Vous êtes sur la page 1sur 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba,2010).
Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor yaitu kekuatan ibu (power),
keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya
psikologi ibu, penolong saat bersalin dan posisi saat bersalin. dengan adanya
keseimbangan antara faktor tersebut, bila ada gangguan pada faktor ini dapat
terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. kelambatan atau
kesulitan persalinan ini di sebut distosia.
Distosia itu adalah kesulitan dalam jalannya persalianansalah satunya
adalah distosia karena kelainan his baik kekuatan maupun sifatnya yang
menghambat kelancaran persalinan. Yang dapat dibedakan menjadi Distosia
kelainan janin Yaitu Bayi Besar, Hidrocephalus, Anecephalus, Kembar Siam,
gawat janin, IUFD, tali pusat menumbung.Distosia karena kelainan his dapat
terjadi karenasifat his yang berubah -ubah, tidak ada koordinasi dan
sinkronisasi antar kontraksi dan bagian bagiannyasehinggakontraksi tidak
efisien dalam mengadakan pembukaan.Kelainan hisjuga dapat terjadi karena
his yang tidak adekuat untuk melakukan pembukaan 2serviks atau mendorong
anak keluar. His yang tidak adekuat ini disebut dengan inersia uteri(Leveno K,
2010).

B. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan umum

1
2

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang distosia dan asuhan keperawatan


terkait distosia.
b. Tujuan khusus
1. Diketahuinyadefinisi distosia.
2. DIketahuinyaetiologi distosia.
3. Diketahuinya manifestasi distosia.
4. Diketahuinya klasifikasi distosia.
5. Diketahuinya jenis kelainan jalan lahir.
6. Diketahuinyapatofisiologi dan pathway.
7. Diketahuinya komplikasi distosia.
8. Diketahuinya pemeriksaan penunjang distosia.
9. Diketahuinya penatalaksanaan distosia.
10. Diketahuinya Askep distosia secara umum.
11. Diketahuinya Askep distosia kasus.
12. Diketahuinya perbedaan askep umum dan askep kasus.
3

BAB II
LANDASAN TEORI

A Definisi
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor
persalinan. (Bobak, 2004). Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya
persalinan(Rustam Mukhtar, 1994). Distosia adalah kalamabatan atau
kesulitan persalian disebabkan kelainan his, letak dan bentuk Janin serta
kelaina jalan lahir (Komalasari, 2005).
Distosia secara harfiah, berarti persalinan sulit, ditandai oleh kemajuan
persalinan yang terlalu lambat. Secara umum, persalinan abnormal sering
terjadi jika terdapat ketidakseimbangan ukuran antara bagian presentasi janin
dan jalan lahir. Distosia merupakan akibat dari beberapa kelainan berbeda
yang dapat berdiri sendiri atau kombinasi. (Leveno, 2009).

B Etiologi
a Dystosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluarkurang
kuat
b Karena kelainan his : Inertia uteri atau kelemahan his merupakan
sebabterpenting dari dystosia.
c Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix baru pada
dinding perut, hernia, diastase musculus rectus abdominalis atau karena
sesak napas.
d Dystosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang,
letak dahi, hydrocephalus atau monster.
e Dystosia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor yang
mempersempit jalan lahir.

C Manifestasi Klinik
1 Manifestasi klinik pada Ibu :
a Gelisah, Letih
b Suhu tubuh meningkat
c Nadi dan pernafasan cepat
4

d Edema pada vulva dan servik


e Ketuban berbau
f Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.
g Nyeri hebat dan janin sulit dikeluarkan.
h Terjadi distensi berlebihan pada uterus.
i Dada teraba seperti punggung ,belakang kepala terletak berlawanan
dengan letak dada, teraba bagian-bagian kecil dan denyut jantung janin
terdengar leih jelas pada dada.
2 Denyut jantung janin cepat dan tidak teratur

D Klasifikasi Distosia
1 Kelainan His
His yang tidak normal baik kekuatan atau sifatnya sehingga
menghambat kelancaran persalinan Faktor-faktor yang mempengaruhi
antara lain kehamilan primi gravida tua atau multi gravida, herediter, emosi
dan kekuatan, kelainan uterus, kesalahan pemberian obat, kesalahan
pimpinan persalinan, kehamilan kembar dan post matur, dan letak lintang
Kelainan his dapat berupa inersia uteri hipotonik dan hipertonik.
a Inersia Uteri Hipotonik
Inersia uteri hipotonik adalah kelainan his dengan kekuatan yang
lemah / tidak adekuatuntuk melakukan pembukaan serviks atau
mendorong anak keluar. Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya
jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang
baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat
hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara
atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang
baik.Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks (fase laten atau fase
aktif) maupun pada kala pengeluaran. Inersia uteri hipotonik terdapat
berbagai macam, yaitu:
1 Inersia uteri primer, terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal
telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak
dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan
apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
5

2 Inersia uteri sekunder, terjadi pada fase aktif kala I atau kala II.
Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat
gangguan / kelainan.
3 Inersia Uteri Hipertonik (hypertonic uterin contraction)
Inersia uteri hipertonik adalah kelainan his dengan kekuatan cukup
besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi
kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak
efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut
juga sebagai incoordinate uterine action. misalnya "tetania uteri"
karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan
karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada
janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi
uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara
lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin
yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan
sebagainya.
6

E Jenis kelainan jalan lahir


a Kelainan bentuk panggul
b Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intra uterin diantaranya:
panggul naegele, panggul robert, split pelvis, dan panggul asimilasi.
c Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul/ sendi panggul
diantaranya : rakhitis, osteomalasia, neoplasma, atrofi, karies, nekrosis, dan
penyakit pada sendi sakroiliaca dan sendi sakrokoksigea.
d Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang diantaranya : kiposis,
skoliosis, spondilolitesis.
e Perubahan bentuk karena penyakit kaki.

F Distosia Kelainan Traktus Genitalis


1 Distosia Karena Kelainan Vulva.
Distosia vulva adalah persalinan yang sulit disebabkan karena atresia
vulva (tertutupnya vulva), ada yang bawaan ada juga yang diperoleh
misalnya karena radang atau trauma (sulaiaman:184). (Lia Yulianti, 2010).
Atresia vulva (tertutupnya vulva) ada yang bawaan dan ada yang diperoleh,
misalnya karena radang atau trauma. Tentu atresia yang sempurna
menyebabkan kemandulan, dan yang menyebabkan distosia hanya atresia
yang inkomplit. (Sulaiman Sastrawinata, 2005).
a Etiologi
Edema vulva dijumpai pada preeklamsi dan gangguan gizi atau
malnutrisi atau pada persalinan yang lama. Wanita hamil sering
mengeluh lebarnya pembuluh darah ditungkai, vagina, vulva dan wasir
serta menghilang setelah anak lahir hal ini karena reaksi system vena
terutama dinding pembuluh darah seperti otot-otot ditempat lain
melemah akibat pengaruh hormone steroid. Stenosis vulva dijumpai
sebagai akibat perlukaan atau infeksi dengan parut yang kaku atau
dapat mengecilkan vulva. (Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, 2010).
Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina dan
dapat terjadi akibat infeksi spesifik seperti sifilis, gonorea,
trikomoniasis, kandidiasis, dan amebiasis dan infeksi tidak spesifik
7

seperti eksema, diabetes mellitus, bhartolini, abses, dan kista


bhartollini. (Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, 2010)
b Penanganan
Dengan episiotoomi persalinan akan berjalan lancer.(Ai Yeyeh dan Lia
Yulianti, 2010).

2 Distosia Karena Kelainan Vagina.


Distosia vagina adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya
persalinan yang dikarenakan adanya kelainan pada vagina yang
menghalangi lancarnya persalinan. (Lia Yulianti, 2010).
a Penyebab
Distosia dapat disebabkan karena kelainan HIS (HIS hipotonik
dan HIS hipertonik), karena kelainan sarana, bentuk anak
(hidrosefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letak anak (letak
sungsang, letak lintang), serta karena kelainan jalan lahir. (Ai Yeyeh
dan Lia Yulianti, 2010). Pada vagian terdapat terjadi : atresia, adanya
sekat, dan tumor vagina. (Sulaiman Sastrawinata, 2005)
b Penatalaksanaan
Cara yang efektif untuk tindakan persalinan septum tersebut
adalah dengan robekan spontan atau disayat dan diikat. Tindakan ini
dilakukan pula bila ada dispareuni. Jika bidan dalam menghadapi
kelainan ini, adalah menegakkan kemungkinan septum vagina, vertical
atau longitudinal pada waktu melakukan pemeriksaan dalam dan
selanjutnya merujuk penderita untuk mendapat pertolongan persalinan
sebagai mana mestinya. (Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, 2010)

3 Distosia Karena Kelainan Uterus/Serviks


Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan
serviks uteri. Walaupun his normal dan baik, kadang-kadang pembukaan
serviks jadi macet karena ada kelainan yang menyebabkan serviks tidak
mau membuka. (Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, 2010).
8

a Penyebab
Distosia dapat disebabkan karena kelainan HIS (HIS hipotonik
dan HIS hipertonik), karena kelainan sarana, bentuk anak
(hidrosefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letak anak (letak
sungsang, letak lintang), serta karena kelainan jalan lahir. (Ai Yeyeh
dan Lia Yulianti, 2010; 248)
b Penatalaksanaan
Cara yang efektif untuk tindakan persalinan septum tersebut
adalah dengan robekan spontan atau disayat dan diikat. Tindakan ini
dilakukan pula bila ada dispareuni. Jika bidan dalam menghadapi
kelainan ini, adalah menegakkan kemungkinan septum vagina, vertical
atau longitudinal pada waktu melakukan pemeriksaan dalam dan
selanjutnya merujuk penderita untuk mendapat pertolongan persalinan
sebagai mana mestinya. (Lia Yulianti, 2010)
9

G Patofisiologi dan Pathway


10

His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang
kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya
dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling
dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh
hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya +10 mmHg.
Incoordinate uterin action yaitu sifat his yang berubah. Tonus otot
uterus meningkat juga di luar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti
biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya Tidak adanya
koordinasi antara kontraksi atas, tengah dan bawah menyebabkan tidak efisien
dalam mengadakan pembukaanDisamping itu tonus otot yang menaik
menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula
menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga disebut sebagai incoordinate
hipertonic uterin contraction. persalinan yang lamalama dengan ketuban yang
sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat,
sehingga terjadi penyempitan kavum uterin pada tempat itu. Ini dinamakan
lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat
terjadi dimana-mana, tapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas
dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui degan
pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap sehingga tangan
dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.

H Komplikasi Distosia
1 Komplikasi maternal
a Perdarahan pasca persalinan.
b Fistula Rectovaginal
c Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa transient femoral
neuropathy
d Robekan perineum derajat III atau IV
e Rupture Uteri

2 Komplikasi fetal
a Brachial plexus palsy
b Fraktura Clavicle
11

c Kematian janin
d Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
e Fraktura humerus

I Pemeriksaan Penunjang
a Foto rontgen
b MRI
c USG
d X-ray

J Penatalaksanaan
1 Penanganan Umum
a Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
b Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
c Kolaborasi dalam pemberian :
a Infus RL dan larutan NaCL isotonik (IV)
b Berikan analgesik berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau
morvin 10 mg (IM)
d Perbaiki keadaan umum
a Berikan dukungan emosional dan perubahan posisi
b Berikan cairan
2 Penanganan Khusus
a Kelainan His
a TD diukur tiap 4 jam
b DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
c Pemeriksaan dalam
d Kolaborasi : Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV), berikan
analgetik seperti petidin, morfin dan pemberian oksitosin untuk
memperbaiki his
b Kelainan janin
a Pemeriksaan dalam
b Pemeriksaan luar
c MRI (Magnetic Resonance Imaging)
d Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria
baik primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir
persalinan.

K Asuhan Keperawatan Teori


1 Pengkajian
1 Identitas klien
12

a Nama
b Usia
c Jenis Kelamin
2 Riwayat kesehatan
a Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah mengalami distosia sebelumnya, biasanya ada penyulit
persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit,
biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar.
b Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti: : kelainan
letak janin (lintang, sunsang) apa yang menjadi presentasi.
c Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah,
DM, eklamsi dan pre eklamsi.
d Pemeriksaan Fisik
Kepala: rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe.
e Mata: biasanya konjungtiva anemis
f Thorak: Inpeksi pernafasan: frekuensi, kedalam, jenis pernafasan,
biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat pernafasan
g Abdomen: kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang
semenjak awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya
posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus
keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab
pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya
distensi usus dan kandung kemih.
h Vulva dan Vagina: Lakukan VT: biasanya ketuban sudah pecah atau
belum, edema pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium,
ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta
untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa.
i Panggul, lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan
bentuk panggul dan kelainan tulang belakang

2 Diagnose Keperawatan
1 Nyeri akut b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi
tidakefektif.
13

2 Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme, muntah,


pembatasan masukan cairan.
3 Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive.
4 Cemas b/d persalinan lama.

3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan/Criteria Hasil Intervensi
keperawatan
1 Nyeri akut b/d Tujuan: setelah dilakukan 1 Tentukan sifat, lokasi dan
tekanan kepala pada asuhan keperawatan 3x 24 durasi nyeri, kaji kontraksi
servik, partus lama, jam Kebutuhan rasa uterus, hemiragic dan nyeri
kontraksi tidak nyaman terpenuhi/ nyeri tekan abdomen
2 Kaji intensitas nyeri klien
efektif berkurang
dengan skala nyeri
3 Kaji stress psikologis/
Kriteria Hasil :
pasangan dan respon
- Klien tidak merasakan
emosional terhadap kejadian
nyeri lagi 4 Berikan lingkungan yang
- Klientampak rilek
nyaman, tenang dan aktivitas
- Kontraksi uterus efektif
- Kemajuan persalinan untuk mengalihkan nyeri,
baik Bantu klien dalam
menggunakan metode
relaksasi dan jelaskan
prosedur
5 Kuatkan dukungan social/
dukungan keluarga
6 Kolaborasi : Berikan narkotik
atau sedative sesuai instruksi
dokter
2 Resiko tinggi Tujuan: setelah di lakukan 1 pantau masukan dan keluaran
14

kekurangan cairan asuhan keperawatan cairan


2 Pantau tanda vital. Catat
b/d selama 2x24 jam tidak
laporan pusing pada
hipermetabolisme, terjadi defisit cairan tubuh
perubahan posisi
muntah, pembatasan
3 Kaji elastisitas kulit
masukan cairan Kriteria hasil : 4 Kaji bibir dan membran
- TV di batas normal mukosa oral dan derajat
- Kulit elastis
saliva
- CRT < 2 detik
5 Perhatikan respon denyut
- Mukosa lembab
- DJJ 160- 180 x/menit jantung janin yang abnormal
6 Berikan masukan cairan
adekuat melalui pemberian
minuman > 2500 liter
7 Berikan cairan secara
intravena
3 Resiko tinggi infeksi Tujuan: Setelah dilakukan 1 Pertahankan teknik aseptif
2 Batasi pengunjung bila perlu
b/d rupture tindakan
3 Cuci tangan setiap sebelum
membrane, tindakan keperawatan selama 3 x 24
dan sesudah tindakan
invasive jam
keperawatan
pasien tidak mengalami 4 Gunakan baju, sarung tangan
infeksi sebagai alat pelindung
5 Ganti letak IV perifer dan
dressing sesuai dengan
Kriteria Hasil:
petunjuk umum
- Klien bebas dari tanda
6 Gunakan kateter intermiten
dan gejala infeksi
untuk menurunkan infeksi
- Menunjukkan
kandung kencing
kemampuan untuk
7 Tingkatkan intake nutrisi
mencegah timbulnya
Berikan terapi antibiotic
infeksi 8 Monitor tanda dan gejala
- Jumlah leukosit dalam
infeksi sistemik dan local
batas normal 9 Pertahankan teknik isolasi
- Menunjukkan perilaku 10 Inspeksi kulit dan membran
15

hidup sehat mukosa terhadap kemerahan,


- Status imun,
panas, drainase
gastrointestinal, 11 Monitor adanya luka .Dorong
genitourinaria dalam masukan cairan Dorong
batas normal istirahat Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
12 Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
4 Cemas b/d Setelah dilakukan asuhan 1 Gunakan pendekatan yang
persalinan lama Selama 3 x 24 jam klien menenangkan
2 Nyatakan dengan jelas
kecemasan teratasi
harapan terhadap perilaku
pasien
Kriteria Hasil:
3 Jelaskan semua prosedur dan
- Klien mampu
apa yang dirasakan selama
mengidentifikasi dan
prosedur
mengungkapkan gejala 4 Temani pasien untuk
cemas memberikan keamanan dan
- Mengidentifikasi
mengurangi takut
mengungkapkan dan 5 Berikan informasi faktual
menunjukkan tehnik mengenai diagnosis, tindakan
untuk mengontol cemas prognosis
- Vital sign dalam 6 Libatkan keluarga untuk
batas normal mendampingi klien
- Postur tubuh, 7 Instruksikan pada pasien
ekspresi wajah, bahasa untuk menggunakan tehnik
tubuh dan tingkat relaksasi
8 Dengarkan dengan penuh
aktivitas menunjukkan
perhatian
berkurangnya
9 Identifikasi tingkat
kecemasan
kecemasan
16

10 Bantu pasien mengenal


situasi yang menimbulkan
kecemasan
11 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus

Seorang perempuan berusia 26 tahun dirawat dirumah sakit dengan


diagnosa medis persalinan distosia. Pasien mengatakan hamil anak ketiga usia
kehamilan 9 bulan, pasien mengeluh mulas dan nyeri dipinggang dan pasien
mengatakan sudah mengeluarkan air-air serta masih merasakan gerakan janin,
gerakan aktif sebanyak 20 kali dalam 24 jam (kontraksi). Pasien nampak lemas
dan meringis menahan nyeri. Perawat mengukut Tinggi Fundus Uterus (TFU)
dan mendapatkan nilai Taksiran Berat Janin (TBJ) 4185 gram dan dari hasil foto
rontgen Pelvis Antero-Posterior (PAP) didapatkan ukuran bayi yang lebih besar
melebihi ukuran panggul. Tekanan Darah 140/80 mmHg, Nadi 120 x/menit,
pernapasan 22 x/menit, dan suhu 37C.

B. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas
17

a. Nama :Ny. N

b. Umur :26 tahun

c. Jenis kelamin :Perempuan

d. Diagnosa medis :Persalinan distosia

2. Anamnesa

- Keluhan utama :Pasien mengatakan hamil anak ketiga


usiakehamilan 9 bulan, mengeluh mulas dan nyeridipinggang.

- Penyakit terdahulu : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit


terdahulu.

- Penyakit keluarga :Pasien tidak ada riwayat penyakit


keluargaseperti DM, hipertensi, TBC, dll.

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Compos mentis

b. Tanda-tanda vital :

TD: 140/80 mmHg, Nadi: 120 x/menit, RR: 22 x/menit, Suhu : 37C

c. Inspeksi

Muka: Tidak ada cloasme

Konjungtiva : anemis.

Sklera: an ikterik
18

Pulpil: isokor , tidak ada nistagmus.

Mulut dan Gigi: bersih, bibir tampak pucat, tidak ada caries gigi,
tidak ada stomatitis, gigi lengkap, tidak ada gangguan menelan.

Leher: tidak ada pembendungan vena jugularis, kelenjar tiroid


ataupun limfe yang membengkak.

Dada: simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, terdapat


hyperpigmentasi pada areola mamae dan kolostrum sudah keluar.

Abdomen: Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, terdapat linea


nigra dan strie gravidarum serta tidak ada luka bekas operasi.

Punggung dan pinggang : terdapat tanda michales yang simetris.

Vulva: serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan
kiri.

Ekstremitas: tidak ada udema, akral; hangat, tidak ada varises.

d. Palpasi

leopold 1: TFU pertengahan pusat dan Px, pada fundus teraba 1


bagian yang lunak, tidak melenting dan kurang bundar yang berarti
bokong

leopold 2: Pada perut bagian sebekah kiri teraba ada tahanan yang
lebar yang berarti punggung dan sebelah kanan teraba bagian yang
kecil- kecil yang berarti ekstrimitas

Leopold 3: Bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting


yang berarti kepala

Leopold 4: Bagian yang terbawah janin sudah masuk PAP (divergen)


19

e. Auskultasi

DJJ terdengar 140x/menit, punctum maximum dibawah pusat sebelah


kiri

f. Perkusi

Reflek patela ada (+)

4. Pemeriksaan penunjang

a. Foto rontgen PAP ukuran bayi yang lebih besarmelebihi ukuran


panggul

B. Analisa Data

No Data Pasien Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS : Persalinan Nyeri akut
- Pasien mengatakan mulas
pervaginam
dan nyeri dipinggang
- Pasien mengatakan masih Panggul yang sempit
merasakan gerakan janin,
Sulit jalan lahir
gerakan aktif sebanyak 20
kali dalam 24 jam Tekanan his yang
kuat

Nyeri

DO :
- Pasien nampak lemas dan
meringismenahan
nyeriskala nyeri
20

- Sewaktu-waktu pasien
mengalami kontraksi
karena tekanan kepala
serviks
- TTV :
TD 140/80 mmHg
N 120 x/menit
RR 22 x/menit
Suhu 37C
2. DS : Persalinan yang Resiko tinggi
- Pasien mengatakan masih
lama cedera
merasakan gerakan janin,
gerakan aktif sebanyak 20 Upaya ibu mengejan

kali dalam 24 jam yang kuat

(kontraksi)
Penekanan pada
dasar panggul
DO :
- TBJ 4185 gram Dasar panggung
- Foto rontgen PAP ukuran
teregang dan
bayilebih besar dari
melebar
ukuran panggul
Perubahan anfis &
otot, saraf dan
jaringan ikat

Prolaps organ
panggul

Resiko tinggi cidera

C. DiagnosaKeperawatan

1. Nyeri akut b.d kontraksi tidak efektif


21

2. Resiko tinggi cedera

D. Intervensi Keperawatan

No.dx Tujuan /NOC NIC

1. - Paiin Level Manajemen Nyeri


- Pain control
Aktivitas:
- Comfort level
- Melakukan tidakan yang
KH:
komprehensif mulai dari lokasi
- Mampu mengontrol
nyeri, karakteristik, durasi,
nyeri (tahu penyebab
frequensi, kualitas, intensitas, atau
nyeri, mampu
keratnya nyeri dan factor yang
menggunakan tehnik
berhubungan.
nonfarmakologi
- Pantau TTV.
untuk mengurangi - Observasi ketidak nyamanan
nyeri, mencari khususnya pada ketidak mamapuan
bantuan) mengkomunikasikan secara efektif.
- Melaporkan bahwa - Memberi perhatian perawatan
nyeri berkurang analgesic pada pasien.
- Menggunakan strategi komunikasi
dengan
terapeutik untuk menyampaikan rasa
menggunakan
sakit dan menyampaikan
manajemen nyeri
- Mampu mengenali penerimaan dari respon pasien
nyeri (skala, terhadap nyeri.
- Memberi tahu pasien tentang hal-hal
intensitas, frekuensi
yang dapat memperburuk nyeri.
dan tanda nyeri)
- Kaji pengalaman nyeri klien dan
- Menyatakan rasa
keluarga, baik nyeri kronik atau
nyaman setelah nyeri
yang menyebabkan
berkurang
- Tanda vital dalam ketidaknyamanan.
- Ajarkan prinsip manajemen nyeri.
22

rentang normal - Kolaborasi pemberian analgetik


2. - Risk Control Manajemen Lingkungan
Aktivitas:
KH:
- Klien terbebas dari - Sediakan lingkungan yang aman untuk
cedera pasien
- Klien mampu - Identifikasi kebutuhan keamanan
menjelaskan pasien, sesuai dengan kondisi fisik
cara/metode dan fungsi kognitif pasien dan
untukmencegah riwayat penyakit terdahulu pasien
- Menghindarkan lingkungan yang
injury/cedera
- Klien mampu berbahaya (misalnya memindahkan
menjelaskan factor perabotan)
- Memasang side rail tempat tidur.
resiko dari
- Menyediakan tempat tidur yang
lingkungan/perilaku
nyaman dan bersih.
personal - Menempatkan saklar lampu ditempat
- Mampu
yang mudah dijangkau pasien.
memodifikasi gaya - Membatasi pengunjung.
- Memberikan penerangan yang cukup.
hidup untuk
- Menganjurkan keluarga untuk
mencegah injury
menemani pasien.
- Menggunakan
- Mengontrol lingkungan dari
fasilitas kesehatan
kebisingan.
yang ada - Memindahkan barang-barang yang
- Mampu mengenali
dapat membahayakan.
perubahan status - Berikan penjelasan pada pasien dan
kesehatan keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.

E. Implementasi dan Evaluasi


No Hari/Tgl Dx Implementasi Evaluasi
1. Rabu, 9 Dx 1 20.00 WIB S:
23

November - Mengobservasi keadaan Pasien mengatakan


2016 umum pasien; T: 370C, masih merasakan
TD: 140/80 mmHg, HR: nyeri tekan pada
120 x/i, RR: 22 x/i perut bagian bawah
- Mengkaji tingkat nyeri 6
20.30 WIB O:
- Mengatur posisi pasien Skala nyeri 6, pasien
senyaman mungkin dari masih meringis
semi fowler menjadi menahan nyeri
telentang
21.50 WIB A:
- Menganjurkan pasien Masalah belum
tehnik relaksasi untuk teratasi
menghilangkan rasa
nyeri P:
22.00WIB Intervensi
- Mengalihkan perhatian dilanjutkan
pasien dengan mengajak
berkomunikasi dan
mendengarkan keluhan
pasien dengan baik
05.30 WIB
- Memberikan diet pasien
MBTKTP dan obat
oral:Cefodroxil 500 mg
1 tabletAs. Mefenamat
500 mg 1 tablet
07.00 WIB
24

- Menciptakan suasana yang


nyaman, hindari
kebisingan
2 Kamis, 10 Dx 1 20.00 WIB S:
November - Mengobservasi keadaan Pasien mengatakan
2016 umum pasienTD: 120/80 masih merasakan
mmHg, HR: 100 x/i, RR: nyeri tekan pada
20 x/i, T:360C perut bagian bawah
- Mengkaji tingkat nyeri
skala 4 O:
20.30 WIB Skala nyeri 4 masih
- Mengatur posisi pasien meringis
senyaman mungkin dari
semi fowler menjadi A:
telentang Masalah belum
20.50 WIB teratasi
- Menganjurkan pasien
teknik relaksasi untuk P:
menghilangkan rasa Intervensi
nyeri dilanjutkan dengan
21.15 WIB melakukan
- Mengalihkan perhatian Hydrotherapy
pasien dengan mengajak
berkomunikasi dan
mendengarkan keluhan
pasien dengan baik
06.00 WIB
- Memberikan diet klien
MBTKTP dan obat oral:
25

Cefodroxil 500 mg 1
tabletAs. Mefenamat 500
mg 1 tablet
07.00 WIB
- Menciptakan suasana yang
nyaman dan hindari
kebisingan
3 Jumat, 11 Dx 1 20.15 WIB S:
November - Mengobservasi keadaan Pasien mengatakan
2016 umum klienTD: 120/80 nyeri berkurang
mmHg, HR: 72 x/I, RR:
20 x/I, T:36,50C O:
- Mengkaji tingkat nyeri Skala nyeri 2, pasien
skala 2 sudah mulai
20.45 WIB tersenyum
- Mengatur posisi pasien
senyaman mungkin dari A:
semi fowler menjadi Masalah teratasi
telentang sepenuhnya
- Menganjurkan pasien
teknik relaksasi untuk P:
menghilangkan rasa Intervensi dihentikan
nyeri
21.00 WIB
- Mengalihkan perhatian
pasien dengan mengajak
berkomunikasi dan
mendengarkan keluhan
nyeri dengan baik
26

21.30 WIB
- Melakukan hydrotherapy.
Dengan mengkompres
hangat pada punggung
bawah dan perut bawah
pasien.
22.00 WIB
- Menciptakan suasana yang
nyaman, dan hindari
kebisingan
4 Rabu, 9 Dx 2 20.00 WIB S:
November - Menyediakan lingkungan Keluarga pasien dan
2016 yang aman untuk pasien pasien mengatakan
- Tempatkan pasien pada kurang menegrti
brangkart yang aman semua yang
dan nyaman dianjurkan oleh
- Pasang side rail tempat petugas kesehatan
tidur
20.30 WIB O:
- Membatasi pengunjung Keluarga pasien dan

- Kontrol lingkungan pasienterlihat kurang


dari kebisingan antusias

21.50 WIB
- Penjagaan untuk A:

keamanan, untuk Masalah belum

mencegah cidera atau teratasi

jatuh
- Memberi penjagaan untuk P:

keamanan pasien saat Intervensi


27

pasien belum sadar dilanjutkan


penuh
22.00WIB
- Anjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
07.30 WIB
- Memberikan
pengetahuan / cara
pencegahan terjadinya
resiko cidera
- Identifikasi faktor resiko
- Menganjurkan pasien
untuk mengikuti semua
saran petugas kesehatan
- Mendemonstrasikan,
lakukan bagaimana
caranya melakuakan
pencegahan terjadinya
cidera
5 Kamis, 10 Dx 2 20.00 WIB S:
November - Menyediakan lingkungan Keluarga pasien dan
2016 yang aman untuk pasien pasien mengatakan
- Tempatkan pasien pada mengerti semua
brangkart yang aman yang dianjurkan oleh
dan nyaman petugas kesehatan
- Pasang side rail tempat dan mau
tidur menerapkannya
20.31 WIB
O:
28

- Membatasi pengunjung Keluarga pasien dan

- Kontrol lingkungan pasien terlihat


dari kebisingan antusias dan

21.50 WIB kooperatif

- Penjagaan untuk
keamanan, untuk A:

mencegah cidera atau Masalah teratasi

jatuh
- Memberi penjagaan untuk P:

keamanan pasien saat Intervensi dihentikan

pasien belum sadar


penuh
22.00WIB
- Anjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
07.30 WIB
- Memberikan
pengetahuan / cara
pencegahan terjadinya
resiko cidera
- Identifikasi faktor resiko
- Menganjurkan pasien
untuk mengikuti semua
saran petugas kesehatan
- Mendemonstrasikan,
lakukan bagaimana
caranya melakuakan
pencegahan terjadinya
29

cidera

BAB IV

PEMBAHASAN ASKEP

Pada bab II kami membahas asuhan keperawatan secara umum, dan pada bab
III kami membuat kasus dan kami membuat asuhan keperawatan yang sesuai dengan
kasus. Dari dua hal ini kami menemukan perbedaan. Di mulai dari riwayat penyakit
dahulu, pada askep secara umum terdapat riwayat penyakit terdahulu dimana pasien
pernah mengalami distosia atau ada penyulit persalinan lain seperti hipertensi,
anemia, panggul sempit. Pada riwayat penyakit keluarga pasien yang menderita
distosia jika ada dari keluarga yang menderita penyakit DM, kelainan darah, eklamsi
dan pre-eklamsi. Dimana sudah dijelaskan pada bab III mengenai askep dari kasus,
tidak memiliki riwayat penyakit dahulu dan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
Pada askep teori terdapat tanda gejala pasien distosia, suhu badan meningkat,
nadi cepat, pernafasan cepat, nyeri hebat, ketuban berbau. Pada askep kasus didapat
TD: 140/80 mmHg, N: 120 x/menit, RR: 22 x/menit, T: 37 oC. pada pemeriksaan fisik
secara teori dan kasus terdapat kesamaan yakni pemeriksaan fisik secara head toe
to, .ulai dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dan bedanya pada kasus
pemeriksaan fisik menggunakan tekhnik Leopold, sedangkan pada teori tidak ada
menggunakan tekhnik leopold. Untuk pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan
pada pasien distosia dengan menggunakan foto rontgen, MRI, USG dan X-Ray,
namun pada kasus kami hanya menggunakan foto rontgen dan terdapat hasil ukuran
bayi lebih besar dari pada ukurang panggul.
Dari diagnose keperawatan secara teori dan pada kasus sedikit berbeda. Pada
diagnose keperawatan secara teori terdapat 4 diagnosa yaitu Nyeri akut, Resiko tinggi
30

kekurangan cairan, Resiko tinggi infeksi, dan Cemas. Sedangkan diagnose


keperawatan dari kasus yang kami buat, kami mengangkat 2 diagnosa yaitu Nyeri
akut dan resiko tinggi cedera.
Untuk intervensi keperawatan pada diagnose nyeri secara umum maupun
intervensi keperawatan pada kasus tidak jauh berbeda. Sama-sama mengkaji lokasi
nyeri, mengkaji skala nyeri, memberikan lingkungan yang nyaman untuk pasien,
memberikan dukungan social atau dukungan keluarga kepada pasien. Serta
berkolaborasi dalam memberikan analgesic untuk penghilang nyeri yang dirasakan
pasien. Kemudian, diagnose keperawatan yang kedua berbeda dengan diagnose
keperawatan secara umum, dimana kami mengangkat diagnose keperawatan yang
kedua yaitu Resiko tinggi cedera. Berbeda pada asuhan keperawatan secara umum
yang mengangkat diagnose resiko tinggi infeksi, cemas dan resiko tinggi kekurangan
cairan.
Pada implementasi kasus dengan diagnose nyeri, terdapat pasien masih
merasakan nyeri dan kelompok menambahkan intervensi selanjutnya dengan
menlakukan hydrotherapy. Pengobatan nyeri yang nonfarmakologi ini didapat dari
jurnal penelitian yang sudah pernah diteliti.Pada jurnal penelitian tersebut didapatkan
hasil bahwa, pengaruh hydrotherapy pada pasien bersalin mampu memberikan efek
positif.Cara kerjanya dengan memberikan kompres hangat pada punggung dan perut
bawah pasuen. Beberapa penelitian yang menggunakan hydrotherapy pada proses
persalinan telah banyak membuktikan bahwa hydrotherapy mampu menurunkan
penggunaan alat dalam persalinan dan tidak membutuhkan waktu lama pada wanita
dengan persalinan distosia. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
hydrotherapy sebagai terapi komplementer dalam menurunkan nyeri persalinan,
mampu menurunkan cemas dan dapat meningkatkan relaksasi.Berdasarkan hal ini,
hydrotherapy merupakan tekhnik yang dapat dipilih untuk meningkatkan relaksasi
dan kenyamanan ibu bersalin.
Baik asuhan keperawatan secara teori dan kasus memiliki persamaan dalam
mengangkat diagnose yang utama, yaitu mengangkat diagnose keperawatan Nyeri,
31

yang berbeda hanyalah diagnose yang kedua, ketiga dan selanjutnya. Dimana asuhan
keperawatan secara umum memiliki 4 diagnosa keperawatan, sedangkan pada asuhan
keperawatan kasus, kami hanya mengangkat 2 diagnosa keperawatan.
BAB V
PENUTUP

A Kesimpulan
Distosia secara harfiah, berarti persalinan sulit, ditandai oleh kemajuan
persalinan yang terlalu lambat. Secara umum, persalinan abnormal sering terjadi
jika terdapat ketidakseimbangan ukuran antara bagian presentasi janin dan jalan
lahir. Distosia merupakan akibat dari beberapa kelainan berbeda yang dapat
berdiri sendiri atau kombinasi. (Leveno, 2009).
Manifestasi dari pasien distosia adalah gelisah, letih, suhu tubuh meningkat,
nadi dan pernafasan cepat, edema pada vulva dan servik, ketuban berbau,
pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan, nyeri hebat dan janin sulit
dikeluarkan, terjadi distensi berlebihan pada uterus, dada teraba seperti punggung
,belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada, teraba bagian-bagian
kecil dan denyut jantung janin terdengar leih jelas pada dada.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak , dkk.2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas ed.4. Jakarta: EGC

Cunningham, F. Garry.2000. William Obstetri. Jakarta: EGC.

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010.Asuhan Kebidanan 4: Patologi. Jakarta :


Trans Info Media.
32

Saifudin, Abdul Bari, 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sastrawinata, Sulaiman. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Penerbit dan Percetakan


Elstrat Offset.

Sastrawinata, Sulaiman dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi Ed


2. Jakarta : EGC.

Vous aimerez peut-être aussi