Vous êtes sur la page 1sur 23

AL-AHWAL

A. Definisi Al-Ahwal
Ahwal adalah bentuk jama dari kata hal, yang berarti kondisi mental atau situasi
kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah, bukan hasil dari
usahanya.Hal bersifat sementara, datang dan pergi ;datang dan pergi bagi seorang sufi
dalam perjalananya mendekati Tuhan.
Imam Al Ghazali mengatakan Hal adalah satu waktu di mana seorang hamba
berubah karena ada sesuatu dalam hatinya.Seorang hamba pada saat tertentu hatinya
dan pada saat yang lain hatinya berubah. Inilah yang disebut dengan hal.

B. Tingkatan Ahwal
1. Muraqabah
Secara literal, muraqabah berrti menjaga atau mengamati tujuan. Sedang secara
terminologis, berarti melestarikan pengamatan kepada Allah dengan hatinnya.
Sehingga manusi mengamati pekerjaan dan hukum-hukum-Nya, dan dengan penuh
perasaan-Nya. Allah melihat dirinya dalam gerak dan diam-Nya.
Muraqabah menurut al-Sarraj, adalah kesadaran rohani sang hamba bahwa
Allah senantiasa mengawasinnya. Selanjutnya tentang muraqabah ini, al-Sarraj
menunjuk ungkapan al-Darani yang menyatakan bagaiamana mungkin
tersembunyi bagi Allah apa-apoa yang ada di dalam hati, tak ada di dalam hati
kecuali apa yang telah Allah berikan kedalamnya.
Menurut al-Sarraj, ahli muraqabah itu dalam muraqabahnya terbagi atas tiga
tingakatan :
a. Tingkatan Pertama
Adalah tingkatan ibtida. Kelompok ini seperti yang disebut Hasan ibn Ali al-
Damaghani bahwa bagi sang hamba hendaknya senantiasa menjaga rahasia-
rahasia hati karana Allah selalu mengawasi setiap apa-apa yang tersirat dalam
batin.
b. Tingkatan Kedua
Dalam muraqabah di tunjukkan oleh ibn Atha yang mengatakan, Sebaik-baik
kalian adalah yang senntiasa mengawasi Yang Haq dengan Yang Haq di dalam
fana kepada selain yang haq dan senantiasa mengikuti nabi Muhammad SAW.

1
Dalam perbuatan, akhlak dan adabnya. Artinya, sang hamba memilki kesadaran
penuh bahwa sebaik pengawasan adalah pengawasan Allah, tidak nsedikitpun
terbesit adannya pengawasan yang lain , dan bagi hamba hendaknya ia lebur
bersama-Nya.
c. Tingkatan Ketiga
Dari ahli muraqabah adalah hal-al kubara (orang-orang agung), yakni mereka
yang senantiasa mengawasi Allah dan meminta kepada-Nya untuk menjaga
mereka dalam muraqabah dan Allah sendiri sudah menjamin secara khusus
hamba-hamba-Nya yang mulia itu untuk tidak mempercayakan mereka dan
segala kondisi mereka kepada selain diri-Nya, dan hanya Allah saja yang
melindungi mereka, seperti firman-Nya,

Sesungguhnya pelindungku ialahlah Yang telah menurunkan Al Kitab (Al


Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh. (QS. Al-Araf:196).

2. Qurb
Secara literal, qurb berarti dekat darinnya dan kepadanya. Menurut sari al-
saqathi, qurb(mendekatkan diri kepada Allah) adalah taat kepada-Nya. Sementara
ruwaym ibn Ahmad ketika ditanya tentang qurb, menjawab, menghilangkan
setiap hal yang merintangi dirimu untuk bersama-Nya.
Dalam pandangan al-sarraj, qurb adalah penyaksian sang hamba dengan
hatinya akan kedekatan Allah kepada-Nya, maka ia mendekat kepada Allah dengan
ketaatanya, dan mengerahkan segala keinginannya kepada Allah semata dengan
cara mengingatnya secara kontinu baik pada keramaian maupun dikala sendiri.
Kedekatan allah kepada hambanya banyak disebut dalam firmanNya seperti:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS.Al-Baqarah:186)
Menurut Al-Sarraj Qurb ada tiga tingkatan yaitu:

2
a. Tingkatan pertama dari tiga tingkatan orang-orang mendekaat kepada Allah
adalah orang-orang yang berjuang mendekati Allah dengan berbagai macam
ketaatan karena mereka memiliki pengetahuan yang diberikan oleh Allah,
mengetahui kedekatan dan kekuasaan Allah kepada mereka.
b. Tingkatan kedua adalah orang yang sudah sempurna dengan keadaan tingakat
pertama. Artinnya dengan ketaatan dan ilmunya tentang Allah ia yakin merasa
melihat dan dekat kepada Allah.
c. Tingkatan ketiga adalah kelompok kaum agung dan kaum akhir (hal al-Kubara
wa ahl al-Nihayah). Kondisi qurb mereka seperti yang dicewritakan oleh
Husyan al-Nuri. Ia menjelaskan dalam pandangan kaum sufi, teman sejati
adalah Allah dan bukan yang lain. Kedekatan kepada Allah jauh lebih baik
daripada kedekatan sepasang sahabat. Dan kedekatan sepasang sahabat boleh
jadi itu artinnya semakin jauhnya hamaba dari Allah.

3. Mahabbah
Mahabah secara literal mengandung beberapa pengertian sesuai dengan
beberapa pengertian sesuai dengan asal pengambilan katannya. Mahabbah berasal
dari kata hibbah, yang berarti benih yang jatuh ke bumi, karena cinta adalah
sumber kehidupan sebagaimana benih menjadi sumber tanaman.
Dalam prespektif tasawuf, mahabbah bisa di telusuri maknanya menurut
pandangan para sufi. Menurut al-Junaid, cinta adalah kecenderungan hati. Yakni
hati cenderung kepada tuhan dan apa-apa yang berhubungan dengan-Nya tanpa
usaha. Cinta, menurut pemuka sufi lain, adalah mengabdikan diri kepada yang
dicintainnya. Ali al-Kattani juga memandang cinta sebagai menyukai kepada apa
yang disenanginya dan apa-apa yang datang dari yang dikasihinnya.
Mahabbah ini, disebut Allah dalam beberapa ayatnya:

3
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad
dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (Qs. al-
Maidah:54)

Mahabbbah mempunyai tiga tingkatan


a. Tingkatan pertama ini pada intinnya mengandung 3 hal yakni
- Mengerahkan ketaatan pada Allah dan membenci sikap melawan kepada-
Nya
- Menyerahkan diri kepada sang kekasih secara total
- Mengosongkan hati dari segala sesuatu yang dikasihi.
b. Tingkatan kedua
Adalah pandangan hati, keagungan, pengetahuan, dan kekuasaan-Nya. Itulah
cinta orang yang jujur kepada Allah dan orang yang telah menemukan kebenaran
dan pengetahuan sejati tentang tuhan.
c. Tingkatan ketiga
Adalah cintannya orang yang bersikap benar kepada Allah (shiddiqun) dan orang
yang mengenal Allah dengan mata hatinnya (arifin).

4. Khawf
Menurut al-Qusyairi takut kepada Allah berarti takut kepada hokum-Nya.
Maka takutlah Kepada-Ku jika kalian orang-orang yang beriman.

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti


(kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu
janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-
benar orang yang beriman. (QS. Ali-Imran : 175).

4
Khawf atau takut, adalah masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan
datang, sebab seseorang hanya merasa takut jika apa yang dibenci tiba dan yang
dicintai sirna. Dan kenyataan itu hanya terjadi di masa mendatang.
Al-Ghozali memandang khawf sebagai hati yang sakit dan terbakar karena adanya
bayangan atau imajinasi tentang sesuatu yang dibenci di masa mendatang. Abu
Hafs menerangkan bahwa takut adalah cambuk Allah yang digunakan-Nya untuk
menghukum manusia yang berontak keluar dari ambang pintu-Nya. Takut adalah
pelita hati. Dengan takut akan tampak baik dan buruk hati seseorang. Abu Umar Al
Dimasyqi menegaskan bahwa orang yang takut adalah yang takut akan dirinya
sendiri melebihi rasa takutnya kepada musuh. Abu Al Qasim Al Hakim
memandang orang yang takut kepada sesuatu akan lari darinya, sedang orang yang
takut kepada Allah akan lari kepada-Nya. Ahmad Al Nuri menegaskan seseorang
yang takut adalah yang lari dari Tuhannya kepada Tuhannya. Syah Al kirmani
berpendapat tanda rasa takut adalah sedih yang terus-menerus dan menurut sufi
lain, tanda rasa takut adalah kebingungan dan menunggu-nunggu di pintu gerbang
keghaiban.
Dalam pandangan Al Sarraj, Khawf (takut) senantiasa bergandengan dengan
Mahabbah (cinta). Keduanya tidak bisa dipisahkan dan masih dalam bingkai qurb
(kedekatan). Qurb membutuhkan dua kondisi. Pertama, dalam hati sang hamba
yang dominan adalah rasa takutnya. Kedua, dalam hati sang hamba yang dominan
adalah rasa cintanya. Hal itu terjadi karena Allah memberikan kepada hati sebuah
kepercayaan, keyakinan yang kuat, dan rasa takut kepada Allah.Khawf itu menurut
Al Sarraj dibagi menjadi tiga tingkatan :
a. Takutnya orang awam.
b. Takutnya orang-orang pertengahan.
c. Takutnya kaum Khushus (khusus)

5. Raja
Raja atau harapan menurut Al Qusyairi adalah keterpautan hati kepada
sesuatu yang diinginkannya terjadi di masa yang akan datang, seperti halnya takut
juga berkaitan dengan apa yang akan terjadi dimasa datang. Hati menjadi hidup
oleh harapan-harapan akan lenyapnya beban di hati. Harapan adalah melihat
kegemilangan Ilahi dengan mata keindahan. Harapan adalah kedekatan hati kepada

5
kemurahan Tuhan. Harapan berarti melihat pada kasih sayang Allah Yang Maha
Meliputi. Al Ghazali memandang Raja sebagai senangnya hati karena menunggu
Sang Kekasih datang kepadanya. Khawf dan Raja adalah dua kata yang senantiasa
bergandengan dan tidak akan terputus, jika terputus bukan Khawf dan Raja
namanya. Jika seseorang berkata, Aku berharap terbitnya matahari disaat terbit
dan aku takut terbenamnya disaat terbenam., ucapan itu menurut Al-Ghozali
bukanlah Khawf dan Raja karena ada yang terputus. Tapi jika ada yang
mengatakan, Aku berharap turun hujan dan aku takut berhentinya., itulah ucapan
yang menunjukkan keterpautan Khawf dan Raja.
Abu Ali Al-Rudzbari memandang Khawf dan Raja seperti sepasang sayap
burung. Apalabila takut dan harap keduanya tidak ada, maka si burung akan
terlempar ke jurang kematiannya. Raja berarti suatu sikap mental optimism dalam
memperoleh karunia dan nikmat ilahi yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya
yang shaleh. Dalam pandangan Al Sarraj, Raja merupakan hal yang mulia.
Kemuliaan hal ini ditunjukkan dalam firman-Nya,

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab : 21).

Menurut Al-Sarraj Raja terdiri atas tiga bagian :


a. raja bersama Allah (fi Allah)
b. raja di dalam luasnya rahmat Allah (fi saati rahmat Allah)
c. raja di dalam pahala Allah (fi tsawab Allah).

6. Syawq
Secara literal, syawq berarti lepasnya jiwa dan bergeloranya cinta. Menurut
Suhrawardi, syawq merupakan bagian-bagian dari mahabbah, seperti halnya zuhud
bagian dari tobat. Jika mahabbah sudah mantab akan tampak pula syawq. Menurut
Abu Utsman siapa yang cinta kepada Allah dia akan merindu hendak berjumpa
dengan-Nya. Rasa rindu tak mungkin ada pada yang mencinta. Sementara itu,

6
Dzunun memandang syawq sebagai derajat atau maqom tertinggi. Jika sang
hamba sudah mencapai derajat Syawq ini mati rasanya mudah dan ringan karena
kerinduan kepada Tuhannya dan harapan hendak berjumpa dengan-Nya.
Menurut Al Sarraj orang yang merindu itu terbagi atas tiga golongan.
a. pertama adalah mereka yang merindu kepada janji Allah atas para kekasih-Nya
tentang pahala, karamah, keutamaan, dan keridlaan-Nya.
b. Kedua, mereka yang rindu kepada kekasihnya karena cintanya yang mendalam
dan bersemayamnya rindu itu hendak bertemu dengan kekasihnya.
c. Ketiga, mereka yang menyaksikan kedekatan Allah terhadap dirinya, Allah
senantiasa hadir tidak pernah pergi, maka hatinya merasa senang walau hanya
menyebut nama-Nya saja.

7. Uns
Dalam tasawuf Uns berarti keakraban atau keintiman menurut Abu Said Al
Kharraj Uns adalah perbincangan roh dengan Sang Kekasih pada kondisi yang
sangat dekat. Dzunun memandang Uns sebagai perasaan lega yang melekat pada
sang pencinta terhadap Kekasihnya. Salah seorang pemuka thabiin menulis surat
kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz,Hendaknya keakrabanmu hanya dengan
Allah semata dan putuskan hubungan selain dengan-Nya.. Menurut Al-Sarraj,
Uns bersama Allah bagi seorang hamba adalah ketika sempurna kesuciannya dan
benar-benar bening zikirnya serta terbebas dari segala sesuatu yang
menjauhkannya dari Allah.
Orang-orang yang intim itu terbagi atas tiga tingkatan.
a. Pertama, mereka yang merasa intim dengan sebab zikir dan jauh dari kelalaian,
merasa intim dengan sebab ketaatan dan jauh dari dosa.
b. Kedua, Ketika sang hamba sudah sedemikian intim bersama Allah dan jauh dari
apapun selain-Nya, yakni pengingkaran-pengingkaran dan bisikan-bisikan yang
menyibukkannya.
c. Ketiga adalah hilangnya pandangan tentang Uns karena ada rasa segan,
kedekatan dan keagungan bersama Uns itu sendiri. Maksudnya sang hamba
sudah tidak melihat uns itu sendiri.

7
8. Thuma Ninah
Secara literal, Thumaninah berarti tenang tentram, tidak ada perasaan
khawatir atau was-was, tak ada yang dapat ,mengganggu perasaan dan pikiran,
karena ia telah mencapai tingkat kebersihan jiwa yang paling tinggi. Thumaninah
menurut Al-Sarraj adalah hal yang paling tinggi. Thumaninah bagi sang hamba
berarti kuat akalnya, kuat imannya, dalam ilmunya, bersih ingatannya dan kokoh
realitasnya (haqiqat). Beberapa firman Allah tentang Thumaninah, diantaranya:

Ya (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram


dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.(QS. Al-Radu:28)

Thumaninah terbagi menjadi 3 tingkatan.


a. Pertama adalah kaum awam. Mereka merasa tenang jika menyebut-Nya.
b. Kedua, Kelompok khushus(khusus). Mereka tenang karena rela dengan
ketetapan-Nya, sabar dengan , musibah-Nya, bertakwa, ikhlas, dan damai.
c. Ketiga, kelompok istimewa (khusus al khusus) mereka mengetahui bahwa
rahasia-rahasia yang ada pada mereka tidak akan mampu membuat tenang
kepada-Nya, karena rasa agung dan segan yang hinggap dihati mereka. Menurut
mereka, Allah tidak memiliki akhir yang mungkin dicapai.

9. Musyahadah
Dalam perpektif tasawuf, musyahadah berarti melihat Tuhan dengan mata
hati, tanpa keraguan sedikitpun, bagaikan melihat-Nya dengan mata kepala. Hal ini
berarti bahwa dalam tasawuf, seorang sufi dalam keadaan tertentu akan dapat
melihat Tuhan dengan mata hatinya. Sehingga boleh jadi, hanya bagi mereka,
Tuhan itu dapat dilihat. Hal ini misalnya tertera dalam permohonan Nabi Musa as
untuk melihat Tuhan, Musa berkata : Ya Tuhanku perlihatkanlah (diri-Mu)
kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu. (QS. Al-Khaf : 143). Para Sufi juga
meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW dapat melihat Tuhan ketika melakukan
Miraj.

8
Menurut Al Sarraj, musyahadah adalah hal yang tinggi, ia merupakan
gambaran-gambaran yang menambah hakikat keyakiinan. Tingginya hal
Musyahadah ini ditunjukkan oleh firman Allah,

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan


bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (QS. Qaf :37). Menyaksikan
dalam ayat ini berarti menghadirkan hati atau kesaksian hati bukan dengan mata.
Hal Musyahadah ini dapat dikatakan merupakan tujuan akhir dari tasawuf,
yakni menemukan puncak pengalaman rohani kedekatan seorang hamba dengan
Allah. Menurut Al sarraj ahli Musyahadah terbagi atas tiga tingkatan.
a. Tingkat pertama, adalah kelompok Al Ashagir (pemula), yakni mereka yang
berkehendak.
b. Tingkat kedua, kelompok pertengahan (Al-Awsath). Dalam pandangan
kelompok ini Musyahadah berarti bahwa ciptaan aa pada genggaman Yang Haq
dan pada kerajaan-Nya.
c. Tingkat ketiga seperti yang diterangkan Al Makki, hati kaum arifin ketika
menyaksikan Allah sesungguhnya menyaksikan dengan kesaksian yang kokoh.

10. Yaqin
Perpaduan antara pengetahuan yang luas dan mendalam dengan rasa cinta dan
rindu yang bergelora bertaut lagi dengan perjumpaan secara langsung, tertanamlah
dalam jiwanya dan tumbuh bersemi perasaan yang mantap, Dialah yang dicari itu.
Perasaan mantapnya pengetahuan yang diperoleh dari pertemuan secara langsung,
itulah yang disebut dengan Al Yaqin. Yaqin adalah kepercayaan yang kokoh tak
tergoyahkan tentang kebenaran pengetahuan yang ia miliki, karena ia sendiri
menyaksikannya dengan segenap jiwanya.
Keyakinan menurut Al Sarraj merupakan hal yang tinggi. Ia adalah pondasi dan
sekaligus bagian akhir serta pangkalan terakhir dari seluruh ahwal. Dengan kata
lain seluruh ahwal terletak pada keyakinan yang nampak (Zahir) Puncak dari
keyakinan ini diisyaratkan Allah dalam firman-Nya.

9
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. (QS. Al
Hijr : 75).
Lebih lanjut menurut Al sarraj seluruh ayat-ayat Allah yang berbicara
mengenai yaqin sesungguhnya terdiri atas tiga hal : Ilm Al-yaqin, ain Al yaqin,
dan haq Al yaqin. Al Junaid berpandangan bahwa keyakinan adalah tetapnya ilmu
di dalam hati, ia tidak berbalik, tidak berpindah, dan tidak berubah. Karena
tetapnya keyakinan ini, nabi pernah bersabda,Sekalian makhluk nanti akan
dibangkitkan sesuai dengan keadaan mereka ketika mati. Maksudnya sesuai
dengan keyakinan mereka ketika mati.

10
TAKZIAH

A. Pengertian Takziyah
Secara bahasa kata takziyah adalah bentuk mashdar dari azza-yuazzi yang artinya
menyabarkan, menghibur dan menawarkan kesedihannya serta memerintahkannya
(menganjurkan) untuk bersabar. Dalam arti berduka cita atau berbela sungkawa atas
musibah yang menimpa. Dalam konteks muamalah Islam, takziyah adalah mendatangi
keluarga orang yang meninggal dunia dengan maksud menyabarkann ya dengan
ungkapan-ungkapan yang dapat menenangkan perasaan dan menghilangkan kesedihan.
Takziah dapat dilakukan sebelum dan sesudah jenazah dikuburkan hingga selam tiga
hari. Namun demikian, takziah diutamakan dilakukan sebelum jenazah dikuburkan.
Tujuan takziah adalah menghibur keluarga yang ditinggal agar tidak meratapi
kematian dan musibah yang diterimanya. Apabila jika tidak dihibur maka keluarga
almarhum bisa menangis dan susah. Keadaan demikian, menurut satu riwayat, akan
memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap almarhum/almarhumah. Takziah juga
merupakan mau'izah (nasihat) bagi pelaku takziah agar mengingat kematian dan
bersiap-siap mencari bekal hidup di akhirat karena maut datang tanpa memandang
umur dan waktu. Kedatangannya tak dapat ditunda atau diajukan.
Taziyah merupakan suatu perbuatan yang terpuji, sebab orang yang telah ditinggal
mati dalam keadaan sedih, maka kita sebaiknya datang untuk menghibur dan
memberikan nasehat untuk memberikan kekuatan mental agar keluarga yang dtitinggal
tetap tabah dalam menerima ujian.

B. Dasar Hukum Takziyah


Q.S. Al-Maidah : 2





Artinya :

11
Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi`ar- syiar Allah,
dan jangan melanggar kehormatan bulan- bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang- binatang had-ya, dan binatang- binatang qalaa-id, dan jangan( pula)
mengganggu orang- orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
karunia dan keridaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah
haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali- kali kebencian (mu) kepada
sesuatu kaum karena mereka menghalang- halangi kamu dari Masjidil haram,
mendorongmu berbuat aniaya ( kepada mereka ). Dan tolong- menolonglah kamu
dalam ( mengerjakan ) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong- menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.

Q.S. Al-Baqarah : 156-157

Artinya :
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun.(Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan
kepada-Nya-lah kami kembali)
157. Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari
Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

C. Dasar Perintah Takziyah


Hukum takziah disunahkan (mustahabb) sekalipun kepada seorang zimmi (non
muslim yang tidak memerangi). Menurut Imam Nawawi, Imam Hambali, Imam Sufyan
As-Sauri, takziah disunahkan sebelum jenazah dikubur dan 3 hari sesudahnya. Imam
Hanafi berpendapat takziah disunahkan sebelum jenazah dikuburkan.
Orang yang melakukan takziyah adalah mereka yang mampu merasakan kesedihan
atau duka yang dialami saudaranya.Hal ini jelas termasuk dalam kategori amar maruf

12
nahi munkar yang merupakan salah satu fundamen ajaran Islam. Lebih dari itu,
takziyah adalah aplikasi dari sikap saling menolong dan bekerja sama dalam kebaikan
dan ketakwaan.
Dalam pandangan Rasulullah SAW, takziyah mempunyai nilai dan keutamaan
tinggi bagi yang melakukannya. Beliau bersabda:

) (
Artinya :
Tidaklah seorang Mukmin yang melakukan takziyah atas musibah yang menimpa
saudaranya, kecuali Allah akan memakaikan untuknya permata kemuliaan pada hari
kiamat. (HR Ibnu Majah).
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Bulughul Maram mengutip hadits dari
Abdullah Ibnu Ja'far ra, dimana dia berkata:
" - -
,
) , "(
Artinya :
Ketika berita kematian Ja'far datang sewaktu ia terbunuh, Rasulullah SAW bersabda:
Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja'far karena telah datang sesuatu yang
menyusahkan mereka. (HR. Imam Lima kecuali Nasa'i).
Imam Ash-Shanani dalam kitab Subulussalam menjelaskan hadits di atas sebagai
berikut : Hadits ini dalil yang menunjukkan bahwa keharusan mengasihani dan
menghibur keluarga yang ditimpa musibah kematian dengan memasakkan makanan
baginya, karena mereka sibuk mengurusi kematian itu.

D. Adab Taziyah
1. Orang yang mendengarkan musibah kematian hendaknya mengucapkan:
.
Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan
kembali.
2. Orang yang bertaziyah hendaknya memakai pakaian yang sopan dan rapi. Di
rumah duka ia harus menunjukkan perasaan sedih, jangan tertawa, dan jangan
bercakap-cakap dengan orang lain terlalu mencolok.

13
3. Orang yang bertaziyah berusaha menghibur keluarga yang terkena musibah agar
tetap sabar, karena semua manusia pasti akan meninggal dunia. Hal ini tentunya
disesuaikan dengan keadaan setempat. Jika situasi memungkinkan orang yang
bertaziyah berusaha mendekati jenazah dan mendoakan agar dosa-dosanya
diampuni oleh Allah swt. Firman Allah swt. Sebagai berikut:

Artinya:
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat
sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. (QS. Ali Imran: 185)
4. Jika memungkinkan, orang yang bertaziyah dapat memberikan sumbangan untuk
meringankan beban keluarga yang terkena musibah.
5. Usahakan dalam bertaziyah ikut shalat jenazah dan mendoakannya agar diampuni
dosa-dosanya serta ikut mengantar jenazah ke kubur untuk dimakamkan.

E. Hikmah Taziyah
1. Dengan bertaziyah akan tercipta hubungan silaturahmi yang lebih erat antara orang
yang bertaziyah dengan keluarga yang terkena musibah kematian.
2. Keluarga yang terkena musibah dapat terhibur dengan adanya taziyah sehingga
yang demikian ini dapat mengurangi beban kesedihan yang berkepanjangan.
3. Orang yang bertaziyah dapat ikut mendoakan kepada jenazah agar dosa-dosanya
diampuni dan amal-amal kebaikannhya dapat diterima oleh Allah swt.
4. Orang yang bertaziyah akan mendapat pahala dari Allah swt.

14
AKHLAKTERCELA BAKHIL

A. Pengertian Bakhil
Bakhil/kikir adalah menahan harta yang seharusnya dikeluarkan. Menurut kitab At-
Tarifat mendefinisikan bakhil dengan menahan hartany sendiri, yakni menahan
memberikan sesuatu kepada diri dan orang lain yang sebenarnya tidak berhak untuk
ditahan atau dicegah, misalnya uang, makanan, minuman, dll. Dalam Tafsir Al-
Maraghi jilid IV, Musthafa al Maraghi menjelaskan, bakhil adalah tidak mau
menunaikan zakat dan enggan mengeluarkan harta dijalan allah.

B. Ayat yang Melarangan Berbuat Bakhil


Dalil yang melarang dari perbuatan bakhil diantaranya :
QS. al-isra ayat 29-30:

Artinya :
29. Dan Janganlah kalian menjadikan tangamu terbelenggu kepada leher-leher
kamu dan janganlah mengulurkan dengan sangat. Maka jadilah engkau orang
yang tercela dan merugi.
30. Sesungguhnya Tuhan kamu membagikan rizki kepada orang-orang yang Allah
kehendaki dan membatasinya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui dan Maha
Melihat terhadap hamba-hambanya.

QS. Muhammad : 38

15
Artinya :
Ingatlah, kamu ini orang- orang yang diajak untuk menafqahkan (hartamu) pada
jalan Allah. Maka diantara kamu ada orang yang kikir, dan barangsiapa yang
kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah
yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya),
dan jika kamuberpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang
lain, dan merekatidak akan seperti kamu (ini). [QS. Muhammad : 38]

QS. Ali Imraan : 180

Artinya :
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka
bakhilkan akan dikalungkan kelak di lehernya pada hari kiamat. Dan kepunyaan
Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (Ali Imran: 180)
Perbuatan kikir/bakhil dapat di sebabkan beberapa faktor:
a. Karena hartanya merasa milik sendiri
b. Karena takut harta mereka berkurang
Sebagai mana tercantum dalam Q.S Al-Baqarah ayat 268 :
Setan menjanjikan (menakuti)kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan (kikir)sedangkan Allah akan menjanjikan untukmu ampunan

16
darinya dan karunia dan Allah maha luas karunianya dan lagi maha
menetahui.
c. Tidak punya rasa kasih sayang
d. Merasa dirinya lebih dari orang lain
Padahal kikir tidak bisa dibiarkan berturut-turut karen acept maupun lambat akan
merugikan bagi dirinya sendiri maupun orang lain jadi sikap kikir di larang dalam
agama.
C. Akibat dari sifat Bakhil
Tercantum dalam Q S ali imran ayat 180 :

Artinya :
Dan jangan lah orang-orang yang kikir dangan apa yang telah dikaruniakan alloh
kepadanya mengira bahwa kekiran itu baik bagi mereka kelak harta yang mereka
kikirkan itu akan dikalungkan dilehernya dihari kiamat dan kepunyaan alloh segala
pusaka yang dilangit dan di bumi dan alloh menetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa sipat kikir itu perbuatan tercela dan kelak
mereka juaga akan memdapatkan belasan dari perbuatan mereka sendiri karena harta
yang tidak dinafkahkan dijalan alloh akan dikalungkan diakhirat nanti. Maka janagn
beranggapan bahwa kekikiran menguntungkan harta benda orang kikr beranggapan
bahwa menyimpan harta untuk dirinya sendiri itu baik, aqkan tetapi secara tidak sadar
mereka telah di perbudak oleh harta itu sendiri
Orang yang kikir ini juga akan menyebabkan mala petaka yang besar terhadap
suatu masyarakat karena penyakit ini bisa menanamakan rasa dengki dan iri hati dalam
jiwa. Sebagiman tercantum dalam Q.S Al Lail Ayat 8-11 :
Artinya :

17
Adapaun orang yang kikir dan meras dirinya merasa serba kecukupan dan
mendustakan dengan kebaikan maka kami akan mudahkan dia kejalan yang payah dan
hartanya tidak akan menolong dia apabila dia terjerumus
Dalam ayat di atas allah menerangkan bahwa harta yang di tumpuk-tumpuk dan
yang dikikirkan itu tidak akan berguna baginya apabila telah mati, tidaka aka nada yang
dibawanya kedalam liang kubur dan alloh akan menyediakan mereka jalan yang sulit.
Dan suatu hadits yang diriwayatkan muslim yang diterima jabir bin Abdullah yang
Artinya :
Dan takutlah kalian semua pada perbuatan aniyaya sesunguhnya aniyaya itu
merupakan kegelapan pada hari kiamat nanti dan takutilah kami bersikap kikrir
sesunguhnya kekikiran itu telah menghancurkan orang orang sebelum kamu sikap
kikir itu telah membawa mereka pada pertumpahan darah ( diantara mereka )
Dalam hadits diatas nabi menggingatkan kepada kita agar jangan saling berbuat
aniaya dan bersikap kikir Karen asikap kikir hanya akan menimbulkan kehancuran
saling memebunuh dan saling melanggar larangan umat terdahulu
Alloh memberikan pada orang kikir supaya merubah cara mereka berpikir dan alloh
swt, telah memberi mereka banyak karunia baik berupa harta, ilmu, kemegahan,
maupun macam macam kedunian lainnya, akan tetapi setelah karunia itu diterimanya
justru dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dia enggan memeberikan sedekahnya untuk
orang lain.
Bakhil tidak hanya mendatangkan kerugian di dunia semata, namun di akhirat pun
orang bakhil akan mendapat azab karena kebakhilannyan tersebut. Di antara akibat
yang ditimbulkan oleh bakhil adalah :
1. Akan sulit mendapatkan kebahagiaan.
2. Hina di hadapan orang lain.
3. Orang yang bakhil akan tersiksa jiwanya, karena selalu memikirkan bagaimana
cara agar hartanya bertambah.
4. Hartanya tidak bermanfaat karena hanya ditumpuk saja. Bahkan orang yang sangat
bakhil tidak mau hartanya berkurang sedikitpun, walau sekedar memenuhi
kebutuhannya sendiri.
5. Pada hari kiamat kelak, harta yang ditumpuknya akan dikalungkan di lehernya
sebagai balasan atas kebakhilannya.

18
6. Harta yang ditumpuknya tidak bermanfaat sama sekali dihadapan allah, melainkan
hanya akan mendatangkan kerugian baginya.
7. Kehancuran yang disebabkan peperangan sesama manusia, sebagai mana yang
telah menimpa umat-umat terdahulu.

MENELADANI SIFAT TERPUJI ABDURRAHMAN BIN AUF DAN ABIZAR


AL-GHIFARI
ABDURRAHMAN BIN AUF
Istimewa sekali sahabat Nabi yang satu ini. Selain karena beliau adalah salah
satu dari sepuluh sahabat yang dikabarkan masuk surga oleh Nabi, beliau adalah
anggota dewan syura yang dipilih Umar bin Khattab untuk memilih khalifah
penggantinya. Jelas hal ini menunjukkan betapa taqwa dan wara'nya Abdurrahman
bin 'Auf radhiyallahu 'anhu.
Beliau juga dikenal sebagai pedagang yang kaya raya. Bahkan orang yang paling
kaya diantara suku Quraisy kala itu.
Melalui berbagai hadis dan atsar ditemukan beberapa sifat menonjol dalam diri
sahabat mulia ini:
1. Jujur
2. Sholih
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "orang yang akan menjaga
istri-istriku nanti ialah orang yang bersifat jujur dan shalih." Ketika Rasulullah
sudah wafat Abdurrahman bin 'Auf yang menjaga istri-istri Rasulullah ketika
berpergian dan berhaji.
3. Terpercaya (Amanah)
Abdurrahman bin 'Auf adalah orang yang terpercaya di langit dan orang yang
terpercaya di bumi. Abdurrahman bin 'Auf adalah orang kepercayaan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dalam urusan istri-istrinya.
4. Dermawan / suka bersedekah
Ja'far bin Burqan mengatakan, "ada seseorang yang menyampaikan padaku bahwa
Abdurrahman bin 'Auf telah memerdekakan 30 ribu budak." Abdurrahman bin 'Auf
mewasiatkan untuk memberikan 400 dinar kepada setiap sahabat yang mengikuti
perang Badr dari harta warisannya. Jumlah mereka ketika itu sebanyak 100 orang.

19
5. Teman duduk yang enak (pandai bergaul, mengobrol, dll)
Naufal bin Iyyas al-Hudzali mengatakan, "Abdurrahman bin 'Auf adalah teman
duduk kami. Beliau adalah teman duduk yang paling baik/enak."
Kelima sifat di atas merupakan resep jitu bagi kita untuk bisa meneladani sosok
Abdurrahman bin 'Auf yang tak hanya kaya harta benda, tapi juga kaya iman, kaya
hati, dan kaya budi pekerti. Mari kita praktekkan sifat-sifat terpuji ini dalam
kehidupan sehari-hari.

ABIZAR AL-GHIFARI

Abi Dzar berasal dari suku Ghifar (dikenal sebagai penyamun pada masa sebelum
datangnya Islam). Ia memeluk Islam dengan sukarela, ia salah satu sahabat yang
terdahulu dalam memeluk Islam. Ia mendatangi Nabi Muhammad langsung
ke Mekkah untuk menyatakan keislamannya.

Setelah menyatakan keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk meneriakkan


bahwa ia seorang Muslim, hingga ia dipukuli oleh suku Quraisy. Atas bantuan
dari Abbas bin Abdul Muthalib, ia dibebaskan dari suku Quraisy, setalah suku
Quraisy mengetahui bahwa orang yang dipukuli berasal dari suku Ghifar. Ia
mengikuti hampir seluruh pertempuran-pertempuran selama Nabi Muhammad hidup.

Orang-orang yang masuk Islam melalui dia, adalah : Ali-al-Ghifari, Anis al-
Ghifari, Ramlah al-Ghifariyah. Dia dikenal sangat setia kepada Rasulullah. Kesetiaan
itu misalnya dibuktikan sosok sederhana ini dalam satu perjalanan pasukan Muslim
menuju medan Perang Tabuk melawan kekaisaran Bizantium. Karena keledainya
lemah, ia rela berjalan kaki seraya memikul bawaannya. Saat itu sedang terjadi
puncak musim panas yang sangat menyayat.

Dia keletihan dan roboh di hadapan Nabi SAW. Namun Rasulullah heran kantong
airnya masih penuh. Setelah ditanya mengapa dia tidak minum airnya, tokoh yang
juga kerap mengkritik penguasa semena-mena ini mengatakan, "Di perjalanan saya
temukan mata air.

Saya minum air itu sedikit dan saya merasakan nikmat. Setelah itu, saya
bersumpah tak akan minum air itu lagi sebelum Nabi SAW meminumnya." Dengan
rasa haru, Rasulullah berujar, "Engkau datang sendirian, engkau hidup sendirian, dan

20
engkau akan meninggal dalam kesendirian. Tapi serombongan orang dari Irak yang
saleh kelak akan mengurus pemakamanmu." Abu Dzar Al Ghifary, sahabat setia
Rasulullah itu, mengabdikan sepanjang hidupnya untuk Islam.

Semasa hidupnya, Abizar Al Ghifary sangat dikenal sebagai penyayang kaum


dhuafa. Kepedulian terhadap golongan fakir ini bahkan menjadi sikap hidup dan
kepribadian Abizar. Sudah menjadi kebiasaan penduduk Ghiffar pada masa jahiliyah
merampok kafilah yang lewat. Abizar sendiri, ketika belum masuk Islam, kerap kali
merampok orang-rang kaya. Namun hasilnya dibagi-bagikan kepada kaum dhuafa.
Kebiasaan itu berhenti begitu menyatakan diri masuk agama terakhir ini.

Prinsip hidup sederhana dan peduli terhadap kaum miskin itu tetap ia pegang di
tempat barunya, di Syria. Namun di tempat baru ini, ia menyaksikan gubernur
Muawiyah hidup bermewah-mewah. Ia malahan memusatkan kekuasaannya dengan
bantuan kelas yang mendapat hak istimewa, dan dengan itu mereka telah menumpuk
harta secara besar-besaran. Ajaran egaliter Abizar membangkitkan massa melawan
penguasa dan kaum borjuis itu. Keteguhan prinsipnya itu membuat Abizar sebagai
'duri dalam daging' bagi penguasa setempat.

Ketika Muawiyah membangun istana hijaunya, Al Khizra, salah satu ahlus shuffah
(sahabat Nabi SAW yang tinggal di serambi Masjid Nabawi) ini mengkritik khalifah,
"Kalau Anda membangun istana ini dari uang negara, berarti Anda telah
menyalahgunakan uang negara. Kalau Anda membangunnya dengan uang Anda
sendiri, berarti Anda melakukan 'israf' (pemborosan)." Muawiyah hanya terpesona
dan tidak menjawab peringatan itu.

Muawiyah berusaha keras agar Abizar tidak meneruskan ajarannya. Tapi


penganjur egaliterisme itu tetap pada prinsipnya. Muawiyah kemudian mengatur
sebuah diskusi antara Abizar dan ahli-ahli agama. Sayang, pendapat para ahli itu tidak
mempengaruhinya.

Muawiyah melarang rakyat berhubungan atau mendengarkan pengajaran salah


satu sahabat yang ikut dalam penaklukan Mesir, pada masa khalifah Umar bin
Khattab ini. Kendati demikian, rakyat tetap berduyun-duyun meminta nasihatnya.

21
Akhirnya Muawiyah mengadu kepada khalifah Usman. Ia mengatakan bahwa Abizar
mengajarkan kebencian kelas di Syria, hal yang dianggapnya dapat membawa akibat
yang serius.

Keberanian dan ketegasan sikap Abizar ini mengilhami tokoh-tokoh besar


selanjutnya, seperti Hasan Basri, Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyah, dan lainnya.
Karena itulah, tak berlebihan jika sahabat Ali Ra, pernah berkata: "Saat ini, tidak ada
satu orang pun di dunia, kecuali Abuzar, yang tidak takut kepada semburan tuduhan
yang diucapkan oleh penjahat agama, bahkan saya sendiri pun bukan yang
terkecuali."

22
DAFTAR PUSTAKA

Kartanegara, Mulyadi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Erlangga.


Bahri, Media Zainul. 2005. Menembus Tirai Kesendiriannya. Jakarta: Prenada.
Haeri, Syekh Fadhlalla. 2003. Dasar-Dasar Tasawuf. Yogyakarta: Pustaka Sufi.
Shihab, Alwi. 2001. Antara Tasawuf Sunni dan Falsafi dalam Islam
Sufistik dan Pengaruhnya Hingga Kini. Bandung: Mizan.
Syukur, Amin. 1999. Menggugat Tasawuf; Sufisme dan Tanggung Jawab
Sosial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Amir Abyan dan Zainal Muttaqin. 2007. Fiqih Kelas IX. Semarang: Karya Toha Putra.
http://f4tu.blogspot.co.id/2009/08/larangan-kikir.html

23

Vous aimerez peut-être aussi