Pada anak-anak dengan intussuscepsi, nyeri kolik adalah temuan klasik.
Sakit yang muncul secara tiba-tiba, berlangsung beberapa menit
kemudian memudar, dan normal kembali. Muntah merupakan hal yang
luar biasa. Konstipasi adalah suatu temuan khas, walaupun terkadang
ditemukan campuran darah dan lendir seperti selai merah, yang mana
merupakan pathognomonis untuk suatu intussuscepsi. (1)
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis mengenai gejala-gejala
yang muncul, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. (1,3,4,5,6)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. 1. Pemeriksaan Radiologi.
Foto polos abdomen dengan posisi terlentang dan tegak (lateral
dekubitus) memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya
batas antara air dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk
pola bagaikan tangga.
Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema mempunyai suatu peran
terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema
Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah
yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak
dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidaklah haany
sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.
CTScan. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos
abdomen dicurigai adanya starngulasi. CTScan akan mempertunjukkan
secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus,
dan peritoneum.
CTScan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam
pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan
lokasi dari obstruksi.
USG. Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab
dari obstruksi.
MRI. Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan. Tetapi tehnik dan
kontras yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini
digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.
Angiografi. Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk
mendiagnosis adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus,
malrotation, dan adhesi. (1,3,4)
1. 2. Pemeriksaan
Laboratorium.
Leukositosis mungkin
menunjukkan adanya
strangulasi, pada
urinalisa mungkin
menunjukkan dehidrasi. (4)
DIAGNOSIS BANDING
Ileus obstruksi harus dibedakan dengan:
1. Carcinoid gastrointestinal.
2. Penyakit Crohn.
3. Intussuscepsi pada anak.
4. Divertikulum Meckel.
5. Ileus meconium.
6. Volvulus.
7. Infark Myocardial Akut.
8. Malignansi, Tumor Ovarium.
9. TBC Usus. (1,4,5)
PENATALAKSANAAN
Obstruksi usus halus (letak tinggi)
Selain beberapa perkecualian, obstruksi usus harus ditangani dengan
operasi, karena adanya risiko strangulasi. Selama masih ada obstruksi,
strangulasi tidak dapat dicegah secara meyakinkan.
v Persiapan-persiapan sebelum operasi:
1. Pemasangan pipa nasogastrik. Tujuannya adalah untuk mencegah
muntah, mengurangi aspirasi dan jangan sampai usus terus menerus
meregang akibat tertelannya udara (mencegah distensi abdomen).
2. Resusitasi cairan dan elektrolit. Bertujuan untuk mengganti cairan
dan elektrolit yang hilang dan memperbaiki keadaan umum pasien.
3. Pemberian antibiotik, terutama jika terdapat strangulasi.
v Operasi:
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ
vital berfungsi secara memuaskan.
Kalau obstruksi disebabkan karena hernia skrotalis, maka daerah
tersebut harus disayat. Kalau tidak terpaksa harus dilakukan penyayatan
abdomen secara luas. Perincian operatif tergantung dari penyebab
obstruksi tersebut. Perlengketan dilepaskan atau bagian yang
mengalami obstruksi dibuang. Usus yang mengalami strangulasi
dipotong.
v Pasca Bedah:
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Harus dicegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan
kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah, usus pasien masih
dalam keadaan paralitik. (3,4)
Obstruksi usus besar (letak rendah)
Tujuan pengobatan yang paling utama adalah dekompresi kolon
yang mengalami obstruksi sehingga kolon tidak perforasi, tujuan
kedua adalah pemotongan bagian yang mengalami obstruksi.
Persiapan sebelum operasi sama seperti persiapan pada obstruksi usus
halus, operasi terdiri atas proses sesostomi dekompresi atau hanya
kolostomi transversal pada pasien yang sudah lanjut usia.
Perawatan sesudah operasi ditujukan untuk mempersiapkan pasien
untuk menjalani reseksi elektif kalau lesi obstruksi pada awalnya
memang tidak dibuang. (3,4)
KOMPLIKASI
Strangulasi menjadi penyebab dari keabanyakan kasus kematian akibat
obstruksi usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang
mematikan, hasil-hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah.
Usus yang mengalami strangulasi mungkin mengalami perforasi dan
menggeluarkan materi tersebut ke dalam rongga peritoneum. Tetapi
meskipun usus tidak mengalami perforasi bakteri dapat melintasi usus
yang permeabel tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui
cairan getah bening dan mengakibatkan shock septik. (4)
PROGNOSIS
Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi mempunyai
angka kematian 5 %. Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien
yang sudah lanjut usia. Obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi
mempunyai angka kematian sekitar 8 % jika operasi dilakukan dalam
jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala-gejala, dan 25 % jika
operasi diundurkan lebih dari 36 jam. (4)
Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15
30 %. Perforasi sekum merupakan penyebab utama kematian yang
masih dapat dihindarkan. (4,5)
DAFTAR RUJUKAN
1. 1. Khan AN., Howat J. Small-Bowel Obstruction. Last Updated:
May 10, 2004.
In:http://www.yahoo.com/search/cache?/ileus_obstructif/Article:By:eM
edicine.com.
2. Harjono RM., Oswari J., dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi
26. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1996; 906.
3. Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., Setiowulan W. Ileus
Obstruktif. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.
Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 2000; 318 20.
4. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of
Surgery). Alih Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 1993; 239 42.
5. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hambatan Pasase Usus. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 1997; 841 5.
6. Himawan S. Gannguan Mekanik Usus (Obstruksi). Dalam:
Patologi. Penerbit Staf Pengajar bagian Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 1996; 204 6

asuhankeperawatandenganileusobstruktif

ASUHAN KEPERAWATAN/ASKEP

A. PENGKAJIAN

Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan


karakteristik nyeri abdomen (nyeri bersifat hilang timbul)
1. Obstruksi usus halus

Adanya muntah yang mulanya mengandung empedu dan mukus dan tetap
demikian bila obstruksinya tinggi. Pada obstruksi ileum, muntahan menjadi
fekulen yaitu muntahan berwarna jingga dan berbau busuk. Konstipasi dan
kegagalan mengeluarkan gas dalam rectum merupakan gejala yang sering
ditemukan bila obstruksinya komplit. Diare kadang terdapat pada obstruksi
parsial. Pengkajian pola eliminasi usus mencakup karakter dan frekuensinya.
Pasien dapat melaporkan gangguan pola tidur bila nyeri dan diare terjadi pada
malam hari.
2. Obstruksi usus besar

Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi
pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul
terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan
obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya
selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari
usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan
pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.

Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan


karakteristiknya ; palpasi abdomen terhadap distensi, nyeri tekan. Adanya
temuan peningkatan suhu tubuh mengindikasikan telah ada kontaminasi
peritonium dengan isi usus yang telah terinfeksi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri

2. Kurang volume cairan dan elektrolit

3. Konstipasi

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan

5. Pola nafas tidak efektif

6. Gangguan pola tidur

7. Hipertermi

8. Ansietas

9. Kurang pengetahuan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Peran perawat adalah memantau pasien terhadap gejala yang


mengindikasikan bahwa obstruksi usus semakin buruk, serta memberikan
dukungan emosional dan kenyamanan. Cairan IV dan penggantian elektrolit
diberikan sesuai instruksi. Apabila kondisi pasien tidak berespon terhadap
tindakan medis, perawat harus menyiapkan pasien untuk pembedahan.
Persiapan ini mencakup penyuluhan pra operatif, yang disesuaikan dengan
kondisi pasien. Pada pasca operatif diberikan perawatan luka abdomen umum.
1) Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen

Posisi semi fowlers untuk mengurangi tekana pada abdomen.

Baring pada sisinya dapat pula membuat pasien merasa nyaman.

Pantau tanda-tanda vital, abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan


evaluasi lebih lanjut.
Oral hygiene sesering mungkin unutk mengurangi rasa haus.

Perubahan rasa nyeri dari colikcky atau kram ke nyeri tetap, perlu dilaporkan
ke dokter sesegera mungkin karena kemungkinan terjadi strangulasi atau
perforasi.
Intake dan output diukur tiap 24 jam.

Berikan obat sesuai indikasi


2) Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan reabsorpsi
terganggu
Monitor dengan ketat status hemodynamic dan status mental.

Output urine tiap jam

Drainase dari NGT

Monitor edema

Ukur lingkaran abdomen tiap 2 4 jam

Oral hygiene sesering mugkin untuk mengurangi rasa haus.

3) Konstipasi berhubungan dengan malabsobsi usus

Auskultasi bising usus untuk mengidentifikasi adanya bunyi abnormal mis


bunyi gemericik nada tinggi atau bunyi gemuruh panjang yang menunjukkan
terjadinya komplikasi.
Selidiki keluhan nyeri abdomen, mungkin berhubungan dengan distensi gas
atau komplikasi.
Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah untuk
mengidentifikasi ketepatan intervensi.
Anjurkan makanan/cairan yang tidak mengiritasi bila masukan oral diberikan
untuk menurunkan resiko iritasi mukosa/diare.
Berikan pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi, mungkin perlu
untuk merangsang peristaltik dengan perlahan/evakuasi feses.
4) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorpsi
nutrisi.
Tinjau faktor-faktor individu yang mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna/makan makanan, mis. Mual. Untuk mempengaruhi pilihan intervensi.
Timbang berat badan sesuai indikasi.

Catat masukan dan perubahan simtomatologi

Pertahankan puasa sesuai indikasi

Berikan nutrisi parienteral total, terapi IV sesuai indikasi

Berikan obat sesuai indikasi mis, untuk mencegah muntah dan menetralkan
atau menurunkan pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa dan
kemungkinan ulserasi.
5) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun yang
dikaibatkan oleh tekanan intra lumen menurun.
Observasi frekuensi/kedalaman pernafasan, nafas dangkal,distres pernafasan
dapat mengakibatkan hivopentilasi/atelektasis
Auskultasi bunyi nafas, area yang menurun/tak ada bunyi nafas diduga
atelektasis, sedangkan bunyi adventisius (mengi, ronki) menunjukkan
kongesti.
Bantu pasien untuk batuk, dan nafas dalam secara periodik dan ajarkan teknik
batuk efektif untuk meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan
mengeluarkan sekret.
Pertahankan posisi semi fowler untuk memudahkan ekspansi paru

Bantu pengobatan pernafasan, untuk memaksimalkan ekspansi paru

Berikan analgetik sebelum pengobatan pernafasan/aktifitas terapi untuk


memudahkan batuk efektif, nafas dalam dan aktifitas.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akibat penyakit.

Berikan kesempatan pasien untuk mendiskusikan keluhan yang mungkin


menghalangi tidur, Mendengar aktif dapt membantu penyebab kesulitan tidur.
Rencanakan asuhan keperawatan rutin yang memungkinkan pasien tidur
tanpa terganggu. Tindakan ini memungkinkan asuhan keperawatan yang
konsisten dan menberikan waktu untuk tidur tanpa terganggu.
Berikan bantuan tidur pada pasien seperti bantal, mandi sebelum tidur, dan
bahan bacaan. Susu dan beberapa kudapan tinggi protein, seperti keju dan
kacang mengandung L-trytophan, yang dapat mempermudah tidur. Higiene
pribadi secara rutin dapat mempermudah tidur bagi sejumlah pasien.
Ciptakan lingkungan tenang yang kondisif untuk tidur, tindakan ini dapat
mendorong istirahat dan tidur.
Minta pasien untuk setiap pagi menjelaskan kualitas tidur malam sebelumnya.
Tindakan ini membantu mendeteksi adanya gejala perilaku yang berhubungan
dengan tidur.
Beri pengobatan yang diprogramkan untuk meningkatkan pola tidur normal
pasien. Pantau dan catat reaksi yang tidak diharapkan. Agen hipnotik memicu
tidur, obat penenang menurunkan ansietas.
Beri pendidikan kesehatan pada pasien tentang teknik relaksasi seperti
imajinasi terbimbing, relaksasi otot progresif, dan meditasi. Upaya relaksasi
yang bertujuan biasanya dapat membantu meningkatkan tidur.
7) Hipertermi berhubungan dengan adanya proses peradangan
Ukur suhu tubuh pasien setiap 4 jam, atau lebih sering bila diindikasikan,
untuk mengevaluasi keefektifan intervensi. Indikasi dan catat rute untuk
meyakinkan perbandingan data yang akurat.
Observasi Tanda-tanda vital, untuk mengidentifikasi peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan vena sentral, dan penurunan tekana darah dapat
mengidentifikasikan hipovolemia, yang mengarah pada penurunan perfusi
jaringan.
Anjurkan pasien untuk minum sebanyak mungki air jika tidak
dikontraindikasikan. Asupan cairan yang berlebihan dapat mengakibatkan
kelebihan cairan atau dekompensasi jantung yang dapat memperburuk kondisi
pasien.
Atasi dehidrasi pasien : pantau dan catat asupan dan haluaran secara akurat
serta berikan cairan IV sesuai yang dianjurkan. Tindakan ini menghindari
kehilangan air, natrium klorida, kalium yang berlebihan.
Berikan antipiretik, sesuai anjuran, untuk menurunkan demam. Catat
keefektifannya.
8) Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis/rangsang simpatis (proses
inflamasi).
Catat petunjuk perilaku mis, gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak
mata, perilaku menarik perhatian untuk indikator derajat ansietas.
Dorong pasien menyatakan perasaan, untuk membuat hubungan terapeutik.

Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.
Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol
dan membantu menurunkan ansietas.
Beri lingkungan tenang dan istirahat untuk memindahkan pasien dari stress
luar meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
Bantu pasien belajar mekanisme koping baru untuk mengatasi masalah dapat
membantu menurunkan ansietas dan stress.
Berikan obat sesuai indikasi, dapat digunakan untuk menurunkan ansietas.

9) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang


penyakit dan pengobatannya
Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit, membuat pengetahuan
dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajat individu.
Kaji ulang proses penyakit, penyebab dan mengidentifikasi cara menurunkan
faktor pendukung, untuk pengethauan dasar yang akurat menberikan
kesempatan pasien untuk membuat keputusan informasi/pilihan tentang masa
depan dan kontrol penyakit kronis.
Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi ulang periodik,
pasien dengan inflamasi penyakit usus beresiko untuk kanker kolon/rectal dan
evaluasi diagnostic teratur dapat diperlukan.
Rujuk ke sumber komunitas yang tepat, pasien mendapat keuntungan dari
pelayanan agen ini dalam koping dengan penyakit kronis dan evaluasi
pengobatan.

D. EVALUASI

Hasil yang diharapkan sesuai diagnosa keperawatan :


1. Tidak ada atau nyeri abdomen berkurang

2. Menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan dan elektrolit

3. Membuat pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan
ketepatan jumlah dan konsistensi
4. Mendapat nutrisi yang optimal

5. Tidak adanya depresi pernapasan

6. Tidut/Istirahat tidak ada gangguan

7. Tidak mengalami komplikasi dengan suhu batas normal

8. Menunjukkan rileks dan tidak cemas

9. Memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang proses penyakitnya

Vous aimerez peut-être aussi