Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
K
DENGAN GEA
OLEH :
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diere adalah penyebab penting kekurangan gizi, ini disebabkan karena
adanya anoreksia pada penderita diare, sehingga penderita makan lebih sedikit dari
biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal
kebutuhan sari makananya meningkat akibat adanya infeksi. Setiap episod diare
menyebabkan kekurangan gizi, sehingga bila episode diare berkepanjangan maka
dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan akan terlihat keterlambatan
tubuh kembang pada anak dan bayi.
Diare merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada anak
di negara berkembang, dengan perkiraan 1,3 milyar episode dan 3,2 juta kematian
setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3
epoisode diare pertahun. Pada daerah yang dnegan angka episode yang tinggi ini,
seorang balita dapat menghabiskan 25 % waktunya dengan diare. Sekitar 80 %
kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan
cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain adalah disentri,
kekurangan gizi, dan infeksi serius seperti pnemoni.
Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak mengalami
diare 1,6 samapi 2 kali setahun. Hasil SKRT (survaey kesahatan rumah tangga) di
Indonesia angka kematian diare anak balita dan bayi permil pertahun berturut
menunjukan angka sebagai berikut ; 6,6 (balita) 22 (bayi) pertahun 1980; 3,7
(balita) dan 13,3 (bayi) pada tahun1985. 2,1 (balita) 7,3 (bayi) pada tahun 1992. 1
balita dan 8 bayi pada tahun 1995. Sementara itu morbiditas diare tidak
menunjukan hal yang sama. Dari hasil studi morbiditas oleh DEPKES di 8 propinsi
pada tahun 1989,1990,1995 berturut-turut morbiditas diare menunjukan 78 %, 103 %
dan 100 %. Apalagi dengan terjadinya krisis ekonomi yang melanda negara Asia
dimana Indonesia yang terparah, angka kejadian diare menunjukan kenaikan.
Bahkan gangguan kesehatan maupun yang terkait dengan diare seperti gangguan
gizi dan ISPA menunjukan hasil yang nyata (DEPKES RI, 1999).
Meskipun pada orang dewasa penyakit diare baiasanya lebih ringan dari
pada pada anak tetapi angka kejadian yang semakin menurun menujukan angka
kemajuan penanganan diare. Pada saat ini sudah tersedia pengobatan yang mudah
dan efektif yang dapat menurunkan jumlah kematian karena diare pada sebagian
besar kasus. Sekarang dengan dipakainya upaya pembentukan KPD (kegiatan
pendidikan Diare) antara lain dengan pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral) di banyak
rumah sakit dan dilanjutkan dengan pendidikan medik penberantasan diare kasus
diare di bangsal semakin berkurang secara nyata.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mempelajari asuhan keperawatan pada anak usia toddler dengan diare akut
dehidrasi sedang.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada anak toddler dengan diare akut
dehidrasi sedang.
2. Mampu melakukan intervensi anak usia toddler dengan diare akut
dehidrasi sedang
3. Mampu melakukan tindakan pada anak usia toddler dengan diare akut
dehidrasi sedang
4. Mampu melakukan evaluasi pada anak usia toddler dengan diare akut
dehidrasi sedang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair
/setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980),
diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan
mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
2.2 ETIOLOGI
1. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-
anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kutang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
2.3 PATOFISIOLOGI
2.4 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
o Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
O Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua
dan seterusnya.
O Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 16 buah
O Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa
(meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
O Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk
mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri
anak.
O Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill
time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun )
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
2.5.2 Terapi
1. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg klorpromazine
0,5 1 mg / kg BB/hari
2. onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
2.5.3 Dietetik
a. Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu
b. Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen
atau semi elemental formula.
2.5.4 Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 5 tahun
DAFTAR PUSTAKA
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.