Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Ayat di atas memuat pujian Allah SWT kepada Rasul pilihan-Nya Muhammad SAW.
Bahwa memang tidak ada manusia yang lebih sempurna akhlaknya daripada beliau
dan merupakan suatu anugerah dari Allah SWT yang telah memberi taufik
kepadanya.
Tidak ada satu pun kebagusan dan kemuliaan melainkan didapatkan pada diri
beliau dalam bentuk yang paling sempurna dan paling utama. Hal ini pun
diakui oleh para sahabat yang menyertai hari-hari beliau sebagaimana
dinyatakan Anas bin Malik radhiyallahu anhu:
Aku berkhidmat kepada beliau ketika safar maupun tidak. Demi Allah
terhadap suatu pekerjaan yang terlanjur aku lakukan, tidak pernah beliau
berkata Kenapa engkau lakukan hal tersebut demikian? Sebalik bila ada
suatu pekerjaan yg belum aku lakukan tidak pernah beliau berkata
Mengapa engkau tdk lakukan demikian?. Demikian pengakuan Anas
radhiyallahu anhu.
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha ketika ditanya oleh Sad bin Hisyam bin
Amir tentang akhlak Rasulullah SAW ia menjawab:
Bahwa gambaran apa saja yg diperintahkan Al-Qur`an pasti beliau lakukan. Dan apa
saja yang dilarang Al-Qur`an beliau tinggalkan. Selain memang Allah SWT telah
menciptakan beliau dengan sebaik-baik tabiat dan akhlak seperti rasa malu,
dermawan, berani, penuh pemaaf, sangat sabar dan lain sebagai dari perangai-
perangai yg baik.
Kebagusan akhlak ini tampak dari diri beliau ketika bergaul dengan istri sanak
family sahabat masyarakat bahkan dengan musuhnya. Tidak heran masyarakat
Quraisy yang paganis ketika itu memberi gelar pada beliau Al-Amin, yakni orang
yang terpercaya, jujur, tidak pernah dusta, lagi amanah, sebagai bentuk pengakuan
terhadap salah satu pekerti beliau yang mulia.
Bahkan didapati beliau adalah orang yang perhatian terhadap pekerjaan dalam
rumah. Sebagaimana persaksian Aisyah radhiyallahu anha ketika ditanya
tentang apa yang dilakukan Rasulullah SAW ketika di rumah.
Sifat penuh pengertian kelembutan kesabaran dan mau memaklumi keadaan istri
amat lekat pada diri Rasul. Aisyah radhiyallahu anha berbagi cerita tentang kasih
sayang dan pengertian beliau SAW:
Termasuk akhlak Nabi SAW beliau sangat baik hubungan dengan para
istri beliau. Wajahnya senantiasa berseri-seri suka bersenda gurau dan
bercumbu rayu bersikap lembut terhadap mereka dan melapangkan
mereka dalam hal nafkah serta tertawa bersama istri-istrinya.Sampai-
sampai beliau pernah mengajak Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu
anha berlomba lari utk menunjukkan cinta dan kasih sayang beliau
terhadapnya.
Dari rumah beliau yang penuh berkah itulah memancar cahaya Islam, sedangkan
beliau sendiri tidak mendapatkan makanan yang dapat mengganjal perut beliau.
An-Numan bin Basyir menuturkan kepada kita keadaan Rasulullah SAW:
Tidak ada satu perkara pun yang melalaikan Rasulullah SAW dari beribadah dan
berbuat ketaatan. Apabila sang muadzin telah mengumandangkan azan; Marilah
tegakkan shalat! Marilah menggapai kemenangan! beliau segera
menyambut seruan tersebut dan meninggalkan segala aktifitas duniawi.
Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: Aku pernah bertanya kepada
Aisyah radhiyallahu anha: Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah SAW
di rumah? Aisyah radhiyallahu anha menjawab: Beliau biasa membantu
keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk
menunaikan shalat). (HR. Muslim)
Tidak satupun riwayat yang menyebutkan bahwa beliau mengerjakan shalat fardhu
di rumah, kecuali ketika sedang sakit. Beliau SAW pernah terserang demam yang
sangat parah. Sehingga sulit baginya untuk keluar rumah, yakni sakit yang
mengantar beliau menemui Allah SAW.
Imam Al-Bukhari membawakan perkataan Aisyah ini dalam dua bab yaitu Bab
tentang bagaimanakah seorang (suami) di keluarganya (istrinya)? dan Bab
seseorang membantu istrinya
Berkata Ibnu Hajar, Hadits ini menganjurkan untuk bersikap rendah diri dan
meninggalkan kesombongan serta seorang suami yang membantu istrinya. (Fathul
Bari II/163)
Hal ini tidak sebagaimana yang kita lihat pada sebagian suami yang merasa terhina
jika melakukan hal-hal seperti ini, merasa rendah jika membantu istrinya mencuci,
meneyelesaikan beberapa urusan rumah tangga, apalagi jika mereka adalah para
suami berjas (alias kantoran). Maka seakan-akan pekerjaan seperti ini tidak pantas
mereka kerjakan. Atau mereka merasa ini hanyalah tugas ibu-ibu dan para suami
tidak pantas dan tidak layak untuk melakukannya.
Dari Anas bin Malik berkata, Suatu saat Nabi SAW di tempat salah seorang
istrinya maka salah seorang istri beliau (yang lain) mengirim sepiring
makanan. Maka istri beliau yang beliau sedang dirumahnyapun memukul
tangan pembantu sehingga jatuhlah piring dan pecah (sehingga makanan
berhamburan). Lalu Nabi SAW mengumpulkan pecahan piring tersebut dan
mengumpulkan makanan yang tadinya di piring, beliau berkata, Ibu
kalian cemburu. (HR Al-Bukhari V/2003 no 4927)
Rasulullah SAW adalah sosok pribadi yang dalam prilaku kesehariannya selalu
mencerminkan akhlakul karimah.
Berikut ini adalah realitas kehidupan Rasulullah yang dapat menjadi renungan kita
semua dan dapat kita jadikan sebagai suri tauladan
Setitik air mata kepedihan yang mengalir dari kelopak mata seorang putri adalah
sepercik api yang membakar jantung. Beliau pun tak kuasa menahan getir, lalu
menangis tersedu-sedu di sisi sang putri. Juga, secercah duka yang menyelinap ke
dalam hati adalah rintihan jiwa yang terasa mencekik leher, dan hampir pula
menyuluti emosinya untuk membalas. Tetapi Rasul Muhammad adalah seorang
yang sabar dan pemaaf. lalu, apakah yang beliau lakukan dengan tangis putrinya
yang baru saja kehilangan sang ibu tercinta itu?
Inilah akhlak cantik yang telah diperlihatkan oleh Rasul kepada kita semua,
menolak kejahatan dengan kebaikan meskipun ajaran agama memberikan
kesempatan pada rasul yang telah diperlakukan secara tidak manusiawi (dzalim)
untuk mengadakan perlawanan demi membela diri, bahkan, apabila mau bisa
membalas . namun rasulullah memilih sabar dan memaafkan perbuatan keji
tersebut.
Tak seorangpun yang mereka cintai lebih dari cinta kepada Rasulullah
SAW tapi jika mereka melihat Rasululloh tidak berdiri menghormati beliau
karena mereka tahu bahwa beliau benci kepada hal yang yang serupa.
(HR. Ahmad dan Turmudzi).
Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi pekerti
Rasulullah tercinta, Sayyidina Muhammad SAW hingga salah seorang isteri beliau,
Sayyidatina Aisyah Rodhiyallahuanha mengatakan bahawa akhlak Rasulullah
adalah Al-Quran.
Tidak satu perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau,
melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya perilaku
seharian beliau. Rasulullah SAW adalah sosok yang mandiri dengan sifat tawadhu
yang tiada tandingnya.
Beliau pernah menjahit sendiri pakaiannya yang koyak tanpa harus menyuruh
isterinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah seorang yang ringan tangan dan tidak
segan-segan untuk membantu pekerjaan istrinya di dapur.
Selain itu dikisahkan bahwa beliau tiada merasa canggung makan disamping
seorang tua yang penuh kudis, kotor lagi miskin. Beliau adalah seorang yang paling
sabar dimana ketika itu pernah kain beliau ditarik oleh seorang badui hingga
membekas merah dilehernya, namun beliau hanya diam dan tidak marah.
Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami shalat berjemaah,
para sahabat mendapati seolah-olah setiap kali beliau berpindah rukun terasa susah
sekali dan terdengar bunyi yang aneh. Selepas shalat, salah seorang sahabat,
Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya,
Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh
Rasulullah SAW bergerak.
Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami shalat berjemaah,
para sahabat mendapati seolah-olah setiap kali beliau berpindah rukun terasa susah
sekali dan terdengar bunyi yang aneh. Selepas shalat, salah seorang sahabat,
Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya,
Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh
Rasulullah SAW bergerak.
Diriwayatkan oleh Yakub bin al-Fasawy dari Hassan bin Ali r.a, dia berkata, Pernah
aku tanyakan kepada bapa saudaraku yang bernama Hindun bin Abi Haala
kerana dia adalah seorang yang pandai sekali dalam menyifatkan tentang
peribadi Rasulullah SAW, dan aku sangat senang sekali mendengarkan
sifat Rasulullah SAW untuk aku jadikan bahan ingatan.
Maka katanya, Rasulullah SAW adalah agung dan diagungkan, wajahnya berkilauan
bagaikan bulan purnama, tingginya cukup (tidak pendek dan tidak jangkung),
dadanya lebar (bidang), rambutnya selalu rapi dan terbelah di tengahnya,
rambutnya panjang sampai pada hujung telinganya, dan berambut banyak,
mukanya bergabung menjadi satu, di antara kedua alisnya ada urat yang dapat
dilihat pada waktu Baginda sedang marah, hidungnya membungkuk di tengahnya
dan kecil lubangnya, nampak sekali padanya cahaya, sehingga orang yang
memperhatikannya mengira hidung Baginda itu tinggi (mancung).
Janggutnya (jambang) lebat, bola matanya sangat hitam sekali, kedua pipinya
lembut (halus), mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang, pada dadanya
tumbuh bulu halus, lehernya indah seperti berkilauan saja, bentuknya sedang, agak
gemuk dan gesit (lincah), antara perut dan dadanya sama (tegak), dadanya lebar,
di antara dua bahunya melebar, tulangnya besar, kulitnya bersih, antara dada
sampai ke pusarnya ditumbuhi bulu halus seperti garis, pada kedua teteknya dan
pada perutnya tidak ada bulu, sedangkan pada kedua hastanya dan kedua bahunya
dan pada dadanya ditumbuhi bulu, lengannya panjang, telapaknya lebar, halus
tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang
hujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak terkena tanah apabila Baginda sedang
berjalan, kedua telapak kakinya lembut (licin) tidak ada lipatan dan kerutan.
Apabila berjalan derapan kakinya itu terangkat tinggi seolah-olah air yang sedang
jatuh (jalannya ringan, kakinya terangkat, tetapi tidak seperti jalannya orang yang
sombong), jalannya tunduk dan menunjukkan kehebatan, apabila berjalan, maka
jalannya agak cepat bagaikan dia turun dari tempat yang tinggi, apabila menoleh,
Baginda menolehkan seluruh badannya, matanya selalu tertunduk ke bawah, dan
pandangannya sentiasa memperhatikan sesuatu dengan bersungguh-sungguh,
selalu berjalan dengan para sahabatnya, dan selalu memulai dengan salam apabila
Baginda berjumpa dengan
sesiapa pun.
Jawabnya,
Kebiasaan Rasulullah SAW tidak pernah duduk ataupun berdiri melainkan
dengan berzikir, tidak pernah menguasai tempat duduk dan Baginda
melarang seseorang untuk menguasai tempat duduk, dan apabila Baginda
sampai pada tempat orang yang sedang berkumpul maka Baginda duduk
di mana ada tempat terluang (tidak pernah mengusir orang lain dari
tempat duduknya) dan Baginda juga menyuruh berbuat seperti itu.
Dan apabila ada yang meminta pada Baginda sesuatu hajat maka Baginda
selalu memenuhi permintaan orang itu, atau apabila tidak dapat
memenuhinya Baginda selalu berkata kepada orang itu dengan perkataan
yang baik. Semua orang selalu puas dengan budi pekerti Baginda
sehingga mereka selalu dianggap sebagai anak Baginda dalam kebenaran
dengan tidak ada perbezaan sekikit pun di antara mereka dalam
pandangan Baginda.
Kemudian majlis Baginda itu adalah tempatnya orang yang ramah-tamah,
malu, orang sabar dan menjaga amanah, tidak pernah di majlisnya itu ada
yang mengeraskan suaranya, di majlisnya itu tidak akan ada yang
mencela seseorang jelek dan tidak akan ada yang menyiarkan kejahatan
orang lain. Di majlisnya itu mereka selalu sama rata, yang dilebihkan
hanya ketakwaan saja, mereka saling berlaku rendah diri (bertawadhu)
sesama mereka, yang tua selalu dihormati dan yang muda selalu
disayangi, sedangkan orang yang punya hajat lebih diutamakan
(didahulukan) dan orang-orang asing (ghorib) selalu dimuliakan dan dijaga
perasaannya.
Namun apabila Baginda sedang berbicara maka pembicaraannya itu akan membuat
orang
yang ada di sisinya menjadi tunduk, seolah-olah di atas kepala mereka itu ada
burung yang hinggap. Apabila Baginda sedang berbicara maka yang lain diam
mendengarkan, namun apabila diam maka yang lain berbicara, tidak ada yang
berani di majlisnya untuk memutuskan pembicaraan Beliau.
Beliau sentiasa ikut tersenyum apabila sahabatnya tersenyum (tertawa), dan ikut
juga takjub (hairan) apabila mereka itu merasa takjub pada sesuatu, dan Baginda
sentiasa bersabar apabila menghadapi seorang baru (asing) yang atau dalam
permintaannya sebagaimana sering terjadi.
Beliau bersabda, Apabila kamu melihat ada orang yang berhajat maka tolonglah
orang itu, dan Baginda tidak mahu menerima pujian orang lain kecuali dengan
sepantasnya, dan Baginda tidak pernah memotong pembicaraan orang lain sampai
orang itu sendiri yang berhenti dan berdiri meninggalkannya.
Jawabnya,
Diamnya Rassulullah SAW terbagi dalam empat keadaan : diam karena berlaku
santun, diam karenaa selalu berhati-hati, diam untuk mempertimbangkan sesuatu
dan diam karena sedang berfikir.
Pribadi Rasulullah sAW sentiasa berlaku santun dan sabar dan Baginda tidak pernah
membuat kemarahan seseorang dan tidak pernah membuat seseorang
membencinya, dan Baginda sentiasa berlaku hati-hati dalam segala perkara; selalu
suka pada kebaikan, dan berbuat sekuat tenaga untuk kepentingan dan demi
kebaikan mereka itu baik di dunia mahupun kelak di akhirat.
Rasulullah SAW adalah suri teladan kita. Beliau dijuluki sebagai The Living
Quran (Alquran hidup). Dan ini diperkuat oleh pernyataan Aisyah RA,
Akhlak beliau (Rasulullah) adalah Alquran. (HR Abu Dawud dan Muslim).
Sejak kecil Nabi Muhammad SAW hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaan.
Rumah beliau di samping sebelah timur Masjid Nabawi, sangat kecil. Atapnya
rendah terbuat dari rumbia kurma yang bisa disentuh tangan karena pendeknya.
Di dalam rumah beliau nyaris tak ada perabot. Yang tampak hanya tempat minum
beliau yang terbuat dari kayu keras yang dipatri dengan besi dan sebuah baju besi
yang biasa dipakai beliau ketika berperang. Baju besi inipun konon menjelang Nabi
SAW wafat digadaikan kepada seorang Yahudi. Tempat tidur beliau selembar tikar
dari anyaman pelepah kurma.
Pernah seorang sahabat menawarkan tempat tidur yang lebih layak bagi seorang
Rasul Allah. Namun, beliau menjawab, Apalah artinya dunia bagiku bukankah
engkau rela mereka memperoleh dunia sedangkan kita memperoleh akhirat?
Begitulah gambaran kesederhanaan beliau yang tidak butuh dunia dan tidak silau
dengan gemerlapnya harta.
Rasulullah SAW juga sangat rendah hati. Walau seorang pemimpin agung, beliau
tidak mau disanjung dan dihormati serta dielu-elukan. Anas bin Malik RA berkata,
Para sahabat yang mau berdiri menyambut kehadiran Rasulullah, tidak
jadi berdiri, ketika tahu bahwa Rasulullah tidak mau dihormati seperti
itu. (HR Ahmad).
Walau beliau sibuk dengan pekerjaannya, tapi jika mendengar azan, beliau segera
ke masjid. Belum pernah Rasulullah shalat di rumah kecuali shalat sunah. Sifat
Rasulullah yang lain ialah mudah berkomunikasi dengan siapa pun, berlaku sopan,
lemah lembut, sabar, tidak pernah marah walau disakiti, namun wajah beliau akan
berubah merah padam bila melihat kemungkaran atau hak-hak Allah diinjak-injak
dan dihina.
Dan Rasulullah SAW tidak pernah mau mengecewakan orang lain, sebagaimana
diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa seorang wanita ( Barirah RA) seorang
budak wanita miskin dari Afrika, ia mengundang Rasul SAW karena diberi makanan
oleh salah seorang sahabat makanan yang sangat enak, maka ia tidak berani
memakannya karena sudah lama ingin mengundang Rasul SAW tapi malu tidak
punya apa-apa.
Maka ketika datang makanan enak sebelum ia ingin mencicipinya, seumur hidup dia
belum mencicipinya dia teringat kepada Rasul SAW, aku ingin Rasul datang
mumpung ada makanan yang enak padahal seumur hidup dia belum mencicipi
makanan itu.
Barirah yang susah ini pun datang mengundang Rasul SAW ke rumahnya, maka
Rasul SAW datang bersama para sahabat untuk menyenangkan Barirah RA seorang
budak wanita yang miskin, Rasul saw tidak ingin mengecewakan orang lain maka
datang Sang Nabi bersama para sahabat, para sahabat melihat makanan yang
sangat enak dan mahal tidak mungkin Barirah membelinya sendiri, maka berkata
para sahabat :
Yaa Rasulallah barangkali ini adalah makanan zakat, sedangkan engkau tidak
boleh memakan zakat dan shadaqah , kalau bukan makanan zakat ya makanan
shadaqah, tentunya kau tidak boleh memakannya
Berubahlah hati Barirah dalam kekecewaan, hancur hatinya dengan ucapan itu
walau ucapan itu benar Rasul SAW tidak boleh memakan shadaqah dan zakat,
namun ia tidak teringat akan hal itu karena memang ia di sedekahi makanan ini,
hancur perasaan Barirah RA dan bingung juga risau dan takut serta kecewa dan
bingung karena sudah mengundang Rasul SAW untuk makan makanan yang
diharamkan pada Rasulullah SAW.
Namun bagaimana manusia yang paling indah budi pekertinya dan bijaksana, maka
Rasul SAW berkata : Makanan ini betul shadaqah untuk Barirah dan sudah
menjadi milik Barirah, Barirah menghadiahkan kepadaku maka aku boleh
memakannya , dan Rasul SAW pun memakannya.
Demikianlah jiwa yang paling indah tidak ingin mengecewakan para fuqara, itu
makanan sedekah betul untuk Barirah tapi sudah menjadi milik Barirah dan Barirah
tidak menyedekahkannya padaku ( Rasulullah SAW ) tapi menghadiahkannya
kepadaku demikian indahnya Sayyidina Muhammad SAW,
Tiba-tiba pedang terlepas dari tangannya, sebagai satu mukjizat ALLAH pada
Rasulullah. Maka Rasulullah pun mengambil pedang itu dan mengangkatnya ke
hadapan musuh dan bertanya,
Jika dinilai bahwa Rasulullah s.a.w. adalah sempurna di dalam kedua bentuk sifat
akhlak melalui pembuktian di atas, maka melalui itu dibuktikan juga keluhuran
akhlak para Nabi-nabi lainnya dan dengan demikian telah meneguhkan Kenabian
mereka, kitab-kitab yang mereka bawa serta kenyataan bahwa mereka semua
adalah kekasih Allah SWT.
Di sebuah sudut Kota Madinah, selalu mangkal seorang pengemis Yahudi buta.
Setiap orang yang mendekati, ia selalu berkata, Wahai Saudaraku, jangan engkau
dekati Muhammad yang mengaku sebagai Rasul itu. Dia gila, pembohong, dan
tukang sihir. Jika kamu mendekatinya, dia akan memengaruhimu.
Walau begitu busuk hati dan perbuatan pengemis itu, setiap pagi Rasulullah selalu
membawakan makanan untuknya. Tanpa berkata, beliau menyuapi pengemis itu.
Rasulullah melakukan hal ini hingga wafat.
Ketika Abu Bakar berkunjung ke rumah Aisyah, beliau bertanya, Wahai anakku,
adakah sunah Rasulullah yang belum aku kerjakan? Aisyah menjawab, Wahai
ayah, engkau ahli sunah, hampir tidak ada sunah yang belum ayah lakukan, kecuali
setiap pagi Rasulullah pergi ke ujung pasar dengan membawa makanan untuk
seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana.
Keesokan harinya Abu Bakar pergi ke sudut pasar dengan membawa makanan. Abu
Bakar memberikan makanan kepada sang pengemis. Ketika mulai menyuapi,
pengemis marah sambil berteriak, Siapa kamu? Abu Bakar menjawab, Aku orang
yang biasa. Pengemis membantah, Engkau bukan orang yang biasa datang.
Apabila orang itu datang, tanganku tidak susah memegang dan mulutku tidak akan
susah mengunyah. Orang itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu
sebelum menyuapkannya kepadaku.
Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis sambil berkata jujur,
Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku sahabatnya. Orang
mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis
Yahudi itu mendengar cerita Abu Bakar, ia menangis dan berkata, Benarkah
demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah
memarahiku sedikit pun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi.
Ia begitu mulia. Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya masuk Islam dan
bersyahadat di hadapan Abu Bakar.
Tak menoleh gadis kecil itu ke arah suara yang menyapanya, matanya masih
menerawang tak menentu seperti mencari sesosok yang amat ia rindui
kehadirannya di hari bahagia itu. Ternyata, ia menangis lantaran tak memiliki baju
yang bagus untuk merayakan hari kemenangan.
Ayahku mati syahid dalam sebuah peperangan bersama Rasulullah, tutur gadis
kecil itu menjawab tanya lelaki di hadapannya tentang Ayahnya.
Seketika, lelaki itu mendekap gadis kecil itu. Maukah engkau, seandainya Aisyah
menjadi ibumu, Muhammad Ayahmu, Fatimah bibimu, Ali sebagai pamanmu, dan
Hasan serta Husain menjadi saudaramu? Sadarlah gadis itu bahwa lelaki yang
sejak tadi berdiri di hadapannya tak lain Muhammad Rasulullah SAW, Nabi anak
yatim yang senantiasa memuliakan anak yatim. Siapakah yang tak ingin
berayahkan lelaki paling mulia, dan beribu seorang Ummul Mukminin?
Begitulah lelaki agung itu membuat seorang gadis kecil yang bersedih di hari raya
kembali tersenyum. Barangkali, itu senyum terindah yang pernah tercipta dari
seorang anak yatim, yang diukir oleh Nabi anak yatim. Rasulullah membawa serta
gadis itu ke rumahnya untuk diberikan pakaian bagus, terbasuhlah sudah airmata.
Lelaki agung itu, shalawat dan salam baginya.
Sumamah adalah tokoh Hunaifiyah yang banyak membunuh para pemeluk agama
Islam. Namun pada akhirnya, ia tertangkap dan menjadi tawanan pihak muslim.
Tawanan itu pun diajukan ke hadapan Rasulullah. Segera setelah melihat Sumamah,
beliau memerintahkan para sahabat di sekelilingnya agar memperlakukannya
dengan baik. Sumamah sangat rakus bila makan, bahkan bisa melahap jatah
makanan sepuluh orang sekaligus tanpa merasa bersalah.
Setiap kali bertemu Nabi ia selalu mengatakan, Muhammad! Aku telah membunuh
orang-orangmu. Jika kamu ingin membalas dendam, bunuh saja aku! Namun jika
kamu menginginkan tebusan, aku siap membayar sebanyak yang kamu inginkan.
Sumamah menimpali, Tetapi itu saja tidak cukup! Kalian telah sering menyiksa
Muhammad. Pergilah kalian menemuinya dan minta maaflah pada beliau dan
berdamailah dengannya! Kalau tidak, maka aku tidak akan mengizinkan satu biji
gandum pun dari Imamah masuk ke Mekah.
Sumamah kembali ke kampung halamannya dan ia benar-benar menghentikan
suplai gandum ke Mekah. Bahaya kelaparan mengancam peduduk Mekah. Para
penduduk Mekah mengajukan permohonan kepada Rasulullah, Wahai Muhammad!
Engkau memerintahkan agar berbuat baik kepada kerabat dan tetangga. Kami
adalah kerabat saudaramu, akankah engkau membiarkan kami mati kelaparan
dengan cara seperti ini?
Seketika itu pula Rasulullah menulis surat kepada Sumamah, memintanya untuk
mencabut larangan suplai gandum ke Mekah. Sumamah dengan rela hati mematuhi
perintah tersebut. Penduduk Mekah pun selamat dari bahaya kelaparan. Seperti
yang sudah-sudah, setelah mereka kembali menerima suplai gandum, mereka mulai
mempersiapkan rencana busuk untuk menyingkirkan Rasulullah.
***
Mengapa Sumamah masuk Islam? Sumamah masuk Islam karena ia mendapat
perlakuan baik dari Rasulullah dan para sahabat. Padahal, saat itu Rasulullah punya
kuasa untuk menghabisi nyawa Sumamah, baik dengan tangannya sendiri maupun
melalui para sahabat. Kalaupun Sumamah dibunuh, wajar karena ia telah
membunuh banyak orang dari kaum Muslim.
Keluhuran budi Rasulullah Saw. tak diragukan lagi, baik terhadap kawan maupun
lawan. Beliau adalah sosok ideal yang layak kita tiru, tidak terkecuali dalam
dakwah. Dengan sikap lembutnya, beliau mampu menyuguhkan dakwah memikat.
Sejarah telah membuktikan kepada kita betapa Rasulullah Saw selalu berhasil
menaklukkan lawan bicara dan akhirnya mereka tertarik serta masuk Islam dengan
penuh kesadaran. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad Saw. dapat kita rasakan
hingga hari ini di mana Islam mampu menembus pelosok dunia yang semakin
mengglobal.
Jadi, cara bersyukur Rasulullah adalah dengan mengabdi dan beribadah kepada
Allah dengan sebanyak-banyaknya. Lalu bagaimana dengan kita, yang dosanya
senantiasa bertambah, sementara jaminan surga juga tidak ada?
Lalu beliau berbaring menunggu waktu subuh, beliau tetap menangis, sampai bilal,
sang muadzin datang memberitahukan bahwa waktu subuh telah datang. Kemudian
bilal melihat wajah Rasulullah bengkak, sembab.
Dan bilal pun bertanya: wahai baginda Rasul, mengapa anda menangis? Bukankah
Allah telah mengampuni segala dosa anda yang dahulu maupun yang akan datang.
Beliau menjawab: Wahai Bilal, celakalah, mengapa aku tidak menangis, padahal
malam ini, Allah telah menurunkan kepadaku firmanNya (surat Ali-Imran ayat: 190)
Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Kemudian Rasulullah
bersabda: sungguh celaka orang yang membacanya tanpa memikirkan
maknanya). Demikian secuil dari akhlak Rasulullah terhadap Allah SWT.
Pada satu hari, hadir di dalam satu majlis makan seorang fakir yang hitam legam
kulitnya. Berkudis badannya. Para sahabat nampaknya kurang senang dan bimbang
kalau-kalau si fakir ini duduk bersebelahan dengan mereka.
Tetapi apa reaksi Rasulullah s.a.w? Baginda bangun dan pegang tangan si fakir,
dipimpin dan dibawa masuk ke dalam majlis dan dibawanya duduk betul-betul
bersebelahan dengan baginda. Maka makanlah baginda dengan si fakir itu
bersama-sama. Begitulah rendah diri dan tawadhuknya baginda terhadap manusia.
Walhal nama baginda diletakkan di sisi nama Allah, selaku manusia yang paling
dikasihi oleh Allah.
Hingga kini nama itu masih disebut dan dilaungkan di seluruh dunia setiap masa
dan ketika. Namun begitu hatinya tetap merasakan dirinya hamba allah yang hina.
Tidak sedikit pun rasa sombong, angkuh dan takabbur. Sebab itu baginda boleh
memegang tangan si fakir yang kotor dan busuk itu untuk duduk bersebelahan
dengan baginda. Itulah akhlak yang menjadi contoh dan tauladan kita.
Rasulullah s.a.w pernah dicaci maki, dihalau dan dilontar dengan batu hingga
mengalir darah meleleh hingga ke kakinya oleh kaum Thaqif di Taif. Mereka itu
marah dengan Rasulullah karena baginda mengajak mereka kepada agama Islam.