Vous êtes sur la page 1sur 8

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PUBLIK

NEGARA KUBA DAN BRAZIL SERTA KONDISI INDONESIA

Nama : Imannudin Saepulloh

NPM : 170820150025

Permasalahan Kuba dan Brazil

Pembangunan yang menjadi suatu upaya krusial bagi negara Cuba dan Brazil untuk
menanggulangi berbagai masalah yang dihadapi terkait keterbelakangan, kemiskinan dan
kesenjangan sosial dan ekonomi. Penanggulangan masalah-masalah mempunyai makna tidak
saja memperbaiki atau meningkatkan harkat dan martabat rakyat, tetapi juga dapat
meningkatkan legitimasi pemerintah.1 Berkaitan dengan pembangunan di banyak negara
Amerika Latin mendasarkan asumsi bahwa pemerintah mempunyai asumsi bahwa
pemerintah mempunyai sumber-sumber yang terbatas, sehingga pemerintah tidak mampu
mencapai tujuan-tujuan kebijakan publik yang diinginkan. Persoalan dalam pembentukan
kebijakan publik sebenarnya terletak pad apenetapan pilihan tentunya membutuhkan penukar
dan biaya peluang.2 Berdasarkan latar belakang tersebut maka pembentukan kebijakan
pembangunan yang dilakukan oleh kedua negara menjadi penting untuk disoroti.

Pilihan Pola Kebijakan Kuba dan Brazil

Dalam pembangunan, dewasa ini kita mengenal dua alternatif konsep yang sangat
bertentangan yaitu sosialis dan juga kapitalis. 3 Pada sistem sosialis, lebih mengutamakan
pada pemerataan sosial.4 sementara itu, kapitalis lebih mengutamakan pada ekploitasi sumber
daya untuk memupuk keuntungan yang dibentuk melalui sistem persaingan pasar.5 Seperti
1 Budi Winarno. 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus). Jakarta: CAPS, hal 261.

2 Ibid hal 261.

3 William Ebenstein dan Edwin Fogelman. 1990. ISME-ISME DEWASA INI. Jakarta: Erlangga.
Bagian ketiga dan bagian keempat.

4 Ibid, bagian keempat: sosialisme, hal 208-211. Sosialisme mengandung dalam dirinya unsur protes
terhadap ketimpangan sosialis. Pada buku Plato yang berjudul Republic bersifat sosialis karena kelas
penguasanya tidak memiliki kekayaan pribadi dan sama-sama membagikan semua yang ada.
Sosialisme erat kaitannya dengan pemerintahan yang fasisme, otoriter dan totaliter. Sosialisme
memegang keyakinan pada kemakmuran dan usaha kolektif yang produktif.

5 Ibid, bagian ketiga: kapitalisme, hal 148-156. Kapitalisme klasik memiliki ciri sebagai berikut: 1.
Pemilikan perseorangan; 2. Perekonomian pasar; 3. Persaingan; 4. Keuntungan. Sementara itu ciri
dari kapitalisme modern adalah kebijakan ekonomi dibuat pada tingkat puncak dan disebarkan ke
halya Kuba dan Brazil yang menganut pilihan pola kebijakan publik yang berbeda. Dimana
Kuba menetapkan sistem sosialis, dan bertolak belakang dengan Brazil yang menganut sistem
kapitalis.6

Model Pembangunan Kuba dan Brazil

Kuba yang berada dibawah pimpinan Fidel Castro yang karismatik dan pemimpin
yang statis, otoriter, nasionalistik dan peduli pada keadilan sosial serta mampu menggerakkan
seluruh warga negara, menekan sistem konsumerisme dan memberikan prioritas yang tinggi
pada kebutuhan dasar rakyat. Rezim ini menekankan atas akumulasi secara cepat, kemajuan
kemudian ditentukan oleh sebagian kecil pembuat kebijakan di puncak pemerintahan dan
efisiensi birokrasi. Kesulitan yagn dihadapi kemudian adalah kebijakna yang menjadi sangat
birokratis dan keberhasilannya ditentukan oleh kemampuan administrasi. Castro memiliki
keyakinan untuk membuat revolusi sosial maka harus didukung oleh kader-kader teknis dan
administrasi. Dalam merancang revolusi, Castro menggunakan pengaruhnya untuk
melakukan monbilisasi, yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan-tujuan jangka
pendek. Sementara itu, menurut Dominguez model mobilisasi wewenang secara hierarkis
tersebut melumpuhkan kritisisme terhadap tujuan-tujuan kebijakan negara. Dalam konteks
Kuba pola mobilisasi masa tersebut sulit untuk memcahkan masalah kangka panjang seperti
produktivitas buruh.7

Keberhasilan pembangunan di Kuba ditandai dengan sedikitnya pengangguran, buta


huruf, kurang gizi, penyakit dan sedikit daerah kumuh dibandingkan dengan negara manapun
di Amerika Latin.8 Masyarakat kelas hancur, sehingga Kuba lebih egaliter, namun
egalitarianisme terhalang oelh ketimpangan inheren yang terjadi dengan proses birokratisasi
terhadap hak-hak khusus yang dimiliki oleh partai komunis. Kegagalan utama Kuba adalah
dalam pertumbuhan ekonomi, yang disebabkan oleh manajemen yang buruk, tiadanya tenaga
yang terampil yang memadai, mahalnya biaya-biaya pelayanan sosial, skala gaji yang tidak
mencukupi untuk meningkatkan produktivitas dan adanya kecanggungan Castro dan elite
lainnya dalam menangani persoalan-persoalan ekonomi. Masalah kebijakan yang dianut oleh

bawah sampai ke tingkat paling rendah; organisasi industri modern yang bersifat hierarkis
berdasarkan disiplin dan kepatuhan; perombakan kelembagaan dan ideologisnya melalui proses
pemasyarakatan kerangka kerja perusahaan.

6 Budi Winarno. 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus). Jakarta: CAPS, hal 261-
262. Brazil memprioritaskan pada pencapaian pertumbuhan ekonomi yagn diukur dengan produk
nasional kotor (GNP), sementara kurang memperhatikan akumulasi kekayaan didistribusikan secara
merata. Sementara itu Kkuba menetapkan pilihan kebijakan distribusi atau pemerataan pendapatan
pemilihan dan pelayanan (seperti pendidikan dan kesehatan).

7 Ibid, hal. 262-263.

8 Ibid, hal. 269.


Kuba ditunjukkan dengan produktivitas yang buruk, dengan menurunnya hasil produksi. 9
Dari kegagalan tersebut Kuba menerapkan sistem manajemen ekonomi baru dan perencanaan
baru.10 Pemikiran berikutnya adalah bagaimana agar upah buruh yang berkaitan dengan
output bisa meningkat. Dipilihlah sistem penjatahan yang dilakukan dengan memberikan
insentif pribadi. Namun demikian sistem penjatahan menjadi alat elite untuk menarik
keuntungan dengan barang-barang yang diberikan oleh paretner-paretner kerja mereka yang
baru.

Sementara itu Brazil mewarisi karakter Getuliu Vargas yagn menekankan ideologi
keamanan nasional serta kekhawatiran di kalangan borjuis terhadap populisme dan mobilisasi
massa. Asumsi awal yang dianut oleh pemerintah Brazil adalah kebijakan harus sejalan
dengan dorongan kemajuan industrialisasi, pertumbuhan ekonomi tersebut akhirnya akan
membentuk perubahan sosial masa depan dan akhirnya pembangunan politik. kombinasi dari
kontrol sosial, otoritarianisme militer, dan pembatasan mobisasi buruh, petani dan mahasiswa
telah menciptakan suatu keadaan dimana teknokrat bisa merumuskan kebijakan umum atas
dasar pandangan rasionalitas ekonomi yang menuntut rendahnya campur tangan politik.
Dengan demikian, demokrasi di Brazil hanya digunakan untuk menghasut rakyat dan menjadi
paham kesejahteraan yang prematur. Dengan menggunakna logika ekonomi, maka
kebijakan yang dibuat oleh teknokrat Brazil digunakan untuk menarik investasi dan menekan
upah buruh.11 Ekonomi kapitalis di Brazil dijalankan dengan melakukan rasionalisasi
perusahaan melalui perluasa bidang dan fungsinya, juga memberikan insentif terhadap barang
dan pasar, sehingga investor dalam maupun luarnegri dapat masuk dan sejalan dengna
rencana nasional. Selain itu, para teknokrat Brazil juga menggunakan kebijakan insentif
untuk mendorong ekspor.12

9 Ibid, hal. 267. Selama tahun 1950-an, masa sebelum revolusi, rata-rata produksi gula mencapai
12,00 ton gula per seratus ton tebu. Mulai tahun 1962keberhasilan tersebut mulai menurun, hingga
pada tahun 1970 Castro menargetkan produksi tebu 12,30 ton, namun hanya tercapai 10,71 ton.

10 Ibid, hal 268. Tatanan administrasi baru menekankan pada fungsi-fungsi penguasaan dalam
manajemen perusahaan-perusahaan negara, pabrik-pabrik, dan lembaga-lembaga lain. Para
administrator dikan untuk meningkatkan suatu perolehan surplus melebihi biaya-biaya yang ada
dandiberi kebebasan menggunakan keuntungan yang diperolehnya. Para manajer menuntut disiplin
para pekerja dan mengatasi pembolosan, kemalasan, tiadanya pemeliharaan, dan untuk menjamin
bahwa pekerja memenuhi norma kuantitas dan kualitas kerja.

11 Antara tahun 1964-1967 para pemimpin Brazil mampu menurunkan upah buruh hingga 30%serta
memaksa buruh untuk menanggung beban dalam mengurangi inflasi. Pada tahun 1979 Brazil berhasil
menarik investasi sekitar 16 juta dolar yang seperempat diantaranya berasal dari Amerika Serikat.

12 Mengubah investasi dari produksi kopi ke kedelai ke wilayah timur laut dan Amazon serta utnuk
diinvestasikan kedalam barang-barang kapital dan konsumsi yang tahan lama sehingga hal tersebut
menggantikan pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan pertimbangan-pertimbangan politik ke arah
perhitungna pasar dalam mengalokasikan dana.
Model pembangunan di Brazil bila dilihat dari konsep politik merupakan koalisi
antara konsep militer yang menyokong kepemimpinan tingkat puncak dan memelihara
tatanan yang ada, seta teknokrat yang menyumbangkan keahliannya dan investor luar serta
dalam negeri yang menyediakan modal dan teknologi. Sedangkan dilihat dari perspektif
ekonomi, model ini lebih bergantung pada pilihan konsumsi yang mendasarkan pada
mentalitas borjuis dimana individu bekerja untuk mendapatkan keuntungan. Pada sistem
kapitalis tersebut, seperti catatan Poppino bahwa kegagalan rezim yang ada tidak disebabkan
oleh musuh-musuhnya, akan tetapi oleh ketiadaan rekan yang setia. 13 Sistem yang diterapkan
Brazil ini juga memberikan catatan pada berbagai macam persoalan, pertama adalah
ketiadaan formula atau rumusan politik yang absah. kedua, pertumbuhan penduduk tidak
dapat membeli legitimasi sistem politiknya. Ketiga, menciptakan ketimpangan dalam
ekonomi, dimana kooptasi melaui konsumsi hanya dapat menarik sejumlah kecil orang dan
mengasingkan sebagian besar masyarakat.14 Pertumbuhan ekonomi di Brazil telah mendorong
kesenjangan ekonomi yang semakin tajam. Menurut perdanamenteri Brazil Mario Hendrigue
Simonsen, ekonomi tumbuh dengan sendirinya dengan meningkatnya nilai tenaga kerja,
yang mana hal tersebut merupakan suatu instrumen otomatis yang paling efektif untuk
melakukan distribusi. Brazil mencatat prestasi yang mengesankan dalam pertumbuhan
ekonomi dan mendapat pujian atas strategi pertumbuhan tersebut.15 Namun akibat krisis
minyak tahun 1974-1975 telah meningkatkan biaya impor dan membebani utang luar negeri
Brazil, mempercepat pertumbuhan ekonomi sekaligus mempercepat inflasi di dalam negeri.

Berangkat dari masalah kebijakan di Brazil, strategi pemerataan mulai mendapat


perhatian sejak 1974, dengan memperluas biaya jaminan sosial,penanganan pemasokan air
bersih dan limbah, penanganan perumahan penduduk dan program pelayanan serta bantuan
bangunan dengan biaya rendah, pembangunan rumah probadi dan memberikan pelayanan
kesehatan. Puncak dari dibukanya ruang publik di Brazil adalah pada tahun 1979 dan tahun
1980, dimana terjadi pemogokan pekerja dan tuntutan untuk kebebasan berpendapat dan
kebebasan berserikat. Tuntutan tersebut akhirnya mendorong pemerintah meloloskan
rancangan undang-undang yang membebaskan hampir separuh biaya hidup ditanggung oleh
pemerintah.

Implementasi Kebijakan Publik dalam Konteks Pembangunan Indonesia


13 Ibid, hal 266.

14 Ibid, hal. 270-271. Pertumbuhan ekonomi telah menyulitkan diberbagai wilayah dan kelas-kelas
sosial. Pada tahun 1969, 5% dari orang-orang kaya memperoleh pendapatan sama dengan 20 kali rata-
rata pendapatan 40% orang termiskin. Bersamaan dengna itu, jumlah pendapatan menengah dari 20%
orang terkaya sampai 40% terbawah dari rata-rata pendapatan, rata-rata pendapatan buruh kasar
adalah 9:1 pada tahun 1960 dan pada tahun1970 menjadi 12:1.

15 Ibid, hal 269. Antara tahun 1969dan 1978 misalnya, PDB meningkat sampai 142%, pendapatan
perkapita meningkat dari 893 dollarAS menjasi 1.639 dollar AS, produksi industri meningkat 169%,
produksi pertanian melonjak 58% dan ekspor membengkak menjadi 572,5%, walaupun impor juga
membengkak menjadi 635%.
Indonesia pada dasarnya menganut sistem sosialis, hal ini tercermin pada sila ke 5
pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Berangkat dari dasar ideologis
tersebut, maka pemerintah Indonesia seharusnya mampu utnuk menciptakan suatu sistem
yang mengatur agar pemerataan pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh rakyat
(pembangunan dalam berbagai makna, tidak hanya makna ekonomi). Untuk melaksanakan
landasan tersebut, Indonesia menuangkan kesejahteraan sosial dalam Pasal 33 dan Pasal 34
UUD45 yang isinya adalah sebagai berikut:

Pasal 3316
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Pasal 3417
(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Berdasarkan kedua pasal diatas, kebijakan yang seharusnya dipilih oleh Pemerintah
Indonesia adalah kebijakna yang sangat sosialis. Dimana sebenarnya pemerintah memiliki
kewajiban untuk mengelola berbagai sumber daya yang dimiliknya untuk kemakmuran
rakyat, tanpa terkecuali. Berangkat dari Pasal 33 UUD45 misalnya dengan penguasaan
berbagai sumber daya oleh pemerintah (Pasal 2 dan Pasal 3), dan pemerintah harus
menciptakan sistem ekonomi indonesia yang berasaskan kekeluargaan (pasal 1), seharusnya
pemerintah indonesia mampu untuk menciptakan demokrasi ekonomi nasional yang
menciptakan ekonomi negara mandiri (Pasal 4). Selanjutnya, apabila Pasal 33 UUD45
tersebut dijalankan secara konsekuen, maka Pasal 34 akan dapat berjalan dengan baik.
Tentunya tidak akan ada lagi fakir miskin dan anak terlantar, karena pemerintah telah
menjalankan pemberdayaan masyarakat. Tidak adanya masyarakat yang terbelakang selain
dukungan secara ekonomi, tentunya perlu juga ditopeng oleh kewajiban pemerintah untuk
menjalankan fungsi pemerintah18 yaitu mengadakan palayanan umum yang baik bagi
masyarakat.

16 UUD 1945 Pasal 33 amandemen ke 4.

17 UUD 1945 Pasal 34 amandemen ke 4.


Akan tetapi bertolak belakang dengan kenyataan yang ada, pada prakteknya indonesia
justru menganut sistem kapitalis. Realita kapitalisme dalam penerapan kebijakan di Indonesia
terlihat dari data bahwa sebenarnya 1 persen penduduk kaya menguasai 50,3 persen
kekayaaan nasional. Sebelumnya, 10 persen penduduk menguasai 77 persen kekayaan
nasional.19 Analisis akademik, menurut Prof. Samugyo, Indonesia sebenarnya menganut
sistem kapitalisme malu-malu,secara sederhana pada keuangan daerah misalnya, konsep
DAU dan DAK yang merupakan bentuk pengendalian pusat terhadap daerah. pemerintah
memberikan otonomi kepada derah akan tetapi keuangannya tetap dikendalikan oleh
pemerintah pusat melalui dana perimbangan tadi.20

Untuk memperbandingkan dengan Kuba dan Brazil, kita harus melihat kebijakan
yang dipilih oleh pemerintahan indonesia dalam membangun ekonominya, juga berbagai
upaya untuk melakukan pemerataan, meskipun kedua ahli diatas telah memberikan
pernyataan yang menberikan jawaban bahwa indonesia menganut sistem kapitalis. Secara
sederhana untuk dapat memotret sistem ekonomi kita dapat melihat kebijakan indonesia
dalam pengaturan kontrak kerja, seperti yang juga dianut oleh Brazil dengan sistem
kapitalisnya, Indonesia meneapkan peraturan outsourcing, yang mengijinkan perusahaan
untuk membentuk mekanisme kerja kontrak. Sistem ini jelas mengharuskan buruh untuk
bekerja secara optimal, yang dengan sistem kontrak berarti akan menekan upah yang
dibayarkan karena bukan merupakan pegawai tetap.21 Sistem kontrak ini ditujukan untuk
menekan biaya upah dan meningkatkan keuntungan produksi dari perusahaan. Selain
kebijakan outsourcing, terdapat juga SKB empat menteri yang dikeluarkan oleh pemerintah,
isi pokok dari kebijakna itu adalah penetapan upah minimum regional, yang juga menekan
upah buruh.22 Kebijakan lain yang sangat terasa pada saat ini adalah dari sektor pertanian,

18 Taliziduhu Ndraha. 2005. Kybernology Ilmu pemerintahan baru. Jakarta Renika Cipta hal 58. Tiga
fungsi pemerintahan menurut Ryaas Rasyid yaitu pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan.

19 Pidato Prof. Subroto dalam orasi ilmiahnya di depan ratusan purnawirawan TNI/ABRI dan tokoh
di Jakarta, 18 Januari lalu, dikutip dari http://www.antaranews.com/berita/541927/indonesia-raya-
sejahtera-baru-mewujud-2045, diakses 12 April 2016.

20 Prof. Samugyo Ibnu Redjo, dalam kuliah hubungan keuangan pusat dan daerah.

21 Berdasarkan UU NO 13 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor KEP. 100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, pembatasan perjanjian kerja waktu tertentu, dibatasi dalam jangka waktu tiga tahun.
Selain itu juga dalam perjanjian kerja waktu tertentu ini, pihak perusahaan dapat menetapkan
besarnya upah dan tunjgan serta fasilitas apa saja yang didapatkan oleh buruhnya.

22 PER.16/MEN/X/2008, 49/2008, 922.1/M-IND/10/2008 dan 39/M-DAG/PER/10/2008,


mengijinkan pemerintah daerah untuk menetapkan upah minimum demi kelangsungan dunia usaha,
yang berdasarkan kepada kemampuan dunia usaha dalam memberikan upah, ini ditujukan untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional.
dimana petani berkewajiban untuk menjual gabahnya ke Bulog dengan harga dibawah harga
pasar.23 Dalam hal ini pemerintah ingin mengendalikan bharga beras, akan tetapi tetap
mengambil keuntungan yang besar dari petani, hal ini sudah memperlihatkan kapitalisme dari
pemerintah, degan mengekploitasi petani demi mendapatkan keuntungan dari sistem
pertanian. Dengan eksploitasi pertanian ini petani tidak akan berkembang, malah akan
semakin tertekan dan menjadi ketergantungan pada pemerintah.

Upaya pemerintah Indonesia dalam melakukan pemerataan dapat kita lihat dari
diluncurkannya kebijakan sekolah gratis 12 tahun dari SD hingga SMA melalui program
BOS. Akan tetapi dibalik itu, upaya pemerintah tersebut belum mampu berjalan secara
optimal. Pelayanan pendidikan yang diberikan masih terkendala anggaran yang menyebabkan
fasilitas pendidikan tidak memadai, selain itu juga tidak tersedianya guru yang berkualitas
menyebabkan pendidikan gratis mengalami hambatan.24 Adapun didalam mencapai
keberhasilan kebijakan tersebut, terdapat beberapa kendala yang harus dihadapi oleh
pemerintah diantaranya yaitu25 :1. Kurangnya dana untuk pendidikan, Menurut Sekjen
Pendidikan Depdiknas Bapak Didi Nandika, bahwa pada tahun 2010 diperkirakan
Departemen Pendidikan Nasional akan mengurangi jumlah anggaran pendidikan sekitar Rp 4
triliun. Akan tetapi Depdiknas menjamin tidak akan memotong dana untuk program
pemerintah yaitu Wajar Sembilan tahun dan dana kesejahteraan pendidik. Seperti yang
diinformasikan, anggaran pendidikan tahun depan ditargetkan Rp 195,63 triliun atau
berkurang Rp 11,7 triliun dibandingkan dengan anggaran tahun 2009 yang mencapai Rp
207,41 triliun.2. Kurangnya guru yang berkualitas, Jumlah tenaga Guru yang ada di Indonesia
sebenarnya masih kurang, terutama untuk di daerah pedalaman seperti di Maluku dan papua.
3. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang, Seperti realitanya yang terjadi di daerah
garut, di desa Suka Mukti kecamatan Cilawu kabupaten Garut. Disana ternyata masih saja
ada sebuah sekolah yang seperti kandang ayam, dan keadaannya sungguh memprihatinkan,
kurang layak sekali untuk proses KBM. 4. Kurang keefektifan dan keefisienan dalam
pendidikannya, salah satu penyebab rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia adalah
tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. 5.
Kurangnya penyempurnaan dan perbaikan kurikulum, Sistem pendidikan yang baik sangat
berpengaruh penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Namun sangat
disayangkan, karena sistem pendidikan kita mudah berubah-ubah sehingga membingungkan
pendidik dan peserta didik. 6. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap masyarakat
pedalaman.

23 Harga Pembelian Pemerintah (HPP), yang hanya Rp 7.300/kg, sementara harga di pasaran adalah
9.800/kg. Dikutip dari http://www.jitunews.com/read/13398/bulog-vs-tengkulak-harga-beras-dari-
petani-di-atas-hpp.

24 Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2010/01/aplikasi-kebijakan-sekolah-
gratis.html#ixzz45fXU6UCI

25 Ibid.
Upaya pemerataan lain yang dilakukan pemerintah diantaranya adalah dalam bidang
kesehatan, diman ahadir program BPJS, yang sifatnya adalah asuransi. Dalam hal ini
pemerintah belum memliki dana yang cuukup untuk memberikan jaminan kesehatan kepada
masyarakatnyakarena itu diberlakukan lah BPJS dengan sistem subsidi silang. Penerapan
asuransi kesehata yang diberikan oleh BPJS mengalami beberapa kendala yaitu: rujukan
lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk BPJS Kesehatan terbatas dan tidak fleksibel; rumitnya
alur pelayanan BPJS Kesehatan karena menerapkan alur pelayanan berjenjang; banyak
peserta BPJS mengeluhkan pembayaran biaya pengobatan yang tak ditanggung sepenuhnya
oleh BPJS.26

26 Dikutip dari https://m.tempo.co/read/news/2015/08/09/173690357/4-masalah-paling-dikeluhkan-


dalam-pelayanan-bpjs-kesehatan.

Vous aimerez peut-être aussi