Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK
FARMAKOTERAPI II
Oleh :
Huda Almuttaqin 142210101008
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
ANTIBIOTIK
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri, yang memiliki khasiat mematikan ataumenghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif
kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga
termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat
antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh
mikroorganisme, yang dalam jumlah kecik dapat menghambat
pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain
(Harmita dan Radji, 2008).
Penggolongan antibiotik secara umum dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan struktur kimia antibiotik
Amoksisilin
4 Amoxilospamox BeechamSandoz
(amoxicillinum)
GSK
5 Co-amoxiclav Augmentinclavamox
kalbe farma
Farmakokinetik Penisilin
a. Absorbsi
Penisilin G mudah rusak dalam suasana asam (ph 2). Cairan lambung
dengan ph 4 tidak terlalu merusak penisilin. Adanya makanan akan
menghambat absorpsi yang mungkin disebabkan absorpsi penisilinpada
makanan. Kadar maksimal dalam darah tercapai dalam 30-60 enit. Sisa 2/3 dari
dosis oral diteruskan ke kolon. Di sini terjadi pemecahan oleh bakteri dan
hanya sebagian kecil obat keluar bersama tinaj. Bila dibandingkan dosis oral
terhadap i.m, maka untuk mendapatkan kadar efektif dalam darah, dosis
penisilin G oral haruslah 4-5 kali lebih besar daripada dosis i.m. oleh karena itu
penisilin G tidak dianjurkan untuk diberikan secara oral. Untuk memperlambat
absorpsinya, penisilin G dapat diberikan dalam bentuk repository umpamanya
penisilin G benzatin, penisilin G prokain sebagai suspense dalam air atau
minyak. Pensilin V walaupun relatif tahan asam, 30% mengalami pemecahan
di bagian atas saluran cerna sehingga tidak sempat diabsorpsi. Jumlah
ampisilin dan senyawa sejenisnya yang diabsorpsi pada pemberian oral
dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna..
Dengan dosis yang lebih kecil persentase yang diabsorpsi relatif lebih besar.
Absorpsi amoksisilin disaluran cerna jauh lebih baik daripada ampisilin.
Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam darah yang
tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada yang dicapai ampisilin, sedang
masa paruah eliminasi kedua obat ini hampir sama. Penyerapan ampisilin
terhambat oleh adanya makanan di lambung, sedang amoksisilin tidak.
Karbenisilin tidak diabsorpsi di saluran cerna.
b. Distribusi
Penisilin G terdistribusi luas dalam tubuh. Ikatan proteinnya 65%. Kadar
yang memadai dapat tercapai dalam hati, empedu, ginjal, usu, limfe, dan
semen, tetapi dalam cairan serebospinal sukar dicapai. Pemberian intatekal
jarang dikerjakan karena resiko lebih tinggi dan efektifitasnya tidak lebih
memuaskan. Ampisilin juga diditribusikan luas di dakam tubuh dan
pengikatanya oleh protein plasma hanya 20%. Penetrasi ke cairan serebospinal
dapat mencapai kadar efektif pada keadaan peradangan meningen. Pada
bronkitis atau pneumonia ampisilin disekresi ke dalam sputum sekitar 10%
kadar serum. Distribusi amoksisilin dan karbenisislin secara garis besar sama
dengan ampisilin.
c. Biotransformasi dan Ekskresi
Biotransformasi penisilin umumnya dilakukan oleh mikroba. Proses
biotrasformasi oleh hospes tidak bermakna berdasarkan pengaruh enzim
penisilinase dan amidase. Amidase memecah rantai samping (radikal ekor),
dengan akibat penurunan potensi antimikroba yang sangat mencolok. Penisilin
umumnya diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang dihambat oleh
probenesid, masa paruh eliminasi penisilin dalam darah diperpanjang oleh
probenesid menjadi 2-3 kali lebih lama. Selain probenesid, beberapa obat lain
juga menngkatkan masa paruh waktu eliminasi penisislin dalam darah, antara
lain fenilbutazon, sulfinpirazon, asetosal dan indometasin. Kegagalan fungsi
ginjal akan memperlambat ekskresi penisilin.
Neo
misin, framisetin dan paromomisin tidak dianjurkan untuk penggunaan
sistemik, maka farmakokinetiknya hanya disinggung sepintas lalu.
Aminoglikosida Parenteral
Aminoglikosid dalam bentuk garam sulfat yang diberikan im baik sekali
absorpsinya. Kadar puncak dalam darah dicapai dalam waktu rata-rata
sampai 2 jam. Pengikatan oleh protein plasma darah hanya jelas terlihat pada
streptomisin, yaitu dan seluruh aminoglikosid dalam darah. Yang lain tidak
diikat oleh protein plasma.
Streptomisin di dalam darah, hampir seluruhnya terdapat di dalam plasma dan
hanya sedikit sekali yang masuk ke dalam eritrosit maupun makrofag. Sifat
polar menyebabkan aminoglikosid sukar masuk sel. Kadar dalam sekret dan
jarlngan rendah; kadar tinggi dalam korteks ginjal, endolimf dan perilimf
telinga, menerangkan toksisitasnya terhadap alat tersebut.
Ekskresi aminoglikosid berlangsung melalui ginjal terutama dengan filtrasi
glomerulus. Penggunaan tobramisin bersama probenesid pada pria usia lanjut
tidak mempengaruhi bersihan ginjal total untuk tobramisin.
Karena ekskresi hampir seluruhnya berlangsung melalui ginjal, maka keadaan
ini menunjukkan adanya seskuestrasi ke dalam jaringan. Walaupun demikian
kdr dalam urin mencapai 50-200 mg/ml. Sebagian besar ekskresi terjadi dalam
12 jam setelah pemberian.
Streptomisin dan gentamisin diekskresi dalam jumlah yang cukup besar
melalui empedu sehingga kadarnya cukup tinggi: streptomisin dosis tinggi
menghasilkan kadar dalam empedu setinggi 10-20 mg/ml.
Aminoglikosid Non-Sistemik
Neomisin, paromomisin dan framisetin tidak digunakan secara parenteral,
karena sifatnya yang terlalu toksik dibandingkan dengan aminoglikosid
lainnya.
Pada orang yang fungsi ginjalnya baik, neomisin walaupun diberikan 10 g oral
selama 3 hari, tidak mencapai kadar toksik dalam darah.
Absorpsi lebih tinggi bila ada lesi di saluran cerna. Adanya insufisiensi faal
ginjal dan hati, cepat meningkatkan kadar neomisin dalam darah, sehingga
mungkin timbul efek toksik: dosis oral 4-8 g sehari sudah dapat menghasilkan
kadar dalam plasma seperti pemberian parenteral.
Penggunaan neomisin oral pada anak kecil harus dibatasi masa pemberiannya,
terlebih pada penyakit dengan lesi intestinal. Dosis 100 mg/kg BB sehari
jangan diberikan lebih dari tiga minggu. Neomisin yang tidak diabsorpsi di
usus, akan keluar dalam bentuk utuh bersama tinja. Pramisetin, hanya
digunakan topikal pada kulit.
Gambar struktur
kloramfenikol
Mekanisme
Fluorokuinolon bekerja dengan mekanisme yang sama
dengan kelompok kuinolon terdahulu.Fluorokuinolon
menghambat topoisomerase II dan IV pada kuman. Enzim
topoisomerase IIberfungsi menimbulkan relaksasi pada DNA
yang mengalami positif supercoiling (pilihan positif yang
berlebihan) pada waktu transkripsi dalam proses replikasi DNA.
Topoisomerase IVberfungsi dalam pemisahan DNA baru yang
terbentuk setelah proses replikasi DNA kumanselesai.
Indikasi
Asam nalidiksat dan asam pipemidat hanya digunakan
sebagai antiseptik saluran kemih, khususnya untuk sistitis akut
tanpa komplikasi pada wanita.
Fluorokuinolon digunakan untuk indikasi yang jauh lebih luas
antara lain :
- Infeksi saluran kemih
- Infeksi saluran nafas
- Infeksi tulang dan sendi
Efek samping
Efek samping kuinolon meliputi mual, muntah, dispepsia,
nyeri lambung, diare (jarang, kolitis terkait antibiotik), sakit
kepala, pusing, gangguan tidur, ruam (sindroma Stevens-
Johnson dan nekrolisis epidermal toksik), dan pruritus. Efek
samping yang jarang terjadi antara lain anoreksia, peningkatan
kadar urea dan kreatinin dalam darah, mengantuk,
restlessness, astenia, depresi, bingung, halusinasi, kejang,
tremor, paraestesia, hipoastesia, fotosensitivitas, reaksi hiper-
sensitivitas termasuk demam, urtikaria, angioedema, artralgia,
mialgia dan anafilaksis serta gangguan darah (mencakup
eosinofilia, leukopenia, trombositopenia, selain itu dapat juga
terjadi gangguan penglihatan, pengecapan, pendengaran dan
penciuman. Juga dilaporkan terjadinya inflamasi tendon dan
kerusakan tendon (terutama pada lansia dan penggunaan
bersama kortikosteroid). Efek samping lain yang juga
dilaporkan anemia hemolitik, gagal ginjal, nefritis interstisial
dan disfungsi hati (termasuk hepatitis dan cholestatic
jaundice). Obat sebaiknya dihentikan bila terjadi reaksi
hipersensitivitas (termasuk ruam berat), reaksi neurologis atau
reaksi psikiatrik.
Resistensi
Resistensi terhadap kinolon dapat trejadi melalui 3 Mekanisme,
yaitu :
- Mutasi Gen gyr A yang menyababkan subunit A dari DNA
graise kuman berubah sehingga tidak dapat diduduki
molekul obat lagi.
- Perubahan pada permukaan sel kuman yang mempersulit
penetrasi obat kedalam sel.
- Peningkatan Mekanisme Pemompaan obat keluar sel
(efflux).
Spektrum Antibakteri
Kuinolon aktif terhadap beberapa kuman Gram-Negatif
antara lain : E. Coli, Proteus, Klebsiella, dan Enterobacter.
Kuinolon ini bekerja dengan menghambat subunit A dari Enzim
DNA graise Kuman, Akibatnya reflikasi DNA terhenti.
Flurokuinolon lama (Siproflaksin, Ofoflaksin, Norfloksasin)
mempunyai daya antibakteri yang sangat kuat terhadap E.
Coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus, H. Influenzae,
Providencia, Serratia, Salmonelle, N. Meningitis, n.
Gonorrhoeae, B. Catarrhalis dan Yersinia entericolitia, tetapi
terhadap kuman Gram-positif daya antibakteinya kurang baik.
Flurokuinolon baru (Moksifloksasin, Levloksasin)
mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman Gram
Positif dan kuman Gram-Negatif, serta kuman atipik
(Mycoplasma, chlamdya), Uji klinik menunjukan bahwa
flurikuinolon baru ini efektif untuk bakterial bronkitis kronis.
Dosis
Oral atau infus intravena selama 1 jam, 400 mg sekali
sehari; lama pengobatan umumnya 7- 14 hari, tetapi pada
infeksi yang lebih serius atau infeksi kronis kulit dan jaringan
lunak dan infeksi tulang dan sendi dibutuhkan pengobatan
yang lebih lama (hingga 12 minggu); Infeksi gonokok tanpa
komplikasi, infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (sistitis
pada ibu-ibu muda) dosis tunggal, oral, 400 mg.Infeksi saluran
kemih, oral, 200 mg selama 7-10 hari.Infeksi saluran
pernafasan bagian bawah, infus intravena, 400 mg sekali
sehari, oral, 400 mg sekali sehari. Infeksi saluran kemih
(disertai komplikasi atau tanpa komplikasi), oral, 200 mg sekali
sehari.Gonore (infeksi gonokok tanpa komplikasi), oral, 400 mg
sekali sehari.Infeksi salmonella yang disebabkan Salmonella
typhi atau paratyphi, infus intravena, 400 mg sekali sehari,
oral, 400 mg sekali sehari. Infeksi kulit dan jaringan lunak,
infus intravena, 400 mg sekali sehari; oral, 400 mg sekali
sehari. Infeksi tulang dan sendi, infus intravena, 400 mg sekali
sehari, oral, 400 mg sekali sehari. Penyesuaian dosis tidak
diperlukan pada infeksi-infeksi yang diobati dengan dosis
ganda 200 mg atau dosis tunggal 400 mg, tetapi penyesuaian
dosis diperlukan untuk golongan pasien tertentu, pengobatan
dimulai dengan dosis tunggal 400 mg, kemudian dilanjuntukan
dengan dosis tetap 200 mg sekali sehari selama pengobatan;
golongan pasien ini adalah pasien dengan bersihan kreatinin <
40 mL per menit atau yang menjalani hemodialisa dan chronic
ambulatory peritoneal dialysis (CAPADA), pasien dengan berat
badan < 50 Kg, pasien wanita berumur 65 tahun atau lebih
dan pasien berusia 75 tahun atau lebih dimana ekskresi
ginjalnya menurun; pasien dengan kasus sirosis hati yang
disertai asites; pasien dengan kegagalan fungsi hati.
Interakasi dengan Obat, Makanan, dan Minuman
- Antasid dan preparat besi
Absorpsi Kuinolon dan Fluookuinolon dapat berkurang
hingga 50% atau lebih. Karena itu pemberian antasid dan
preparat besi harus diberikan dengan selang waktu 3 jam.
- Teofilin
Beberapa kuinolon misalnya siprofloksasin, pefloksasin
dan enoksasin menghambat metabolisme teofilin dan
meningkatkan kadar teofilin dalam darah sehingga dapat
terjadi intoksikasi. Karena itu pemberian kombinasi kedua
golongan obat ini perlu dihindarkan.
- Obat-obatan yang dapat memperpanjang interval QTc
Golongan kuinolon sebaiknya tidak dikombinasikan dengan
obat-obat yang dapat memperpanjang QTc interval, antara
lain obat anti aritmia kelas IA (co, kuinidin, prokoinamid) dan
golongan III (co, amiodaron, sotalol), terfenadin dan sisaprid.
Contoh Sub Golongan
Golongan Kinolon (fluorokinolon), antara lain asam
nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin,
dan trovafloksasin.
- Asam nalidiksat
Asam nalidiksat menghambat sebagian besar
Enterobacteriaceae.
- Fluorokuinolon
Golongan fluorokuinolon meliputi norfloksasin,
siprofloksasin, ofloksasin, moksifloksasin, pefloksasin,
levofloksasin, dan lain-lain. Fluorokuinolon bisa digunakan
untuk infeksi yang disebabkan oleh Gonokokus, Shigella,
E.coli, Salmonella, Haemophilus, Moraxella catarrhalis
sertaEnterobacteriaceae dan P. Aeruginosa (Kemenkes,
2011).
Pembuatan Antibiotik
C. acremonium ditumbuhkan pada agar-agar miring selama 7 hari,
koloninya disuspensikan dengan akuades steril dan dituangkan ke dalam cawan
petri steril yang selanjutnya diletakkan di bawah lampu ultraviolet (UV) yang
telah dikondisikan dengan jarak 15 cm. Pengambilan contoh sebanyak 1 ml
dilakukan tepat pada saat cawan petri mulai diletakkan di bawah lampu UV (0
menit) sampai 50 menit dengan interval pengambilannya setiap 5 menit.
Contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml akuades steril, dikocok,
dan didiamkan selama 30 menit dalam gelap. Dari setiap contoh tersebut dibuat
kurva matinya untuk mengetahui jarak dan waktu radiasi yang tepat. Selain itu
juga dicoba kombinasi mutasi menggunakan sinar UV dan metode kimia
menggunakan etil metana sulfonat (EMS). Mutan terpilih diseleksi lagi untuk
mendapatkan mutan unggul yang menghasilkan antibiotik sefaloporin C.
Penggunaan sinar UV 254 nm pada jarak 15 cm dari objek selama 29
menit dapat meningkatkan produksi sefalosporin C sebesar 128.0% dari hasil
mutasi I dan 149.1% dari hasil mutasi II. Produksi sefalosporin C dapat
ditingkatkan dengan mutasi fisik menggunakan sinar UV yang dikombinasikan
dengan cara kimia menggunakan EMS dengan konsentrasi 160 l/ml selama
45 menit, yakni menghasilkan kenaikan produksi sefalosporin C sebesar
198.8% pada mutan GBKI-17.
Mekanisme Kerja
Sefalosporin biasanya bakterisida terhadap bakteri dan bertindak dengan
sintesis mucopeptide penghambat pada dinding sel sehingga penghalang rusak
dan tidak stabil. Mekanisme yang tepat untuk efek ini belum pasti ditentukan,
tetapi antibiotik beta-laktam telah ditunjukkan untuk mengikat beberapa enzim
(carboxypeptidases, transpeptidases, endopeptidases) dalam membran
sitoplasma bakteri yang terlibat dengan sintesis dinding sel. Afinitas yang
berbeda bahwa berbagai antibiotic beta-laktam memiliki enzim tersebut (juga
dikenal sebagai mengikat protein penisilin; PBPs) membantu menjelaskan
perbedaan dalam spektrum aktivitas dari obat yang tidak dijelaskan oleh
pengaruh beta-laktamase. Seperti antibiotik beta-laktam lainnya, sefalosporin
umumnya dianggap lebih efektif terhadap pertumbuhan bakteri aktif.
Efek samping
- Obat oral dapat menimbulkan terutama gangguan lambung-usus (diare,
nausea, dan sebagainya), jarang terjadi reaksi alergi (rash, urticaria).
- Alergi silang dengan derivat penislin dapat terjadi.
- Beberapa obat memperlihatkan reaksi disulfiram bila digunakan bersama
alkohol, yakni sefamandol dan sefoperazon.
- Reaksi hipersensitifitas dan dermatologi : shock, rash, urtikaria, eritema,
pruritis, udema,
- Hematologi : pendarahan, trombositopenia, anemia hemolitik
- Saluran cerna, terutama penggunaan oral : colitis (darah dalam tinja), nyeri
lambung, diare, rasa tidak enak pada lambung, anoreksia, nausea,
konstipasi.
- Defisiensi vitamin K : karena sefalosporin menimbulkan efek anti vitamin
K.
- Efek pada ginjal : meningkatnya konsentrasi serum kreatinin, disfungsi
ginjal dan toksik nefropati. Sefalosporin merupakan zat yang nefrotoksik,
walaupun jauh kurang toksik dibandingkan dengan aminoglikosida dan
polimiksin. Kombinasi sefalosporin dengan aminoglikosida memper-mudah
terjadinya nefrotoksisitas. Depresi sumsum tulang terutama granulositopenia
jarang terjadi.
Contoh sub golongan
Golongan Sefalosporin sudah menjadi 4 generasi, perbedaan generasi
dari Sefalosporin berdasarkan aktivitas mikrobanya dan yang secara tidak
langsung sesuai dengan urutan masa pembuatannya.Berikut merupakan
penggolongan generasi SefalosporinBerdasarkan khasiat antimikroba dan
resistensinya terhadap betalaktase, sefalosporin lazimnya digolongkan sebagai
berikut :
1. Generasi ke I, yang termasuk dalam golongan ini adalah Sefalotin dan
sefazolin, sefradin, sefaleksin dan sefadroxil.
Zat-zat ini terutama aktif terhadap cocci Gram positif, tidak berdaya terhadap
gonococci, H. Influenza, Bacteroides dan Pseudomonas. Pada umumnya tidak
tahan terhadap lactamase.
Salah satu contoh dari golongan ini adalah Sefadroksil. Dosis sefadroksil untuk berat
badan lebih dari 40 kg: 0,5-1 g dua kali sehari. Infeksi jaringan lunak, kulit, dan saluran
kemih tanpa komplikasi: 1 g/hari. Anak kurang dari 1 tahun: 25 mg/kg bb/hari dalam dosis
terbagi. Anak 1-6 tahun: 250 mg dua kali sehari. Anak lebih dari 6 tahun: 500 mg dua kali
sehari. Contoh lain adalah Sefaleksin. Sefaleksin memiliki dosis250 mg tiap 6 jam atau
500 mg tiap 8-12 jam. Dapat dinaikkan sampai 1-1,5 g tiap 6-8 jam untuk infeksi
berat.ANAK: 25 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi. Dapat dinaikkan dua kali lipat untuk
infeksi berat (maksimum 100 mg/kg bb/hari). Di bawah 1 tahun: 125 mg tiap 12 jam. 1
sampai 5 tahun, 125 mg tiap 8 jam; 6 sampai 12 tahun, 250 mg tiap 8 jam.Profilaksis
infeksi saluran kemih berulang, Dewasa, 125 mg pada malam hari.
2. Generasi ke II, terdiri dari sefaklor, sefamandol, sefmetazol, dan sefuroksim
Obat-obat baru ini (1993) sangat resisten terhadap laktamase, sefepim juga
aktif sekali terhadap Pseudomonas.
Salah satu contoh golongan ini adalah Sefpirom. Dosis yang digunakan adalah
pemberian injeksi intravena atau infus.Infeksi saluran kemih atas dan bawah
dengan komplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g tiap 12 jam, dapat naik
sampai 2 g tiap 12 jam pada infeksi sangat berat. Infeksi saluran napas bawah:
1-2 g tiap 12 jam. Infeksi berat, termasuk bakteremia: 2 g tiap 12 jam. Tidak
dianjurkan untuk anak di bawah 12 tahun.
Mekanisme aksi
Berikatan secara reversible pada sub unit ribosom 50S
mencegah pembentukan ikatan peptida sehingga
menghambat sintesis protein bakteri, bakteriostatik atau
bakterisidal tergantung dari konsentrasi obat, tempat
infeksi dan organisme.
Efek samping (yang dilaporkan) : diare, infeksi
opportunistik
Interaksi Obat
o Eritromisin : antibiotik lincosamide dapat mengurangi
efek terapi dari eritromisin (mencegah adannya
kombinasi).
o Kaolin : dapat mengurangi absorbsi antibiotik
lincosinamide.
o Agen NeuromuscularBlocking: antibiotik lincocinamide
dapat meningkatkan efek neuromuscularblocking dari
agen neuromuscularblocking.
o Vaksin Thypoid : antibiotik dapat mengurangi efek
terapi dari vaksin thypoid.
Interaksi makanan : konsetrasi puncak bisa tertunda
oleh makanan.
Merk yang Beredar dipasaran : Albiotin
Anerocid
Biodasin Calinda
Cindala Climadan
Clinatic Clinberin
Clyndamicin
Clinex
b. Metronidazol
Metronidazol efektif untuk bakteri anaerob dan protozoa
yang sensitif karena beberapa organisme memiliki
kemampuan untuk mengurangi bentuk aktif metronidazol di
dalam selnya. Secara sistemik metronidazol digunakan untuk
infeksi anaerobik, trikomonasis, amubiasis, lambiasis dan
amubiasis hati.
Dosis
Dosis metrodinazole tergantung kepada jenis, tingkat keparahan
infeksi yang diderita, kondisi kesehatan dan respons tubuh pasien terhadap
obat. Dosis anak-anak akan disesuaikan dengan umur dan berat badan
mereka juga.
Dosis untuk orang dewasa umumnya berkisar antara 200-1200 mg
per hari. Dokter yang meresepkan metronidazole akan menganjurkan dosis
dan frekuensi minum obat yang sesuai dengan kondisi Anda.
Metronidazole biasanya diresepkan untuk jangka waktu antara 3-14 hari.
Tidak melebihi 4 g metronidazole per hari.
(http://www.alodokter.com/metronidazole)
Efek samping :
warna urin menjadi gelap sakit perut