Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. ALYA SAHARA
2. SAFITRI
KELAS : VI-C
BAB I
PENDAHULUAN
I. PENGERTIAN PEMILU
Pemilihan umum adalah salah satu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat yang
sekaligus merupakan perwujudan dari negara demokrasi atau suatu cara untuk menyalurkan
aspirasi atau kehendak rakyat. Dalam UU RI No. 12 tahun 2003 tentang pemilu anggota DPR,
DPP dan DPRD pasal 1 berbunyi Pemilihan umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah
sarana kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Dan UU NO. 23 tahun 2003 mengatur pemilu untuk presiden dan
wakil presiden negara RI yang dipilih langsung oleh rakyat. Pemilu merupakan syarat mutlak
bagi negara demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan rakyat karena dengan
banyaknya jumlah penduduk demi seorang dalam menentukan jalannya pemerintahan oleh
sebab itu kedaulatan rakyat dilaksanakan dengan cara perwakilan.
Pemilu yang demokratis merupakan suatu cara untuk menyatakan diri sebagai negara
demokrasi karena suatu negara dikatakan demokratis apabila memenuhi dua asas pokok
pemerintahan demokrasi yaitu :
1. Adanya pengakuan hak asasi manusia
2. Adanya partisipasi rakyat dalam pemerintahan yang diwujudkan dalam bentuk pemilu
yang demokratis
Pemilu di Indonesia dilaksanakan tiap 5 tahun sekali. Pemilu yang diadakan di Indonesia :
- Pemilu ke I dilaksanakan 29-09-1955 untuk memilih DPR
15-12-1955 untuk memilih konstituante
Calon Anggota
Wilayah Penyelenggara Jumlah
Diusulkan Disetujui Ditetapkan
Nasional KPU 11 Presiden DPR Presiden
Propinsi KPU Propinsi 5 Gubernur KPU KPU
Kab/Kota KPU 5 Bupati/Wakil KPU Prop KPU
Kab/Kota
Kecamatan PPK 5 Camat KPU Kab KPU Kab
Desa/Kel PPS 3 Kades/KK PPI PPK
TPS KPPS 7 - - PPS
LN PPLN 3 s/d 7 KPRI KPU KPU
TPS LN KPPSLN 7 - - PPLN
Dalam mekanisme tugasnya KPU, KPU Propinsi, KPU Kabupaten / Kota, PPK & PPS
dibantu oleh sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris dan PNS. Anggota sekretaris diambil
dari PNS di wilayahnya.
Pemilu ke -1
Landasan operasional 1. Tap MPR no XI II / MPRS / 1968
2. UU No. 15 / 1969
3. UU No. 16 / 1969
Pemilu ke -2
Landasan operasional 1. Tap MPR No. VIII / MPR / 1973
2. UU No. 4 / 1975
3. UU No. 5 / 1975
Pemilu ke -3
Landasan operasional 1. Tap MPR No. VII / MPR / 1978
2. UU No. 2 / 1980
3. UU No. 5 / 1975
Pemilu ke -4
Landasan operasional 1. Tap MPR No. III / MPR / 1983
2. UU No. 1 / 1985
3. Kepres No. 70 / 1985
Pemilu ke -5
Landasan operasional 1. Tap MPR No. III / MPR / 1988
2. UU No. 2 / 1985
3. PP. No. 37 / 1990
Pemilu ke -6
Landasan operasional 1. Tap MPR No. III / MPR / 1988
2. UU No. 1 / 1985
3. PP No. 37 / 1995
b. UU No. 23 tahun 2003 untuk memilih presiden dan wapres. Prinsip yang harus
dilaksanakan
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya jika suatu negara ingin menyatakan diri sebagai negara demokrasi
Pancasila melaksanakan pemilihan umum untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dalam
negara. Tetapi WNI yang belum memenuhi syarat untuk dipilih / memilih dalam pemilu harus
memperdalam pengetahuan tentang pemilu dan bermoral Pancasila. Sebab dengan hal itu
berarti telah berpartisipasi secara tidak langsung dalam pelaksanaan menuju negara
demokrasi.
B. SARAN
Sebagai WNI yang bermoral Pancasila hendaknya kita ikut andil dalam pelaksanaan
pemilu sesuai yang telah diamanatkan pasal 28 UUD 1945. jika kita telah memenuhi syarat
maka gunakanlah hak itu dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
- Abubakar, H Suardi, drs, dkk. 2004. Kewarganegaraan Menuju Masyarakat Madani.
Jakarta : Yudhistira
- Purwanto, Drs. 2006. GLADI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Klaten : Gading
Kencana.
- Turmudi, Spd. 2004. TELADAN PPKN. Mojokerto : CV. SINAR MULIA PUSTAKA.