Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker ovarium merupakan suatu kanker yang belum diketahui
penyebabnya.Kanker Ovarium sering ditemukan wanita yang berumur 40 - 74
tahun. Penyebaran suatu kanker ovarium bisa menyebar kebagian yang
lain,seperti daerah panggul dan perut melalui getah bening dan melalui
peredaran darah untuk menuju kehati dan paru-paru.
Karsinoma ovarium adalah jenis epitel adalah penyebab utama kematian
akibat kanker ginekologi diamerika serikat. Pada tahun 2003 diperkirakan
terdapat 25.400 kasus kanker dengan 14.300 kematian yang mencakup kira-
kira 5% dari semua kematian wanita karena kanker.
Meskipun mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial,kanker ovarium
dapat juga berasal dari sel yang terdapat diovarium. Tumor ovarium yang
berasal dari sel germinal yang kelasifisikan sebagai disgerminoma dan
teratoma sedangkan tumor ovarium yang berasal dari sel folikel di
kelasifisaikan sebagai sex cord stromal terutama tumor sel granulosa dan
tumor yang berasal dari stroma ovarium adalah sarkoma. Akan tetapi angka
kejadian tumor ovarium non epitelial kecil sekali sehingga dianggap angka
kejadian seluruh kanker ovarium.
Kanker ovarium jarang ditemukan pada umur dibawah 40 tahun . Angaka
kejadian meningkat dengan makin tuanya usia 15 16 per 100.000 pada usia
40 -44 tahun menjadi paling tinggi dengan angka kematain 57 per 100.000
pada usia 70 74 tahun.Usia median saat diagnosis adalah 63 tahun dan 48 %
penderita berusia diatas 65 tahun.
Pada tahun 2005, Masyarakat kanker Amerika memperkirakan bahwa
22.220 kasus baru kanker ovarian akan bisa di diagnosa, dan itu kan
membunuh 16.200 wanita. Hanya 77% kasus yang mempunyai tingkat nilai
survival 1 tahun, 44% kasus yang mempunyai tingkat nilai suvival 5 tahun.
Dan hanya 19% kasus saja kasus yang di diagnosa sebelum metastasis terjadi.
Hal tersebut disebabkan Oleh karena ketiadaan adanya deteksi dini peyakit
dan kemajuan penyakit yang cepat. Sehingga menyebabkan angka kematian
yang sebabkan oleh kanker Ovari meningkat.
Karena belum ada metode skrining yang efektif untuk kanker ovarium
70% kasus ditemukan kasus pada keadaan yang sudah usia lanjut yakni tumor
yang menyebar jauh dari ovarium.
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami keseluruhan isi materi
tentang konsep dasar penyakit maupun konsep dasar asuhan keperawatan
pada kanker ovarium.
2. Tujuan Khusus

1.4 Manfaat
Mahasiswa dapat memahami pengertian secara umum mengenai kanker
ovarium, memahami bagaimana patofisiologisnya hingga cara penyusunan
asuhan keperawatan yang berkaitan dengan cara pendokumentasiannya.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kanker indung telur adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel yang tidak
lazim (kanker) pada satu atau dua bagian indung telur (Conectique.com, 2008,
diakses tanggal 28 Mei 2009).
Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada
ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50
70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut
melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke
hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit di diagnosa dan kemungkinan
kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo,
1995).
Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit dimana ovarium yang
dimiliki wanita memiliki perkembangan sel-sel abnormal. Secara umum,
kanker ovarium merupakan suatu bentuk kanker yang menyerang ovarium.
Kanker ini bisa berkembang sangat cepat, bahkan dari stadium awal hingga
stadium lanjut bisa terjadi hanya dalam satu tahun saja. Kanker ovarium
merupakan suatu proses lebih lanjut dari suatu tumor malignan di ovarium.
Tumor malignan sendiri merupakan suatu bentuk perkembangan sel-sel yang
tidak terkontrol sehingga berpotensi menjadi kanker (Corwin, 2009, Hal: 66).
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga demoblast (ektodermal,endodermal,
mesoderal) dengan sifat-sifat histologist maupun biologis yang beraneka
ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga demoblast (ektodermal, endodermal,
mesoderal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam
(Smeltzer & Bare, 2002).

2.2 Klasifikasi
Adapun klasifikasi kanker ovarium adalah sebagai berikut :
1. Tumor epithelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada
umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma
adalah tumor ganas dari epitelial ovarium (EOCs : Epitelial ovarium
carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling sering ( 85 90% ) dan
penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor
epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker
dinamakan sebagai tumor bordeline atau tumor yang berpotensi ganas
(LMP tumor : Low Malignat Potential). Beberapa gambaran EOC dari
pemeriksaan mikroskopis berupa serous, mucous, endometrioid dan sel
jernih.
2. Tumor germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur,
umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas,
bentuk keganasan sel germinal terutama adalah teratoma, dysgerminoma
dan tumor sinus endodermal. Insiden keganasan tumor germinal terjadi
pada usia muda kadang dibawah usia 20 tahun, sebelum era kombinasi
kemoterapi harapan hidup satu tahun kanker ovarium germinal stadium
dini hanya mencapai 10 19% sekarang ini 90 % pasien kanker ovarium
germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas dapat dipertahankan.
3. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang
ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-
leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang rendah.

Klasifikasi stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation


International of Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
a. Stadium I : pertumbuhan terbatas pada ovarium
1) Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada
asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan
luar, kapsul utuh.
2) Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas,
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3) Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor
dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan
asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
b. Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke
panggul.
1) Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba.
2) Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya.
3) Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas
yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
c. Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas
dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau
omentum.
1) Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah
bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara
mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan
peritoneum abdominal.
2) Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter
melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
3) Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
d. Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam
stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.

2.3 Etiologi
Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker ovarium. Secara umum, kanker
dimulai ketika sel-sel sehat mengalami mutasi genetik yang mengubah sel
normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang biak pada
tingkat yang ditetapkan, akhirnya mati pada waktu yang ditetapkan. Sel-sel
kanker tumbuh dan berkembang di luar kendali, dan mereka tidak mati.
Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel
kanker menginvasi jaringan terdekat dan dapat pecah dari tumor awal untuk
menyebar ke tempat lain dalam tubuh (metastasis). Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya :
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan
sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium.
Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker
ovarium.

2.4 Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi
fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh
wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi
ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri
pada rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan
peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat
timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar
pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran
awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa
gejala yang spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan
waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria dan
perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada
perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi
perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia endometrium bila
tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor menghasilkan testosterone dan
menyebabkan virilasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul
mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor , ruptur atau torsi ovarium.
Namun tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis
rutin.
2.5 Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker
ovarium adalah sebagai berikut :
a. Haid tidak teratur.
b. Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada
payudara.
c. Menopause dini.
d. Dispepsia.
e. Tekanan pada pelvis.
f. Sering berkemih dan disuria.
g. Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak
pada perut, cepat kenyang dan konstipasi.
h. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina
sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen (Smeltzer, 2001;1570).

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang
dilakukan dengan :
a. Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan
mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang
akan dicatat dalam rekam medik.
b. Pemeriksaan USG untuk dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan
kristik.
c. Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium
di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu
atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang.
d. Penanda tumor (tumor marker)Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien
penderita kanker ovarium sering ditemukan peningkatan kadar CA 12.
e. X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan
gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang
diperiksa tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan
warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitam pencitraan
lain.
f. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan
menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara
alamiah dihasilkan oleh tubuh.Position Emission Tomography (PET
SCAN). PET SCAN bekerja dengan cara memvisualisasikan metabolisme
sel-sel tubuh. Sel-sel kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel
hidup) akan memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel normal.
g. CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk
mencitrakan bagian dalam tubuh.
h. Scanning radioaktif.
i. Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan
sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk
memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain dengan
merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang ditembakkan
gelombang suara.
j. Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh
menggunakan alat fiberoptik.Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya
abnormalitas seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.

2.7 Penatalaksanaan
Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan
operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi,
radioterapi, dan imunoterapi.
1. Operasi
Pada umumnya dilakukan:
a. Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ sekitarnya.
b. Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan kedua

saluran tuba fallopii.


c. Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus perut
yang memanjang dari lambung ke alat-alat perut.
2. Radioterapi
Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada
rongga peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap
awal (stadium I dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi
residual kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu
penyakit yang terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi
P32 ini.
3. Kemoterapi
Penggunaan melphana, 5-FU, thiotepa dan siklosfosfamid secara
sistematik menunjukkan aktivitas yang baik. Altretamine, sisplastin,
karboplatin, doksorubisin, ifosfamid, dan etoposid juga menunjukkan hasil
yang bervariasi dari 27% sampai 78%. Secara keseluruhan, kombinasi
terapi sistematik dengan takson, sisplatin, siklofosfamid meningkatkan
respon terapi, angka kesembuhan atau kemungkinan hidup.

2.9 Pencegahan
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker indung telur,
termasuk:
1. Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah
menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50
persen, sesuai dengan ACS.
2. Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan
risiko mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat
mengurangi risiko kanker ovarium.
3. Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau memiliki
histerektomi dapat mengurangi risiko kanker ovarium.

Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami kanker
ovarium dapat memilih untuk memiliki indung telur mereka diangkat sebagai
cara untuk mencegah penyakit. Operasi ini, dikenal sebagai profilaksis
ooforektomi, dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif
untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah keluarga yang
kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan jika tidak ada mutasi genetik yang
telah diidentifikasi.
2.10 Komplikasi
1. Penyebaran kanker ke organ lain.
2. Progressive function loss of various organs Fungsi progresif hilangnya
berbagai organ.
3. Ascites (fluid in the abdomen) Ascites (cairan di perut).
4. Intestinal Obstructions Usus Penghalang.

Sel-sel dapat implan di lain perut (peritoneal) struktur, termasuk rahim,


kandung kemih, usus, lapisan dinding usus (omentum) dan, lebih jarang, ke paru-
paru.

2.11 Pathway

Mutagen, makanan, Inkubasi epitel stroma kista


wanita mandul, primipara
tua >45th, genetik Rangsangan hormon
estrogen

Proliferasi kista

Terapi radiasi Maligna Metastase jaringan sekitar

Efek samping Pembesaran massa Penurunan fungsi organ

Kerusakan sel sekitar, Kompresi serabut saraf Ketidakefektifan pola


rambut rontok, penurunan seksualitas
hemotopoetik, anemia,
produksi eritrosit
Nyeri

Motilitas usus Status kesehatan Ketidakefektifan


perfusi jaringan perifer
Peristaltik
Resiko perdarahan
Koping individu tidak Gangguan citra tubuh
konstipasi efektif

Ansietas

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994).
1. Pengkajian pasien dengan Karsinoma Ovarium meliputi :
a. Data Biografi dan Demografi
Data biografi meliputi identifikasi pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan identitas penanggung jawab.
Data demografi meliputi: usia, golongan darah, dan lingkungan.
b. Keluhan Utama (alasan utama datang ke rumah sakit)
Terkait keluhan pasien saat masuk RS seperti: Haid tidak teratur,
ketegangan menstrual yang terus meningkat, menoragia, nyeri tekan pada
payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dyspepsia,
tekanan pada pelvis, sering berkemih, flatulenes, rasa begah setelah makan
makanan kecil, lingkar abdomen yang terus meningkat.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Riwayat kesehatan sekarang pada pasien karsinoma Ovarium adalah Haid
tidak teratur, ketegangan menstrual yang terus meningkat, menoragia,
nyeri tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada
abdomen, dyspepsia, tekanan pada pelvis, sering berkemih, flatulenes, rasa
begah setelah makan makanan kecil, lingkar abdomen yang terus
meningkat.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Riwayat kesehatan dahulu yang berhubungan dengan penyakit klien
sekarang misalnya: Ca mamae diduga memeliki hubungan terhadap
kejadian kanker ovarium pada wanita.. sebaliknya pada wanita pada yang
mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko mengidap Ca mamae
3-4 kali lipat.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)


Mengkaji dalam keluarga apakah ada yang mengalami gangguan yang
berhubungan langsung dengan gangguan yang di alami klien sekarang,
seperti salah satu anggota keluarga ada yang pernah mengalami Karsinoma
Ovarium sebelumnya.
f. Riwayat Reproduksi
Riwayat reproduksi meliputi beberapa hal yang berhubungan masalah
reproduksi seperti; bagaimana perjalanan klinis siklus haid teratur atau
tidak serta bagaimana durasi haid normal atau tidak.
g. Riwayat obstetric
Adapun riwayat obstetric terdiri dari masalah; kehamilan, persalinan, dan
nifas yang dialami oleh klien yang bersangkutan.
h. Riwayat menstruasi
Adanya riwayat menstruasi yang tidak teratur, lama dan siklus haid,
menarche.
i. Riwayat Perkawinan
Adanya riwayat menikah pada usia dini (kurang dari 16 tahun),
mempunyai pasangan lebih dari satu, sering melahirkan dari jarak,
kehamilan terlalu dekat.
j. Riwayat keluarga berencana
Adanya riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormal.
k. Aspek Psikososial
Cemas, perasaan putus asa, menyangkal diagnostik, gangguan fungsi dan
tanggung jawab peran, gangguan hubungan seksual, dan menarik diri.

2. Data dasar pengajian pasien :


a. AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Kelemahan dan / keletihan
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, misalnya : nyeri,
ansietas. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsiogen lingkungan.
b. SIRKULASI
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan : Perubahan pada TD
c. INTEGRITAS EGO
Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stress (misalnya merokok,minum alcohol, mununda mencari
pengobatan, keyakinan religius / spiritual). Masalah tentang perubahan
dalam penampilan, misalnya pembedahan. Menyangkal diagnosis,
perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bernakna, rasa
bersalah, kehilangan control, depresi.
Kebiasaan : Menyangkal, menarik diri, marah.
d. ELIMINASI
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, misalnya nyeri pada defekasi.
Perubahan eliminasi urinarius, misalnya sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. MAKANAN / CAIRAN
Gejala : Kebiasaan diet buruk, misalnya rendah serat tinggi lemak bahan
pengawet. Anoreksi, mual / muntah.
Perubahan pada berat badan ; penurun berat badan.
Tanda : Perubahan pada kelembaban / turgo kulit ; edema
f. NEUROSENSORI
Gejala : Pusing ; sinkope
g. NYERI / KENYAMANAN
Gejala : Derajat nyeri bervariasi, misalnya ketidak nyamanan ringan
sampai nyeri berat.
h. PERNAPASAN
Gejala : Merokok, hidup dengan seseorang yang merokok.
Pemajanan asbes.
i. KEAMANAN
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
Pemanjanan matahari lama / berlebihan.
Tanda : Demam, Ruam kulit, ulserasi.
j. SEKSUALITAS
Gejala : Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan
pada tingkat kepuasan.
k. INTERAKSI SOSIAL
Gejala : Ketidakadekuatan / kelemahan system pendukung.
Masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran
l. PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala : Riwayat kaker pada keluarga, misalnya ibu / Bibi dengan kanker
payudara, kanker ovarium, kanker kolon.
3. Adapun poemeriksaan diagnostic untuk karsinoma ovarium
meliputi :
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvik.
b. Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI.
c. Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH,
HCG, dan AFP (penanda tumor sel germinal).
d. Laparoskopi.
e. Laparotomi.
f. Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium :
a) Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan
sigmoidoskopi.
b) Foto rontgen dada dan tulang.
c) Scan KGB (Kelenjar Getah Bening).
d) Scan traktus urinarius.
g. Data psikologis/sosiologis
Reaksi emosional setelah penyakit diketahui.

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri akut b.d penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastase
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan produksi darah
(anemia)
3. Ansietas b.d stres akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
4. Resiko perdarahan b.d penurunan volume darah (anemia, tromositopeni,
kemoterapi)
5. Ketidakefektifan pola sexualitas b.d penurunan struktur, fungsi organ,
penyakit, atau terapi medis.
6. Gangguan citra tubuh b.d pembedahan, terapi penyakit kanker (terapi
radiasi)
7. Konstipasi b.d penurunan motilitas traktus gastrointestinal.
3.3 Intervensi Keperawatan

No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Setelah diberikan a. Lakukan a. Membantu
asuhan keperawatan pengkajian nyeri membedakan
selama (x24) ja secara penyebab nyeri
m diharapkan nyeri komprehensif dan memberikan
pasien berkurang catat keluhan, informasi
atau lokasi nyeri,frekue tentang
terkontrol dengan nsi, durasi, dan kemajuan atau
Kriteria Hasil : intensitas(skala 0- perbaikan
a. Pasien 10) dantindakan penyakit,
mengatakan skala penghilangan terjadinya
nyeri yang nyeri yang komplikasi dan
dialaminya dilakukan] keefektifan
menurun intervensi.
b. Pasien b. Pantau tanda - b. Peningkatan
melaporkan nyeri tanda vital nyeri akan
yang sudah mempengaruhi
terkontrol perubahan
maksimal dengan padatanda - tand
pengaruh atau efek a vital
samping minimal
c. TTV pasien c. Dorong c. Memungkinka
dalam batas penggunaan n pasien untuk
normal, meliputi : keterampilan berpartisipasi
Nadi normal (60 manajemen nyeri secara aktif
- 100 x / menit) seperti teknik untuk
Pernapasan
relaksasi dantekni mengontrol rasa
normal (12 - 20 x /
k distraksi, nyeri yang
menit)
misalnya denganm dialami, serta
Tekanan darah
endengarkan dapatmeningkatk
normal (110 - 130
musik, membaca an koping pasien
mmHg / 70 - 90
buku, dan
mmHg)
Suhu : (360- sentuhan
37,50C) terapeutik.
d. Ekspresi wajah d. Berikan posisi d. Memberikan
pasien tidak yang nyaman rasa nyaman
meringis sesuai kebutuhan pada pasien,
e. Pasien tampak pasien meningkatkan
tenang (tidak relaksasi, dan
membantu
gelisah) pasien untuk
f. Pasien dapat memfokuskan
melakukan teknik kembali
relaksasi dan distraksi perhatiannya.
dengan tepat sesuai
indikasi untuk e. Dorong e. Dapat
mengontrol nyeri pengungkapan mengurangi
perasaan pasien ansietas dan rasa
takut, sehingga
mengurangi
persepsi pasiena
kan intensitas
rasa sakit.

f. Evaluasi upaya f. Tujuan yang


penghilangan ingin dicapai
nyeri atau melalui upaya
kontrol pada kontrol adalah
pasien kontrol nyeri
yang maksimum
dengan pengaruh
atau efek
samping yang
minimum pada
pasien.

g. Tingkatkan g. Menurunkan
tirah baring, gerakan yang
bantulah dapat
kebutuhan meningkatkan
perawatan diri nyeri
yang penting

h. Kolaborasi h. Nyeri adalah


pemberian komplikasi
analgetik sesuai tersering dari
indikasi kanker,
meskipun respon
individual
terhadap nyeri
berbeda-
beda.Pemberian
analgetik dapat
mengurangi
nyeri yang
dialami pasien
i. Kolaborasi i. Rencana
untuk manajemen nyeri
pengembangan yang
rencana terorganisasi
manajemen nyeri dapat
dengan pasien, mengembangkan
keluarga, dan tim kesempatan pada
kesehatan yang pasien untuk
terlibat mengontrol nyeri
yang dialami.
Terutama dengan
nyeri kronis,
pasien dan orang
terdekat harus
aktif menjadi
partisipan dalam
manajemen nyeri
di rumah.

j. Kolaborasi j. Mungkin
untuk pelaksanaan diperlukan untuk
prosedur mengontrol nyeri
tambahan, berat (kronis)
misalnya yang tidak
pemblokan pada berespon pada
saraf tindakan lain

2 Setelah diberikan asuhan a.batas aktivitas dan a.istirahat dapat


keperawatan selama (....x24) mobilisasi klien mengurangi
jam diharapkan konsumsi oksigen
mengembalikan pola napas b. mengistirahatkan klien
menjadi kembali normal klien dengan posisi
dengan Kriteria Hasil: semi fowler b. posisi
a. Klien tidak mengeluh semifowler
sesak c.longgarkan baju klien menambah ruang
b. RR normal kembali antara ekspansi paru
d. kolaborasi
20 x/mnt
pemberian terapi
c. Klien tidak terlihat cemas c.Baju klien yang
oksigen
dan gelisah longgar
e.tenangkan klien mempermudah klien
dalam bernafas

d. Jika klien tenang


maka konsumsi
oksigen semakin
efisien

3 Setelah diberikan asuhan a. Kaji dan a. Mengetahui


keperawatan selama ( dokumenasikan sejauh mana
x24) jam diharapakan frekuensi, warna dampak dari
konstipasi pasien menurun dan konsistensi konstipasi itu
dengan Kriteria Hasil : feses, keluarnya sendiri terhadap
a. Pola eliminasi flatus, adanya pasien.
dalam rentang yang impaksi, ada
diharapkan tidaknya bisisng
b. Feses lunak dan usus dan distensi
berbentuk abdomen pada ke
c. Mengeluarkan
empat kuadran
feses tanpa bantuan
abdomen.

b. Identifikasi b. Dapat
factor yang dapat mempermudah
menyebabkan pengobatan dan
konstipasi. penatalaksanaan
yang tepat.

c. Berikan privasi c. Dapat


dan keamanan meningkatkan
untuk pasien rasa nyaman
selama eliminasi untuk pasien.
defekasi.

d. Anjurkan pasien d. Mengurangi


untuk meminta rasa nyeri pada
obat nyeri pasien.
sebelum defekasi
untuk
memfasilitasi
pengeluaran feses
tanpa nyeri.

e. Lakukan e. Memberikan
penyuluhan untuk gambaran
pasien dan kepada pasien
keluarga. dan keluarga
mengenai
konstipasi dan
apa dan tidak
yang boleh
dilakukan.

f. Kolaborasi f. Mengurangi
dengan ahli gizi konstipasi
untuk berkelanjutan
meningkatkan melalui makanan
serat dan cairan yang dicerna.
dalam diet

4 Setelah dilakukan asuhan a. Kaji tanda- a. Mengetahui


keperawatan selama ( tanda vital adanya tanda-
x24) jam diharapkan tanda syok
pasien tidak mengalami
perdarahan dengan Kriteria b. Monitor tanda- b. Mengetahui
Hasil : tanda perdarahan adanya
a. Tanda-tanda perdarahan
vital dalam batas sehingga lebih
normal = (TD : dini dapat
110-130/70-90 dicegah
mmHg, N : 60-100
x/menit, S : 36o- c. Anjurkan pasien c. Menghindari
37,5 C, RR: 12-20 untuk tirah baring adanya
x/menit) perdarahan
b. Perdarahan tidak
ada d. Kolaborasi d. Mencegah
pemberian perdarahan
antikoagulan
Setelah dilakukan a. Kaji a. Mengetahu
5 asuhan tingkat i tingkat
keperawatan ansietas ansietas
selama (...x24) pasien
jamdiharapkan untuk
kecemasan pasien menentuka
berkurang dengan n intervensi
Kriteria Hasil: yang tepat
a. Pasien
tampakb. Gali penyebab b. Membantu pasien
lebih rileksansietas pasien mengurangi
b. Pasien ansietas
mampu
menunjukk
c. Libatkan c. Membangkitkan
an keluarga dalam semangat pasien
mekanismesetiap tindakan sehingga keluarga
koping yang akan dan pasien bisa
yang dilakukan pada saling mensupport
efektif pasien
d. Gali intervensi e. Menurunkan
yang ansietas pasien
menurunkan
ansietas (musik,
latihan
relaksasi)

Vous aimerez peut-être aussi