Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan ibu bersalin dengan
robekan perineum derajat II dengan pola 7 langkah varney dan pendokumentasian
SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya yaitu mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian menyeluruh pada ibu bersalin dengan robekan perineum
derajat II.
2. Menentukan diagnosa kebidanan pada ibu bersalin dengan robekan perineum
derajat II.
3. Menentukan diagnosa potensial dan masalah pada ibu bersalin dengan robekan
perineum derajat II.
4. Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera pada ibu bersalin dengan
robekan perineum derajat II.
5. Merencanakan tindakan kebidanan pada ibu bersalin dengan robekan perineum
derajat II
6. Melaksanakan tindakan kebidanan pada ibu bersalin dengan robekan perineum
derajat II .
7. Mengevaluasi tindakan asuhan yang telah diberikan pada ibu bersalin dengan
robekan perineum derajat II .
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode narasi
yang menggambarkan studi kasus pada ibu bersalin dengan robekan perineum
derajat II .
Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan data kasus ini adalah :
1. Wawancara
Adalah dengan mengumpulkan data subjektif atau anamnesa langsung pada klien
dan keluarga.
2. Observasi
Adalah dengan mengamati langsung secara pemeriksaan fisik untuk pengumpulan
data objektif.
3. Studi Pustaka
Adalah dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber lain untuk mendapatkan
dasar-dasar ilmiah yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
4. Dokumentasi
Adalah membuat makalah ini penulis melakukan pendokumentasian dengan
melihat langsung pada klien.
2. Proses Persalinan
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan
pembukaan dan penipisan pada serviks dan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan pada serviks.
a. Tanda dan gejala inpartu, termasuk :
Penipisan dan pembukaan serviks.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal
2 kali dalam 10 menit).
Keluarnya lendir bercampur darah (show) melalui vagina
b. Pembagian fase / kala dalam persalinan
Kala I (Kala Pembukaan)
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Kala I dibagi lagi menjadi :
Fase laten
- Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
- Pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
- Biasanya berlangsung < 8 jam.
Fase aktif
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat (kontraksi dianggap adekuat /
memadai jika terjadi 3x atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama
40 detik atau lebih).
- Serviks membuka dari 4 sampai 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm).
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
- Berlangsung < 6 jam.
Kala II (Kala Pengeluaran) Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Tanda dan gejala kala II :
Adanya dorongan untuk meneran dari ibu.
Ibu merasa makin meningkatnya tekanan pada anus.
Perineum terlihat menonjol.
Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam
yang menunjukkan pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya bagian
kepala bayi pada introitus vagina.
Kala III (Kala Uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban.
Fisiologi kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
implantasi plasenta. Karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal, kemudian
dilepaskan dari dinding uterus, setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah
uterus atau bagian atas vagina.
Tanda-tanda pelepasan plasenta
- Perubahan bentuk dan tinggi uterus, uterus menjadi bulat dan fundus berada di
atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
- Tali pusat memanjang.
- Semburan darah tiba-tiba. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan
darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul diantara tempat
melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta (darah retroplasenter)
keluar melalui tepi plasenta yang terlepas.
Kala IV Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Pada kala
ini penderita masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena perdarahan
atonia uteri masih mengancam, pada kala ini penderita belum dipindahkan ke
kamarnya tidak boleh ditinggalkan oleh bidan. (Diktat Kuliah Biorep)
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Passage (jalan lintas)
- Ukuran panggul
- Otot-otot dasar panggul
Power (kekuatan)
- His yaitu kontraksi otot rahim pada persalinan. Karakteristik his persalinan dan
his palsu FaktorKontraksiIntervalIntensitasLokasi sakitPengaruh
sedativaPerubahan serviks His persalinanInterval teraturMemendekMakin
kuatBelakang & abdomenTidak berpengaruhMendatar & membuka His palsuTak
teraturTetap panjangTetapAbdomen bawah Hilang oleh sedativetetap
- Tenaga mengejan.
Passanger (penumpang)
- Janin
- Plasenta
- Air ketuban
2.1.7 Penatalaksanaan Robekan Perineum
1. Persiapan Alat
a. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan. 1) Wadah DTT berisi sarung
tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit kromik atau catguk No. 2/0
atau 3/0, kasa steril, pinset. 2) Pavidon-iodine. 3) Buka spuit sekali pakai 10 ml
dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT. 4) Patahkan jarum ampul
lidokain (lidokain tanpa epinefrin). Perkiraan jumlah lidokain yang akan
digunakan (sesuaikan dengan luas/dalamnya robekan perineum).
b. Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur.
c. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu.
d. Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva/perineum ibu.
e. Pastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir.
f. Pakai satu sarung tangan DTT pada tangan kanan.
g. Ambil spuit sekali pakai 10 ml dengan tangan yang bersarung tangan. Isi tabung
suntik dengan lidokain 1% tanpa epinefrin dan letakkan kembali ke dalam wadah
DTT.
h. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan.
i. Gunakan kasa bersih, basuh vulva dan perineum dengan larutan povidon iodine
dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum. Tunggu selama : 2 menit
sebelum menyuntikkan lidokain 1%.
2. Anestesi Lokal
a. Beritahu ibu akan disuntik yang akan terasa nyeri dan menyengat.
b. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum, masukkan jarum
suntik secara subkutan sepanjang tepi luka.
c. Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada darah,
tusuk jarum sedikit dan kembali masukkan, ulangi melakukan aspirasi. Anestesi
yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan detak jantung yang
tidak teratur.
d. Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum.
e. Tanpa menarik jarum suntik ke luar dari luka, arahkan jarum suntik, bila robekan
alur suntikan anestesi akan berbentuk seperti kipas, tepi perineum, dalam luka,
mukosa vagina.
f. Lakukan langkah No. 2 5 di atas kedua tepi robekan.
g. Tunggu 1 2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil
optimal dari anestesi lokal.
3. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat II Sebelum dilakukan penjahitan pada
perineum derajat II, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi,
maka pinggir yang bergerigi tersebut diratakan dahulu. Pinggir robekan sebelah
kiri dan kanan masing-masing diklem terlebih dahulu, kemudian digunting,
setelah pinggir robekan rata baru dilakukan penjahitan luka perineum. Mula-mula
otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput vagina dijahit dengan catgur secara
terputus-putus atau jelujur, penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari puncak
robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan benang secara terputus-putus.
(Wiknjosastro, 2002)
4. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat III
a. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.
b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang kasa ke dalam
vagina.
c. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum.
d. Pasang benang jahit (kromik No. 2/0) pada mata jarum.
e. Tentukan dengan jelas batas luka robekan perineum.
f. Ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan, diklem dengan
menggunakan peon lurus.
g. Kemudian tautkan ujung otot sfingter ani dengan melakukan 2 3 jahitan angka 8
catgut kromik No. 2/0 sehingga bertemu kembali.
h. Selanjutnya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan pada
robekan perineum tingkat II.
5. Penjahitan Robekan Perineum Tingkat IV
a. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.
b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang kasa ke dalam
vagina.
c. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum.
d. Pasang benang jahit (kromik No. 2/0) pada mata jarum.
e. Tentukan dengan jelas batas luka robekan perineum.
f. Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit dengan jahitan jelujur
menggunakan catgut kromik No. 2/0.
g. Jahit asia periretal dengan menggunakan benang yang sama, sehingga bertemu
kembali.
h. Jahit fasia septum rektovaginal dengan menggunakan benang yang sama sehingga
bertemu kembali.
i. Ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan, diklem dengan
menggunakan peon lurus.
j. Kemudian tautkan ujung otot sfingter ani dengan melakukan 2 3 jahitan angka
8 catgut kromik No. 2/0 sehingga bertemu kembali.
k. Selanjutanya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan pada
robekan perineum tingkat II.
j. Psikologis
Ibu terlihat cemas dan gelisah menghadapi persalinannya.
2.2.6 Pelaksanaan
Pada langkah ini dilakukan asuhan yang menyeluruh berdasarkan rencana
tindakan seperti yang telah diuraikan pada langkah 5 dilaksanakan secara efisien
dan aman.
1. Kala I
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan telah dilakukan.
b. Mengobservasi kemajuan persalinan.
c. Mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu.
d. Memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga.
e. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kemajuan persalinan dan
memberikan ibu makan dan minum sesuai kemauan ibu.
f. Menyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
g. Menganjurkan suami/keluarga untuk selalu mendampingi selama proses
perbaikan.
h. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin.
i. Menyiapkan alat partus set, hecting set dan peralatan lain.
2. Kala II
a. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu agar
merasa nyaman dan yakin pada diri sendiri.
b. Memberikan cukup makan dan minum untuk memberikan tenaga dan mencegah
dehidrasi.
c. Mengajarkan ibu teknik meneran yang benar.
d. Mengatur posisi mengedan.
e. Mengobservasi keadaan umum ibu, TTV, kontraksi uterus, dan DJJ setiap selesai
his.
f. Memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan.
g. Melakukan episiotomi apabila ada indikasi.
h. Memimpin ibu meneran setiap ada his.
3. Kala III
a. Mengecek kandung kemih, apabila blas penuh anjurkan ibu kencing bila tidak
bisa lakukan katerisasi.
b. Melakukan manajemen aktif kala III yaitu : suntik oksitosin 10 IU (IM), lakukan
PTT, setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta dilahirkan sesuai dengan
prosedur, kemudian lakukan masase uterus hingga berkontraksi.
c. Mengecek adanya perdarahan dan robekan perineum serta kontraksi uterus.
4. Kala IV
a. Menjahit luka perineum dengan anestesi.
b. Membersihkan perineum dan bagian yang kotor pada ibu dan kenakan pakaian
yang bersih.
c. Mengobservasi TTV dan kandung kemih, kontraksi uterus, TFU, dan perdarahan
selama 2 jam (15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam pertama).
d. Memberikan cukup makan dan minum.
e. Menganjurkan ibu untuk istirahat senyaman mungkin.
f. Menganjurkan ibu untuk segera menyusukan bayinya sedini mungkin.
g. Melakukan teknik bonding attachment.
2.2.7 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan.
1. Kala I
a. Kemajuan persalinan normal.
b. TTV dan keadaan umum ibu baik.
c. Ibu mau makan dan minum.
d. Ibu sudah BAK.
e. Ibu didampingi suami dan keluarga.
f. Ibu miring kanan / kiri.
g. Alat-alat yang dibutuhkan sudah disiapkan.
2. Kala II
a. Ibu sudah makan dan minum.
b. Ibu tahu akan teknik meneran yang benar.
c. Posisi ibu setengah duduk.
d. Keadaan umum, TTV, kontraksi uterus dan DJJ baik.
e. Episiotomi tidak dilakukan.
f. Ibu mau meneran setiap ada his.
g. Bayi lahir spontan dan dalam keadaan baik.
3. Kala III
a. Kandung kemih kosong.
b. Ibu sudah disuntik oksitosin 10 IU (IM), plasenta lahir spontan dan lengkap.
c. Terdapat robekan perineum derajat II dan perdarahan 150 cc.
4. Kala IV
a. Luka episiotomi sudah dijahit dengan anestesi.
b. Ibu merasa nyaman.
c. TTV dan kontraksi uterus baik.
d. Kandung kemih kosong.
e. Ibu sudah menyusukan bayinya.
f. Tidak ada tanda-tanda infeksi
.
BAB III
TINJAUAN KASUS
B. Anamnesa
1. Alasan utama
Klien mengatakan mules-mules sejak jam 01.30 WIB, klien mengatakan ini
adalah hamil yang pertama dan umur kehamilannya sekarang 9 bulan, serta air-air
belum keluar, tapi darah dan lendir sudah keluar.
2. Perasaan (sejak datang ke klinik)
Ibu mengatakan merasa takut dan gelisah.
3. Tanda-tanda bersalin
Kontraksi : Ada sejak tanggal 21 desember 2010
Frekuensi : 3x dalam 10 menit dengan lama 10 detik
4. Masalah-masalah khusus : Tidak ada
5. Riwayat menstruasi
Menarche pada usia 13 tahun, lamanya 7 hari, siklus haid 28 hari dan teratur,
banyaknya ibu ganti pembalut 2 x sehari, sifat darah encer.
HPHT tanggal 28 03 2010 HTP tanggal 03 01 2011
6. Riwayat kehamilan sekarang
a. ANC : Trimester I : 1x
Trimester II : 3x
Trimester III : 4x
b. Pergerakan janin dirasakan ibu pertama kali sejak usia kehamilannya 4 bulan
sampai sekarang, gerakan janin dalam sehari > 10 kali.
c. Pola makan dan minum
Makan terakhir pukul : 04.50 WIB
Minum terakhir pukul : 04.50 WIB
d. Pola eliminasi
BAB terakhir : Pukul 02.00 WIB
BAK terakhir : Pukul 03.00 WIB.
3.2 Data Objektif
1. Keadaan umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran composmentis.
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi 86 x/menit, suhu tubuh 370C,
pernafasan 20 x/menit.
Tinggi badan 157 cm, berat badan 57 kg.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut hitam, tidak rontok, kulit kepala bersih.
b. Muka : Tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat dan
tidak oedem.
Mata : Kelopak mata tidak oedem, konjungtiva
muda (an anemis), sklera putih (an ikterik).
c. Mulut dan gigi :Bersih, tidak kering, gigi tidak ada caries,
tidak ada stomatitis.
d. Leher :Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid
maupun getah bening.
e. Dada : Jantung : Iramanya teratur / reguler
f. Paru-paru : Tidak ditemukan bunyi wheezing dan ronchi
Payudara : Pembesaran ada, puting susu menonjol dan bersih, bentuk simetris,
colostrum (+), tidak ada benjolan dan rasa nyeri.
g. Abdomen : Pembesaran sesuai dengan umur kehamilan, konsistensi keras, tidak
ada bekas luka operasi dan benjolan, linea nigra, striae lividae, kandung kemih
kosong.
h. Punggung dan pinggang : Posisi tulang belakang : lordisis
Pinggang nyeri : tidak ada
i. Ekstremitas atas dan bawah : Tidak ada : oedem, kekakuan sendi, kemerahan dan
varises.
4. Pemeriksaan Kebidanan
a. Palpasi
Leopold I : TFU : 32 cm, terasa bagian atas bundar lunak dan tidak ada lentingan
(bokong).
Leopold II : Teraba tahanan memanjang datar seperti papan sebelah kanan
(PUKA), bagian kecil janin di puki.
Leopold III : Bagian uterus sebelah bawah teraba bulat keras (kepala), dan sudah
masuk PAP.
Leopold IV : Bagian terendah janin (kepala) sudah masuk PAP 3/5.
b. Auskultasi
Denyut jantung janin : (+) 138 x/menit
Frekuensi : Teratur
Punctum maksimum : 3 jari di bawah pusat sebelah kanan
c. Perkusi
CVAT : Tidak ada nyeri ketuk.
Reflek patella : (+) kanan dan kiri.
d. Ano-genital (inspeksi)
Perineum : Luka parut : tidak ada
Varices : Tidak ada
Pengeluaran : Blood slim
Kelenjar bartholini : Tidak ada pembesaran
Fistula : Tidak ada
Anus : Hemoroid : tidak ada.
e. Pemeriksaan dalam
Vulva / vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tipis
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : UUK
Penurunan : Hodge III
f. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan
3.3 Assesment
G1 P0 A0 parturient aterm kala I fase aktif, janin hidup tunggal intra uterin, letak
memanjang, presentasi kepala dengan keadaan ibu dan janin baik.
Diagnosa potensial : tidak ada.
3.4 Planning
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan Hasil pemeriksaan
dalam : 5 cm, portio : tipis, ketuban : utuh, kepala di Hodge III.
2. Mengobservasi kemajuan dengan catat hasil (TTV) Keadaan umum ibu baik,
TTV : TD 110/80 mmHg, N : 88 x/menit, pernafasan : 20 x/menit, suhu : 370C.
3. Memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga dan Ibu terlihat lebih tenang.
4. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang proses kemajuan persalinan, Ibu
dan keluarga mengetahui proses kemajuan persalinan.
5. Mengatur posisi sesuai kemajuan/keinginan ibu serta lakukan perubahan posisi
dn Ibu melakukan perubahan posisi dengan miring ke sebelah kanan.
6. Memberikan ibu makan dan minum sesuai keinginan ibu dan Ibu mau makan dan
minum teh.
7. Menyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin dan Ibu BAK ke kamar
mandi 1x.
8. Menganjurkan suami/keluarga untuk selalu mendampingi ibu dan Suami/keluarga
selalu mendampingi ibu.
9. Menyiapkan alat partus set, hecting set dan peralatan lainnya dan Partus set dan
hecting telah siap.
3.3 Assesment
G1 P0 A0 parturient aterm kala II janin hidup tunggal intra uterin, keadaan ibu
dan janin baik.
3.4 Planning
1. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu agar
nyaman dan meyakinkan dirinya dan Ibu terlihat lebih tenang setelah diberikan
dukungan dan meyakinkan dirinya.
2. Memberikan cukup minum untuk menambah tenaga dan mencegah dehidrasi, Ibu
minum teh manis 1 gelas.
3. Mengajarkan ibu tentang teknik dan posisi mengedan yang benar (Posisi tangan
memegang kedua pergelangan kaki sambil mengedan, dagu ditempelken ke dada
(jika ada mules), jika tidak ada mules anjurkan ibu untuk istirahat dan tarik nafas)
sekarang Cara mengedan ibu sudah benar.
4. Mengobservasi keadaan umum ibu, nadi, DJJ, dan kontraksi setiap 30 menit
sekali atau saat tidak ada his, Nadi : 88 x/menit, kontraksi 5x dalam 10 menit
lamanya > 45 detik, DJJ : 136 x/menit, ketuban pecah spontan jam 02.00 WIB.
5. Menolong persalinan secara APN, Bayi lahir spontan pukul 02.30 WIB segera
menangis, kuat, jenis kelamin laki-laki, PB : 49 cm, BB : 3300 gram
.
Tanggal 22 Desember 2010 Pukul 02.31 WIB
3.1 Data Subjektif
Ibu merasa lelah dan senang atas kelahiran bayinya.
3.3 Assesment
P1 A0 parturient aterm kala III keadaan ibu baik.
3.4 Planning
1. Melaksanakan manajamen aktif kala II :
a. Menjepit dan menggunting tali pusat sedini mungkin.
b. Menyuntik oxcitocin 10 IU (IM) yang diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran
bayi.
c. Melakukan PTT (klem dipindahkan 5 10 cm dari vulva, kemudian posisi
tangan dorso cranial, sebelumnya mengevaluasi dulu tanda-tanda pelepasan
plasenta, setelah terjadi tanda-tanda pelepasan tersebut keluarkan plasenta dengan
memutarnya searah jarum jam), Plasenta lahir spontan lengkap pukul 02.40 WIB.
d. Memassage fundus, Ibu sudah dimassage fundusnya dan kontraksi uterus baik.
2. Mengecek perdarahan dan robekan perineum, Perdarahan 150 cc dan terdapat
robekan perineum derajat II.
Tanggal 22 Desember 2010 Pukul 02.45 WIB
3.1 Data Subjektif
Ibu merasa cemas saat mau dilakukan penjahitan
3.3 Assesment
P1 A0 kala IV dengan luka perineum derajat II.
Diagnosa potnsial : tidak ada.
3.4 Planning
1. Melakukan massage uterus, Sudah dilakukan dan kontraksi uterus baik.
2. Memeriksa kelengkapan plasenta selaput dan kotiledon, Plasenta dan selaput dan
kotiledon lengkap.
3. Memeriksa robekan jalan lahir, Terdapat laserasi derajat II.
4. Menjahit luka perineum dengan anestesi, Lula perineum dijahit 4 jahitan.
5. Mengajari ibu cara menilai kontraksi uterus dan cara melakukan massage uterus
jika kontraksi uterus kurang baik, Respons ibu baik dan mau mengikuti cara untuk
melakukan massage uterus.
6. Membersihkan perineum dan bagian yang kotor pada ibu dan mengganti pakaian
yang bersih, Ibu merasa nyaman.
7. Mengobservasi TTV, kandung kemih, kontraksi uterus, TFU, dan perdarahan
selama 2 jam (15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali pada 1 jam
kedua), Terlampir di partograf.
8. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum serta istirahat, Ibu minum teh manis.
9. Merencanakan pemberian vitamin A, Vitamin A diberikan.
10. Mendapatkan terapi oral (viliron 2 x 1, amoxilyn 3 x 1, asam mefenamat 3 x 1).
11. Mendekontaminasi alat-alat bekas pakai, direndam dalam larutan clorin 0,5 %
selama 10 menit.
12. Melengkapi partograf, Partograf terlampir.
3.4 Planning
1. Mengobservasi tanda-tanda vital Terlampir dalam partograf.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya Ibu mau menyusui bayinya.
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum Ibu mau makan dan minum.
4. Menganjurkan untuk tetap menjaga suhu bayi agar tetap hangat Bayi dalam
keadaan hangat.
5. Menganjurkan ibu cara menilai kontraksi uterus dan melakukan massage uterus,
jika uterus lembek Ibu mengerti dan mau melakukannya.
3.4 Planning
1. Mengobservasi tanda-tanda vital Terlampir dalam partograf.
2. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan perineum Ibu mau menjaga kebersihan
terutama di daerah jalan lahir.
3. Menginformasikan tentang tanda-tanda bahaya nifas antara lain nyeri kepala
hebat, demam tinggi, keluar darah berbau dari jalan lahir Ibu tahu tanda bahaya
masa nifas.
4. Menganjurkan ibu untuk meminum antibiotik Ibu mau meminumnya.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat selagi bayi tidur Ibu mau untuk istirahat.
BAB IV
PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Robekan perineum derajat II adalah robekan yang mengenai selaput lendir
vagina dan otot perineum transversalis, tetapi tidak sampai mengenai otot sfingter
ani dan biasanya disebabkan karena partus presipitatus, kepala janin besar dan
janin besar, presentasi defleksi (dahi, muka), primigravida, letak sungsang dan
after coming head, pimpinan persalinan salah, obstetri operatif pervaginam.
Asuhan yang telah dilakukan pada ibu bersalin Ny. Z dengan robekan
perineum derajat II yang disebabkan karena perineum kaku, dan ini merupakan
kehamilan pertamanya dengan keadaan umum ibu baik, TD : 110/80 mmHg, nadi
88 x/menit, suhu tubuh 370C, pernafasan 20 x/menit. Adapun penanganan
robekan perineum derajat II dilakukan dengan memeriksa sumber perdarahan,
dimana darah yang keluar berwarna merah dan segar segera setelah bayi lahir,
kontraksi uterus baik, plasenta lahir spontan, lengkap. Kemudian setelah diketahui
penyebab perdarahan tersebut dilakukan penjahitan dengan anestesi.
Sehingga penulis mengambil kesimpulan apabila ibu bersalin mengalami robekan
perineum segera lakukan penjahitan dengan prinsip aseptik (baik) dan jika
perineum tidak dijahit dengan baik, maka akan menyebabkan lapangnya luka
perineum dan pada ruptur perineum komplete dapat terjadi beser berak
(inkontinensia alvi), alat kemaluan menjadi kurang baik, dan juga menyebabkan
perdarahan dan infeksi.
5.2 Saran
1. Bagi Prodi D III Kebidanan
Diharapkan untuk lebih membekali mahasiswa dengan teori-teori yaitu dengan
menambah buku-buku di perpustakaan dan pada saat proses pembelajaran, agar
dapat diterapkan di tempat praktek / lapangan.
DAFTAR PUSTAKA