Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut
sebagai demam berdarah.Menurut para ahli, demam berdarah dengue
disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang
disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam,nyeri otot, dan
sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti ; bintik merah pada
kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB
berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.Selama
ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung
dari serotipe virus Dengue.Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-
negara Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang
berbeda.Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun
1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia.
Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan
genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap
daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor
genetik dari hospesnya.Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik
yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada
banyak negara tropis dan sub tropis.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud definisi dari penyakit DHF?

1
1.2.2 Apa etiologi dari penyakit DHF?
1.2.3 Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit DHF?
1.2.4 Apa anatomi fisiologi dari penyakit DHF?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari penyakit DHF?
1.2.6 Bagaimana komplikasi dari penyakit DHF?
1.2.7 Apa saja klasifikasi dari penyakit DHF?
1.2.8 Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit DHF?
1.2.9 Bagaimana pencegahan dari penyakit DHF?
1.2.10 Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit DHF?

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari penyusunan makalah pada materi ini yaitu,
1.3.1 Tujuan umum
Makalah ini penulis susun untuk menambah ilmu tentang asuhan keperawatan Dengue
Hemoragic Fever.

1.3.2 Tujuan Khusus


Pembuatan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas kelompok pada mata kuliah
Keperawatan Anak

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Dengue Hemoragic Fever


DHF(Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). DHF
terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan sering kali menyebabkan
kematian bagi penderita.

2
DHF adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi
perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita ; 2000; 419).
DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype
virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam
yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda tanda
kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue)
sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.
(Rohim dkk, 2002 ; 45)

2.2 Etiologi Dengue Hemoragic Fever


2.1 Virus Dengue.
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavovirus ini
berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.

2.2 Vektor.
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan .
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur
hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita;
2000;420).

2.3 Manisfestasi Klinis


Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan
masa inkubasi antara 13-15 hari. Adapun tanda dan gejala menurut WHO
(1975) dikutip dari (Mansjoer, 2000).
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari

3
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif,
seperti perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis,
Hematemesis, Hematuri, dan melena)
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik
20 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul
sianosis disekitar mulut.

Adapun gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada
penderita DHF menurut (Mansjoer, 2000) adalah:
1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
2. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare,
konstipasi
3. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,
tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada
saluran tubuh dll.
4. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia
(kurang atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan 20 %).

2.4 Anatomi Fisiologi


Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah
system sirkulasi. System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan
makanan dan oksigen dari traktus distivus dari paru-paru ke sela-sela tubuh.
Selain itu, system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
metabolism dari sel- sel ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat
ekskresi pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul
(pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak

4
runcing yang disebut apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada
sebelah depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosa V dan
VI dua jari dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya
denyut jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang
sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a. Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluru bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah
arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut
aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan.
Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri
pulmonalis, garis tengahnya kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai
cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut arteriola yang
akhirnya akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler). Arteri
mendapat darah dari darah yang mengalir didalamnya tetapi hanya
untuk tunika intima. Sedangkan untuk lapisan lainnya mendapat
darah dari pembuluh darah yang disebut vasa vasorum.
b. Vena
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung.
Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan pembuluh darah yang
menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena
kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya untuk
mencegah darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang ukurannya
besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga
mempunyai cabang tang lebih kecil yang disebut venolus yang
selanjutnya menjadi kapiler.
c. Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang
sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri
dari suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler

5
yaitu; rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah
rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh karen
itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat makanan mudah
merembes ke cairan jaringan antar sel.
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair
disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada
darah keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan
karbon dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon
dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil
dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat atau
orang dewasa terdapat darah seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau
kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang
tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau
pembuluh darah.
Fungsi darah :
a. Sebagai alat pengangkut
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun
dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat
antiracun.
c. Mengatur panas keselurh tubuh.

Adapun proses pembentukan sel dara terdapat tiga tempat yaitu: sum-sum
tulang, hepar, dan limpa

2.5 Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan zat bradikinin, serotinin,
trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia
menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari,
penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus
(Murwani, 2011).

6
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan
adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme
hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan
jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue
inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari (Soegijanto, 2006).
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot
pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit,
hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler.
Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia
serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Noersalam,
2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi
cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang

7
buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik
berlangsung lam akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan
kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani, 2011).

WOC

8
2.6 Komplikasi
Komplikasi DHF menurut Smeltzer dan Bare (2002) adalah perdarahan,
kegagalan sirkulasi, Hepatomegali, dan Efusi pleura.
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm dan
koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif,
peteke, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis
dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 27,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan
terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan
irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan
meninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel
kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
dispnea, sesak napas.

2.7 Klasifikasi

9
Berdasarkan patokan dari WHO (1999) dikutip dari Ngastiyah (2000). DHF
dibagi menjadi 4 derajat:
1. Derajat I jika demam disertai gejala klinis lain tanpa perdarahan spontan,
uji tourniquet (+) thrombocytopenia hemokonsentrasi.
2. Derajat II jika derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau
perdarahan lain.
3. Derajat III jika ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah
tekanan darah rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.
4. Derajat IV jika Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak
terdeteksi.

Selain klasifikasi tersebut pada pasien DBD juga dikenal adanya istilah
Dengue Syok Syndrome (DSS). Dengue Syok Sindrome terjadi jika seluruh
kriteria diatas untuk DBD disertai dengan kegagalan sirkulasi dengan
manifetasi nadi yang cepat dan halus, tekanan nadi turun (20 mmHg),
hipotensi dibandingkan standart sesuai umur, kulit dingin dan
lembab serta gelisah. Penderita seringkali mengeluhkan nyeri didaerah perut
sesaat sebelum renjatan timbul. Nyeri tersebut seringkali mendahului
perdarahan gastrointestinal (Masjoer, 2000).

Pembagian Derajat menurut (Soegijanto, 2006):


1. Derajat I : Demam dengan uji torniquet positif.
2. Derajat II : Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit atau
perdarahan lain.
3. Derajat III : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi
nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg)/
hipotensi disertai ekstremitas dingin, dan anak gelisah.
4. Derajat IV : demam, perdarahan spontan disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala renjatan hebat (nadi tak
teraba dan tekanan darah tak terukur).

2.8 Pemeriksaan penunjang


Langkah-langkah diagnose medik pemeriksaan menurut (Murwani, 2011):
a. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal:
pria 40-50%; wanita 35-47%

10
b. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara
tekanan systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5
menit untuk anak-anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang
20 pada diameter 2,5 inchi.
c. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai
kertas saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien
masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga
diambil 1-3 mg setelah pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan
pada suhu kamar sampai menunggu saat pengiriman.
d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringan-
jaringan untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk
penderita yang meninggal melalui autopay. Hal ini jarang dikerjakan.

2.9 Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,
yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1. Lingkungan.
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia.

2. Biologis.
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
cupang).
3. Kimiawi.
Pengendalian kimiawi antara lain :
a. Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan
penularan sampai batas waktu tertentu.
b. Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air
seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

11
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. PENGKAJIAN.

1. Identitas Klien.

Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak anak
dengan usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis Asia, dan terutama
terjadi pada saat musim hujan (Nelson, 1992 : 269), jenis kelamin, alamat,
pendidikan, pekerjaan.

2. Keluhan Utama.
Panas atau demam.

3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dengan kesadaran komposmentis.Turunnya panas terjadi antara hari ke 3

12
dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta
adanya manifestasi pendarahan pada kulit

b. Riwayat penyakit yang pernah diderita


Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami
serangan ulang DHF.

c. Acitvity Daily Life (ADL)


1) Nutrisi : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
2) Aktivitas : Nyeri pada anggota badan, punggung sendi,
kepala, ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktivitas sehari-hari.
3) Istirahat dan tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan
nyeri.
4) Eliminasi : Diare/ konstipasi, melena, oligouria sampai
anuria.
5) Personal hygiene : Meningkatnya ketergantungan kebutuhan
perawatan diri.
d. Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan
klien (inspeksi adanya lesi pada kulit).Perkusi adalah pemeriksaan fisik
dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk
mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh.Palpasi adalah jenis
pemeriksaan fisik dengan meraba klien.Auskultasiadalah dengan cara
mendengarkan menggunakan stetoskop (auskultasi dinding abdomen untuk
mengetahu bising usus).
Adapun pemeriksaan fisik pada penderita DHF diperoleh hasil sebagai
berikut:
a) Keadaan Umum
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai
berikut :
1) Grade I : Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,
tanda tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi
dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.

13
3) Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis,
somnolen, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur
serta tensi menurun.
4) Grade IV : Kesadaran koma, tanda tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak
teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan kulit
tampak sianosis.

b) Kepala dan leher.


1) Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar
mata, lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata
nyeri.
2) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah
kotor, (kadang-kadang) sianosis.
3) Hidung : Epitaksis
4) Tenggorokan : Hiperemia
5) Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut
atas rahang daerah servikal posterior.

c) Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.

d) Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi
turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment point
(Stadium IV).

e) Anus dan genetalia.


Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.

f) Ekstrimitas atas dan bawah.


Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua
ekstrimitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada
jari tangan dan kaki.

14
g) Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
Hb dan PCV meningkat ( 20%).
Trambositopenia (100.000/ml).
Leukopenia.
Dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
SGOT/SGPT mungkin meningkat

B. DIAGNOSA
Nursalam (2001) dan Nanda (2009) menyatakan, diagnosa keperawatan yang
dapat timbul pada klien dengan DHF adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme. Ditandai oleh :
a. Konvulsi
b. Kulit kemerahan
c. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
d. Kejang
e. Takikardi
f. Takipnea
g. Kulit terasa hangat

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mencerna makanan.

4. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber


informasi.

C. INTERVENSI

Nanda (2009) dan Doenges (2000), menyatakan bahwa rencana tindakan


keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.

Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh normal

15
Kriteria Hasil :

- Suhu tubuh antara 36 37C


- Membrane mukosa basah
- Nyeri otot hilang

Intervensi (Rencana Tindakan) :

a. Ukur tanda-tanda vital (suhu)


R/: Suhu 38,9 - 41,1C menunjukkan proses penyakit infeksi akut

b. Berikan kompres hangat


R/: Kompres hangat akan terjadi perpindahan panas konduksi

c. Tingkatkan intake cairan


R/: Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria Hasil :
- Mata tidak cekung
- Membrane mukosa tetap lembab
- Turgor kulit baik

Intervensi (Rencana Tindakan) :

a. Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam


R/: Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan
cairan mengakibatkan hipotensi dan takikardia

b. Observasi dan cata intake dan output


R/: Menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya / perbaikan
perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi

c. Timbang berat badan


R/: Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal

d. Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam


R/: Mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mencerna makanan.

16
Tujuan :Kebutuhan nutrisi adekuat

Kriteria Hasil :

- Berat badan stabil atau meningkat

Intervensi (Rencana Tindakan) :

a. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk


meningkatkan kualitas intake nutrisi
R/: Mengganti kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia

b. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik


porsi kecil tapi sering secara bertahap
R/: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan

c. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala
yang sama
R/: Mengawasi penurunan berat badan

d. Pertahankan kebersihan mulut klien


R/: Mulut yang bersih meningkatkan selera makan dan pemasukan oral

e. Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan


penyakit
R/: Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan
penyakit

4. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan:Perfusi jaringan perifer adekuat.

Kriteria Hasil :

- TTV stabil

Intervensi (Rencana Tindakan) :

a. Kaji dan catat tanda-tanda vital


R/: Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan
cairan mengakibatkan hipotensi

17
b. Nilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti
dingin, nyeri, pembengkakan kaki
R/: Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan immobilisasi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi

Tujuan :Klien mengerti dan memahami proses penyakit dan pengobatan

Intervensi (Rencana Tindakan) :

a. Tentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar


R/: Adanya keinginan untuk belajar memudahkan penerimaan informasi

b. Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum


obat sesuai resep
R/: Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan mencegah
penghentian pada obat dan atau interkasi obat yang merugikan

c. Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF.


R/: Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan dapat mengurangi
kecemasan

D. IMPLEMENTASI.

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah


kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan(Perry & Potter, 2005).
1. Tindakan Keperawatan Mandiri
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter.Tindakan keperawatan
mendiri dilakukan oleh perawat.Misalnya menciptakan lingkungan yang
tenang, mengompres hangat saat klien demam.

2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif


Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama
yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.

18
E. EVALUASI

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap


tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi
terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien.Penekanannya adalah pada
hasil klien.Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu
kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan (Perry Potter, 2005).
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan DHF sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau
perubahan yang terjadi pada pasien. Adapun sasaran evaluasi pada pasien DHF
sebagai berikut :
a. Suhu tubuh pasien normal (360C - 370C), pasien bebas dari demam
b. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang
c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan
sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan
d. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien
terpenuhi
e. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi
f. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan
tanda vital dalam batas normal
g. Infeksi tidak terjadi
h. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut
i. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat
tentang proses penyakitnya.

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

DHF(Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus Dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). DHF

19
terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan sering kali menyebabkan
kematian bagi penderita.

DHF adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi
perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita ; 2000; 419).

DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype
virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam
yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda tanda
kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue)
sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.
(Rohim dkk, 2002 ; 45)

3.2 Saran
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang
berbeda.Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun
1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia.
Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan
genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap
daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor
genetik dari hospesnya.Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik
yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada
banyak negara tropis dan sub tropis. Oleh karena itu masyarakat dan
pemerintah harus secara cepat, tepat dan berkesinambungan dalam
penanganan penyakit DHF ini, agar penderita prnyakit ini bisa menurun dan
dapat mengurangi angka kematian pada masyarakat indonesia

20
Daftar Pustaka

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika.
Jakarta.

Ngastiyah (1995), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, EGC ; Jakarta.

Ahmad H. Asdie. 2013.Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Yogyakarta:EGC

Nugroho Taufan.2011.Asuhan Keperawatan.Yogjakarta: Nuha medica

Aru W.Sudoyo,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Internal Publishing

21
Sutisna sulaeman Endang. 2009. Managemen Kesehatan. Gajah Mada University Press

22

Vous aimerez peut-être aussi