Vous êtes sur la page 1sur 5

NAMA : ALGA WILYA PAMAJAYA

NPM : 167210787

KELAS : ADMINISTRASI BISNIS 2 C

1. Mengapa pancasila sebagai ideologi kita?

Pancasila terdiri dari lima sila. Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila yang terdiri dari lima sila. Kelima sila
tersebut digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai dasar negara karena Pancasila dipandang
cocok bagi bangsa Indonesia. Oleh karena Pancasila dipandang baik dan cocok bagi bangsa
Indonesia, maka kita perlu mempertahankannya melalui pengamalan dalam berbagai bidang
kehidupan seperti bidang pemerintahan, kehidupan masyarakat, dan bidang pendidikan.
Tentu saja negara-negara lain selain Indonesia tidak menggunakan Pancasila sebagai ideologi
negara. Negara-negara lain itu mempunyai ideologi negara sendiri yang dipandang baik dan
cocok. Di dunia ini ada dua ideologi yang terkenal yaitu liberalisme dan sosialisme.

Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi

Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai Ketuhanan,


Kemanusiaan,Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-nilai ini yangmerupakan nilai dasar
bagi kehidupan kenegaraan,kebangsaan dan kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila tergolong
nilai kerokhanian yang didalamnya terkandungnilai-nilai lainnya secara lengkap dan
harmonis, baik nilaimaterial, nilai vital, nilai kebenaran (kenyataan), nilaiestetis, nilai etis
maupun nilai religius.Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bersifatobjektif dan subjektif,
artinya hakikat nilai-nilai Pancasilaadalah bersifat universal (berlaku di manapun),
sehinggadimungkinkan dapat diterapkan pada negara lain. Jadikalau ada suatu negara lain
menggunakan prinsipfalsafah, bahwa negara berKetuhanan, berKemanusiaan,berPersatuan,
berKerakyatan, dan berKeadilan, makanegara tersebut pada hakikatnya menggunakan
dasarfilsafat dari nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif,
maksudnyaadalah:
1) Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam menunjukkan
adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karena merupakan suatu nilai;
2) Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan
keagamaan;
3) Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara
yang mendasar, sehingga merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud bahwa keberadaan
nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Hal ini dapat
dijelaskan, karena:

1) Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia sebagai
penyebab adanya nilai-nilai tersebut;

2) Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga merupakan


jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan
kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
3) Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerokhanian, yaitu nilai kebenaran,
keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius yang sesuai dengan hati
nurani bangsa Indonesia dikarenakan bersumber pada kepribadian bangsa.
Oleh karena nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dan subjektif tersebut, maka nilai-nilai
Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, menjadi dasar serta semangat bagi segala
tindakan atau perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan bernegara.
Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber nilai bagi manusia Indonesia dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara, maksudnya sumber acuan dalam bertingkah laku dan
bertindak dalam menentukan dan menyusun tata aturan hidup berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang digali, tumbuh dan berkembang dari budaya
bangsa Indonesia yang telah berakar dari keyakinan hidup bangsa Indonesia. Dengan
demikian nilai-nilai Pancasila menjadi ideologi yang tidak diciptakan oleh negara melainkan
digali dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai
nilai-nilai yang digali dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia sendiri,
maka nilai-nilai Pancasila akan selalu berkembang mengikuti perkembangan masyarakat
Indonesia.
Sebagai ideologi yang tidak diciptakan oleh negara, menjadikan Pancasila sebagai ideologi
juga merupakan sumber nilai, sehingga Pancasila merupakan asas kerokhanian bagi tertib
hukum Indonesia, dan meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-
Undang Dasar 1945 serta mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah, penyelenggara negara termasuk pengurus partai dan golongan
fungsional untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita
moral rakyat yang luhur.

2. Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu

Ilmu pengetahuan adalah suatu perkembangan yang secara bertahap dapat merubah
susunan pola kehidupan manusia ke arah yang lebih konkret dan berguna bagi proses hidup.
Sejak masa Yunani Kuno , Abad Tengah, hingga Abad Modern saat ini ilmu pengetahuan
selalu berkembang. Berikut adalah masa transisi yang terjadi akibat adanya ilmu
pengetahuan :
a. Masyarakat agraris-tradisional menjadi masyarakat industri modern
Dalam masa transisi ini , peran mitos mulai diambil alih oleh logos ( akal pikiran ). Bukan
lagi melalui kekuatan kosmis yang secara mitologis dianggap sebagai penguasa alam sekitar,
melainkan sang akal pikir dengan kekuatan penalarannya yang handal dijadikan kerangka
acuan untuk meramalkan dan mengatur kehidupan. Pandangan mengenai ruang dan waktu ,
etos kerja, kaidah-kaidah normatif yang semula menjadi panutan, bergeser mencari format
baru yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat yang berkembang menuju masyarakat
industri. Filsafat sesama bus kota tidak boleh saling mendahului tidak berlaku lagi.
Sekarang yang di tuntut adalah prestasi, siap pakai, keunggulan kompetitif , efisiensi dan
produktif-inovatif-kreatif.

b. Masyarakat etnis-kebudayaan menjadi masyarakat kebudayaan nasional kebangsaan


Puncak-puncak kebudayaan daerah mencair secara konvergen menuju satu kesatuan pranata
kebudayaan demi tegak-kokohnya suatu negara kebangsaan (nation state) yang berwilayah
dari Sabang sampai Merauke. Penataan struktur pemerintahan , sistem pendidikan ,
penanaman nilai-nilai etik dan moral secara intensif merupakan upaya serius untuk membina
dan mengembangkan jati diri sebagai suatu kesatuan bangsa.

c. Masyarakati budaya nasional-kebangsaan menjadi masyarakat budaya global-mondial.


Visi, orientasi, dan persepsi mengenai nilai-nilai universal seperti hak azasi, demokrasi
keadilan, kebebasan, masalah lingkungan dilepaskan dalam ikatan fanatisme primordial
kesukuan, kebangsaan atau pun keagamaan, kini mengendor menuju ke kesadaran mondial
dalam satu kesatuan sintesis yang lebih konkret dalam tataran opersional.
Dari penjabaran diatas jelaslah bahwa ilmu pengetahuan dapat merubah segala pola
kehidupan baik dari segi tata cara maupun nilai dan norma yang telah ada. Oleh sebeb itu,
perlu adanya sebuah landasan kuat agar nilai dan norma itu tidak tergeser oleh adanya ilmu
pengetahuan. Terutama bagi bangsa indonesia, dengan segala landasan berawal dari Pancasila
maka perlunya peranan Pancasila dalam penyeimbang ilmu.
Peran Pancasila sebagai dasar nilai dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Segala ilmu dan teknologi pada hakekatnya akan kembali kepada manusia maka perlu
pertimbangan dan strategi atau cara-cara yang tepat dan benar agar perkembangan ilmu
pengetahuan memberikan manfaat , mensejahterakan dan memartabatkan manusia sesuai
dengan seharusnya. Hal ini mengacu pada Pancasila sebagai nilai memiliki peran sebagai
landasan awal karena Pancasila mempunya kandungan secara Ontologis, Epistimologis, dan
Aksiologis dalam penentuan ilmu pengetahuan.
Dimensi Ontologis, berarti ilmu pengethuan sebagai upaya manusia untuk mencari kebenaran
yang tidak mengenal titik henti. Dimensi epistimologi, nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai
pisau analisis berpikir dan tolak ukur dari sebuah kebenaran. Dimensi aksiologis,
mengandung nilai imperatif dalam pengembangan ilmu berdasarkan sila-sila Pancasila
sebagai suatu keutuhan. Ketiga aspek ini menuntut agar ilmu pengethuan harus sejalan
dengan kemajuan dan kultur bangsa.

Peran nilai-nilai setiap sila dalam Pancasila:


1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Melengkapi ilmu pengetahuan, menciptakan dan sebagai perimbangan antara yang rasional
dan irasional, antara rasa dan akal. Sila ini menunjukkan bahwa sebagai bangsa yang ber-
Ketuhanan, ilmu pengethuan tidak akan merubah kepercayaan terhadap Sang Maha Pencipta.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Memberikan arah dan mengendalikan ilmu pengetahuan, bahwasannya ilmu adalah untuk
hajat hidup orang banyak bukan untuk kepentingan perorangan atau kelompok tertentu.
3. Persatuan Indonesia
Bahwa ilmu pengethuan adalah untuk semua secara universal dapat dirasakan. Karena hal ini
sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup kebersamaan.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Pengembangan ilmu pengetahuan harus dilakukan secara demokrasi dan di musyawaratkan
secara perwakilan. Dari penelitian sampai penerapan hasul transparan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Ilmu pengetahuan harus merata dan adil dirasakan oleh semua rakyat dan elemen dalam
pemerintahan, tidak boleh ada yang mendominasi dalam menikmati segala ilmu dan
teknologi.
Pengembangan ilmu harus senantiasa berorientasi pada Pancasila sebagai dasar negara.

Vous aimerez peut-être aussi