Vous êtes sur la page 1sur 38

ASKEB PHATOLOGI ROBEKAN PERENIUM GRADE II

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Robekan perineum derajat II adalah robekan yang mengenai selaput lendir
vagina dan otot perinci transversalis tetapi tidak mengenai otot sfingter ani.
(Saifuddin, 2006)
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada
biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala
janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan
vaginal. (Prawirohardjo, 2007)
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau
dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin
dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau
kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam
tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena
diregangkan terlalu lama. (Prawirohardjo, 2007)
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan
pasca persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya
disebabkan oleh robekan serviks atau vagina dan perineum. (Wiknjosastro, 2002 :
M-29)
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25 50 % kematian wanita
usia subur yang disebabkan karena kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya
menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktifitasnya.
Tahun 1996, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal
saat hamil atau bersalin (Saifuddin, 2006).
Selama penulis melakukan praktek kebidanan di BPS yati Mertapada
Cirebon didapati 4 ibu bersalin yang diantaranya 1 ibu mengalami robekan
perineum dan 3 ibu dengan tanpa robekan.
Melihat keadaan tersebut maka penulis sangat tertarik untuk membuat
asuhan kebidanan ibu bersalin Ny.Z dengan robekan perineum derajat II di
PUSKESMAS kecamatan PASAR REBO 2011.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan ibu bersalin dengan
robekan perineum derajat II dengan pola 7 langkah varney dan pendokumentasian
SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya yaitu mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian menyeluruh pada ibu bersalin dengan robekan perineum
derajat II.
2. Menentukan diagnosa kebidanan pada ibu bersalin dengan robekan perineum
derajat II.
3. Menentukan diagnosa potensial dan masalah pada ibu bersalin dengan robekan
perineum derajat II.
4. Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera pada ibu bersalin dengan
robekan perineum derajat II.
5. Merencanakan tindakan kebidanan pada ibu bersalin dengan robekan perineum
derajat II
6. Melaksanakan tindakan kebidanan pada ibu bersalin dengan robekan perineum
derajat II .
7. Mengevaluasi tindakan asuhan yang telah diberikan pada ibu bersalin dengan
robekan perineum derajat II .
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode narasi
yang menggambarkan studi kasus pada ibu bersalin dengan robekan perineum
derajat II .
Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan data kasus ini adalah :
1. Wawancara
Adalah dengan mengumpulkan data subjektif atau anamnesa langsung pada klien
dan keluarga.
2. Observasi
Adalah dengan mengamati langsung secara pemeriksaan fisik untuk pengumpulan
data objektif.
3. Studi Pustaka
Adalah dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber lain untuk mendapatkan
dasar-dasar ilmiah yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
4. Dokumentasi
Adalah membuat makalah ini penulis melakukan pendokumentasian dengan
melihat langsung pada klien.

1.4 Sistematika Penulisan


Makalah ini disusun secara sistematika yang terdiri dari V bab yaitu :
BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka, meliputi konsep medis dan konsep asuhan kebidanan
pada ibu bersalin dengan robekan perineum derajat II.
BAB III : Tinjauan Kasus, meliputi pendokumentasian dengan SOAP.
BAB IV : Pembahasan, meliputi pengkajian, interpretasi data, identifikasi masalah
/ diagnosa potensial, identifikasi kebutuhan akan tindakan segera / kolaborasi,
merencanakan pelaksanaan dan evaluasi.
BAB V : Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan normal atau spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir. (Diktat Biosep)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawirohardjo, 2007)
Persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
uterus. (Diktat Askeb II)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir. (Saifuddin, 2006)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri),
yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain. (Mochtar, 1998)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin. (Saifuddin, 2006)

2.1.2 Pengertian Robekan Perineum


Ruptur perinei adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu
persalinan. (Mochtar, 1998)
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. (Prawirohardjo, 2007)
Robekan perineum derajat II adalah robekan yang mengenai selaput lendir
vagina dan otot perinei transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter ani.
(Saefuddin, 2006)
Robekan perineum derajat II dimana luasnya robekan mulai dari mukosa
vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum. (APN, 2007)
2.1.3 Etiologi
Yang dapat menyebabkan terjadinya ruptura perinei (perineum) :
1. Partus presipitatus (persalinan cepat < 3 jam).
2. Kepala janin besar (hidrosefalus) dan janin besar (makrosomi).
3. Pada presentasi defleksi (dahi, muka).
4. Pada primigravida (para).
5. Pada letak sungsang dan after coming head (kepala macet).
6. Pimpinan persalinan yang salah.
7. Pada obstetri operatif pervaginam : ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, versi dan
ekstraksi, serta embriotomi. (Mochtar, 1998)

2.1.4 Tingkatan Robekan Perineum


Robekan perineum dibagi atas 4 tingkat :
1. Tingkat I : Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum.
2. Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei
transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter ani.
3. Tingkat III : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani. 4.
Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai bagian otot sfingter ani dan
mukosa rektum. (Saifuddin, 2005 : 462)
Pada robekan tingkat I penjahitan tidak diperlukan jika tidak ada perdarahan
dan jika luka teraposisi secara alamiah. Untuk robekan tingkat II dilakukan
penjahitan dan pada robekan tingkat III dan IV jangan coba menjahit laserasi,
segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur
khusus. (APN, 2004 : 5 19
2.1.5 Gejala dan Tanda Robekan Jalan Lahir
1. Yang selalu ada
a. Perdarahan segera.
b. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir.
c. Kontraksi uterus baik. d. Plasenta baik.
2. Kadang-kadang ada
a. Pucat.
b. Lemah.
c. Menggigil
2.1.6 Patofisiologi Kehamilan aterm (cukup bulan)
1. Persalinan Sebab-sebab terjadinya persalinan
a. Teori Keregangan Rahim
membesar & merenggang Iskemia otot-otot rahim Sirkulasi utero plasenter
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta Produksi progesteron menurun, Otot rahim sensitif
terhadap oksitosin, Otot rahim berkontraksi
c. Teori oksitosin internal
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteronKontraksi braxton
hicksAktivitas meningkat
d. Teori prostaglandin
Meningkat dari minggu ke 15 hingga atermKontraksi otot rahim
e. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauserGanglion
digeser dan ditekan Kontraksi uterus Proses persalinan

2. Proses Persalinan
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan
pembukaan dan penipisan pada serviks dan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan pada serviks.
a. Tanda dan gejala inpartu, termasuk :
Penipisan dan pembukaan serviks.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal
2 kali dalam 10 menit).
Keluarnya lendir bercampur darah (show) melalui vagina
b. Pembagian fase / kala dalam persalinan
Kala I (Kala Pembukaan)
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Kala I dibagi lagi menjadi :
Fase laten
- Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
- Pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
- Biasanya berlangsung < 8 jam.
Fase aktif
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat (kontraksi dianggap adekuat /
memadai jika terjadi 3x atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama
40 detik atau lebih).
- Serviks membuka dari 4 sampai 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm).
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
- Berlangsung < 6 jam.
Kala II (Kala Pengeluaran) Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Tanda dan gejala kala II :
Adanya dorongan untuk meneran dari ibu.
Ibu merasa makin meningkatnya tekanan pada anus.
Perineum terlihat menonjol.
Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam
yang menunjukkan pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya bagian
kepala bayi pada introitus vagina.
Kala III (Kala Uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban.
Fisiologi kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
implantasi plasenta. Karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal, kemudian
dilepaskan dari dinding uterus, setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah
uterus atau bagian atas vagina.
Tanda-tanda pelepasan plasenta
- Perubahan bentuk dan tinggi uterus, uterus menjadi bulat dan fundus berada di
atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
- Tali pusat memanjang.
- Semburan darah tiba-tiba. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan
darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul diantara tempat
melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta (darah retroplasenter)
keluar melalui tepi plasenta yang terlepas.
Kala IV Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Pada kala
ini penderita masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena perdarahan
atonia uteri masih mengancam, pada kala ini penderita belum dipindahkan ke
kamarnya tidak boleh ditinggalkan oleh bidan. (Diktat Kuliah Biorep)
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Passage (jalan lintas)
- Ukuran panggul
- Otot-otot dasar panggul
Power (kekuatan)
- His yaitu kontraksi otot rahim pada persalinan. Karakteristik his persalinan dan
his palsu FaktorKontraksiIntervalIntensitasLokasi sakitPengaruh
sedativaPerubahan serviks His persalinanInterval teraturMemendekMakin
kuatBelakang & abdomenTidak berpengaruhMendatar & membuka His palsuTak
teraturTetap panjangTetapAbdomen bawah Hilang oleh sedativetetap
- Tenaga mengejan.
Passanger (penumpang)
- Janin
- Plasenta
- Air ketuban
2.1.7 Penatalaksanaan Robekan Perineum
1. Persiapan Alat
a. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan. 1) Wadah DTT berisi sarung
tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit kromik atau catguk No. 2/0
atau 3/0, kasa steril, pinset. 2) Pavidon-iodine. 3) Buka spuit sekali pakai 10 ml
dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT. 4) Patahkan jarum ampul
lidokain (lidokain tanpa epinefrin). Perkiraan jumlah lidokain yang akan
digunakan (sesuaikan dengan luas/dalamnya robekan perineum).
b. Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur.
c. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu.
d. Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva/perineum ibu.
e. Pastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir.
f. Pakai satu sarung tangan DTT pada tangan kanan.
g. Ambil spuit sekali pakai 10 ml dengan tangan yang bersarung tangan. Isi tabung
suntik dengan lidokain 1% tanpa epinefrin dan letakkan kembali ke dalam wadah
DTT.
h. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan.
i. Gunakan kasa bersih, basuh vulva dan perineum dengan larutan povidon iodine
dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum. Tunggu selama : 2 menit
sebelum menyuntikkan lidokain 1%.
2. Anestesi Lokal
a. Beritahu ibu akan disuntik yang akan terasa nyeri dan menyengat.
b. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum, masukkan jarum
suntik secara subkutan sepanjang tepi luka.
c. Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada darah,
tusuk jarum sedikit dan kembali masukkan, ulangi melakukan aspirasi. Anestesi
yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan detak jantung yang
tidak teratur.
d. Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum.
e. Tanpa menarik jarum suntik ke luar dari luka, arahkan jarum suntik, bila robekan
alur suntikan anestesi akan berbentuk seperti kipas, tepi perineum, dalam luka,
mukosa vagina.
f. Lakukan langkah No. 2 5 di atas kedua tepi robekan.
g. Tunggu 1 2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil
optimal dari anestesi lokal.
3. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat II Sebelum dilakukan penjahitan pada
perineum derajat II, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi,
maka pinggir yang bergerigi tersebut diratakan dahulu. Pinggir robekan sebelah
kiri dan kanan masing-masing diklem terlebih dahulu, kemudian digunting,
setelah pinggir robekan rata baru dilakukan penjahitan luka perineum. Mula-mula
otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput vagina dijahit dengan catgur secara
terputus-putus atau jelujur, penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari puncak
robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan benang secara terputus-putus.
(Wiknjosastro, 2002)
4. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat III
a. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.
b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang kasa ke dalam
vagina.
c. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum.
d. Pasang benang jahit (kromik No. 2/0) pada mata jarum.
e. Tentukan dengan jelas batas luka robekan perineum.
f. Ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan, diklem dengan
menggunakan peon lurus.
g. Kemudian tautkan ujung otot sfingter ani dengan melakukan 2 3 jahitan angka 8
catgut kromik No. 2/0 sehingga bertemu kembali.
h. Selanjutnya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan pada
robekan perineum tingkat II.
5. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat IV
a. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.
b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang kasa ke dalam
vagina.
c. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum.
d. Pasang benang jahit (kromik No. 2/0) pada mata jarum.
e. Tentukan dengan jelas batas luka robekan perineum.
f. Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit dengan jahitan jelujur
menggunakan catgut kromik No. 2/0.
g. Jahit asia periretal dengan menggunakan benang yang sama, sehingga bertemu
kembali.
h. Jahit fasia septum rektovaginal dengan menggunakan benang yang sama sehingga
bertemu kembali.
i. Ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan, diklem dengan
menggunakan peon lurus.
j. Kemudian tautkan ujung otot sfingter ani dengan melakukan 2 3 jahitan angka
8 catgut kromik No. 2/0 sehingga bertemu kembali.
k. Selanjutanya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan pada
robekan perineum tingkat II.

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan


2.2.1 Pengumpulan Data
1. Identitas Klien Untuk mengetahui secara lengkap tentang sasaran asuhan
kebidanan.
a. Nama klien : Untuk membedakan dengan klien lain. Umur : Untuk
mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan, umur
ideal untuk hamil 20 30 tahun maksimal 35 tahun, lebih dari 35 tahun serta
mempunyai resiko terjadinya kecacatan pada janin. Pada primigravida muda < 15
tahun, primigravida tua > 35 tahun. (Diktat Kuliah Askeb I, 2005)
b. Suku/kebangsaan : Untuk mengetahui bahasa dan kebudayaan klien.
Agama : Sangat berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan dengan
mengetahui agama klien akan lebih mudah mengatasi masalahnya.
c. Pendidikan : Hasil penelitian : kesehatan ibu dan anak akan lebih terjamin yang
mempunyai tinggi.
d. Pekerjaan : Untuk mengetahui sejauhmana pekerjaan dengan permasalahan
kesehatan dan pembiayaan dan dapat menunjukkan keadaan ekonomi
mempengaruhi kesehatan.
e. Alamat : Mempermudah hubungan bila mendesak dan memberi petunjuk keadaan
lingkungan tempat tinggal.
2. Anamnesa
Tanggal / Jam : Untuk mengetahui kapan klien datang dan mendapatkan
pelayanan serta untuk mengetahui umur kehamilan sampai saat dianamnesa.
a. Alasan utama masuk kamar bersalin
Ibu mengatakan merasa hamil 9 bulan dengan keluhan mules yang semakin lama
semakin sering dan kuat serta keluar lendir yang bercampur darah dan
mengatakan air-air belum keluar.
b. Perasaan (sejak terakhir datang ke klinik)
Seorang ibu bersalin kadang menjelaskan perasaan berbeda, gelisah atau aneh
sebelum mengalami persalinan dan ibu bisa merasa bergairah atau cemas. Mereka
biasanya menghendaki ketegasan mengenai apa yang sedang terjadi pada tubuh
mereka.
(Vicky Chapman, 2006 : 5 dan 12)
c. Tanda-tanda bersalin
Seorang ibu dikatakan dalam persalinan (inpartu) bila telah timbul his yaitu
kontraksi yang teratur, makin sering, makin lama, dan makin kuat serta
mengeluarkan lendir bercampur darah (bloody show). Bila ketuban sudah pecah,
ibu harus berbaring. (Mansjoer, 2001 : 292)
d. Pengeluaran pervaginam
Pada ibu bersalin terjadi pengeluaran lendir yang bersemu darah (bloody show).
Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks
mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh.
Pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena
pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. (Prawirohardjo, 2005 : 182)
e. Masalah-masalah khusus
Pada kasus persalinan normal, tidak ditemukan adanya masalah-masalah yang
menyertai kehamilan maupun persalinan, pada kasus robekan perineum derajat II
masalah adalah perineum kaku. (Laporan Kasus tahun 2008)
f. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu pernah atau sedang menderita suatu penyakit yang
dapat mempengaruhi atau dipengaruhi kehamilan dan persalinannya seperti
jantung, DM, hipertensi dll.
g. Riwayat menstruasi
Haid pertama / menarche : Menstruasi pada wanita normal sekitar umur 12 16
tahun. (Mochtar, 1998)
Siklus haid : Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid
yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Panjang siklus yang biasa
pada manusia adalah 25 32 hari.
Banyaknya haid & sifat darah : Jumlah perdarahan sekitar 50 cc, tapi terjadi
bekuan darah karena mengandung banyak fermen. Bila terdapat gumpalan darah,
menunjukan perdarahan menstruasi cukup banyak. (Manuaba, 1998)
Lamanya haid : Biasanya antara 3 5 hari, ada yang 1 2 hari diikuti darah
sedikit-sedikit kemudian dan ada yang sampai 7 8 hari. Pada wanita biasanya
lama haid itu tetap.
Dismenorrhoe : Sewaktu haid kebanyakan wanita merasa kurang senang, merasa
gelisah, sakit punggung dan lain-lain. Buah dada agak nyeri dan mungkin sedikit
membengkak.
HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) : Hukum Naegel
Siklus 28 hari
(+7) (-3) (+1)
Siklus 35 hari
(+14) (-3) (+1)
1. HPHT : Untuk menghitung usia kehamilan dan mengetahui taksiran persalinan.
2 Siklus : Siklus menstruasi yang normal adalah 28 31 hari.
3. Konsistensi : Normal, encer.
h. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan : Abortus, pendarahan, toxemia, gravidarum, hiperemesis, dll.
Persalinan : Spontan / SC / buatan, aterm / premature, bidan / dokter / pendarahan.
Nifas : Infeksi, pendarahan, flour albus, laktasi
Tgl. Lahir Thn Usia Kehamilan Jenis Persalinan Tempat Persalinan Komplikasi
Penolong Bayi Nifas
Ibu Bayi BB PB Jenis Keadaan laktasi
i. Riwayat kehamilan sekarang
Setiap wanita memerlukan kunjungan paling sedikit 4x kunjungan selama hamil :
- Satu kali selama trimester I (sebelum 14 minggu).
- Satu kali selama trimester II (antara minggu 14 28).
- Dua kali selama trimester III (Antara minggu 28 36 dan sesudah minggu 36).
Keluhan selama kehamilan
Trimester I : Mengalami perubahan hormon esterogen dan progesteron akibat
merasa mual, letih lesu muntah, pusing dan sulit merasakan kehamilan.
Trimester II : Masa nyaman yaitu mual muntah dapat diatasi klien sudah
beradaptasi, merasakan gerakan anak.
Trimester III : Rasa tidak sabar, takut, sering BAK, sakit pinggang oedem pada
kaki di malam hari, paginya hilang.
Untuk mencegah terjadinya tetanus pada ibu dan bayi, TT minimal 5x :
TT 1 : Pada kunjungan antenatal pertama.
TT 2 : 4 minggu setelah TT 1 (3 tahun)
TT 3 : 6 bulan setelah TT 2 (5 tahun)
TT 4 : 1 tahun setelah TT 3 (10 tahun)
TT 5 : 1 tahun setelah TT 4 (25 tahun / seumur hidup)
Pergerakan janin / fetus
Pada primigravida bisa dirasakan pada usia kehamilan 18 minggu sedang pada
multigravida dirasakan pada usia kehamilan 16 minggu.
Riwayat kebiasaan sehari-hari
- Makan dan minum terakhir
Mengetahui kapan ibu makan dan minum yang terakhir guna untuk menambah
tenaga ibu saat bersalin dan mencegah dehidrasi.
- BAK dan BAB terakhir
Untuk kenyamanan ibu saat bersalin, selama persalinan ibu harus berkemih paling
sedikit 2 jam sekali / lebih jika terasa ingin berkemih.
- Tidur dan istirahat antara 8 9 jam sehari (siang + malam).
- Sexualitas :
Trimester I : 2 minggu sekali (karena masih rawan) dan tidak boleh coitus pada
wanita pernah abortus.
Trimester II : 1 x seminggu karena pada masa ini adalah masa aman.
Trimester III : Pada masa ini sebaiknya jangan melakukan coitus, sedangkan pada
klien > 36 minggu boleh dilakukan (merangsang kontraksi).
- Pekerjaan
Sebaiknya ibu hamil tidak melakukan pekerjaan yang berat karena akan beresiko
pada kehamilannya.

j. Psikologis
Ibu terlihat cemas dan gelisah menghadapi persalinannya.

3. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)


a. Keadaan umum : Untuk membedakan apa klien ada masalah kesehatan / tidak
dalam masalah.
Normal : baik.
Keadaan emosional : Untuk mengetahui status emosional klien. Normal : stabil.
Kesadaran : Untuk mengetahui apa klien ada kelainan mental / tidak.
Normal : compos mentis
b. Tanda vital
Tekanan darah : Untuk mengetahui klien menderita hipertensi, eklamsi atau tidak.
Sistol normal 100 120 mmHg
Diastol : 60 90 mmHg
Suhu tubuh : Untuk mengetahui klien dalam keadaan panas / tidak.
Normal : 36,5 37,50C.
Denyut nadi : Menentukan apakah klien menderita penyakit / tidak.
Normal : 80 100 x/menit.
Pernapasan : Menentukan apakah klien menderita sesak nafas / tidak.
Normal : 16 24 x/menit.
c. Tinggi badan
Sebaiknya di atas 145 cm. Jika kurang dari 145 cm, diperkirakan panggul sempit
yang menghambat proses persalinan.
d. Berat badan
Berat badan selama kehamilan harus meningkat. Pertambahan berat badan selama
hamil rata-rata 0,3 kg 0,5 kg / minggu. Bila dikaitkan dengan umur kehamilan,
kenaikan berat badan selama hamil muda 1 kg dan trimester II dan III masing-
masing 5 kg. Akhir kehamilan pertambahan berat badan total 9 12 kg.
e. Pemeriksaan fisik
Rambut : Untuk mengetahui kebersihan dan gizi pasien. Normal :
bersih, hitam, tidak ada kerontokan.
Muka : Untuk mengetahui ada oedem / tidak, cloasma gravidarum.
Normal : tidak ada oedem.
Mata : Conjungtiva : Untuk mengetahui klien anemia / tidak. Normal
: merah muda.
Sklera : Untuk menentukan ada kelainan / tidak. Normal : putih.
Mulut dan bibir : Melihat kebersihannya dan ada stomatitis atau tidak.
Normal:bersih,tidak ada stomatitis.
Gigi : Menentukan caries / tidak karena dapat mempengaruhi
kehamilan. Normal : tidak ada caries.
Geraham : Menentukan ada pendarahan / tidak.
Normal : tidak ada pendarahan.
Lidah : Untuk menentukan klien menderita thypoid / tidak.
Normal : merah muda.
Leher : Kelenjar thyroid : Untuk menentukan klien kekurangan yodium.
Normal : tidak ada pembesaran.
Kelenjar limfe : Untuk mengetahui pembesaran kelenjar.
Normal : tidak ada pembesaran.
Dada : Jantung : Menentukan kelainan pada jantung. Normal : bunyi reguler.
Paru-paru : Untuk mengetahui ada sesak / kelainan pada paru-paru.
Normal : bunyi reguler tidak ada wheezing, ronchi.
Payudara
Inspeksi
Pembesaran : Untuk menentukan ada / tidaknya pembesaran pada mamae.
Normal : ada.
Puting susu : Untuk menentukan puting menonjol / tidak.
Normal : menonjol.
Bentuk : Menentukan apakah ada kelainan / tidak.
Normal : simetris + / +.
Palpasi : Untuk mengetahui ada benjolan / tidak.
Normal : tidak ada benjolan.
Abdomen
Inspeksi
Luka bekas operasi : Untuk mengetahui persalinan dulu caesar / tidak.
Pembesaran : Untuk mengetahui sesuai umur kehamilan / tidak.
Normal : ke depan, sesuai umur kehamilan.
Linea : Untuk menentukan tanda kehamilan.
Normal : ada linea nigra
Striae alba untuk multi
Striae livide untuk primi.
f. Pemeriksaan kebidanan
Palpasi
Maksudnya untuk menentukan : besarnya rahim untuk menentukan umur
kehamilan dan berat badan janin dan menentukan letaknya anak dalam rahim.
Leopold I : 1. Untuk menentukan TFU
2. Bagian apa yang ada di fundus
3. Normalnya : (pantat) teraba lunak, bulat besar dan tidak melenting.
Leopold II : 1. Batas samping kiri / kanan uterus
2. Punggung kiri / kanan
3. Letak kepala pada letak lenting
Normalnya : teraba bagian panjang, keras seperti papan (punggung) bagian
terkecil janin.
Leopold III : Menentukan bagian apa yang ada di bawah dari uterus, sudah masuk PAP atau
belum.
Normalnya : teraba bagian bulat, besar, kertas, melenting (kepala) sudah masuk
PAP.

Leopold IV : Menentukan sejauh mana bagian terendah janin masuk PAP.


Normalnya : sejauh atau sebagian besar.

Auskultasi : 1. Mengetahui keadaan janin


2. Membantu menentukan diagnosa
Normalnya : DJJ 120 160 x/menit
Ekstremitas
Inspeksi : Untuk melihat ada tidaknya varises, kemerahan, kekuatan sendi yang
dapat jadi resiko.
Palpasi dan perkusi : Untuk meraba ada tidaknya oedem dan reflek patella pada
kaki kiri dan kanan yang menjadi tanda bahaya.
Punggung dan pinggang : Untuk menentukan posisi lordose /kypose.
Untuk menentukan ada nyeri / tidak pada saat mengetuk, yang berarti ada
kelainan.
Ano-genital
Inspeksi
Perineum : Untuk menentukan ada luka parut / tidak.
Normalnya : tidak ada luka parut.
Vulva vagina : Menentukan adanya tanda-tanda kehamilan. Normal : ungu.
Pengeluaran pervaginam : Untuk mengetahui ada lendir dan darah tidak.
Normal : keluar darah dan lendir.
Palpasi
Kelenjar bartholini : Untuk mengetahui ada pembesaran / tidak.
Normal : tidak ada haemoroid.
g. Pemeriksaan dalam
Vulva vagina : Untuk menentukan ada kelainan / tidak.
Normal : tidak ada kelainan.
Portio : Menentukan tipis atau masih tebal pada portio.
Normal : tipis.
Pembukaan servix : Untuk menentukan sudah ada pembukaan atau belum.
Normal : sudah ada pembukaan
Fase laten 0 3 cm.
Fase aktif 4 10 cm.
Ketuban : Menentukan masih utuh atau sudah pecah.
Normal : masih utuh.
Presentasi janin : UUK, UUB, bokong.
Penurunan : Untuk menentukan bagian terendah janin.
H I : Sejajar dengan PAP.
H II : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simfisis.
H III : Sejajar dengan H I melalui spina ischiadicae.
H IV : Sejajar dengan H I melalui ujung os coccygis.
4. Uji Diagnostik
a. Urin
Reaksi Menentukan ada / tidaknya gula dalam urin.
Reaksi albumin Menentukan ada / tidaknya protein dalam darah.
b. Darah
Golongan darah : Untuk menentukan golongan darah, jika ada pendarahan pada
saat persalinan.
Kadar Hb : Untuk mengetahui kadar haemoglobin dalam darah. Normalnya 11 gr
%.

2.2.2 Interpretasi Data


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa adalah
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan.
Diagnosa : P.... A.... parturient aterm kala IV dengan robekan perineum derajat II.
Dasar : - Robekan pada perineum (mukosa vagina dan otot perineum).
- Perineum kaku
- Kelahiran yang pertama
Masalah : Nyeri pada robekan jalan lahir.
Kebutuhan : Konseling dan pengkajian lebih lanjut.

2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lainnya
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa serta identifikasi.
Diagnosa potensial : Perdarahan banyak, infeksi dan nekrosis.

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera / Kolaborasi


Dari diagnosa yang ditegakkan pada kasus robekan perineum semua tindakan
dilakukan prosedur.
Penanganan perdarahan dan penjahitan robekan jalan lahir.

2.2.5 Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh


Pada langkah ini dapat dilakukan rencana tindakan asuhan yang menyeluruh
sesuai dengan diagnosa potensial dan kebutuhan.
1. Kala I
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan telah dilakukan.
b. Observasi kemajuan persalinan.
c. Observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu.
d. Berikan dukungan kepada ibu dan keluarga.
e. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kemajuan persalinan dan berikan ibu
makan dan minum sesuai kemauan ibu.
f. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
g. Anjurkan suami / keluarga untuk selalu mendampingi selama proses perbaikan.
h. Atur posisi ibu senyaman mungkin.
i. Siapkan alat partus set, hecting set dan peralatan lain.
2. Kala II
a. Berikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu agar
merasa nyaman dan yakin pada diri sendiri.
b. Berikan cukup makan dan minum untuk memberikan tenaga dan mencegah
dehidrasi.
c. Ajarkan ibu teknik meneran yang benar.
d. Atur posisi mengedan.
e. Observasi keadaan umum ibu, TTV, kontraksi uterus dan DJJ setiap selesai his.
f. Beritahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan.
g. Lakukan episiotomi apabila ada indikasi.
h. Pimpin ibu meneran setiap ada his.
3. Kala III
a. Cek kandung kemih, apabila blas penuh anjurkan ibu kencing bila tidak bisa
lakukan katerisasi.
b. Lakukan manajemen aktif kala III yaitu : suntik oksitosin 10 IU (IM), lakukan
PTT, setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta dilahirkan sesuai dengan
prosedur, kemudian lakukan masase uterus hingga berkontraksi.
c. Cek adanya perdarahan dan robekan perineum serta kontraksi uterus.
4. Kala IV
a. Jahit luka perineum dengan anestesi.
b. Bersihkan perineum dan bagian yang kotor pada ibu dan kenakan pakaian yang
bersih.
c. Observasi TTV dan kandung kemih, kontraksi uterus, TFU dan perdarahan
selama 2 jam (15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam pertama).
d. Berikan cukup makan dan minum.
e. Anjurkan ibu untuk istirahat senyaman mungkin.
f. Anjurkan ibu untuk segera menyusukan bayinya sedini mungkin.
g. Lakukan teknik bonding attachment.

2.2.6 Pelaksanaan
Pada langkah ini dilakukan asuhan yang menyeluruh berdasarkan rencana
tindakan seperti yang telah diuraikan pada langkah 5 dilaksanakan secara efisien
dan aman.
1. Kala I
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan telah dilakukan.
b. Mengobservasi kemajuan persalinan.
c. Mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu.
d. Memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga.
e. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kemajuan persalinan dan
memberikan ibu makan dan minum sesuai kemauan ibu.
f. Menyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
g. Menganjurkan suami/keluarga untuk selalu mendampingi selama proses
perbaikan.
h. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin.
i. Menyiapkan alat partus set, hecting set dan peralatan lain.
2. Kala II
a. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu agar
merasa nyaman dan yakin pada diri sendiri.
b. Memberikan cukup makan dan minum untuk memberikan tenaga dan mencegah
dehidrasi.
c. Mengajarkan ibu teknik meneran yang benar.
d. Mengatur posisi mengedan.
e. Mengobservasi keadaan umum ibu, TTV, kontraksi uterus, dan DJJ setiap selesai
his.
f. Memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan.
g. Melakukan episiotomi apabila ada indikasi.
h. Memimpin ibu meneran setiap ada his.
3. Kala III
a. Mengecek kandung kemih, apabila blas penuh anjurkan ibu kencing bila tidak
bisa lakukan katerisasi.
b. Melakukan manajemen aktif kala III yaitu : suntik oksitosin 10 IU (IM), lakukan
PTT, setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta dilahirkan sesuai dengan
prosedur, kemudian lakukan masase uterus hingga berkontraksi.
c. Mengecek adanya perdarahan dan robekan perineum serta kontraksi uterus.
4. Kala IV
a. Menjahit luka perineum dengan anestesi.
b. Membersihkan perineum dan bagian yang kotor pada ibu dan kenakan pakaian
yang bersih.
c. Mengobservasi TTV dan kandung kemih, kontraksi uterus, TFU, dan perdarahan
selama 2 jam (15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam pertama).
d. Memberikan cukup makan dan minum.
e. Menganjurkan ibu untuk istirahat senyaman mungkin.
f. Menganjurkan ibu untuk segera menyusukan bayinya sedini mungkin.
g. Melakukan teknik bonding attachment.

2.2.7 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan.
1. Kala I
a. Kemajuan persalinan normal.
b. TTV dan keadaan umum ibu baik.
c. Ibu mau makan dan minum.
d. Ibu sudah BAK.
e. Ibu didampingi suami dan keluarga.
f. Ibu miring kanan / kiri.
g. Alat-alat yang dibutuhkan sudah disiapkan.

2. Kala II
a. Ibu sudah makan dan minum.
b. Ibu tahu akan teknik meneran yang benar.
c. Posisi ibu setengah duduk.
d. Keadaan umum, TTV, kontraksi uterus dan DJJ baik.
e. Episiotomi tidak dilakukan.
f. Ibu mau meneran setiap ada his.
g. Bayi lahir spontan dan dalam keadaan baik.
3. Kala III
a. Kandung kemih kosong.
b. Ibu sudah disuntik oksitosin 10 IU (IM), plasenta lahir spontan dan lengkap.
c. Terdapat robekan perineum derajat II dan perdarahan 150 cc.
4. Kala IV
a. Luka episiotomi sudah dijahit dengan anestesi.
b. Ibu merasa nyaman.
c. TTV dan kontraksi uterus baik.
d. Kandung kemih kosong.
e. Ibu sudah menyusukan bayinya.
f. Tidak ada tanda-tanda infeksi
.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Nama pengkaji : Martri Wulandari


Tanggal/Pukul : 22 desember 2010 / 02.00 WIB
Tempat : PUSKESMAS kecamatan PASAR REBO

3.1 Data Subjektif


A. Identitas
Nama istri : Ny. Z Nama suami : Tn. N
Umur : 18 tahun Umur : 22 tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Gandaria RT 05/02 Alamat : Gandaria RT 05/02

B. Anamnesa
1. Alasan utama
Klien mengatakan mules-mules sejak jam 01.30 WIB, klien mengatakan ini
adalah hamil yang pertama dan umur kehamilannya sekarang 9 bulan, serta air-air
belum keluar, tapi darah dan lendir sudah keluar.
2. Perasaan (sejak datang ke klinik)
Ibu mengatakan merasa takut dan gelisah.
3. Tanda-tanda bersalin
Kontraksi : Ada sejak tanggal 21 desember 2010
Frekuensi : 3x dalam 10 menit dengan lama 10 detik
4. Masalah-masalah khusus : Tidak ada

5. Riwayat menstruasi
Menarche pada usia 13 tahun, lamanya 7 hari, siklus haid 28 hari dan teratur,
banyaknya ibu ganti pembalut 2 x sehari, sifat darah encer.
HPHT tanggal 28 03 2010 HTP tanggal 03 01 2011
6. Riwayat kehamilan sekarang
a. ANC : Trimester I : 1x
Trimester II : 3x
Trimester III : 4x
b. Pergerakan janin dirasakan ibu pertama kali sejak usia kehamilannya 4 bulan
sampai sekarang, gerakan janin dalam sehari > 10 kali.
c. Pola makan dan minum
Makan terakhir pukul : 04.50 WIB
Minum terakhir pukul : 04.50 WIB
d. Pola eliminasi
BAB terakhir : Pukul 02.00 WIB
BAK terakhir : Pukul 03.00 WIB.
3.2 Data Objektif
1. Keadaan umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran composmentis.
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi 86 x/menit, suhu tubuh 370C,
pernafasan 20 x/menit.
Tinggi badan 157 cm, berat badan 57 kg.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut hitam, tidak rontok, kulit kepala bersih.
b. Muka : Tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat dan
tidak oedem.
Mata : Kelopak mata tidak oedem, konjungtiva
muda (an anemis), sklera putih (an ikterik).
c. Mulut dan gigi :Bersih, tidak kering, gigi tidak ada caries,
tidak ada stomatitis.
d. Leher :Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid
maupun getah bening.
e. Dada : Jantung : Iramanya teratur / reguler
f. Paru-paru : Tidak ditemukan bunyi wheezing dan ronchi
Payudara : Pembesaran ada, puting susu menonjol dan bersih, bentuk simetris,
colostrum (+), tidak ada benjolan dan rasa nyeri.
g. Abdomen : Pembesaran sesuai dengan umur kehamilan, konsistensi keras, tidak
ada bekas luka operasi dan benjolan, linea nigra, striae lividae, kandung kemih
kosong.
h. Punggung dan pinggang : Posisi tulang belakang : lordisis
Pinggang nyeri : tidak ada
i. Ekstremitas atas dan bawah : Tidak ada : oedem, kekakuan sendi, kemerahan dan
varises.
4. Pemeriksaan Kebidanan
a. Palpasi
Leopold I : TFU : 32 cm, terasa bagian atas bundar lunak dan tidak ada lentingan
(bokong).
Leopold II : Teraba tahanan memanjang datar seperti papan sebelah kanan
(PUKA), bagian kecil janin di puki.
Leopold III : Bagian uterus sebelah bawah teraba bulat keras (kepala), dan sudah
masuk PAP.
Leopold IV : Bagian terendah janin (kepala) sudah masuk PAP 3/5.
b. Auskultasi
Denyut jantung janin : (+) 138 x/menit
Frekuensi : Teratur
Punctum maksimum : 3 jari di bawah pusat sebelah kanan
c. Perkusi
CVAT : Tidak ada nyeri ketuk.
Reflek patella : (+) kanan dan kiri.
d. Ano-genital (inspeksi)
Perineum : Luka parut : tidak ada
Varices : Tidak ada
Pengeluaran : Blood slim
Kelenjar bartholini : Tidak ada pembesaran
Fistula : Tidak ada
Anus : Hemoroid : tidak ada.
e. Pemeriksaan dalam
Vulva / vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tipis
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : UUK
Penurunan : Hodge III
f. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan

3.3 Assesment
G1 P0 A0 parturient aterm kala I fase aktif, janin hidup tunggal intra uterin, letak
memanjang, presentasi kepala dengan keadaan ibu dan janin baik.
Diagnosa potensial : tidak ada.

3.4 Planning
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan Hasil pemeriksaan
dalam : 5 cm, portio : tipis, ketuban : utuh, kepala di Hodge III.
2. Mengobservasi kemajuan dengan catat hasil (TTV) Keadaan umum ibu baik,
TTV : TD 110/80 mmHg, N : 88 x/menit, pernafasan : 20 x/menit, suhu : 370C.
3. Memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga dan Ibu terlihat lebih tenang.
4. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang proses kemajuan persalinan, Ibu
dan keluarga mengetahui proses kemajuan persalinan.
5. Mengatur posisi sesuai kemajuan/keinginan ibu serta lakukan perubahan posisi
dn Ibu melakukan perubahan posisi dengan miring ke sebelah kanan.
6. Memberikan ibu makan dan minum sesuai keinginan ibu dan Ibu mau makan dan
minum teh.
7. Menyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin dan Ibu BAK ke kamar
mandi 1x.
8. Menganjurkan suami/keluarga untuk selalu mendampingi ibu dan Suami/keluarga
selalu mendampingi ibu.
9. Menyiapkan alat partus set, hecting set dan peralatan lainnya dan Partus set dan
hecting telah siap.

Tanggal 22 Desember 2010 Pukul 02.00 WIB


3.1 Data Subjektif
Ibu merasa mules-mules semakin sering, ibu ingin meneran.
3.2 Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. TTV : TD : 110/70 mmHg R : 24 x/menit
N : 86 x/menit S : 36,50C
3. DJJ : 136 x/menit
4. TFU : 29 cm
5. Penurunan : 0/5
6. Pemeriksaan dalam
Vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tipis, pembukaan 10 cm, ketuban pecah,
warna air ketuban jernih, presentasi belakang kepala, ubun-ubun kiri depan, tidak
ada molase, penurunan Hodge IV.

3.3 Assesment
G1 P0 A0 parturient aterm kala II janin hidup tunggal intra uterin, keadaan ibu
dan janin baik.

3.4 Planning
1. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu agar
nyaman dan meyakinkan dirinya dan Ibu terlihat lebih tenang setelah diberikan
dukungan dan meyakinkan dirinya.
2. Memberikan cukup minum untuk menambah tenaga dan mencegah dehidrasi, Ibu
minum teh manis 1 gelas.
3. Mengajarkan ibu tentang teknik dan posisi mengedan yang benar (Posisi tangan
memegang kedua pergelangan kaki sambil mengedan, dagu ditempelken ke dada
(jika ada mules), jika tidak ada mules anjurkan ibu untuk istirahat dan tarik nafas)
sekarang Cara mengedan ibu sudah benar.
4. Mengobservasi keadaan umum ibu, nadi, DJJ, dan kontraksi setiap 30 menit
sekali atau saat tidak ada his, Nadi : 88 x/menit, kontraksi 5x dalam 10 menit
lamanya > 45 detik, DJJ : 136 x/menit, ketuban pecah spontan jam 02.00 WIB.
5. Menolong persalinan secara APN, Bayi lahir spontan pukul 02.30 WIB segera
menangis, kuat, jenis kelamin laki-laki, PB : 49 cm, BB : 3300 gram
.
Tanggal 22 Desember 2010 Pukul 02.31 WIB
3.1 Data Subjektif
Ibu merasa lelah dan senang atas kelahiran bayinya.

3.2 Data Objektif


Pukul 02.30 WIB bayi lahir spontan, segera menangis kuat, pergerakan aktif,
warna merah muda, jenis kelamin laki-laki, BB : 3300 gr, PB : 49 cm, placenta
belum keluar.

3.3 Assesment
P1 A0 parturient aterm kala III keadaan ibu baik.

3.4 Planning
1. Melaksanakan manajamen aktif kala II :
a. Menjepit dan menggunting tali pusat sedini mungkin.
b. Menyuntik oxcitocin 10 IU (IM) yang diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran
bayi.
c. Melakukan PTT (klem dipindahkan 5 10 cm dari vulva, kemudian posisi
tangan dorso cranial, sebelumnya mengevaluasi dulu tanda-tanda pelepasan
plasenta, setelah terjadi tanda-tanda pelepasan tersebut keluarkan plasenta dengan
memutarnya searah jarum jam), Plasenta lahir spontan lengkap pukul 02.40 WIB.
d. Memassage fundus, Ibu sudah dimassage fundusnya dan kontraksi uterus baik.
2. Mengecek perdarahan dan robekan perineum, Perdarahan 150 cc dan terdapat
robekan perineum derajat II.
Tanggal 22 Desember 2010 Pukul 02.45 WIB
3.1 Data Subjektif
Ibu merasa cemas saat mau dilakukan penjahitan

3.2 Data Objektif


Memeriksa tanda-tanda vital.
Pukul 02.45 WIB placenta lahir lengkap, kontraksi uterus baik, pengeluaran darah
150 cc, ada robekan perineum derajat II, dengan keadaan ibu baik.

3.3 Assesment
P1 A0 kala IV dengan luka perineum derajat II.
Diagnosa potnsial : tidak ada.

3.4 Planning
1. Melakukan massage uterus, Sudah dilakukan dan kontraksi uterus baik.
2. Memeriksa kelengkapan plasenta selaput dan kotiledon, Plasenta dan selaput dan
kotiledon lengkap.
3. Memeriksa robekan jalan lahir, Terdapat laserasi derajat II.
4. Menjahit luka perineum dengan anestesi, Lula perineum dijahit 4 jahitan.
5. Mengajari ibu cara menilai kontraksi uterus dan cara melakukan massage uterus
jika kontraksi uterus kurang baik, Respons ibu baik dan mau mengikuti cara untuk
melakukan massage uterus.
6. Membersihkan perineum dan bagian yang kotor pada ibu dan mengganti pakaian
yang bersih, Ibu merasa nyaman.
7. Mengobservasi TTV, kandung kemih, kontraksi uterus, TFU, dan perdarahan
selama 2 jam (15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali pada 1 jam
kedua), Terlampir di partograf.
8. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum serta istirahat, Ibu minum teh manis.
9. Merencanakan pemberian vitamin A, Vitamin A diberikan.
10. Mendapatkan terapi oral (viliron 2 x 1, amoxilyn 3 x 1, asam mefenamat 3 x 1).
11. Mendekontaminasi alat-alat bekas pakai, direndam dalam larutan clorin 0,5 %
selama 10 menit.
12. Melengkapi partograf, Partograf terlampir.

Tanggal 22 Desember 2010 Pukul 03.30 WIB


3.1 Data Subjektif
Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya.
3.2 Data Objektif
1. TTV : T D : 110/70 mmHg R : 24 x/menit
N : 84 x/menit S : 36,50C
2. TFU : 2 jari di bawah pusat.
3. Kandung kem
3.3 Assesment
P1 A0 1 jam post partum dengan keadaan ibu baik.

3.4 Planning
1. Mengobservasi tanda-tanda vital Terlampir dalam partograf.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya Ibu mau menyusui bayinya.
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum Ibu mau makan dan minum.
4. Menganjurkan untuk tetap menjaga suhu bayi agar tetap hangat Bayi dalam
keadaan hangat.
5. Menganjurkan ibu cara menilai kontraksi uterus dan melakukan massage uterus,
jika uterus lembek Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Tanggal 22 Desember 2010 Pukul 04.30 WIB


3.1 Data Subjektif
Ibu merasa lelah ingin istirahat.

3.2 Data Objektif


TTV : T D : 110/70 mmHg R : 24 x/menit
N : 86 x/menit S : 36,50C
3.3 Assesment
P1 A0 2 jam post partum dengan keadaan ibu baik.

3.4 Planning
1. Mengobservasi tanda-tanda vital Terlampir dalam partograf.
2. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan perineum Ibu mau menjaga kebersihan
terutama di daerah jalan lahir.
3. Menginformasikan tentang tanda-tanda bahaya nifas antara lain nyeri kepala
hebat, demam tinggi, keluar darah berbau dari jalan lahir Ibu tahu tanda bahaya
masa nifas.
4. Menganjurkan ibu untuk meminum antibiotik Ibu mau meminumnya.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat selagi bayi tidur Ibu mau untuk istirahat.
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengkajian dan diberikan asuhan kebidanan pada Ny. Z


dengan kasus robekan perineum derajat II di PKM kecamatan pasar rebo, maka
dapat melihat ada atau tidaknya kesenjangan antara tinjauan teori dengan praktek
di lapangan.
Berdasarkan pengkajian data menurut (Prawirohardjo, 2005 : 665) robekan
perineum terjadi hampir semua persalinan pertama (primigravida) dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Gejala dan tanda robekan jalan lahir yang
selalu ada : perdarahan segera dengan jumlah yang bervariasi banyaknya, darah
segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik,
sedangkan asuhan yang telah diberikan pada ibu bersalin Ny. Z dengan robekan
perineum derajat II adalah : ibu hamil pertama, pada robekan perineum, terdapat
pengeluaran darah segar sebanyak kurang lebih 150 cc setelah bayi lahir,
kontraksi uterus baik dan plasenta lahir spontan dan lengkap, serta keadaan baik.
Maka tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
Salah satu penyebab perdarahan post partum adalah akibat adanya robekan
jalan lahir dan dapat menyebabkan infeksi dimana suhu badan biasanya
meningkat sampai 380C, nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat, pernafasan bila suhu dan nadi tidak normal
pernafasan juga menjadi tidak normal. Sedangkan pada kasus ibu bersalin Ny. Z
tidak terjadi masalah potensial tersebut di atas. Maka dapat ditarik kesimpulan ada
kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan.
Menurut (Mochtar, 1998 : 12) bila dijumpai robekan perineum, lakukan
penjahitan luka dengan baik lapis demi lapis, perhatikan jangan sampai terjadi
ruang kosong terbuka ke arah vagina (dead space) yang biasanya dapat dimasuki
bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka
dan berikan antibiotika yang cukup. Sedangkan pada kasus ibu bersalin Ny. Z
dengan robekan perineum derajat II dilakukan penjahitan luka dan diberikan
antibiotika yang cukup sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di
lapangan. Tahap evaluasi pada ibu bersalin Ny. Z dengan robekan perineum
derajat II antara lain : kemajuan persalinan baik, bayi lahir spontan pukul 02.30
WIB, segera menangis kuat, jenis kelamin laki-laki, PB : 49 cm, BB : 3300 gram,
plasenta lahir spontan lengkap pukul 02.40 WIB, terdapat robekan perineum
derajat II dan sudah dilakukan penjahitan, perdarahan 150 cc, dan ibu sudah
dibersihkan dari darah dan cairan lain.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Robekan perineum derajat II adalah robekan yang mengenai selaput lendir
vagina dan otot perineum transversalis, tetapi tidak sampai mengenai otot sfingter
ani dan biasanya disebabkan karena partus presipitatus, kepala janin besar dan
janin besar, presentasi defleksi (dahi, muka), primigravida, letak sungsang dan
after coming head, pimpinan persalinan salah, obstetri operatif pervaginam.
Asuhan yang telah dilakukan pada ibu bersalin Ny. Z dengan robekan
perineum derajat II yang disebabkan karena perineum kaku, dan ini merupakan
kehamilan pertamanya dengan keadaan umum ibu baik, TD : 110/80 mmHg, nadi
88 x/menit, suhu tubuh 370C, pernafasan 20 x/menit. Adapun penanganan
robekan perineum derajat II dilakukan dengan memeriksa sumber perdarahan,
dimana darah yang keluar berwarna merah dan segar segera setelah bayi lahir,
kontraksi uterus baik, plasenta lahir spontan, lengkap. Kemudian setelah diketahui
penyebab perdarahan tersebut dilakukan penjahitan dengan anestesi.
Sehingga penulis mengambil kesimpulan apabila ibu bersalin mengalami robekan
perineum segera lakukan penjahitan dengan prinsip aseptik (baik) dan jika
perineum tidak dijahit dengan baik, maka akan menyebabkan lapangnya luka
perineum dan pada ruptur perineum komplete dapat terjadi beser berak
(inkontinensia alvi), alat kemaluan menjadi kurang baik, dan juga menyebabkan
perdarahan dan infeksi.

5.2 Saran
1. Bagi Prodi D III Kebidanan
Diharapkan untuk lebih membekali mahasiswa dengan teori-teori yaitu dengan
menambah buku-buku di perpustakaan dan pada saat proses pembelajaran, agar
dapat diterapkan di tempat praktek / lapangan.

2. Bagi Tempat Praktek


Untuk terus mempertahankan mutu pelayanan terhadap klien dengan baik dan
sesuai standar asuhan kebidanan.
3. Bagi Ibu Bersalin Ny. Z
Diharapkan untuk terus menjaga kebersihannya terutama daerah kemaluannya
agar tidak terjadi infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Persalinan Normal. 2007. Jakarta : JNPK KR.


Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Saefuddin. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP SP
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP SP.
http://woelandharie.blogspot.co.id/2011/02/askeb-phatologi-robekan-perenium-
grade.html

Vous aimerez peut-être aussi