Vous êtes sur la page 1sur 6

Jenis Poliketida Aromatic, contoh: doksorubisin, tetrasiklin, Aflatoksin

1. Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibiotik poliketida spektrum luas yang diproduksi dari genus
Streptomyces dari Actinobacteria. Umumnya digunakan untuk mengobati acne vulgaris.dijual
dengan beberapa nama dagang seperti Sumycin, Terramycin, Tetracyn, Panmycin, dan lain-lain.
Actisite yang berbentuk seperti benang serat digunakan dalam aplikasi kedokteran gigi. Ia juga
digunakan untuk memproduksi beberapa senyawa turunan semi-sintetik yang dikenal sebagai
antibiotik tetrasiklina. Tetrasiklin umumnya diproduksi oleh beberapa anggota dari genus
Streptomyces dan merupakan antibiotik yang umum digunakan untuk pengobatan manusia.
Namun, tetrasiklin juga sering digunakan untuk pengobatan hewan contohnya unggas.
Tetrasiklin termasuk antibiotik dengan spektrum luas karena menginhibisi hampir semua bakteri
gram-negatif maupun gram-positif.

Sifat, Fungsi, dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin

Sifat kimiawi tetrasiklin Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk
garam natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam
HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga
cepat berkurang potensinya. Golongan tetrasiklin adalah suatu senyawa yang bersifat amfoter
sehingga dapat membentuk garam baik dengan asam maupun basa. Sifat basa tetrasiklin
disebabkan oleh adanya radikal dimetilamino yang terdapat didalam struktur kimia tetrasiklin,
sedangkan sifat asamnya disebabkan oleh adanya radikal hidroksi fenolik.

Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya. Tetrasiklin apabila
bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) maka akan membentuk kompleks yang
inaktif sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum bersama dengan susu dan obat-obat antasida.
Obat ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini berada
dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu ditambahkan buffer. Dalam larutan
tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi mengandung buffer dengan pelarut propylen
glikol pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun pada suhu kamar sampai 45C. Bila pH lebih tinggi dari
7,5 maka tingkat kestabilan tetrasiklin akan menurun.
Mekanisme Kerja Tetrasiklin Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat
sintesis protein. Hal ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S sehingga
t-RNA tidak menempel pada ribosom yang mengakibatkan tidak terbentuknya amino asetil RNA.
Antibiotik ini dilaporkan juga berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun tetrasiklin
dapat menembus sel mamalia namun pada umumnya tidak menyebabkan keracunan pada
individu yang menerimanya.
Ada 2 proses masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang
disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk
maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino
pada lokasi asam amino.

2. Doksorubisin

Doksorubisin adalah senyawa golongan antrasiklin bersifat sitotoksik hasil isolasi dari
Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin digunakan untuk mengobati penyakit
leukimialain akut, limfoma, dan berbagai tumor padat.diberikan melalui suntikan intravena
dan sebagian besar dikeluarkan melalui empedu. Daunorubisin dihasilkan oleh Streptomyces
coeruleorubidus Mitoxantrone (mitozantrone) analog sintetis dari. Agen ini meiliki toksisitas
yang kurang dibandingkan dengan doxorubicin, dan efektif dalam pengobatan tumor padat
dan penyakit leukimia lain.
Doksorubisin menghambat aktivitas enzim topoisomerase II dengan cara menstabilkan bentuk
intermediet (cleaveable complex), saat untai DNA dipotong dan terikat secara kovalen dengan
residu tirosin dari topoisomerase II, sehingga penyambungan kembali untai DNA menjadi
terhambat. Formasi dan stabilitas kompleks doksorubisin-DNA topoisomerase II berdasarkan
struktur dari doksorubisin. Sistem cincin planar berperan penting dalam interkalasi dengan
DNA : cincin B dan C overlap dengan pasangan basa di dekatnya. Bagian struktur doksorubisin
yang tidak berinterkalasi dengan DNA berfungsi menjaga kestabilan kompleks doksorubisin-
DNA-topoisomerase II. Gugus amino dari gula doksorubisin (daunosamine) dapat berikatan
dengan fosfat gula DNA. Interkalasi ini menyebabkan penghambatan siklus sel pada fase G1 dan
G2 kemudian diikuti apoptosis (Minotti et al, 2004).

3. Aflatoksin

Aflatoksin adalah senyawa racun atau toksin yang dihasilkan oleh metabolit sekunder
kapang/jamur Aspergillus flavus dan A.parasiticus. Aflatoksi merupakan
segolongan mikotoksin (racun/toksin yang berasal dari fungi/kapang/jamur) yang sangat
mematikan dan karsinogenik (pemicu kanker) bagi manusia dan hewan. Tingginya kandungan
aflatoksin pada makanan/pakan akan berbuntut keracunan dan berakibat kematian, hal ini
menjadi tantangan bagi kita semua. Kondisi iklim indonesia, tropis hal ini membuat tingkat
kelembaban yang tinggi sehingga kendisi tersebut sangat cocok untuk pertumbuhan
kapang/jamur. Kapang ini biasanya ditemukan pada bahan pangan/pakan yang mengalami proses
pelapukan (Diener dan Davis 1969), antara biji kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, dan
bunga matahari), rempah-rempah (seperti ketumbar, lada, jahe, serta kunyit) dan serealia (seperti
padi, gandum, sorgum dan jagung).

Pertumbuhan aflatoksin dipacu oleh kondisi lingkungan dan iklim, seperti kelembapan,
suhu, dan curah hujan yang tinggi. Kondisi seperti itu biasanya ditemui di negara tropis seperti
Indonesia. Senyawa aflatoksin terdiri atas beberapa jenis, yaitu B1, B2, Gl, dan G2, namun yang
paling dominan dan mempunyai sifat racun yang tinggi dan berbahaya adalah aflatoksin B1
(Diener dan Davis 1969). Aflatoksin dapat mencemari kacang tanah, jagung, dan hasil
olahannya, serta pakan ternak. Hewan ternak yang mengonsumsi pakan tercemar aflatoksin akan
meninggalkan residu aflatoksin dan metabolitnya pada produk ternak seperti daging, telur, dan
susu. Hal tersebut menjadi salah satu sumber paparan aflatoksin pada manusia. Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan memberikan standart kadar aflatoksin dalam pakan
untuk ternak berdasarkan maksimal 50 ppb (part per bilion). Struktur kimia aflatoksin terlihat
pada gambar.

Aflatoksin dapat mengakibatkan penyakit dalam jangka pendek (akut) maupun jangka
panjang (kronis). Namun, keracunan akut jarang terjadi sehingga tingkat kewaspadaan
masyarakat terhadap pencemaran aflatoksin pada pangan dan pakan relatif rendah. Aflatoksin
juga dapat dijumpai pada susu yang dihasilkan hewan ternak yang memakan produk yang
terinfestasi kapang tersebut.

Masalah yang timbul jika mengonsumsi pangan yang mengandung aflatoksin :

Keracunan akut (aflatoksikosis), dengan gejala mual, muntah, kerusakan hati


hingga kematian pada kasus serius

Perkembangan anak dan pertumbuhan janin terganggu

Metabolisme protein terganggu

Kekebalan tubuh menurun

Kanker hati (Hepatocellular carcinoma (HCC)

Sifat Aflatoksin
Golongan metabolit fungi, punya struktur, biogenetik dan sifat toksikologis sama. Sifat umum,
ada dua cincin tetrahidrofuran, bergandengan pada ikatan 2,3, bagian molekul lain misal: xanton
(stregmatosistin), kumarin (aflatoksin B, aflatoksin G). Dihasilkan fungi imperfektif
(Aspergillus, A.versicolor, A.flavus)
Identifikasi Senyawa Poliketida Aromatik
a. Tertrasiklin:
Zat + H2SO4 p = merah-ungu, + H2O= kuning tua
Zat + reagen marquis = merah anggur
Zat + reagen nessler = coklat hitam
Zat + aquabrom = endapan kuning
Zat + amonium molibdat = biru hitam
Identifikasi dengan KLT
Fase diam
Didihkan 50 gram kiselgur P dengan campuran 250 ml HCl pekat dan 250
aquades panas selama 10 menit. Saring dan bilas saringan dengan aquades secukupnya
hingga bereaksi alkalis dengan larutan merah kongo P. Keringkan sisa pada suhu
105C. Ambil 25 gram sisa dan buat bubur dengan campuran 2,5 ml larutan propilen
glikol 20%v/v dalam gliserol P dan 47,5 ml dinatrium asetat 0,1 M yang sebelumnya
pH diatur hingga pH 7 dengan amonia encer. Biarkan lempeng kromatografi kering
pada suhu kamar selama 1 atau 2 jam hingga permukaan lempeng seragam
Fase gerak
Fase gerak menggunakan etil asetat yang dijenuhkan dengan dinatrium asetat 0,1
M yang pH nya diatur menjadi Ph 7 dengan amonia encer.
Analisis
Masukan lempeng ke dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan larutan jenuh
amonium klorida P selama 24 jam. Setelah chamber sudah jenuh, lempeng
kromatografi ditotolkan masing-masing 1 l larutan dalam metanol
Penotolan 1 : 0,005% b/v zat uji
Penotolan 2 : 0,05 % b/v tetrasiklin hidroklorida
Biarkan lempeng mengering di udara, lalu alirkan gas amonia.
Amati degan lampu UV pada panjang gelombang maksimum 366 nm
Adanya tetrasiklin ditandai dengan samanya bercak zat uji (penotolan 1 ) dengan
standar (penotolan 2)
b. Senna (glikosida antrakuinolon)
Senyawa antrakuinon dapat berekasi dengan basa memberikan warna ungu atau hijau
c. Aflatoksin
Metode untuk turunan aflotoksin B1 dalam pengobatan herbal menggunakan analisi KLT
dengan visual dan kuantifikasi densitometer
Fase padat menggunakan pelat silika gel GF254 dan fase geraknya toluena-etil asetat
asam format (60:30:10)
Untuk mengetahui kandungan aflatoksin dalam makanan/pakan bisa
menggunakan seperangkat teknologi pendeteksi yang dikenal dengan Kit ELISA
(Enzyme Linked Immunosorbent Assay, sebagian besar perusahaan pakan di Indonesia
sudah banyak mengunakan ini, namun untuk mendeteksi dengan metode masih tergolong
mahal. 2 bentuk aflatoksikosis yaitu bentuk intoksikasi akut dan berat dan bentuk
intoksikasi kronik subsimtomatik. Akibat yang ditimbulkan oleh aflatoksin dipengaruhi
oleh dosis dan durasi paparan aflatoksin, umur, jenis kelamin, serta faktor nutrisii. Infeksi
virus Hepatitis B yang terjadi bersamaan dengan paparan aflatoksin akan meningkatkan
resiko terjadinya hepatocellular carcinoma (HCC), yaitu melalui gangguan fungsi gen
penghambat tumor sehingga terjadi mutasi dan karsinogenesis.

Vous aimerez peut-être aussi

  • Interaksi Obat Resep 3
    Interaksi Obat Resep 3
    Document14 pages
    Interaksi Obat Resep 3
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Te 7
    Te 7
    Document2 pages
    Te 7
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas Apoteker Muslim
    Tugas Apoteker Muslim
    Document15 pages
    Tugas Apoteker Muslim
    Adia Alghazia
    Pas encore d'évaluation
  • Jenis dan contoh senyawa karbohidrat
    Jenis dan contoh senyawa karbohidrat
    Document3 pages
    Jenis dan contoh senyawa karbohidrat
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah Nano Tertarget
    Makalah Nano Tertarget
    Document10 pages
    Makalah Nano Tertarget
    fadhillah_okta
    Pas encore d'évaluation
  • Anief
    Anief
    Document3 pages
    Anief
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • SDF
    SDF
    Document10 pages
    SDF
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Tinpus Urin
    Tinpus Urin
    Document7 pages
    Tinpus Urin
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Jsxdi
    Jsxdi
    Document18 pages
    Jsxdi
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • CG
    CG
    Document1 page
    CG
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Bab Iv Hasil Dan Pembahasan
    Bab Iv Hasil Dan Pembahasan
    Document7 pages
    Bab Iv Hasil Dan Pembahasan
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • --
    --
    Document4 pages
    --
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Tinpus FTIR
    Tinpus FTIR
    Document3 pages
    Tinpus FTIR
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • KMZNVJK
    KMZNVJK
    Document3 pages
    KMZNVJK
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Mak
    Mak
    Document21 pages
    Mak
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Filtrat Hasil Penyaringan Diambil 10 ML Lalu Ditambahkan Dengan HCL
    Filtrat Hasil Penyaringan Diambil 10 ML Lalu Ditambahkan Dengan HCL
    Document1 page
    Filtrat Hasil Penyaringan Diambil 10 ML Lalu Ditambahkan Dengan HCL
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Bab III Steril
    Bab III Steril
    Document3 pages
    Bab III Steril
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • S
    S
    Document30 pages
    S
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Serum Wajah
    Serum Wajah
    Document12 pages
    Serum Wajah
    Riesa Uzvi Flowerini
    Pas encore d'évaluation
  • Tambahan Zink Oksida
    Tambahan Zink Oksida
    Document1 page
    Tambahan Zink Oksida
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Osteoporosis
    Osteoporosis
    Document29 pages
    Osteoporosis
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Pemb
    Pemb
    Document6 pages
    Pemb
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • DRP Amoxan Dan Nasonex
    DRP Amoxan Dan Nasonex
    Document3 pages
    DRP Amoxan Dan Nasonex
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Tinpus FTIR
    Tinpus FTIR
    Document3 pages
    Tinpus FTIR
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Pembahasan Masker
    Pembahasan Masker
    Document4 pages
    Pembahasan Masker
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Document2 pages
    Penda Hulu An
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Profil Obat
    Profil Obat
    Document4 pages
    Profil Obat
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Aromatic Poliketida
    Aromatic Poliketida
    Document6 pages
    Aromatic Poliketida
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation
  • Profil Obat
    Profil Obat
    Document4 pages
    Profil Obat
    revy aprillia
    Pas encore d'évaluation