Vous êtes sur la page 1sur 9

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2016 1(1): 2937

Ekstraksi dan Formulasi Suspensi Oral Teripang Holothuria scabra


sebagai Sumber Antioksidan

Extraction and Oral Suspension Formulation of Sea Cucumber Holothuria scabra


as Source of Antioxidants

Ardi Ardiansyah

Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

E-mail: ardiardiansyah24@gmail.com

Submitted 6 August 2015. Reviewed 21 January 2016. Accepted 27 April 2016.

Abstrak

Teripang telah lama dijadikan sebagai bahan pangan dan obat bagi masyarakat Asia dan Timur
Tengah. Indonesia termasuk salah satu pemasok Teripang dalam perdagangan utama di Asia. Di Indonesia,
Teripang umumnya hanya dimanfaatkan dalam bentuk bahan mentah. Holothuria scabra merupakan salah
satu spesies Teripang yang berpotensi untuk dieksplorasi sebagai sumber antioksidan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan Teripang H.scabra dalam bentuk ekstrak dan suspensi.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Produk Alam Laut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dari April hingga
Desember 2014. Teripang diekstraksi dengan pelarut metanol 96% atau etanol 96%, kemudian diuji aktivitas
antioksidannya. Ekstrak Teripang yang memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dibuat dalam bentuk
suspensi untuk selanjutnya dievaluasi kestabilan (organoleptik, pH, mikroorganisme) dan aktivitas
antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi
daripada ekstrak metanol, tetapi masih lebih rendah daripada pembanding, yaitu asam askorbat. Berdasarkan
penghitungan, ekstrak metanol dan etanol menunjukkan nilai IC50 sebesar 232,54 ppm dan 157,38 ppm,
sedangkan nilai IC50 asam askorbat 30,29 ppm. Formula yang paling stabil (F1a) masih memiliki aktivitas
antioksidan, yaitu sebesar 42,11%.

Kata kunci : Teripang, Holothuria scabra, suspensi oral, antioksidan.

Abstract

Sea Cucumbers have long been utilized in the food and medicine for Asia and Middle East
communities. Indonesia is one of the main suppliers in the trade of Sea Cucumbers in Asia. In Indonesia, Sea
Cucumber is usually only utilized as raw materials. Holothuria scabra is one species of Sea Cucumber that
can be explored as a potential source of antioxidant. This study aimed to determine the antioxidant activity of
Sea Cucumber H. scabra in the form of extract and suspension and was conducted from April to December
2014 in the Marine Natural Product Laboratory of Research Center for Oceanography, Indonesian Institute
of Sciences. Sea Cucumber was extracted with methanol 96% or ethanol 96%, then both antioxidant
activities were tested. Extract with higher antioxidant activity was made into oral suspension preparation for
further evaluation of its stability (organoleptic, pH, microorganisms) and antioxidant activity. The results
showed that ethanol extract had higher antioxidant activity than methanol extract, but still lower than
29
Ardiansyah

ascorbic acid. Based on the calculation, IC50 of the methanol extract was 232.54 ppm, while the ethanol
extract was 157.38 ppm, and the ascorbic acid was 30.29 ppm. The most stable formula (F1a) still showed
an antioxidant activity that was equal to 42.11 %.

Keywords : Sea Cucumber, Holothuria scabra, oral suspension, antioxidant.

Pendahuluan punctata, Holothuria atra, Stichopus


chloronotus, dan Stichopus variegates merupa-
Teripang yang termasuk ke dalam kelas kan contoh beberapa spesies dengan nilai
Holothuroidea merupakan komponen penting ekonomis rendah (Bruckner et al., 2003).
dalam ekosistem laut (Birkeland, 1989). Beberapa senyawa yang terkandung
Teripang tersebar di seluruh lautan dunia dan dalam Teripang telah terbukti secara ilmiah
umumnya hidup di dekat karang, batu, atau mempunyai sifat antioksidan. Antioksidan
rumput laut di perairan dangkal yang hangat. adalah senyawa yang berperan untuk
Teripang dikenal sebagai Timun Laut atau menangkal radikal bebas yang menyebabkan
Gamat dan telah lama dimanfaatkan sebagai masalah kesehatan seperti kanker, penyakit
makanan dan obat bagi masyarakat Asia dan terkait usia, dan penyakit kardiovaskular.
Timur Tengah (Bordbar et al., 2011). Teripang Radikal bebas dan antioksidan telah menjadi
kering dijual secara komersial, terutama di istilah yang umum digunakan dalam meka-
pasar Asia dengan bisnis utama di Cina, nisme penyakit (Lien et al., 2008). Kadar fenol
diikuti oleh Korea, Indonesia, dan Jepang dalam ekstrak akan memengaruhi aktivitas
(Shiell, 2004). Menurut laporan statistik global antioksidan. Kadar fenol yang semakin tinggi
Food and Agriculture Organization of United akan memberikan aktivitas antioksidan yang
Nations (FAO) tahun 2004, Indonesia pernah lebih tinggi (Zheng & Wang, 2003). Salah satu
tercatat menjadi produsen Teripang terbesar di spesies Teripang yang dapat dieksplorasi
dunia berdasarkan laporan global negara sebagai sumber antioksidan yang potensial dan
pengimpor utama, yaitu Hongkong dan Cina berharga adalah Holothuria scabra. Spesies
(Choo, 2008). Holothuria scabra, Holothuria leucospilota,
Sebagian besar spesies Teripang yang Stichopus chloronotus dilaporkan mengandung
dikomersialisasi dalam bentuk kering senyawa fenol dan flavonoid apabila dieks-
merupakan bagian dari famili Aspidochirotids, traksi menggunakan metode deionized water
yaitu genus Bohadschia, Holothuria, Actino- (Alhunibat et al., 2009).
pyga, Isostichopus, Stichopus, Parastichopus, Dalam penelitian ini dilakukan uji
dan Thelenota (Stichopodidae) dan famili aktivitas antioksidan pada Teripang setelah
Dendrochirotids, yaitu genus Cucumaria diekstraksi menggunakan metanol atau etanol.
(Bruckner et al., 2003). Meskipun ada banyak Metanol dan etanol dipilih sebagai pelarut
spesies Teripang yang dapat dibudidayakan karena zat tersebut mudah didapat, biasa
dan dipanen, tetapi hanya sekitar 20 spesies digunakan, dan bersifat polar, sehingga
yang memiliki nilai ekonomis yang relatif diharapkan dapat menarik lebih banyak zat
tinggi. Secara komersial, Teripang kering yang bersifat antioksidan dari Teripang.
dapat dikategorikan sebagai bernilai ekonomis Sediaan yang dibuat dalam percobaan ini
rendah, sedang, atau tinggi tergantung pada adalah sediaan oral berupa suspensi yang
beberapa aspek seperti spesies, penampilan, ditujukan untuk penggunaan secara oral
kelimpahan, warna, bau, ketebalan dinding (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
tubuh, tren pasar, dan kebutuhan (Wen et al., 2015). Suspensi yang dinyatakan untuk
2010). Spesies Teripang yang memiliki nilai digunakan dengan cara tertentu harus
ekonomis tinggi seperti Holothuria nobilis mengandung zat antimikroba yang sesuai
(Black Teatfish), Holothuria fuscogilva (White untuk melindungi dari kontaminasi bakteri,
Teatfish), dan Holothuria scabra (Sandfish) ragi, dan jamur (United States Pharmacopeial
sebagian besar terdistribusi di perairan tropis Convention, 2009). Penelitian ini bertujuan
di Pasifik Barat dan Samudra Hindia. Spesies untuk mengetahui aktivitas antioksidan
dengan nilai ekonomis sedang misalnya Teripang H. scabra dalam bentuk ekstrak dan
Actinopyga miliaris (Blackfish), Actinopyga suspensi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
echinites (Brownfish), dan Thelenota ananas diaplikasikan untuk membuat produk Teripang
(Prickly Redfish), sementara Holothuria fusco- yang stabil dan memiliki khasiat antioksidan.

30
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2016 1(1): 2937

Metodologi mikroorganisme) dan pengujian aktivitas


antioksidan.
Penyiapan Bahan
Teripang yang didapat dari daerah Rancangan Formula dan Pembuatan
Lampung dibersihkan dari bagian organ Suspensi F1 dan F2
dalam, direndam dalam etanol 70% selama Formula umum suspensi yang dibuat
perjalanan, dan dimasukkan ke dalam freezer adalah zat aktif (ekstrak Teripang),
sebelum digunakan. Untuk membuat ekstrak anticaplocking, humektan, pemanis (sorbitol),
metanol, Teripang dibersihkan terlebih dahulu pengental (NaCMC), dapar (asam sitrat), dan
dengan air, kemudian dicacah. Teripang pengawet (Kalium Sorbat dan Natrium
sebanyak 500 g kemudian dimaserasi dengan Benzoat). Pada percobaan ini, suspensi yang
metanol 96% sebanyak satu liter selama tiga mengandung ekstrak Teripang dibuat menjadi
hari hingga metanol menjadi bening. Maserat dua formula dengan variasi pemanis, dapar,
yang didapat dikumpulkan setiap hari. dan pengawet (dalam rentang minimal [F1]
Selanjutnya, maserat disaring dan dipekatkan dan maksimal [F2]) (Rowe et al., 2000).
dengan rotavapor hingga menjadi ekstrak Penggunaan bahan tambahan dipilih
kering. Cara yang sama digunakan untuk berdasarkan Generally Recognized As Safe
membuat ekstrak etanol dengan mengganti (GRAS) (Weiner & Kotkoskic, 2000) dengan
pelarut menjadi etanol 96%. penggunaan takaran berdasarkan acuan
Handbook of Pharmaceutical Excipient (Rowe
Uji Antioksidan et al., 2000), sehingga diperoleh sediaan yang
Aktivitas antioksidan diuji diinginkan (Tabel 1).
menggunakan metode 2,2-difenil-2-pikril- Pembuatan suspensi untuk masing-
hidrazil (DPPH) (Mensor et al., 2001). Sampel masing formula dimulai dengan memasukkan
(ekstrak Teripang) dan pembanding (asam 5 g NaCMC ke dalam 500 mL akuades
askorbat) sebagai standar, masing-masing bersuhu 60C sambil diaduk menggunakan
sebanyak 2 mg dilarutkan dalam 2 mL magnetic stirrer hingga homogen. Dalam
metanol, kemudian dibuat menjadi beberapa wadah terpisah, untuk formula F1, 1 g
konsentrasi larutan, yaitu 6,25 , 25, 50, 100 potasium sorbat dan 0.2 g sodium benzoat
ppm. Untuk menghitung aktivitas antioksidan, dilarutkan ke dalam 100 mL akuades,
sebanyak 1 mL DPPH dalam larutan metanol sedangkan untuk formula F2 sebanyak 2 g
0,3 mM ditambahkan ke dalam 2,5 mL larutan potasium sorbat dan 5 g sodium benzoat
ekstrak Teripang dan dibiarkan bereaksi pada dilarutkan ke dalam 100 mL akuades;
suhu kamar selama 30 menit, kemudian diukur kemudian, dimasukkan ke dalam larutan
absorbansinya pada panjang gelombang 518 NaCMC. Selanjutnya, ekstrak etanol Teripang
nm dengan spektrofotometer dan dikonversi sebanyak 5 g untuk masing-masing formula
menjadi Aktivitas Antioksidan (AA) dalam %, dilarutkan dalam 50 mL akuades, ditambahkan
dengan rumus: sorbitol sebanyak 30 mL untuk formula F1 dan
sebanyak 150 mL untuk formula F2 sambil
Abs blangko Abs sampel diaduk hingga larut, kemudian dimasukkan ke
AA = x 100 dalam larutan NaCMC. Tahap akhir adalah
Abs blangko
penambahan asam sitrat sebanyak 1 g untuk
Keterangan: Abs = Absorbansi formula F1 dan sebanyak 20 g untuk formula
F2 yang telah dilarutkan dalam 100 mL
Kemudian, nilai IC50 sampel dihitung melalui akuades, kemudian untuk masing-masing
persamaan garis regresi linier antara formula ditambahkan akuades hingga
konsentrasi terhadap persentase aktivitas volumenya menjadi 1000 mL.
antioksidan. Konsentrasi yang memberikan
nilai IC50 yaitu konsentrasi ekstrak yang Evaluasi Kestabilan Suspensi Oral
memberikan persentase aktivitas antioksidan Untuk mengevaluasi kestabilan,
sebesar 50%. Ekstrak Teripang yang memiliki suspensi F1 dan F2 disimpan dalam dua
aktivitas antioksidan paling tinggi dibuat kondisi penyimpanan yang berbeda, yaitu suhu
dalam bentuk suspensi, kemudian dilakukan ruangan 2528C (a) dan suhu lemari
evaluasi kestabilan (organoleptik, pH, pendingin 34C (b), sehingga didapat empat

31
Ardiansyah

Tabel 1. Formulasi suspensi oral untuk 1000 mL.


Table 1. Oral suspension formulation for 1000 mL.

Suspension 1 Suspension 2
Composition
(F1) (F2)
Sea Cucumber extract 5g 5g
Sorbitol 30 mL 150 mL
NaCMC 5g 5g
Citric acid 1g 20 g
Potassium sorbate 1g 2g
Sodium benzoate 0.2 g 5g
Aquadest quantum satis quantum satis

variasi formula F1a, F1b, F2a, dan F2b. menggunakan metode 2,2-difenil-2-
Kemudian, dilakukan pengujian berikut: pikrilhidrazil (DPPH) (Mensor et al., 2001).
1. Pemeriksaan organoleptik. Suspensi yang
telah dibuat diperiksa perubahan warna,
bau, dan bentuknya selama 24 hari. Hasil
Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-1, 3, 6,
9, 12, 18, 24. Ekstrak metanol dan ekstrak etanol
2. Pengukuran pH dilakukan dengan Teripang yang dihasilkan memiliki warna
menggunakan pHmeter selama 24 hari, kuning kecokelatan dan berbau amis khas
yaitu pada hari ke-1, 3, 6, 9, 12, 18, 24. Teripang. Masing-masing memiliki rendemen
3. Pengujian kandungan aflatoksin dan sebesar 0,88% dan 2,28%. Hasil penghitungan
mikroorganisme dilakukan untuk aktivitas antioksidan (Tabel 2) menunjukkan
menghitung aflatoksin [metode bahwa ekstrak etanol Teripang memiliki
AOAC.968.22(49.2.08.2005)], angka aktivitas antioksidan lebih tinggi daripada
lempeng total [ISO 4833 : 2003 (E)], dan ekstrak metanol Teripang. Hasil penghitungan
jumlah bakteri patogen. menunjukkan IC50 ekstrak metanol Teripang
Selanjutnya, uji aktivitas antioksidan sebesar 232,54 ppm, sedangkan IC50 ekstrak
dilakukan pada formula yang paling stabil etanol Teripang 157,38 ppm, dan IC50 asam
askorbat 30,29 ppm.

Tabel 2. Aktivitas antioksidan ekstrak metanol, ekstrak etanol, dan asam askorbat.
Table 2. Antioxidant activity of methanol extract, ethanol ectract, and ascorbic acid.

Sample concentration Absorbance IC50


Sample % inhibition
(ppm) at 518 nm (ppm)
DPPH 0.3mM 0.19 - -
Methanol extract 6.25 0.126 33.68 232.54
25 0.132 30.53
50 0.120 36.9
100 0.115 39.42
Ethanol extract 6.25 0.146 23.26 157.38
25 0.122 35.79
50 0.125 34.05
100 0.113 40.42
Ascorbic acid 6.25 0.110 42 30.29
25 0.087 54.11
50 0.086 54.58
100 0.081 57

32
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2016 1(1): 2937

Gambar 1. Perbedaan antara suspensi oral F1 dan F2.


Figure 1. Difference between F1 and F2 oral suspension.

Formula yang dibuat memiliki warna cair dan fase padat. Pada pengukuran pH
putih keruh, berbau amis, dan berbentuk (Gambar 2), Formula F1 (a dan b) memiliki
kental. Dari segi penampilan, suspensi oral F1 rentang pH 4,184,35, sedangkan formula F2
dan F2 memiliki sedikit perbedaan pada (a dan b) memiliki rentang pH 3,063,26.
kekentalan dan kekeruhan (Gambar 1). Suspensi F1a dan F2a memiliki kestabilan
Tabel 3 menunjukkan bahwa penyim- yang sama terhadap jamur dan mikro-
panan suspensi pada suhu 2528C dan suhu organisme (Tabel 4) sesuai dengan jumlah
34C selama 24 hari tidak menyebabkan cemaran jamur dan mikroorganisme yang telah
perubahan warna dan bau. Namun, pada hari ditetapkan oleh Farmakope (Kementerian
ke-12 (formula F2b) dan hari ke-18 (formula Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
F1b) ditemukan adanya pemisahan antara fase

Tabel 3. Pengamatan organoleptik penyimpanan pada suhu ruangan dan suhu lemari pendingin.
Tabel 3. Organoleptic observation of storage at room temperature and refrigerator temperature.

Storage duration (days)


Observation Formulation
1 3 6 9 12 18 24
F1a - - - - - - -
F1b - - - - - - -
Color
F2a - - - - - - -
F2b - - - - - - -
F1a - - - - - - -
F1b - - - - - - -
Odor
F2a - - - - - - -
F2b - - - - - - -
F1a - - - - - - -
F1b - - - - - * -
Appearance
F2a - - - - - - -
F2b - - - - * - -
Remarks:
(-) : Color, odor, appearance stable
(*) : Separation occurs, reversible

33
Ardiansyah

F1a: Oral solution with sweetener, F2a: Oral solution with sweetener,
preservative, and buffer in a minimum preservative, and buffer in a maximum
range; storage condition at room range; storage condition at room
temperature (2528C). temperature (2528C).
F1b: Oral solution with sweetener, F2b: Oral solution with sweetener,
preservative, and buffer in a minimum preservative, and buffer in a maximum
range; storage condition at refrigerator range; storage condition at refrigerator
temperature (34C). temperature (34C).

Gambar 2. pH suspensi selama penyimpanan.


Figure 2. pH of the suspension during storage.

Tabel 4. Hasil uji aflatoksin dan mikroorganisme.


Tabel 4. Aflatoxin and microorganism test results.

Result
Parameter Unit Method
F1a F2a
AOAC.968.22
Aflatoxin :
(49.2.08.2005)
B1 g/kg <3.86 <3.86
B2 g/kg <1.11 <1.11
G1 g/kg <3.86 <3.86
G2 g/kg <1.11 <1.11
Microbial contamination:
Total Plate Count
Colonies/mL <1 <1 ISO 4833 : 2003 (E)
30C 72 h
BAM 2002 chapter 4
Escherichia coli APM/mL <3 <3
(Feng et al., 2002)
Salmonella sp. /25 mL Negatif Negatif ISO 6579 : 2002 (E)
BAM 2001 chapter 12
Staphylococcus aureus Colonies/mL 0 0
(Bennett & Gayle, 2001)
BAM 2001 chapter 18
Mold Colonies/mL <1 <1
(Tournas et al., 2001)
BAM 2001 chapter 18
Yeast Colonies/mL <1 <1
(Tournas et al., 2001)
ISO TS 21872-1:
Vibrio cholerae /mL negatif negatif
2007 (E)

34
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2016 1(1): 2937

Pembahasan tubuh dari stres oksidatif dan penyakit


degeneratif, termasuk kanker tertentu. Spesies
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol dan Teripang seperti H. scabra, H. Leucospilota,
Ekstrak Etanol dan S. chloronotus memiliki potensi untuk
Kemampuan antioksidan mereduksi dikembangkan sebagai sumber antioksidan
DPPH dapat dievaluasi dengan memantau (Althunibat et al., 2009). Selain itu, senyawa
penurunan absorbansinya pada 515528 nm polipeptida yang diisolasi dari spesies
sebagai akibat hidrazin yang dibentuk DPPH Teripang Acaudina molpadioides dilaporkan
menghasilkan larutan kuning atau spin juga memiliki antivitas antioksidan (Huihui et
elektron resonansi. Uji DPPH adalah metode al., 2010).
yang paling sering digunakan dan pereaksi
dapat dibuat langsung ketika akan melakukan Karakteristik Suspensi Oral
pengujian, tidak seperti tes antioksidan lain Perbedaan kekentalan dan kekeruhan
(Krystyna & Pekal, 2013). Pada percobaan ini, antara suspensi F1 dan F2 dipengaruhi oleh
asam askorbat digunakan sebagai pembanding. perbedaan sorbitol yang ditambahkan.
Asam askorbat dipilih karena zat tersebut Formulasi sediaan dalam bentuk cair
lazim digunakan dan merupakan antioksidan mempunyai banyak keuntungan, yaitu
kuat serta dapat bereaksi secara cepat (kurang kemudahan dalam penentuan dosis,
dari 30 menit), sehingga mudah diamati dan kemudahan untuk ditelan, dan pertimbangan
diukur. Pengujian aktivitas antioksidan ketersediaan. Selain itu, dalam formulasi cair,
menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi molekul sudah dalam fase terdispersi,
ekstrak metanol Teripang, ekstrak etanol sehingga memudahkan proses penyerapan obat
Teripang, atau asam askorbat menyebabkan (Sarfaraz, 2004).
aktivitas antioksidannya semakin meningkat.
IC50 merupakan konsentrasi antioksidan Organoleptik Suspensi Oral F1 dan F2
yang dapat menghambat 50% radikal bebas. Selama pengamatan ditemukan adanya
Hal ini berarti semakin rendah IC50 maka pemisahan antara fase cair dan fase padat pada
kekuatan antioksidannya semakin tinggi. Hasil hari ke-12 (formula F2b) dan hari ke-18
penghitungan menunjukkan IC50 ekstrak (formula F1b). Akan tetapi, sediaan pada
metanol Teripang sebesar 232,54 ppm, IC50 kedua formula tersebut dapat homogen
ekstrak etanol Teripang 157,38 ppm, dan IC50 kembali setelah dikocok. Hal ini dapat terjadi
asam askorbat 30,29 ppm. Bila dibandingkan, karena berbagai faktor, di antaranya sifat
maka IC50 ekstrak metanol dan etanol Teripang antarmuka, lapisan listrik ganda, pembasahan,
terhadap IC50 asam askorbat masing masing sistem flokulasi dan deflokulasi, faktor
adalah 8:1 dan 5:1. Hal ini menjelaskan stabilitas (sedimentasi, efek ukuran partikel,
suspensi yang dibuat dari ekstrak kasar adalah pertumbuhan kristal), serta aspek rheologi
yang memiliki aktivitas antioksidan yang (Kulshreshtha et al., 2010).
paling tinggi, yaitu ekstrak etanol. Pembuatan
formulasi dilakukan untuk menunjukkan Kestabilan pH Suspensi Oral
bahwa formula yang dibuat tidak Gambar 2 menunjukkan bahwa tidak
menghilangkan aktivitas antioksidan pada terdapat perubahan pH yang signifikan selama
ekstrak. 24 hari pengamatan untuk masing-masing
Dibandingkan dengan metode formula. Perbedaan rentang pH antara formula
Althunibat et al. (2009), penelitian ini F1 dan F2 disebabkan penambahan asam sitrat
menghasilkan antioksidan dengan IC50 yang yang berfungsi sebagai dapar. Asam sitrat
lebih rendah. Hasil IC50 yang diperoleh dari akan menghasilkan rentang pH 2,16,2 (Gad,
ekstrak organik dengan metode Althunibat 2008). Pemilihan dapar yang cocok tergantung
adalah lebih dari 10 mg/mL atau setara dengan dari pH dan kapasitas dapar yang diinginkan.
lebih dari 10.000 ppm, sedangkan pada Dapar ini harus dapat tercampurkan dengan
penelitian ini ekstrak metanol dan etanol yang senyawa lain dan mempunyai toksisitas yang
dihasilkan memiliki IC50 kurang dari 10.000 rendah (Lachman et al., 1986).
ppm. Suspensi yang disimpan pada suhu
Ekstrak Teripang memiliki jumlah total ruangan (F1a dan F2a) memiliki kestabilan
fenol dan flavonoid yang cukup sebagai yang sama baiknya dengan yang disimpan
antioksidan yang efektif untuk melindungi pada suhu rendah ditinjau dari organoleptik,

35
Ardiansyah

kestabilan fisik, dan kestabilan pH. Akan Persantunan


tetapi, suspensi yang disimpan dalam lemari
pendingin (F1b dan F2b) mengalami Penelitian ini dapat terselesaikan berkat
pemisahan, walaupun dapat kembali seperti dukungan dana dari DIPA tahun 2014 dan atas
semula setelah pengocokan. Pengujian bimbingan Bapak Abdullah Rasyid selaku
selanjutnya (pengukuran kandungan jamur dan peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
mikroba) dilakukan terhadap suspensi F1a dan
F2a saja. Pengujian kandungan jamur dan
mikroba tidak dilakukan terhadap suspensi Daftar Pustaka
F1b dan F2b karena kondisi penyimpanan
pada suhu 34C mengurangi kemungkinan Althunibat OY, BH Ridzwan, M Taher, MD
jamur dan mikroba tumbuh. Jamaludin, MA Ikeda & BI Zali. 2009. In
vitro antioxidant and antiproliferative
Kandungan Jamur dan Mikroorganisme activities of three Malaysian sea cucumber
dalam Suspensi Oral species. Eur. J. Sci.Res., 37: 376387.
Alat yang digunakan memiliki AOAC International. 2000. Section 49.2.08
sensitivitas yang rendah, sehingga hasil (AOAC Method 968.22) for peanut
pengukuran hanya menunjukkan angka products. In : Official methods of analysis,
pengukuran yang kurang dari atau lebih dari 17th Edition. Gaithersburg. MD, USA.
nilai tertentu. Tabel 4 menunjukkan jumlah Bennett RW & AL Gayle. 2001. Analytical
pengawet minimal yang terdapat dalam F1a Manual Staphylococcus aureus.
sudah cukup untuk mempertahankan Bacteriological Analytical Manual Chapter
kestabilan terhadap mikroorganisme. Oleh 12, 8th Edition.
karena itu, pengujian antioksidan dilakukan Birkeland C. 1989. The influence of echino-
terhadap formula F1a saja yang memiliki derms on coral-reef communities. In: M
kestabilan organoleptik, pH, dan Jangoux and JM Lawrence (Editors). A. A.
mikroorganisme dalam rentang kadar pemanis, Balkema, Rotterdam. p. 1-79.
pengawet, dan dapar minimal. Bordbar S, A Farooq & S Nazamid. 2011.
High-Value Components and Bioactives
Aktivitas Antioksidan dalam Suspensi from Sea Cucumbers for Functional
Setelah dilakukan pengukuran terhadap FoodsA Review. Mar. Drugs, 9: 1761
suspensi, persentase inhibisi suspensi 1805.
menunjukkan bahwa masih terdapat aktivitas Bruckner AW, KA Johnson & JD Field. 2003.
antioksidan, yaitu sebesar 42,11%. Hal ini Conservation strategies for sea cucumbers:
menunjukkan bahwa zat tambahan pada Can a CITES Appendix II listing promote
suspensi tidak memengaruhi aktivitas sustainable international trade? SPC Beche-
antioksidan. de-mer Inf. Bull., 18: 2433.
Choo PS. 2008. Population status, fisheries
and trade of sea cucumbers in Asia. In: V.
Kesimpulan Toral-Granda., A. Lovatelli and M.
Vasconcellos (eds). Sea cucumbers: A
Ekstrak etanol Teripang memiliki global review of fisheries and trade. FAO
aktivitas antioksidan lebih tinggi daripada Fisheries and Aquaculture Technical Paper
ekstrak metanol Teripang, tetapi masih lebih No. 516. FAO. Rome. p. 81118.
rendah daripada asam askorbat. Ekstrak etanol Feng P, SD Weagant, MA Grant & W
Teripang dapat digunakan sebagai sumber Burkhardt. 2002. Enumeration
antioksidan dalam suspensi. Formulasi of Escherichia coli and the Coliform
potensial sebagai sumber antioksidan adalah Bacteria. Bacteriological Analytical
formula yang stabil tanpa memengaruhi Manual Chapter 4, 8th Edition.
aktivitas antioksidan zat aktif. Formula paling Gad SC. 2008. Pharmaceutical
stabil (F1a) menunjukkan bahwa masih Manufacturing Handbook: Production and
terdapat aktivitas antioksidan, yaitu sebesar Processes. John Wiley & Sons Inc.
42,11%. Hoboken, New Jersey. 1384 pp.

36
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2016 1(1): 2937

Huihui C, Y Ping & L Jianrong. 2010. The Sarfaraz KN. 2004. Handbook of
preparation of collagen polypeptide with Pharmaceutical Manufacturing
free radical scavenging ability purified Formulations Liquid Products 3. CRC
from Acaudina molpadioides Semper. J. Press LLC. USA. 51 pp.
Chin. Inst. Food Sci. Technol 2010-01. Shiell G. 2004. Field observations of juvenile
International Organization for Standardization. sea cucumbers. SPC Beche-de-mer Inf.
2002. Microbiology of food and animal Bull., 20: 611.
feeding stuffs - Horizontal method for the Tournas V, ME Stack, PB Mislivec, HA Koch
detection of Salmonella spp. ISO & R Bandler. 2001. Analytical Manual
6579:2002. Yeasts, Molds and Mycotoxins.
International Organization for Standardization. Bacteriological Analytical Manual Chapter
2003. Microbiology of food and animal 18, 8th Edition.
feeding stuffs - Horizontal method for the United States Pharmacopeial Convention.
enumeration of microorganisms-Colony- 2009. USP General Chapter on
count techique at 30oC. ISO 4833:2003 (E). Pharmaceutical Dosage Forms in United
International Organization for Standardization. States Pharmacopeia vol 32. 1151 pp.
2007. Microbiology of food and animal Weiner ML & LA Kotkoskie. 2000. Drugs
feeding stuffs - Horizontal method for the and The Pharmaceutical Science: Excipient
detection of potentially enteropathogenic toxicity and safety volume 103. Marcel
Vibrio spp.-Part 1: Detection of Vibrio Dekker Inc. New York. 64 pp.
parahaemolyticus and Vibrio cholerae. Wen J, C Hu & S Fan. 2010. Chemical
ISO/TS 21872-1:2007. composition and nutritional quality of sea
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. cucumbers. J. Sci. Food Agric., 90: 2469
2015. Farmakope Indonesia Edisi V. 2474.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Zheng W & Wang SY. 2003. Oxygen Radical
Makanan. Jakarta. 1352 pp. Absorbing Capacity of Phenolics in
Krystyna P & A Pekal. 2013. Application of Blueberries, Cranberries, Chokeberries, and
free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) Lingonberries. J. Agric. Food Chem.,
to estimate the antioxidant capacity of food 51(2): 502509.
samples. Anal. Methods journal of The
Royal Society of Chemistry, 5: 4288.
Kulshreshtha AK, ON Singh & GM Wall.
2010. Pharmaceutical Suspensions: From
Formulation Development to
Manufacturing. Springer. New York: 39
65.
Lachman L, HA Lieberman & JL Kaniq. 1986.
The Theory and Practice of Industrial
Pharmacy. Lea&Febiger. USA. 460 pp.
Lien AP, H Hua & C Pham-Huy. 2008. Free
Radicals, Antioxidants in Disease and
Health. Int J Biomed Sci., 4(2): 8996.
Mensor LL, SM Fabio, GL Gildor, SR
Alexander, CD Tereza, SC Cintia & GL
Suzane. 2001. Screening of Brazilian plant
extracts for antioxidantactivity by the use
of DPPH free radical methods. Phytother.
Res., 15: 127130.
Rowe RC, PJ Sheskey & SC Owen. 2000.
Handbook Of Pharmaceutical Excipients,
Third Edition. Pharmaceutical Press
London, United Kingdom dan American
Pharmaceutical Association. Washington
D.C. p. 120, 185, 609, 662, 718.

37

Vous aimerez peut-être aussi