Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba,2010).
Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor yaitu kekuatan ibu (power),
keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya
psikologi ibu, penolong saat bersalin dan posisi saat bersalin. dengan adanya
keseimbangan antara faktor tersebut, bila ada gangguan pada faktor ini dapat
terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. kelambatan atau
kesulitan persalinan ini di sebut distosia.
Distosia itu adalah kesulitan dalam jalannya persalianansalah satunya
adalah distosia karena kelainan his baik kekuatan maupun sifatnya yang
menghambat kelancaran persalinan. Yang dapat dibedakan menjadi Distosia
kelainan janin Yaitu Bayi Besar, Hidrocephalus, Anecephalus, Kembar Siam,
gawat janin, IUFD, tali pusat menumbung.Distosia karena kelainan his dapat
terjadi karenasifat his yang berubah -ubah, tidak ada koordinasi dan
sinkronisasi antar kontraksi dan bagian bagiannyasehinggakontraksi tidak
efisien dalam mengadakan pembukaan.Kelainan hisjuga dapat terjadi karena
his yang tidak adekuat untuk melakukan pembukaan 2serviks atau mendorong
anak keluar. His yang tidak adekuat ini disebut dengan inersia uteri(Leveno K,
2010).
B. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan umum
1
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A Definisi
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor
persalinan. (Bobak, 2004). Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya
persalinan(Rustam Mukhtar, 1994). Distosia adalah kalamabatan atau
kesulitan persalian disebabkan kelainan his, letak dan bentuk Janin serta
kelaina jalan lahir (Komalasari, 2005).
Distosia secara harfiah, berarti persalinan sulit, ditandai oleh kemajuan
persalinan yang terlalu lambat. Secara umum, persalinan abnormal sering
terjadi jika terdapat ketidakseimbangan ukuran antara bagian presentasi janin
dan jalan lahir. Distosia merupakan akibat dari beberapa kelainan berbeda
yang dapat berdiri sendiri atau kombinasi. (Leveno, 2009).
B Etiologi
a Dystosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluarkurang
kuat
b Karena kelainan his : Inertia uteri atau kelemahan his merupakan
sebabterpenting dari dystosia.
c Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix baru pada
dinding perut, hernia, diastase musculus rectus abdominalis atau karena
sesak napas.
d Dystosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang,
letak dahi, hydrocephalus atau monster.
e Dystosia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor yang
mempersempit jalan lahir.
C Manifestasi Klinik
1 Manifestasi klinik pada Ibu :
a Gelisah, Letih
b Suhu tubuh meningkat
c Nadi dan pernafasan cepat
4
D Klasifikasi Distosia
1 Kelainan His
His yang tidak normal baik kekuatan atau sifatnya sehingga
menghambat kelancaran persalinan Faktor-faktor yang mempengaruhi
antara lain kehamilan primi gravida tua atau multi gravida, herediter, emosi
dan kekuatan, kelainan uterus, kesalahan pemberian obat, kesalahan
pimpinan persalinan, kehamilan kembar dan post matur, dan letak lintang
Kelainan his dapat berupa inersia uteri hipotonik dan hipertonik.
a Inersia Uteri Hipotonik
Inersia uteri hipotonik adalah kelainan his dengan kekuatan yang
lemah / tidak adekuatuntuk melakukan pembukaan serviks atau
mendorong anak keluar. Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya
jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang
baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat
hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara
atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang
baik.Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks (fase laten atau fase
aktif) maupun pada kala pengeluaran. Inersia uteri hipotonik terdapat
berbagai macam, yaitu:
1 Inersia uteri primer, terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal
telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak
dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan
apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
5
2 Inersia uteri sekunder, terjadi pada fase aktif kala I atau kala II.
Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat
gangguan / kelainan.
3 Inersia Uteri Hipertonik (hypertonic uterin contraction)
Inersia uteri hipertonik adalah kelainan his dengan kekuatan cukup
besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi
kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak
efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut
juga sebagai incoordinate uterine action. misalnya "tetania uteri"
karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan
karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada
janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi
uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara
lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin
yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan
sebagainya.
6
a Penyebab
Distosia dapat disebabkan karena kelainan HIS (HIS hipotonik
dan HIS hipertonik), karena kelainan sarana, bentuk anak
(hidrosefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letak anak (letak
sungsang, letak lintang), serta karena kelainan jalan lahir. (Ai Yeyeh
dan Lia Yulianti, 2010; 248)
b Penatalaksanaan
Cara yang efektif untuk tindakan persalinan septum tersebut
adalah dengan robekan spontan atau disayat dan diikat. Tindakan ini
dilakukan pula bila ada dispareuni. Jika bidan dalam menghadapi
kelainan ini, adalah menegakkan kemungkinan septum vagina, vertical
atau longitudinal pada waktu melakukan pemeriksaan dalam dan
selanjutnya merujuk penderita untuk mendapat pertolongan persalinan
sebagai mana mestinya. (Lia Yulianti, 2010)
9
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang
kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya
dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling
dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh
hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya +10 mmHg.
Incoordinate uterin action yaitu sifat his yang berubah. Tonus otot
uterus meningkat juga di luar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti
biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya Tidak adanya
koordinasi antara kontraksi atas, tengah dan bawah menyebabkan tidak efisien
dalam mengadakan pembukaanDisamping itu tonus otot yang menaik
menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula
menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga disebut sebagai incoordinate
hipertonic uterin contraction. persalinan yang lamalama dengan ketuban yang
sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat,
sehingga terjadi penyempitan kavum uterin pada tempat itu. Ini dinamakan
lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat
terjadi dimana-mana, tapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas
dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui degan
pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap sehingga tangan
dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
H Komplikasi Distosia
1 Komplikasi maternal
a Perdarahan pasca persalinan.
b Fistula Rectovaginal
c Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa transient femoral
neuropathy
d Robekan perineum derajat III atau IV
e Rupture Uteri
2 Komplikasi fetal
a Brachial plexus palsy
b Fraktura Clavicle
11
c Kematian janin
d Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
e Fraktura humerus
I Pemeriksaan Penunjang
a Foto rontgen
b MRI
c USG
d X-ray
J Penatalaksanaan
1 Penanganan Umum
a Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
b Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
c Kolaborasi dalam pemberian :
a Infus RL dan larutan NaCL isotonik (IV)
b Berikan analgesik berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau
morvin 10 mg (IM)
d Perbaiki keadaan umum
a Berikan dukungan emosional dan perubahan posisi
b Berikan cairan
2 Penanganan Khusus
a Kelainan His
a TD diukur tiap 4 jam
b DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
c Pemeriksaan dalam
d Kolaborasi : Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV), berikan
analgetik seperti petidin, morfin dan pemberian oksitosin untuk
memperbaiki his
b Kelainan janin
a Pemeriksaan dalam
b Pemeriksaan luar
c MRI (Magnetic Resonance Imaging)
d Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria
baik primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir
persalinan.
a Nama
b Usia
c Jenis Kelamin
2 Riwayat kesehatan
a Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah mengalami distosia sebelumnya, biasanya ada penyulit
persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit,
biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar.
b Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti: : kelainan
letak janin (lintang, sunsang) apa yang menjadi presentasi.
c Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah,
DM, eklamsi dan pre eklamsi.
d Pemeriksaan Fisik
Kepala: rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe.
e Mata: biasanya konjungtiva anemis
f Thorak: Inpeksi pernafasan: frekuensi, kedalam, jenis pernafasan,
biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat pernafasan
g Abdomen: kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang
semenjak awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya
posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus
keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab
pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya
distensi usus dan kandung kemih.
h Vulva dan Vagina: Lakukan VT: biasanya ketuban sudah pecah atau
belum, edema pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium,
ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta
untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa.
i Panggul, lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan
bentuk panggul dan kelainan tulang belakang
2 Diagnose Keperawatan
1 Nyeri akut b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi
tidakefektif.
13
3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan/Criteria Hasil Intervensi
keperawatan
1 Nyeri akut b/d Tujuan: setelah dilakukan 1 Tentukan sifat, lokasi dan
tekanan kepala pada asuhan keperawatan 3x 24 durasi nyeri, kaji kontraksi
servik, partus lama, jam Kebutuhan rasa uterus, hemiragic dan nyeri
kontraksi tidak nyaman terpenuhi/ nyeri tekan abdomen
2 Kaji intensitas nyeri klien
efektif berkurang
dengan skala nyeri
3 Kaji stress psikologis/
Kriteria Hasil :
pasangan dan respon
- Klien tidak merasakan
emosional terhadap kejadian
nyeri lagi 4 Berikan lingkungan yang
- Klientampak rilek
nyaman, tenang dan aktivitas
- Kontraksi uterus efektif
- Kemajuan persalinan untuk mengalihkan nyeri,
baik Bantu klien dalam
menggunakan metode
relaksasi dan jelaskan
prosedur
5 Kuatkan dukungan social/
dukungan keluarga
6 Kolaborasi : Berikan narkotik
atau sedative sesuai instruksi
dokter
2 Resiko tinggi Tujuan: setelah di lakukan 1 pantau masukan dan keluaran
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
B. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
17
a. Nama :Ny. N
2. Anamnesa
3. Pemeriksaan fisik
b. Tanda-tanda vital :
TD: 140/80 mmHg, Nadi: 120 x/menit, RR: 22 x/menit, Suhu : 37C
c. Inspeksi
Konjungtiva : anemis.
Sklera: an ikterik
18
Mulut dan Gigi: bersih, bibir tampak pucat, tidak ada caries gigi,
tidak ada stomatitis, gigi lengkap, tidak ada gangguan menelan.
Vulva: serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan
kiri.
d. Palpasi
leopold 2: Pada perut bagian sebekah kiri teraba ada tahanan yang
lebar yang berarti punggung dan sebelah kanan teraba bagian yang
kecil- kecil yang berarti ekstrimitas
e. Auskultasi
f. Perkusi
4. Pemeriksaan penunjang
B. Analisa Data
Nyeri
DO :
- Pasien nampak lemas dan
meringismenahan
nyeriskala nyeri
20
- Sewaktu-waktu pasien
mengalami kontraksi
karena tekanan kepala
serviks
- TTV :
TD 140/80 mmHg
N 120 x/menit
RR 22 x/menit
Suhu 37C
2. DS : Persalinan yang Resiko tinggi
- Pasien mengatakan masih
lama cedera
merasakan gerakan janin,
gerakan aktif sebanyak 20 Upaya ibu mengejan
(kontraksi)
Penekanan pada
dasar panggul
DO :
- TBJ 4185 gram Dasar panggung
- Foto rontgen PAP ukuran
teregang dan
bayilebih besar dari
melebar
ukuran panggul
Perubahan anfis &
otot, saraf dan
jaringan ikat
Prolaps organ
panggul
C. DiagnosaKeperawatan
D. Intervensi Keperawatan
Cefodroxil 500 mg 1
tabletAs. Mefenamat 500
mg 1 tablet
07.00 WIB
- Menciptakan suasana yang
nyaman dan hindari
kebisingan
3 Jumat, 11 Dx 1 20.15 WIB S:
November - Mengobservasi keadaan Pasien mengatakan
2016 umum klienTD: 120/80 nyeri berkurang
mmHg, HR: 72 x/I, RR:
20 x/I, T:36,50C O:
- Mengkaji tingkat nyeri Skala nyeri 2, pasien
skala 2 sudah mulai
20.45 WIB tersenyum
- Mengatur posisi pasien
senyaman mungkin dari A:
semi fowler menjadi Masalah teratasi
telentang sepenuhnya
- Menganjurkan pasien
teknik relaksasi untuk P:
menghilangkan rasa Intervensi dihentikan
nyeri
21.00 WIB
- Mengalihkan perhatian
pasien dengan mengajak
berkomunikasi dan
mendengarkan keluhan
nyeri dengan baik
26
21.30 WIB
- Melakukan hydrotherapy.
Dengan mengkompres
hangat pada punggung
bawah dan perut bawah
pasien.
22.00 WIB
- Menciptakan suasana yang
nyaman, dan hindari
kebisingan
4 Rabu, 9 Dx 2 20.00 WIB S:
November - Menyediakan lingkungan Keluarga pasien dan
2016 yang aman untuk pasien pasien mengatakan
- Tempatkan pasien pada kurang menegrti
brangkart yang aman semua yang
dan nyaman dianjurkan oleh
- Pasang side rail tempat petugas kesehatan
tidur
20.30 WIB O:
- Membatasi pengunjung Keluarga pasien dan
21.50 WIB
- Penjagaan untuk A:
jatuh
- Memberi penjagaan untuk P:
- Penjagaan untuk
keamanan, untuk A:
jatuh
- Memberi penjagaan untuk P:
cidera
BAB IV
PEMBAHASAN ASKEP
Pada bab II kami membahas asuhan keperawatan secara umum, dan pada bab
III kami membuat kasus dan kami membuat asuhan keperawatan yang sesuai dengan
kasus. Dari dua hal ini kami menemukan perbedaan. Di mulai dari riwayat penyakit
dahulu, pada askep secara umum terdapat riwayat penyakit terdahulu dimana pasien
pernah mengalami distosia atau ada penyulit persalinan lain seperti hipertensi,
anemia, panggul sempit. Pada riwayat penyakit keluarga pasien yang menderita
distosia jika ada dari keluarga yang menderita penyakit DM, kelainan darah, eklamsi
dan pre-eklamsi. Dimana sudah dijelaskan pada bab III mengenai askep dari kasus,
tidak memiliki riwayat penyakit dahulu dan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
Pada askep teori terdapat tanda gejala pasien distosia, suhu badan meningkat,
nadi cepat, pernafasan cepat, nyeri hebat, ketuban berbau. Pada askep kasus didapat
TD: 140/80 mmHg, N: 120 x/menit, RR: 22 x/menit, T: 37 oC. pada pemeriksaan fisik
secara teori dan kasus terdapat kesamaan yakni pemeriksaan fisik secara head toe
to, .ulai dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dan bedanya pada kasus
pemeriksaan fisik menggunakan tekhnik Leopold, sedangkan pada teori tidak ada
menggunakan tekhnik leopold. Untuk pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan
pada pasien distosia dengan menggunakan foto rontgen, MRI, USG dan X-Ray,
namun pada kasus kami hanya menggunakan foto rontgen dan terdapat hasil ukuran
bayi lebih besar dari pada ukurang panggul.
Dari diagnose keperawatan secara teori dan pada kasus sedikit berbeda. Pada
diagnose keperawatan secara teori terdapat 4 diagnosa yaitu Nyeri akut, Resiko tinggi
30
yang berbeda hanyalah diagnose yang kedua, ketiga dan selanjutnya. Dimana asuhan
keperawatan secara umum memiliki 4 diagnosa keperawatan, sedangkan pada asuhan
keperawatan kasus, kami hanya mengangkat 2 diagnosa keperawatan.
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Distosia secara harfiah, berarti persalinan sulit, ditandai oleh kemajuan
persalinan yang terlalu lambat. Secara umum, persalinan abnormal sering terjadi
jika terdapat ketidakseimbangan ukuran antara bagian presentasi janin dan jalan
lahir. Distosia merupakan akibat dari beberapa kelainan berbeda yang dapat
berdiri sendiri atau kombinasi. (Leveno, 2009).
Manifestasi dari pasien distosia adalah gelisah, letih, suhu tubuh meningkat,
nadi dan pernafasan cepat, edema pada vulva dan servik, ketuban berbau,
pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan, nyeri hebat dan janin sulit
dikeluarkan, terjadi distensi berlebihan pada uterus, dada teraba seperti punggung
,belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada, teraba bagian-bagian
kecil dan denyut jantung janin terdengar leih jelas pada dada.
DAFTAR PUSTAKA