Vous êtes sur la page 1sur 64

STRATEGI NASIONAL

PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA


2016 - 2019

Arahan dari Kantor Staf Presiden


Jakarta, 28 APRIL 2016

1
DAFTAR ISI
Halaman
Ringkasan Eksekutif II
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Misi dan Hasil yang Diharapkan 3
1.3. Sasaran dan Indikator 4

BAB II PROGRAM-PROGRAM PRIORITAS DALAM PELAKSANAAN REFORMA 5


AGRARIA
2.1. Program Prioritas Penguatan Kerangka Regulasi dan Penyelesaian 5
Konflik Agraria
2.2. Program Prioritas Penataan Penguasaan dan Pemilikan Tanah Obyek 8
Reforma Agraria
2.3. Program Prioritas Kepastian Hukum dan Legalisasi Hak atas Tanah 13
Objek Reforma Agraria
2.4. Program Prioritas Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan, 19
Pemanfaatan dan Produksi atas Tanah Obyek Reforma Agraria
2.5. Program Prioritas Pengalokasian Sumber Daya Hutan untuk Dikelola 19
oleh Masyarakat
2.6. Program Prioritas Kelembagaan Pelaksana Reforma Agraria Pusat 22
dan Daerah

BAB III KEGIATAN-KEGIATAN PRIORITAS DALAM PELAKSANAAN REFORMA 25


AGRARIA
3.1. Kegiatan-kegiatan Prioritas dalam Penguatan Kerangka Regulasi dan 25
Penyelesaian Konflik Agraria
3.2. Kegiatan-kegiatan Prioritas dalam Penguasaan dan Pemilikan Tanah 31
Obyek Reforma Agraria
3.3. Kegiatan-kegiatan Prioritas dalam Kepastian Hukum dan Legalisasi 27
Hak atas Tanah Objek Reforma Agraria
3.4. Kegiatan-kegiatan Prioritas dalam Pemberdayaan Masyarakat dalam 30
Penggunaan, Pemanfaatan dan Produksi atas Tanah Obyek Reforma
Agraria
3.5. Kegiatan-kegiatan Prioritas dalam Dukungan Kelembagaan Pelaksana 32
Reforma Agraria di Pusat, Daerah dan Desa
3.6. Kegiatan-kegiatan Prioritas dalam Kelembagaan Pelaksana Reforma 33
Agraria Pusat dan Daerah

BAB IV GUGUS TUGAS PENGENDALIAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 37

BAB V PENUTUP 39
DAFTAR PUSTAKA 40
LAMPIRAN:
Draft Peraturan Presiden tentang Strategi Nasional PELRA 45
Presentasi Strategi Nasional PELRA 51

I
RINGKASAN EKSEKUTIF

N
awacita memuat agenda reforma Kerangka programatik Reforma Agraria
agraria dan strategi membangun terdiri dari 6 (enam) Program Prioritas, yakni: (1)
Indonesia dari pinggiran, dimulai Penguatan Kerangka Regulasi dan Penyelesaian
dari daerah dan desa. Dalam pembangunan Konflik Agraria; (2) Penataan Penguasaan dan
nasional, reforma agraria penting sebagai fondasi Pemilikan Tanah Obyek Reforma Agraria; (3)
bagi kebijakan ekonomi nasional yang berkaitan Kepastian Hukum dan Legalisasi Hak atas Tanah
dengan upaya pemerataan pembangunan, Objek Reforma Agraria; (4) Pemberdayaan
pengurangan kesenjangan, penanggulangan Masyarakat dalam Penggunaan, Pemanfaatan
kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di dan Produksi atas Tanah Obyek Reforma Agraria;
pedesaan. Guna memastikan agenda reforma (5) Pengalokasian Sumber Daya Hutan untuk
agraria yang ada dalam Nawacita berjalan efektif Dikelola oleh Masyarakat; serta (6) Kelembagaan
dan berhasil mencapai tujuannya, Kantor Staf Pelaksana Reforma Agraria Pusat dan Daerah.
Presiden (KSP) menyusun naskah arahan untuk Tiap-tiap program ini diisi oleh kegiatan-kegiatan
penyusunan Strategi Nasional Pelaksanaan prioritas yang akan dikerjakan secara sendiri-
Reforma Agraria 2016-2019. Dokumen ini harus sendiri dan bekerjasama antara kementerian dan
menjadi rujukan semua pihak untuk menyiapkan lembaga pemerintah pusat, pemerintah daerah,
landasan hukum yang memadai untuk pelaksanaan dan pemerintah desa. Partisipasi masyarakat, baik
Reforma Agraria, menyediakan keadilan melalui kelompok-kelompok organisasi masyarakat sipil,
kepastian tenurial bagi tanah-tanah masyarakat maupun para perwakilan dari masyarakat yang
yang berada dalam konflik-konflik agraria, mendapatkan manfaat dari program Reforma
mengidentifikasi subjek penerima dan objek Agraria ini, ikut menentukan keberhasilan
tanah-tanah yang akan diatur kembali hubungan pencapaian program.
kepemilikan dan penguasaannya, mengatasi
Secara keseluruhan, isi dari naskah
kesenjangan ekonomi dengan meredistribusi lahan
Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria
menjadi kepemilikan rakyat dan pengalokasian
ini, terdiri dari 5 (lima) bagian, yaitu: Pendahuluan;
hutan untuk dikelola masyarakat, mengentaskan
Program- Program Prioritas Pelaksanaan Reforma
kemiskinan dengan perbaikan tata guna lahan
Agraria; Kegiatan-kegiatan Prioritas Pelaksanaan
dan pembentukan kekuatan-kekuatan produktif
Reforma Agraria; Gugus Tugas Pengendalian
baru, dan untuk memastikan tersedianya
Pelaksanaan Reforma Agraria, dan Penutup. ***
dukungan kelembagaan di pemerintah pusat
dan daerah, serta memampukan desa untuk
mengatur penguasaan, pemilikan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah, sumber daya alam, dan
wilayah kelola desa.

II STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
STRATEGI NASIONAL
PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA

BAB I (1) Penguatan Kerangka Regulasi dan


Penyelesaian Konflik Agraria, yang ditujukan

PENDAHULUAN
untuk menyediakan basis regulasi yang
memadai bagi pelaksanaan agenda-agenda
Reforma Agraria, dan menyediakan keadilan
melalui kepastian tenurial bagi tanah-tanah
masyarakat yang berada dalam konflik-konflik
1.1. Latar Belakang agraria;
(2) Penataan Penguasaan dan Pemilikan Tanah
Obyek Reforma Agraria, yang ditujukan
Dokumen Jalan Perubahan Menuju Indonesia
untuk mengidentifikasi subjek penerima dan
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian, Visi,
objek tanah-tanah yang akan diatur kembali
Misi, dan Program Aksi Joko Widodo M. Jusuf
hubungan penguasaan dan kepemilikannya;
Kalla yang diserahkan kepada Komisi Pemilihan
Umum (KPU) memuat sembilan agenda prioritas (3) Kepastian Hukum dan Legalisasi Hak atas
yang dinamakan Nawacita. Dengan terpilihnya Tanah Objek Reforma Agraria, yang ditujukan
Jokowi-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden untuk memberikan kepastian hukum dan
(2014-2019), dokumen itu meningkat statusnya penguatan hak dalam upaya mengatasi
sebagai Janji Politik dan sekaligus amanat rakyat kesenjangan ekonomi dengan meredistribusi
kepada Presiden terpilih untuk melaksanakannya. lahan menjadi kepemilikan rakyat;
Nawacita memuat agenda reforma (4) Pemberdayaan Masyarakat dalam
agraria dan strategi membangun Indonesia dari Penggunaan, Pemanfaatan dan Produksi
pinggiran, dimulai dari daerah dan desa. Rencana atas Tanah Obyek Reforma Agraria, yang
Pembangunan Jangka Menengah Nasional ditujukan untuk mengurangi kemiskinan
2015-1019 memuat pula komponen-komponen dengan perbaikan tata guna dan pemanfaatan
program Reforma Agraria secara terpisah-pisah. lahan, serta pembentukan kekuatan-kekuatan
Agar agenda reforma agraria yang ada dalam produktif baru;
Nawacita dan RPJMN berjalan efektif dan berhasil (5) Pengalokasian Sumber Daya Hutan untuk
mencapai tujuannya, Kantor Staf Presiden (KSP) Dikelola oleh Masyarakat, yang ditujukan
menyusun naskah arahan untuk penyusunan untuk mengatasi kesenjangan ekonomi dengan
Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria pengalokasian hutan negara untuk dikelola
2016-2019 ini. masyarakat; dan
Secara proses, penyusunan naskah (6) Kelembagaan Pelaksana Reforma Agraria
ini dihasilkan melalui diskusi dan konsultasi Pusat dan Daerah, untuk memastikan
intensif antara Tim KSP dengan berbagai untuk memastikan tersedianya dukungan
Kementerian/Lembaga terkait, seperti kelembagaan di pemerintah pusat dan daerah,
Kementerian Perencanaan Pembangunan serta memampukan desa untuk mengatur
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
Nasional; Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ pemanfaatan tanah, sumber daya alam, dan
Badan Pertanahan Nasional; Kementerian wilayah kelola desa.
Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Tiap-tiap program ini diisi oleh kegiatan-
Transmigrasi; Kementerian Pertanian, serta kegiatan prioritas yang akan dikerjakan secara
kalangan akademisi dari berbagai kampus dan sendiri-sendiri dan bekerjasama antara
sejumlah ahli dari organisasi non-pemerintah. kementerian dan lembaga pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan pemerintah desa.
Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma Partisipasi masyarakat, baik kelompok-kelompok
Agraria mencakup enam komponen program, organisasi masyarakat sipil, maupun para
yakni:

1
perwakilan dari masyarakat yang mendapatkan Desa dan masyarakat desa dapat membentuk
manfaat dari program. badan usaha khusus yang berfungsi untuk
meningkatkan produktivitas dan menghasilkan
Pelaksanaan Reforma Agraria ini menyasar
pendapatan rumah tangga petani peserta program
empat kategori tanah, yakni: (i) Tanah-tanah
secara bersama.
legalisasi aset yang menjadi objek dan sekaligus
arena pertentangan klaim antara kelompok Secara ideologis, Reforma Agraria ini
masyarakat dengan pihak perusahaan dan instansi dibuat dan dijalankan sebagai pelaksanaan dari
pemerintah, dan tanah-tanah yang sudah dihaki amanat Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD)
masyarakat namun kepastian hukum nya belum 1945, bahwa perekonomian negara disusun dan
diperoleh penyandang haknya; (ii) Tanah Objek ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
Reforma Agraria (TORA) untuk diredistribusikan rakyat, dengan mengembangkan bentuk-bentuk
kepada kelompok masyarakat miskin pedesaan; ekonomi kerakyatan. Secara khusus, stranas
(iii) Hutan negara yang dialokasikan untuk desa ini juga menjalankan amanat Pasal 33 ayat 3
dan masyarakat desa melalui skema-skema UUD 1945 yang berbunyi: Bumi dan air dan
hutan adat dan perhutanan sosial termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
Hutan Tanaman Rakyat (HTR), dan sebagainya; sebesar-besar kemakmuran rakyat menjadi
dan (iv) Pengelolaan dan pengadaan lahan aset landasan konstitusional bagi pelaksanaan
desa untuk diusahakan oleh rumah tangga petani penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan,
miskin secara bersama. Kategori pertama dan dan pemanfaatan tanah, hutan dan kekayaan
kedua adalah tanah seluas sekitar 9 (sembilan) alam. Di bawah rezim Orde Baru, kewenangan
juta hektar yang termuat dalam janji politik pemerintah pusat mengatur penguasaan,
Jokowi-JK dalam Nawacita. Sedangkan kategori pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
ketiga adalah hutan negara seluas sekitar 12,7 dan kekayaan alam dilakukan secara sektoral,
juta hektar sebagaimana termuat dalam dokumen otoritarian, dan sentralistik. Setelah berlakunya
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Otonomi Daerah di tahun 2000, kewenangan
Nasional (RPJMN) 2015-2019. pemerintahan daerah menguat dalam pengaturan
tanah dan kekayaan alam itu, khususnya dalam
Program-program prioritas dan kegiatan-
pemberian lisensi-lisensi pemanfaatan lahan/
kegiatan prioritas yang diikat oleh Strategi
hutan/tambang.
Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria
dilaksanakan oleh masing-masing Kementerian Penafsiran mengenai konsep penguasaan
dan Lembaga Pemerintah maupun bekerjasama Negara terhadap Pasal 33 UUD 1945 telah
secara sinergis dan lintas-sektor, serta ditetapkan secara otoritatif oleh Mahkamah
dikendalikan dan dikordinasikan oleh Kantor Staf Konstitusi, yakni memberikan wewenang kepada
Presiden bersama Kementerian Koordinator pemerintah untuk melakukan perbuatan hukum
Perekonomian. Program-program prioritas dan yang ditujukan untuk memberikan sebesar-besar
kegiatan-kegiatan prioritas tersebut secara resmi kemakmuran rakyat. Hal ini dimulai Mahkamah
masuk ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Konstitusi sejak putusan Perkara No. 001/
yang penyusunannya dikoordinasikan Badan PUU-I/2003 dan Perkara No. 021/PUU-I/2003.
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Konsepsi penguasaan Negara itu diwujudkan
dan dukungan pendanaan dari Kementerian dalam lima bentuk kewenangan, yaitu pembuatan
Keuangan melalui pagu anggaran yang memadai. kebijakan (beleid), melakukan tindakan-tindakan
Pelaksanaan Reforma Agraria ini secara khusus pengurusan (bestuurs daad), menyelenggarakan
akan dikendalikan Kantor Staf Presiden (KSP) pengaturan (regelen daad), pengelolaan (beheers
sesuai sebagaimana diatur dalam Peraturan daad) dan pengawasan (toezichthoudens daad)
Presiden Nomor 26 Tahun 2015 tentang Kantor untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran
Staf Presiden. rakyat.
Pada tingkat lokal, subyek yang disasar Sementara itu, pada kenyataannya
oleh program ini adalah kelompok-kelompok pemberian izin-izin pemanfaatan kekayaan
rumah tangga petani miskin yang terorganisir dan alam kepada badan-badan usaha tersebut
desa sebagai pengatur penguasaan, pemilikan, mengakibatkan tiga masalah utama, yakni
penatagunaan, dan pemanfaatan lahan dan hutan. ketimpangan penguasaan lahan, konflik-

2 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
konflik agraria dan pengelolaan sumber daya Desa jelas memberi panduan penting pula yang
alam, serta kerusakan lingkungan. Strategi melandasi kerangka kerja Strategi Nasional
Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria (Stranas Pelaksanaan Reforma Agraria ini.
PELRA) ini merujuk pada Ketetapan Majelis
Sesuai Nawacita, kini amanat untuk
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
melaksanakan reforma agraria sedang
Nomor IX Tahun 2001 (TAP MPR RI nomor IX/
mendapatkan momentumnya. Nawacita yang
MPRRI/2001) tentang Pembaruan Agraria
secara esensial diterjemahkan dari semangat dan
dan Pengelolaan Sumber Daya Alam sebagai
ajaran Trisakti, yakni: berdaulat secara politik,
konsensus nasional di awal era reformasi untuk
mandiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian
mengatasi tiga masalah utama tersebut, dan
dalam budaya melandasi spririt pelaksanaan
diatasi secara terpisah tapi sekaligus dengan
reforma agraria. Pelaksanaan Reforma Agraria
kebijakan-kebijakan Pembaruan Agraria dan
menjadi landasan yang kokoh bagi pembangunan
kebijakan-kebijakan Pengelolaan Sumber Daya
ekonomi semesta dan nasional Indonesia yang
Alam.
mengarah pada kemandirian ekonomi negara.
TAP MPR ini menunjukkan pengertian, Secara ideologi dan metodologi, Nawacita dijadikan
prinsip, dan arah kebijakan pembaruan rujukan pembuatan Rencana Pembangunan
agraria dan pengelolaan sumberdaya alam Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
yang dimandatkan untuk dijalankan oleh 2015-2019 dan diturunkan menjadi program
Presiden RI dan DPR RI. Secara khusus, TAP yang dijalankan oleh kementerian dan lembaga
MPR ini menekankan pentingnya penyelesaian pemerintah pusat melalui Rencana Kerja
pertentangan dan tumpang-tindih pengaturan Pemerintah (RKP).
agraria dan pengelolaan sumber daya alam.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria 1.2. Misi dan Hasil yang
atau yang dikenal sebagai UU Pokok Agraria (UUPA)
merupakan rujukan pokok bagi pelaksanaan
Diharapkan
Reforma Agraria. Pengaturan penguasaan,
Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
Agraria ini berangkat dari pengertian Reforma
yang digariskan UUPA dimaksudkan untuk
Agraria sebagai kebijakan, legislasi, dan program
memastikan tanah tidak dimonopoli oleh segelintir
pemerintah yang diniatkan dan dijalankan sebagai
penguasa tanah, dengan mengorbankan golongan
suatu operasi yang terkoordinasi dan sistematis
ekonomi lemah yang hidupnya tergantung pada
untuk (a) meredistribusi kepemilikan tanah,
tanah, terutama para petani produsen makanan.
mengakui klaim-klaim dan hak-hak atas tanah, (b)
Sementara itu, Undang-Undang No. 41 Tahun 1999
memberi akses pemanfaatan tanah, sumber daya
tentang Kehutanan memberi landasan sektoral
alam, dan wilayah, dan (c) menciptakan kekuatan
bagi pengaturan jurisdiksi baru bagi keberadaan
produktif baru secara kolektif di desa dan kawasan
kawasan hutan dan pengelolaan sumber daya
pedesaan. Ketiga hal tersebut dimaksudkan untuk
hutan. Pengakuan hak-hak tenurial masyarakat
meningkatkan status, kekuasaan, dan pendapatan
memperoleh momentum dengan Putusan MK 45/
absolut maupun relatif dari masyarakat miskin,
PUU-IX/2011 danPutusan MK 35/PUU-X/2012 35.
sehingga terjadi perubahan kondisi masyarakat
Selanjutnya, momentum itu berada pada babak
miskin atas penguasaan tanah/lahan sebelum dan
yang sama ketika komitmen hutan untuk rakyat
setelah adanya kebijakan, legislasi, dan program
(forest for people) di Kementerian Kehutanan
tersebut. Pengertian ini diinspirasikan oleh
hingga 2014, dan di bawah Kementerian
definisi mengenai land reform yang dibuat oleh
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) semakin
Michael Lipton (2009) dalam bukunya Land Reform
menguat dengan mengakselerasi pemberian izin
in Developing Countries. Property Rights and
perhutanan sosial untuk kelompok masyarakat
Property Wrongs. London, Routledege. Pengertian
dan desa.
ini dirujuk oleh Noer Fauzi Rachman (2014) Land
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Reform Dari Masa ke Masa. Yogyakarta: Sekolah
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Tinggi Pertanahan Nasional.
dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

3
Kebijakan terkait Revolusi Mental dalam pemilikan, penatagunaan, dan pemanfaatan lahan
pelaksanaan reforma agraria, meliputi: (1) dan hutan.
Masyarakat korban merasakan negara hadir
Dengan demikian, secara khusus MISI
dalam mengurus penyelesaian konflik agraria;
dari Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma
(2) Masyarakat miskin merasakan negara
Agraria ini adalah meningkatkan kesejahteraan
hadir memastikan hak dan akses atas tanah
masyarakat miskin pedesaan secara bersama, dan
dan sumber daya hutan untuk meningkatkan
memampukan desa dalam mengatur penguasaan,
kesejahteraan; (3) Kerjasama antar kementerian/
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah,
lembaga pemerintah pusat, daerah dan desa
hutan, dan sumber daya alam lainnya.
untuk pembentukan basis-basis produktivitas
dengan pengusahaan tanah dan sumber daya
hutan secara kolektif sejalan dengan Konstitusi,
khususnya ps. 33 ayat 3.
1.3. Sasaran dan Indikator
Disadari, pelaksanaan Reforma Agraria Sasaran dan indikator pokok keberhasilan
tidak hanya memerlukan komitmen politik dari misi Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma
yang menjadi dasar motivasi pejabat-pejabat Agraria ini, adalah:
pemerintah bekerja di masing-masing (1) Tersedianya landasan hukum yang memadai
kementerian dan lembaga pemerintah maupun untuk pelaksanaan Reforma Agraria untuk
menjalin kerjasama antar kementerian dan menyediakan keadilan melalui kepastian
lembaga pemerintah. Agar manjur mencapai tenurial bagi tanah-tanah masyarakat yang
tujuannya, pimpinan kementerian dan lembaga berada dalam konflik-konflik agraria;
yang merancang dan menjalankan Reforma
Agraria harus mengerahkan segala kekuatan (2) Teridentifikasinya subjek penerima dan
yang diperlukan, termasuk untuk mengurangi objek tanah-tanah yang akan diatur kembali
kekuasaan pihak-pihak yang menghalangi misi hubungan kepemilikan dan penguasaannya,
Reforma Agraria ini. dan cara-cara meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui pemberdayaan;
Reforma Agraria ini menyediakan pilihan
cara lain bagi kelompok-kelompok masyarakat (3) Berkurangnya kesenjangan ekonomi dengan
miskin di desa, khususnya para pemuda-pemudi meredistribusi lahan menjadi kepemilikan
dari rumah tangga petani, untuk keluar dari rakyat;
kemiskinan. Bukan dengan cara meninggalkan (4) Berkurangnya kesenjangan ekonomi dengan
pertanian dan pedesaan dan pergi ke luar desa pengalokasian hutan negara untuk dikelola
(ke kota-kota menjadi bagian dari tenaga kerja masyarakat;
industri ataupun kerja di sektor informal, atau ke
luar negeri menjadi buruh migran), melainkan (5) Pemerataan pembangunan, pengurangan
memberi kepastian hak kepemilikan atas tanah kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja
dan akses atas lahan hutan secara bersama melalui perbaikan tata guna lahan dan
(kolektif), dan selanjutnya melakukan pemulihan pembentukan kekuatan-kekuatan produktif
layanan alam melalui penatagunaan tanah baru;
dan perbaikan ekosistem, serta peningkatan (6) Tersedianya dukungan kelembagaan di
produktivitas melalui pengusahaan tanah pemerintah pusat, daerah dan desa yang
bersama melalui badan-badan usaha bersama, mampu mengatur penguasaan, pemilikan,
termasuk Badan Usaha Milik Desa. penggunaan dan pemanfaatan tanah, sumber
Program ini akan menahan laju konsentrasi daya alam, dan wilayah kelola desa.
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan Kondisi yang diharapkan setelah kegiatan-
pemanfaatan lahan di pedesaan melalui kegiatan prioritas dan program-program prioritas
pemberian kepastian hak kepemilikan dan dalam pelaksanaan Reforma Agraria adalah status
akses atas lahan secara kolektif untuk lapisan kesejahteraan masyarakat meningkat, dengan
masyarakat miskin di pedesaan. Program ini juga tanda: Jumlah rumah tangga miskin berkurang,
sekaligus menjadi momentum membangkitkan ekosistem membaik, dan produktivitas lahan
partisipasi masyarakat dan memberdayakan secara bersama dan per-kapita meningkat. ***
pemerintah desa untuk menata penguasaan,

4 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
BAB II
PROGRAM-PROGRAM PRIORITAS
DALAM REFORMA AGRARIA
PROGRAM-PROGRAM PRIORITAS DALAM REFORMA AGRARIA
1. PRIORITAS
PROGRAM Penguatan NASIONAL
PRIORITAS Kerangka
Regulasi dan
Penyelesaian 2.
6. Konflik Agraria
Kelembagaan Penataan
Pelaksana Penguasaan
Reforma dan Pemilikan
Agraria Pusat Tanah Obyek
dan Daerah Reforma
Agraria

REFORMA
AGRARIA
3.
5. Kepastian
Pengalokasian Hukum dan
Sumber Daya Legalisasi atas
Hutan untuk Tanah Obyek
Dikelola oleh 4. Reforma
Rakyat Pemberdayaan Agraria
Masyarakat
dalam
Penggunaan,
Pemanfaatan
dan Produksi
atas TORA
1

Misi dari Strategi Nasional Pelaksanaan 2.1. Program Prioritas Penguatan


Reforma Agraria dilaksanakan dalam 6 (enam)
Program Prioritas, yakni: (1) Penguatan Kerangka Kerangka Regulasi dan
Regulasi dan Penyelesaian Konflik Agraria; (2) Penyelesaian Konflik Agraria
Penataan Penguasaan dan Pemilikan Tanah
Obyek Reforma Agraria; (3) Kepastian Hukum dan
2.1.1. Permasalahan
Legalisasi Hak atas Tanah Objek Reforma Agraria;
(4) Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan, Konflik agraria dimulai dengan pemberian
Pemanfaatan dan Produksi atas Tanah Obyek izin/hak pemanfaatan oleh pejabat publik yang
Reforma Agraria; (5) Pengalokasian Sumber Daya mengeksklusi sekelompok rakyat dari tanah,
Hutan untuk Dikelola oleh Masyarakat; dan (6) sumberdaya alam, dan wilayah kelolanya. Konflik
Kelembagaan Pelaksana Reforma Agraria Pusat agraria ditandai dengan pertentangan klaim
dan Daerah. yang berkepanjangan mengenai siapa yang
berhak menguasai/memiliki suatu bidang tanah/
Faktor penentu keberhasilan Reforma
lahan berserta akses atas sumberdaya alam
Agraria ini terletak pada kebijakan yang konsisten,
(SDA). Konflik agrarian ini biasanya berlangsung
rancangan kelembagaan dan program yang layak,
antara suatu kelompok komunitas local dengan
komitmen yang kuat, koordinasi dan sinergi
badan penguasa/pengelola tanah yang bergerak
antara kementerian dan lembaga pelaksana
dalam bidang produksi, ekstraksi, konservasi,
program-program, peran Pemerintah Daerah dan
dan lainnya; dan pihak-pihak yang bertentangan
Desa, serta partisipasi aktif masyarakat dalam
tersebut berupaya dan bertindak, secara langsung
Pelaksanaan Reforma Agraria.
maupun tidak, menghilangkan klaim pihak lain.

5
Konsorsium Pembaruan Agraria. Laporan Akhir Tahun. Jakarta, 2015.

Akumulasi dan Sebaran Konflik Agraria 2015

Secara umum, konflik agraria yang atau instansi pemerintah. Redistribusi lahan atau
dimaksud dimulai oleh keluarnya surat keputusan pemberian akses atas kawasan hutan negara
pejabat publik, termasuk Menteri Kehutanan, merupakan salah satu muara dari penyelesaian
Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), konflik agraria tersebut. Untuk sampai pada
Kepala BPN (Badan Pertanahan Nasional), penyelesaian konflik itu, diperlukan suatu unit
Gubernur, dan Bupati, yang memberi izin atau kerja yang secara khusus melakukan penyelesaian
hak pada badan usaha atau instansi pemerintah tiap kasus konflik agraria yang diikuti dengan
tertentu untuk menguasai suatu bidang lahan target penyelesaiannya.
dimana di atas sebidang lahan tersebut terdapat
hak atas tanah/lahan atau akses masyarakat lokal
atas sumberdaya alam tertentu yang sebagian 2.1.2. Tujuan
besar terjadi di perdesaan.
Secara umum, tujuan Program Prioritas
Setiap dua hari rata-rata terjadi satu Penguatan Kerangka Regulasi dan Penyelesaian
konflik agraria dengan korban 613 rumah tangga. Konflik Agraria ini ialah menangani dan
Konsentrasi penguasaan lahan di pedesaan menyelesaikan konflik agraria struktural di
tersebut telah menyebabkan merebaknya konflik berbagai sektor strategis, seperti: pertanahan,
agraria. Sepanjang tahun 2004-2015, Konsorsium kehutanan, pertanian, perkebunan, pertambangan,
Pembaruan Agraria (KPA)melaporkan telah infrastruktur, pesisir, dan sebagainya melalui
terjadi 1.772 konflik agraria yang mencakup 6,9 penanganan dan penyelesaian kasus-kasus
juta hektar lahan dan melibatkan 1,1 juta rumah konflik agraria secara cepat, emansipatoris,
tangga petani. Pada tahun 2015, KPA mendata ada sistematis dan berkeadilan.
252 kejadian dengan sebaran berdasarkan sektor
perkebunan (50 persen), infrastruktur (28 persen),
hutan (9 persen), tambang (5 persen), dan lainnya 2.1.3. Tantangan
(8 persen). Beberapa tantangan utama bagi
Konflik agraria ini adalah penanda pelaksanaan Program Prioritas Penguatan
penolakan masyarakat lokal terhadap konsentrasi Kerangka Regulasi dan Penyelesaian Konflik
penguasaan tanah yang dilakukan oleh perusahaan Agraria ini adalah: (1) Masih belum adanya

6 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
mekanisme dan kelembagaan penyelesaian wilayah kelola masyarakat, dan terdidentifikasi
konflik agraria yang sifatnya lintas sektor dan dan terinventarisasinya kasus konflik agraria
eksekutorial; (2) Masih belum adanya legislasi di kawasan hutan per tahun;
dan regulasi khusus untuk penyelesaian konflik
3. Teridentifikasi, terinventarisasi, terverifikasi,
agraria secara menyeluruh, baik melalui lembaga
dan terpetakannya wilayah-wilayah
peradilan khusus maupun non-peradilan; (3)
usaha perkebunan yang telah habis masa
Masih belum optimalnya pelaksanaan tugas dan
berlakunya, yang melanggar ketentuan batas
fungsi kelembagaan penyelesaian konflik agraria
usaha, serta yang tumpang tindih dengan
(sektoral) yang ada di bawah kementerian atau
wilayah kelola masyarakat, dan teridentifikasi
lembaga yang ada; (4) masih belum diralatnya
dan terinventarisasinya kasus Gangguan
kekeliruan kebijakan yang menyebabkan dan
Usaha Perkebunan per tahun termasuk
melahirkan konflik agraria di berbagai sektor
peta para pihak terkait dan rekomendasi
strategis; dan (5) Masih sering digunakannya
penyelesaiannya;
pendekatan keamanan dan kekerasan atau
security and represive approach yang malah 4. Teridentifikasi, terinventarisasi, terverifikasi,
memperumit konflik, memicu kriminalisasi dan dan terpetakannya wilayah pertambangan
menjatuhkan korban di pihak masyarakat. yang tumpang tindih dengan kawasan hutan
maupun wilayah kelola masyarakat, dan
teridentifikasi dan terinventarisasinya kasus
2.1.4. Indikator Keberhasilan konflik di pertambangan per tahun, termasuk
peta para pihak terkait dan rekomendasi
Hal utama yang menjadi indikator
penyelesaiannya;
keberhasilan dari Program Prioritas Penguatan
Kerangka Regulasi dan Penyelesaian Konflik 5. Teridentifikasi dan terinventarisasinya kasus
Agraria ini adalah terwujudnya situasi dan konflik agraria yang terkait infrastruktur per
kondisi yang aman dan damai serta berkeadilan tahun termasuk peta para pihak terkait dan
dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan rekomendasi peyelesaiannya;
dan pemanfaatan lahan, hutan dan kekayaan
6. Teridentifikasi dan terinventarisasinya kasus
alam lainnya. Indikator ini diperkuat dengan
konflik agraria di kawasan pesisir per tahun,
terselesaikannya konflik-konflik agraria
termasuk peta pihak terkait dan rekomendasi
struktural (yang disebabkan oleh kebijakan
penyelesaiannya;
negara) yang berdampak sosial luas bagi
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. 7. Perubahan tata batas kawasan hutan yang
tumpang tindih dengan wilayah pemukiman,
Adapun sejumlah indikator khusus untuk
desa, dan wilayah kelola masyarakat dan
mengukur keberhasilan dari program prioritas
masyarakat adat, dan terselesaikannya
ini, meliputi:
konflik agraria wilayah kehutanan yang telah
diidentifikasi dan diverifikasi per tahun;
Kriteria Keberhasilan:
8. Terselesaikannya kasus kasus Gangguan Kebija
1. Teridentifikasinya berbagai peraturan
perundangan-undangan yang terkait dengan
Usaha Perkebunan (GUP) per tahun, dan re
penyelesaian konflik agraria dan pelaksanaan
ditindaklanjutinya hasil review dan evaluasi
m
atas HGU sehingga ada transparansi tentang
reforma agraria, lalu diubahnya peraturan usaha-usaha perkebunan yang berkaitan pe
perundangan-undangan yang tidak sejalan dengan masa berlaku, luas lahan yang m
atau menghambat, dan disusunnya peraturan
perundangan-undangan yang mendukung
dikuasai dan digunakan secara produktif, luas ak
upaya penyelesaian konflik agraria dan
lahan yang tidak digunakan, luas lahan yang m
melampaui batas SK HGU, luas lahan yang
pelaksanaan reforma agraria; tumpang tindih dengan lahan yang berdasarkan ke
2. Teridentifikasi, terinventarisasi, terverifikasi, sejarah lahan merupakan lahan garapan atau de
dan terpetakannya wilayah hutan yang tumpang lahan masyarakat. de
tindih dengan wilayah definitif desa maupun se
ps
7
Ukuran Keberhasilan: 2014, Nomor PB.3/Menhut-11/2014 Nomor 17/
PRT/M/2014 Nomor 8/SKB/X/2014 tentang Tata
1. Peta perubahan tata batas kawasan hutan
Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah Yang
dengan mengeluarkan wilayah-wilayah
Berada di Dalam Kawasan Hutan (selanjutnya
pemukiman masyarakat, wilayah desa, serta
disebut Perber Empat Menteri);
wilayah kelola masyarakat dan masyarakat
adat; 9. Penyiapan wilayah kelola masyarakat adat
untuk menjadi wilayah dan kekayaan Desa dan
2. Hasil review dan evaluasi atas HGU sehingga
Desa Adat.
ada transparansi tentang wilayah kelola
usaha-usaha perkebunan berkaitan dengan 10. Terfasilitasinya penanganan GUP (Gangguan
masa berlaku, luas lahan yang dikuasai dan Usaha Perkebunan) sebanyak minimal 50
digunakan secara produktif, luas lahan yang kasus per tahun;
tidak digunakan, luas lahan yang melampaui
11. Keluarnya SK Menteri ATR/BPN tentang
batas SK HGU, luas lahan yang tumpang
pembatalan atau pencabutan hak-hak atas
tindih dengan lahan yang berdasarkan sejarah
tanah (HGU) yang melanggar ketentuan atau
lahan merupakan lahan garapan atau lahan
yang telah berakhir masa berlakunya dan tidak
masyarakat;
diperpanjang oleh pemilik hak.
3. Rekomendasi tim penyelesaian konflik bagi
K/L terkait;
4. Surat Keputusan Menteri ESDM 2.2. Program Prioritas Penataan
tentang pedoman penyelesaian konflik Penguasaan dan Pemilikan
pertambangan,review dan evaluasi ijin-ijin
pertambangan yang tumpang tindih dengan Tanah Obyek Reforma
kawasan hutan dan izin pertambangan yang Agraria
berkonflik dengan wilayah masyarakat;
5. Surat Keputusan Bersama Kementerian
Kelautan dan Perikanan dan Kementerian
2.2.1. Permasalahan
Konsentrasi penguasaan tanah merupakan
ATR/BPN tentang penyelesaian konflik wilayah
penyebab utama lahirnya ketimpangan agraria.
pesisir khususnya yang berasal dari tanah
Laju investasi modal telah diikuti perubahan
timbul, dan Surat Edaran Menteri Kelautan
status kawasan hutan dan kuasa atas tanah.
dan Perikanan tentang penyelesaian konflik
Mendasarkan diri pada data BPS 2014, Indeks
wilayah tangkap;
kepemilikan lahan semakin timpang mencapai
6. Keluarnya SK Menteri LHK tentang Perubahan angka 0,72 pada tahun 2013. Pengaturan kawasan
Tata Batas Kawasan Hutan yang dalam hutan lindung maupun perubahan peruntukan
kenyataannya merupakan wilayah Desa, menjadi hutan produksi, perkebunan hingga
pemukiman penduduk, dan wilayah kelola penerbitan izin usaha pertambangan telah
masyarakat; menyebabkan banyak desa di kawasan hutan
7. Penyiapan lahan-lahan pemukiman dan Desa kehilangan akses terhadap sumber kehidupan
yang telah dirubah dan dikeluarkan dari Peta mereka yang sebelumnya ada di hutan.
Kawasan Hutan untuk dikuatkan hak atas Setidaknya, terdapat 531 konsesi hutan
tanahnya oleh Kementerian Agraria dan Tata skala besar yang diberikan di atas lahan seluas
Ruang; 35,8 juta hektar, sedangkan di sisi lain terdapat 60
8. Penyiapan lahan-lahan wilayah garapan izin HKm, HD, dan HTR yang dimiliki oleh 257.486
masyarakat kecuali yang dapat dibuktikan KK (1.287.431 jiwa) di atas lahan seluas hanya
telah digarap selama lebih dari 20 tahun dapat 646.476 hektar. Adapun hutan kemitraan(salah
menjadi Hak Milik sesuai Peraturan Bersama satu model pengelolaan hutan oleh pemegang
Menteri Dalam Negeri RI, Menteri Kehutanan konsesi dengan cara bermitra dengan masyarakat
RI, Menteri Pekerjaan Umum RI, dan Kepala lokal) hanya mencapai 11.500 hektar sedangkan
Badan Pertanahan Nasional RI No. 79 Tahun Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

8 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
Perhutani yang menyertakan 5.293 Kelompok Tani adat ini dilakukan secara seksama dengan prinsip
Hutan (KTH), 1.200 koperasi primer, dan 5.394 yang sejalan dengan reforma agraria, yakni
desa hanya mencakup 2,1 juta hektar. Di wilayah mewujudkan keadilan agraria dan mencegah
pertanian ada 2.452 Badan Usaha Pertanian monopoli yang menyebabkan ketimpangan
berskala besar, sementara 56 persen rumah pemilikan dan penguasaan tanah oleh segelintir
tangga tani hanya memiliki lahan kurang dari 0,5 pihak. Pengakuan wilayah adat ini juga diletakkan
hektar. dalam konteks memastikan pelaksanaan
pembangunan melibatkan dan menguntungkan
Terkait redistribusi penguasaan dan kepemilikan masyarakatkhususnya kaum tani, nelayan dan
hak tanah negara masyarakat adat, yang berkeadilan secara sosial,
ekonomi, dan ekologis.
RPJMN 2015-2019 telah menyebutkan9
(sembilan) juta hektar tanah negara yang
Pengelolaan dan pengadaan lahan kekayaan
digolongkan sebagai Tanah Objek Reforma Agraria
Desa
(TORA) untuk diredistribusikan kepada kelompok
masyarakat miskin pedesaan. Redistribusi lahan Pemerintah Desa memiliki kewenangan
dilakukan untuk petani gurem atau tak bertanah besar berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014.
yang lahan di wilayahnya sudah terbagi habis dalam Dengan kewenangannya itu, pemerintah desa
hak-hak pemanfaatan yang diberikan negara pada dapat untuk melaksanakan reforma agraria
perusahaan-perusahaan perkebunan atau lahan- melalui pengelolaan lahan desa bersama
lahan yang diberikan Hak Guna Bangunan atau masyarakat. Setiap desa memiliki kekayaan desa,
jenis hak lain. Pola pemilikan, penguasaan, dan termasuk tanah kas atau cadangan desa sendiri.
pengusahaan atas tanah ini didorong untuk bersifat Berdasarkan Permendagri No. 4 Tahun 2007
berkelompok, kolektif, komunal, atau bersama. tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa,
Bentuk kelembagaan yang bisa dikembangkan tanah kas desa dapat disewakan kepada petani
ekonomi adalah koperasi, badan usaha milik untuk menambah penghasilan desa. Artinya,
petani (BUMP), badan usaha milik desa (BUMDes), redistribusi penggunaan atau pemanfaatan tanah
atau jenis lainnya. Adapun identifikasi lahan- kas desa pada petani gurem dan tak bertanah tidak
lahan HGU yang diterlantarkan atau yang telah hanya merupakan bentuk pelaksanaan reforma
berakhirHGU-nya dan tidak lagi diperpanjang, agraria untuk mengurangi ketimpangantetapi
atau lahan yang diterlantarkan menjadi salah satu juga menciptakan basis produksi bagi masyarakat
kegiatan yang dapat dilakukan oleh Kementerian petani miskin dengan lahan gurem atau yang
ATR karena kedua kewenangan itu ada di bawah tidak memiliki tanah dan tetap memberikan
kementerian ini. Selain itu, pemerintah juga penghasilan bagi desa. Jaminan sosial berbasis
perlumengidentifikasi tanah-tanah lain yang agraria ini potensial dilakukan dengan perubahan
memungkinkan untuk didistribusikan kepada pemerintahan desa saat ini.
rakyat secara kolektif.
Pengelolaan tanah aset desa oleh masyarakat
Seputar pengakuan wilayah dan hutan adat miskin
Masyarakat Adat dalam sejarahnya selalu Kekayaan desa yang berupa tanah/lahan
tersingkirkan dari wilayah ulayatnya karena merupakan aset yang dapat dijadikan sumber
program-program pembangunan ataupun jaminan sosial bagi masyarakat miskin ataupun
bentuk-bentuk investasi pengelolaan sumber petani tak bertanah atau gurem. Pemanfaatan
daya agraria. UUD 1945 mengakui keberadaan tanah/lahan yang merupakan kekayaan desa
masyarakat adat. Hal ini juga dikuatkan oleh dimungkinkan dengan mekanisme yang telah
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU- diatur dalam UU nonor 6/2014 tentang Desa,
IX/2012 tanggal 16 Mei 2013 yang menyebutkan termasuk apabila akan diatur secara khusus
bahwa, Masyarakat Hukum Adat adalah dalam Peraturan Desa tersendiri atau melalui
penyandang hak dan subyek hukum atas wilayah Musyawarah Desa. Dalam rangka pemenuhan
adatnya sehingga hutan adat harus dikeluarkan jaminan sosial ini pula, pemerintah desa dapat
dari kawasan hutan negara. Pengakuan wilayah mengatur untuk melakukan pencadangan tanah/

9
Skema Pelaksanaan Reforma Agraria (2015) Versi Kemen ATR/BPN

lahan kas desa sebagai kekayaan desa secara 9 (sembilan) juta hektar lahan sebagai objek
bertahap, diantaranya melalui proses-proses reforma agraria telah membuat Badan
pencabutan hak atas tanah yang terlantar (dengan Pertanahan Nasional (BPN) mendapatkan
berkoordinasi dengan Kementerian ATR/BPN), prioritas penataan kelembagaan melalui
pembelian tanah-tanah absentee, pelarangan pengubahannya menjadi Kementerian Agraria
konversi tanah/lahan pertanian, hingga ke bentuk- dan Tata Ruang (Kementerian ATR). Adapun salah
bentuk wakaf atau hibah tanah pertanian dari satu mandat utama dari pemerintahan baru untuk
individual kepada pemerintah desa untuk dikelola melaksanakan salah satu janji Presiden Joko
sebagai lahan yang menjadi jaminan sosial bagi Widodo dan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla, yaitu
warga miskin atau yang tidak bertanah. melaksanakan Reforma Agraria atas 9 juta hektar
lahan di seluruh Indonesia untuk diredistribusikan
pada masyarakat termiskin. Kementerian ATR/
2.2.2. Tujuan BPN telah membuat tampilan yang sederhana
Tujuan umum dari pelaksanaan Program dari cara RPJMN 2015-2019 memenuhi janji
Prioritas Penataan Penguasaan dan Pemilikan redistribusi lahan 9 juta hektar seperti skema di
Tanah Obyek Reforma Agraria ialah mengurangi atas
konsentrasi pemilikan dan penguasaan tanah, Untuk tahun 2015, Kementerian ATR/BPN
hutan dan kekayaan alam lainnya di tangan telah melaporkan 2 (dua) kegiatan ke Kantor
segelintir pihak, serta memperkuat kepastian hak Staf Presiden dengan target: 107.150 (seratus
dan akses atas pemilikan dan penguasaan tanah tujuh ribu seratus lima puluh ribu) bidang
bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, tanah teredistribusi dan 922.093 (sembilan
khususnya petani miskin di pedesaan secara ratus dua puluh dua ribu sembilan puluh tiga)
bersama. bidang tanah terlegalisasi. Untuk tahun 2016,
Kementerian ATR/BPN mengajukan kepada
Kantor Staf Presiden: (i) Redistribusi Aset Lahan:
2.2.3. Tantangan Penyelenggaraan Penataan Agraria di Daerah
Dari hasil evaluasi terhadap Pelaksanaan dengan target 150.000 (seratus lima puluh ribu)
Reforma Agraria (2015-2016) khususnya terkait bidang tanah teredistribusi; (ii) Legalisasi Aset
Pemenuhan Janji 9 Juta Hektar Reforma Agraria Lahan: Penyelenggaraan Penataan Hubungan
ditemukan sejumlah tantangan. Penetapan Hukum Agraria di Daerah dengan target 739.000

10 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
DESAIN BARU IDENTIFIKASI DAN PENYIAPAN TORA
DALAM PRIORITAS NASIONAL REFORMA AGRARIA

REFORMA AGRARIA

LEGALISASI ASSET OBYEK REDISTRIBUSI TANAH ALOKASI HUTAN UNTUK TANAH YANG DIKELOLA
REFORMA AGRARIA OBYEK REFORMA AGRARIA DIKELOLA OLEH RAKYAT DESA
(Sekitar 4,5 Juta Hektar) (sekitar 4,5 Juta Hektar) (sekitar 12,7 juta hektar) (sekitar ........ hektar)

Hasil HGU Habis dan Pelepasan Perlu identifikasi Perlu identifikasi


Transmigrasi PRONA Penyelesaian Kawasan Hutan khusus khusus
Tanah Terlantar
Konflik

(tujuh ratus tiga puluh sembilan) bidang tanah Namun semua data dan informasi
terlegalisasi. masing-masing sektor (sektor kawasan hutan,
transmigrasi, HGU,tanah terlantar, dan sektor
Meski demikian, Kantor Staf Presiden
Prona) masih bersifat indikatif, jadi belum ada
(KSP) masih menemukan beberapa kendala
lokasi secara faktual perihal obyek lahan yang
sepertimasalah data hingga koordinasi internal.
ditargetkan, demikian juga subjek penerima/
KSP melakukan pemantauan sejak tengah
pemanfaat programnya. Selain itu adalah belum
hingga akhir tahun 2015 dan menemukan
utuhnya konsepsi strategis dan teknis operasional
sejumlah kendala yang dapat menghambat
reforma agraria. Baik dalam RPJMN 2015-2019
pencapaian target, yakni: (i) Di Kementerian
maupun rumusan agenda dan program yang
ATR/BPN, ditetapkan target capaian per-tahun
dikembangkan Kementerian ATR/BPN belum
berdasar bidang tanah yang dilegalisasi. KSP
mengarah pada konsep dan operasionalisasi
belum mendapatkan informasi informasi resmi
reforma agraria yang sejati, yakni ditujukan untuk
mengenai perhitungan perkiraan ukuran bidang
mengurangi ketimpangan dan guna mewujudkan
dalam satuan hektar. Bila angka perkiraan 1
keadilan agraria. Program redistribusi tanah yang
bidang sebanding dengan 0,4 hektar, maka
tak menyentuh sumber-sumber ketimpangan di
dapat diperkirakan 43.860 hektar tanah telah
berbagai sektor sulit mencabut akar ketimpangan
diredistribusikan dan 368.837,2 ha terlegalisasi
struktural yang kronis.
dengan total 412.697,2 hektar di tahun 2015 dari
total target 9 juta hektar di tahun 2019. Sehingga Untuk itu diperlukan pemantapan konsep
jika diasumsikan per tahunnya, kurang lebih sama redistribusi sekaligus perluasan objek redistribusi
dengan hasil satu tahun 2015, maka target 9 juta tanah/lahan agar ketimpangan penguasaan dan
hektar di tahun 2019 akan sangat sulit dicapai; pemilikan lahan dapat secara signifikan dikoreksi.
(ii) Terhadap masing-masing kegiatan prioritas Sejatinya program legalisasi aset merupakan
yang telah diusulkan, data yang diperoleh dan bagian dari pendaftaran tanah yang merupakan
berhasil dikonfirmasi kepada Kementerian LHK kerja rutin birokrasi administrasi pertanahan
adalah mengenai persentase sumber tanah yang yang dijalankan memfasilitasi kepastian hukum
akan diredistribusi yaitu 4,1 juta hektar lahan dari bagi pemilikan tanah secara individual dan tidak
kawasan hutan dan 0,4 juta hektar lahan dari ada kaitannya dengan program redistribusi lahan
tanah-tanah eks-HGU. Sedangkan sumber tanah dalam kerangka reforma agraria. Legalisasi
yang akan dilegalisasi terdiri atas 0,6 juta hektar asset yang berbentuk sertifikasi tanah individual
lahan yang telah dialokasikan untuk transmigrasi yang digencarkan Kementerian ATR/BPN malah
dan 3,9 juta hektar lahan dari hasil legalisasi aset. bisa memperkokoh ketimpangan pemilikan dan

11
penguasaan tanah melalui transaksi-transaksi secara tepat sasaran; dan (3) Dimiliki dan
tanah. Karena itu diperlukan pengkerangkaan dikuasainya tanah, hutan, dan kekayaan alam
ulang(reformulasi) konsepsi dan agenda-agenda oleh rakyat sehingga tersedia kemampuan
Reforma Agraria agar taat azas pada maksud dan meningkatkan pendapatan keluarga petani miskin
tujuannya, dan selanjutnyadisusun rencana induk di pedesaan secara bersama.
yang pentahapannya layak dikerjakan.
Beberapa indikator keberhasilan spesifik
Konsentrasi penguasaan lahan oleh dari program prioritas ini, mencakup:
perusahaan dan pemerintah pusat, baik di
kawasan hutan dan perkebunan mengakibatkan Kriteria Keberhasilan:
ketidakjelasan status lahan desa, maraknya konflik
1. Terdatanya rumah tangga miskin (RTM) dan
agraria, dan kerusakan ekologis. Selanjutnya,
rumah tangga petani (RTP) Miskin yang dapat
hal ini berdampak pada krisis pangan, air, dan
menjadi subyek penerima manfaat dari tanah
energi di desa. Karena itu, reforma agraria harus
obyek reforma agraria. Minimal 30% dari
dijalankan sebagai syarat dari pembangunan desa
jumlah total Rumah Tangga Petani dapat
untuk menyelesaikan persoalan ketidakpastian
terdata per tahunnya;
pemilikan/penguasaan tanah yang merupakan
alas dari pembangunan desa. Hal ini sejalan 2. Terdatanya tanah-tanah obyek Reforma
dengan hasil Konsensus Nasional Desa Agraria yang sudah terverifikasi di lapangan
Membangun Indonesia yang dihasilkan oleh dan dipetakan hingga ke tingkat Desa;
kelompok masyarakat sipil, organisasi profesi,
3. Terdistribusikannya tanah objek reforma
kelompok akademisi, Pemerintah, Pemerintah
agraria kepada rakyat miskin untuk dimiliki,
Daerah, Pemerintah Desa, dan Kementerian
dikuasai, dimanfaatkan dan digunakan secara
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
bersama untuk mencapai kesejahteraan dan
Transmigrasi (15 Desember 2015).
kemakmuran bersama;
Pelaksanaan reforma agraria disesuaikan
4. Teredistribusikannya lahan-lahan kekayaan
dengan tipologi desa menjadi: Desa Pertanian
desa (aset desa) berupa sawah untuk
Sawah, Desa Hutan, Desa Perkebunan, Desa
digunakan sebagai sumber penghidupan petani
Pesisir, Desa Peri-Urban, dan Desa Adat, karena
miskin, dan berkurangnya jumlah petani yang
setiap desa memiliki kekhasan karakteristik
tunakisma secara bertahap di seluruh desa di
ekosistem, modal sosial dan kelembagaan, dan
Jawa (khususnya) minimal 2 Rumah Tangga
kekuatan produktif yang berbeda-beda. Hal ini
Petani Miskin per desa per tahunnya;
didasarkan pemikiran bahwa tidak ada one magic
recipe atau satu resep ampuh untuk semua 5. Terinventarisasinya lahan-lahan desa yang
masalah. Karakteristik masalah setiap wilayah dikuasai atau dimiliki secara absentee, yang
yang berbeda memerlukan pendekatan yang diterlantarkan, atau yang merupakan tanah-
berbeda dalam pelaksanaan reforma agraria. tanah pertanian kelebihan maksimum,
Meskipun pada prakteknya, setiap tipologi harus dan desa-desa seluruh Indonesia memiliki
menyesuaikan keadaan riil dari desa yang menjadi cadangan tanah kekayaan milik desa yang
lokasi reforma agraria dan pembangunan desa. dapat digunakan sebagai jaminan sosial bagi
masyarakat termiskin, petani gurem, dan tak
bertanah;
2.2.4. Indikator Keberhasilan 6. Teridentifikasi dan terakuinya masyarakat
Indikator keberhasilan dari Program hukum adat dan wilayah kelolanya, dengan
Prioritas Penataan Penguasaan dan Pemilikan didasarkan pada peta partisipatif yang telah
Tanah Obyek Reforma Agraria, secara umum: diverifikasi dengan K/L terkait di lapangan, dan
(1) Tidak terjadinya lagi konsentrasi pemilikan perubahan tata batas kawasan atau perubahan
dan penguasaan tanah, hutan dan kekayaan tata guna lahan yang teridentifikasi sebagai
alam lainnya di tangan segelintir pihak; (2) wilayah kelola masyarakat adat;
Terdistribusikannya tanah objek reforma agraria
kepada masyarakat miskin yang membutuhkan

12 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
7. Adanya pemulihan hak warga masyarakat eks- maksimum. Untuk tanah absentee dapat
konflik agraria berupa terpenuhinya target dicari penyelesaiannya melalui pembelian
minimal 50.000 sertifikat hak milik per tahun tanah oleh Pemerintah Desa secara bertahap
berupa hak milik bagi warga yang rumah di bawah dengan berpatok hanya pada NJOP
atau lahan pekarangan atau garapannya atau bukan pada harga pasar; Peraturan Menteri
bangunan milik desa dan milik pemerintah Desa yang diatur lebih spesifik di setiap
daerah lainnya yang telah dikeluarkan dari pemerintahan desa mengenai pencadangan
peta kawasan hutan, terpenuhinya target wilayah desa untuk diredistribusikan
pemberian hak akses (yang dapat dibuktikan penggunaan dan pemanfaatannya pada petani
dengan surat hak pengelolaan) minimal termiskin/gurem/tak bertanah, aturan tentang
100.000 surat pengelolaan lahan kepada pembelian tanah oleh Pemerintah Desa untuk
masyarakat miskin di dalam dan di sekitar Kas atau Cadangan desa, dan aturan tentang
hutan (melalui skema perhutanan sosial) hibah atau wakaf tanah yang digunakan untuk
maupun kepada petani miskin di pedesaan kegiatan produksi.
(melalui skema pengelolaan lahan kekayaan
5. Dikeluarkannya Peraturan Daerah yang
desa berupa sawah), dan tersedianya hak
mengakui keberadaan masyarakat adat
bersama (kolektif/komunal) bagi pemilikan
di berbagai wilayah di Indonesia, dan
dan penguasaan tanah rakyat.
dikeluarkannya wilayah-wilayah kelola
masyarakat adat dari peta kawasan hutandari
Ukuran Keberhasilan: peta Hak Guna Usaha perkebunan dan
1. Tersedianya data Rumah Tangga Petani miskin diserahkan pengelolaannya pada masyarakat
di desa yang dapat menjadi subyek penerima adat setempat;
manfaat dari tanah obyek reforma agraria, 6. Dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri
adanya Surat Edaran Bersama Menteri Desa ATR/BPN tentang Pemberian Hak Atas Tanah
dan PDTT dan Menteri ATR/BPN tentang Negara berupa: (1) dikeluarkannya minimal
kriteria subyek penerima manfaat atas tanah 50.000 sertifikat hak milik per tahun; (2)
obyek Reforma Agraria; dikeluarkannya minimal 100.000 hak akses
2. Tersedianya data tanah-tanah Obyek Reforma per tahun, dan; (3) terbitnya sertifikat hak milik
Agraria di tingkat Desa yang sudah clean and dan/atau hak kuasa secara bersama (kolektif/
clear dan siap untuk diredistribusikan kepada komunal).
calon subyek penerima manfaat yang sudah
diidentifikasi dalam kegiatan pendataan RTP
Miskin di Desa; 2.3. Program Prioritas Kepastian
3. Lahan kekayaan (aset) desa termanfaatkan Hukum dan Legalisasi Hak
dengan optimal sehingga berkontribusi pada
penyediaan target lahan pangan pertanian atas Tanah Objek Reforma
berkelanjutan pada level desa, kecamatan, Agraria
dan kabupaten, dan berkurangnya petani yang
tidak menguasai atau memiliki akses pada
lahan sebagai sumber penghidupan; 2.3.1. Permasalahan
Legalitas hak atas tanah merupakan
4. Surat permohonan pelepasan hak dari
penanda kepastian hukum oleh negara perihal
pemerintah desa pada Kementerian ATR/BPN
hak penguasaan ataupun pemilikan, maupun
untuk tanah-tanah yang terbukti melanggar
hak untuk memanfaatan tanah/hutan sesuai
ketentuan berupa tanah absentee, tanah
dengan ketentuan perundang-undangan yang
terlantar, atau tanah pertanian kelebihan
berlaku. Kementerian ATR/BPN terbiasa
maksimum, dan SK Menteri ATR/BPN
memberi pelayanan pendaftaran tanah secara
tentang Pelepasan hak tanah-tanah yang
individual pada tiap-tiap pemegang hak atas
terbukti melanggar ketentuanberupa tanah
tanah. Karena itu, sudah saatnya dirintis pilihan
terlantar dantanah pertanian kelebihan

13
lain untuk melaksanakan reforma agraria pemanfaatan tanah. Dalam konteks reforma
dalam bentuk pemberian hak atas tanah atau agraria, kepastian hukum dan legalisasi pemilikan
penguasaan tanah secara bersama (kolektif/ tanah hendaknya ditempatkan sebagai bagian
komunal) seperti dituangkan dalam Peraturan akhir yang dijalankan diujung setelah redistribusi
Menteri ATR Nomor 9 Tahun 2015 tentang Tata penguasaan dan pemilikan tanah dilakukan.
Cara Penetapan Hak Komunal atas Tanah. Selain Sehingga legalisasi menjadi instrumen hukum
itu, perlu pula dikembangkan konsep pemberian untuk menjaga hasil-hasil reforma agraria dan
Hak Pengelolaan Desa seperti dimaksudkan oleh mengantarkannya pada langkah lebih lanjut
Pasal 2 ayat 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun berupa penataan penggunaan, pemanfaatan dan
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok produksi di atas tanah obyek reforma agraria.
Agraria.
Selama ini, upaya untuk memberikan
kepastian hukum atas pemilikan tanah rakyat 2.3.2. Tujuan
masih belum optimal. Apalagi kepastian hukum Tujuan dari program prioritas Penguatan
dalam penyelesaian konflik agraria yang sifatnya Kepastian Hukum dan Legalisasi Hak atas Tanah
struktural dan legalisasi hak rakyat atas tanah- Obyek Reforma Agraria adalah memperkuat hak-
tanah objek reforma agraria masih belum dapat hak rakyat atas tanah secara legal formal setelah
dijalankan seiring belum adanya mekanisme dan dijalankannya redistribusi penguasaan dan
kelembagaan yang khusus untuk menyelesaikan pemilikan tanah obyek reforma agraria.
konflik dan melaksanakan reforma agraria.
Kegiatan sertifikasi tanah yang selama
ini dijalankan oleh Badan Pertanahan Nasonal 2.3.3. Tantangan
(BPN) masih dijalankan secara sporadis dan Tantangan utamaPenguatan Kepastian
tidak dikaitkan dengan percepatan pendaftaran Hukum dan Legalisasi Hak atas Tanah Obyek Reforma
tanah dan inventarisasi penguasaan, pemilikan, Agraria di antaranya, (i) Bagaimana kegiatan
penggunaan dan pemanfaatan tanah dalam sertifikasi tanah dikaitkan dengan percepatan
kerangka reforma agraria. Hal ini menyebabkan pendaftaran tanah dan inventarisasi penguasaan,
bidang-bidang tanah yang berhasil dilegalisasi pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
jumlahnya maish sangat terbatas dibanding dalam kerangka reforma agraria, (ii) Bagaimana
jumlah bidang yang ada di seluruh wilayah legalisasi tanah bisa mengakomodir hak-hak
Indonesia. kolektif dan komunal yang dikembangkan
dalam pelaksanaan reforma agraria, dan (iii)
Selain itu, sertifikasi tanah masih Bagaimana sinkronisasi dan harmonisasi antara
menggunakan model individual sehingga tidak kegiatan percepatan sertifikasi tanah secara
mengakomodir hak-hak kolektif dan komunal massal dengan penataan penguasaan, pemilikan,
yang justru perlu dikembangkan dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah.
pelaksanaan reforma agraria. Sertifikat hak milik
yang individual mendorong komersialisasi dan
alih tangan pemilikan tanah melalui mekanisme
pasar tanah. Hal ini berdampak negatif pada upaya
2.3.4. Indikator Keberhasilan
penataan penguasaan dan pemilikan tanah yang Indikator keberhasilan dari program
berkeadilan. Kalangan yang memiliki akses pada prioritas Penguatan Kepastian Hukum dan
modal yang lebih besar berpeluang melakukan Legalisasi Hak atas Tanah Obyek Reforma Agraria
konsentrasi pemilikan dan penguasaan aset adalah, sebagai berikut:
berupa tanah dalam skala luas, tanpa kejelasan 1. Adanya penambahan jumlah petugas ukur
pembatasan maksimumnya. dan pemetaan serta petugas reforma agraria
Di sisi lain, belum ada sinkronisasi dan di Kabupaten/Kota sehingga memudahkan dan
harmonisasi kebijakan antara kegiatan percepatan mempercepat proses inventarisasi P4T dan
sertifikasi tanah secara massal dengan penataan identifikasi tanah obyek reforma agraria.
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan

14 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
2. Adanya peningkatan cakupan peta dasar 2.4. Program Prioritas
pertanahan semakin meluas yang akan
memudahkan mengetahui kondisi P4T dan Pemberdayaan Masyarakat
perencanaan untuk tanah obyek reforma dalam Penggunaan,
agraria.
Pemanfaatan dan Produksi
3. Meluasnya penguatan hak rakyat miskin atas
pemilikan tanah yang selama ini dikuasai dan
atas Tanah Obyek Reforma
digunakannya melalui legalisasi/sertifikasi Agraria
tanah secara lebih mudah, cepat dan gratis
(atau semurah mungkin).
2.4.1. Permasalahan
4. Adanya informasi yang terbuka mengenai tata Redistribusi tanah semata belum
batas antara kawasan hutan dengan non-hutan sepenuhnya menyelesaikan masalah kemiskinan
sehingga menjadi jelas untuk pengembangan bagi petani, karena petani tidak bertanah tetap
kebijakan penataan ruang dan pelaksanaan memerlukan dukungan dalam melakukan
reforma agraria. penataan ulang sistem produksi sehingga
dapat meningkatkan kapasitas petani untuk
5. Adanya legalisasi atas tanah-tanah obyek
dapat melaksanakan teknik budidaya (tanaman
reforma agraria sehingga hak rakyat atas
pangan, padi atau lainnya, peternakan dan
tanah tersebut menjadi lebih kuat secara
komoditas perkebunan). Penataan ulang sistem
hukum dalam bingkai pemilikan dan produksi ini didasarkan pada prinsip peningkatan
penguasaan tanah obyek reforma agraria tetap produktivitas, penyebaran pengetahuan tentang
dipertahankan secara bersama, menuju tahap teknik budidaya, peningkatan kapasitas petani
penatagunaan dan produksi. atau pemberdayaandalam penerapan praktek-
6. Adanya legalisasi atas tanah-tanah praktek pengelolaan kekayaan alam yang
transmigrasi sehingga hak rakyat yang menjadi mengutamakan keberlanjutan lingkungan.
transmigran atas tanah menjadi lebih kuat Di luar soal ketersediaan lahan,
secara hukum, dan pemilikan dan penguasaan rivalitas akses terhadap air turut mengancam
transmigrasi tetap dipertahankan menuju produktivitas lahan. Kebutuhan akan air yang
tahap penatagunaan dan produksi secara terus meningkat dan terbatasnya ketersediaan
bersama. air baku telah menyebabkan terjadinya rivalitas
atas air. Kebutuhan air minum di perkotaan telah
7. Adanya sosialisasi mengenai berbagai
memunculkan ekspansi perusahaan air minum
peraturan perundang-undangan terkait adat
dalam kemasan (AMDK). Ekspansi ini berhadapan
dan ulayat serta adanya legalisasi untuk
dengan kebutuhan petani pangan untuk pengairan.
mengakui tanah-tanah adat yang berada Privatisasi air telah menyebabkan banyak petani
di wilayah masyarakat hukum adat secara pangan mengalihkan pilihan ke jenis komoditi
komunal/kolektif sebagai bagian dari wujud dengan intensitas air lebih rendah atau malah
keadilan agraria. meninggalkan aktivitas pertanian. Di banyak
tempat, privatisasi air cenderung dipandang
lebih menguntungkan bagi pemerintah daerah
karena memiliki korelasi fiskal langsung dengan
pendapatan daerah.
Sementara itu, memacu produktivitas
pangan dengan rekayasa genetik menjadi
persoalan tersendiri. Kelangkaan air,
keterbatasan lahan, dan kecenderungan ekspansi
produksi yang dinilai berisiko menciptakan
kerusakan ekologis telah memicu riset benih
untuk meningkatkan produktivitas. Namun
dominasi perusahaan multinasional dalam pasar

15
Dampak Invasi Benih Transgenik Pada Jagung dan Kedelai

benih telah memancing kontroversi. Keuntungan dan kekuatan peraturan pemerintah tentang
mereka berlipat ganda meski di berbagai wilayah pengawasan. Perlindungan hak kekayaan
terjadi krisis pangan. intelektual yang dimiliki oleh perusahaan
transnasional berpotensi menciptakan
Tahun 2007, UU Penanaman Modal baru
ketergantungan petani. Berawal dari keberhasilan
disahkan. Perusahaan asing diperbolehkan
memuliakan benih jagung yang mereka beli,
melakukan investasi hingga 95 persen di sektor
pada tahun 2010 petani di Kediri ditahan dengan
pertanian. Perusahaan transnasional seperti
tuduhan melanggar Undang-Undang No 12/1992
Monsanto, Cargill, Bayer, dan lainnya semakin
tentang Sistem Budidaya Tanam (UUSBT) yang
kokoh menguasai pasar Indonesia. UU No. 13 tahun
mensyarakatkan penjualan benih bersertifikat.
2010 tentang Holtikultura kemudian disahkan dan
Tak ada perlindungan dari terhadap para petani
investasi asing di sektor benih dibatasi maksimum
ini. Melalui uji materi ke Mahkamah Konstitusi,
30%. Dampak invasi benih transgenik tampak
akhirnya pasal 5, 6, 9 dan 12 pada UUSBT
pada perkembangan produktivitas tiga komoditi
dibatalkan karena dinyatakan bertentangan
pangan, yakni padi, jagung, dan kedelai. Pada
komoditi padi tampak kenaikan produksi diiringi dengan Konstitusi.
kecenderungan luas panen yang sama. Namun
untuk jagung dan kedelai yang didominasi oleh
benih transgenik, produktivitas meningkat jauh 2.4.2. Tujuan
sementara luas panen relatif stabil. Tujuan umum dari Program Prioritas
Tanpa penguatan kelembagaan desa Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan,
dan akses petani kecil ke sumber pembiayaan, Pemanfaatan dan Produksi atas Tanah Obyek
upaya peningkatan produktifitas pangan ini akan Reforma Agraria adalah meningkatkan
melahirkan ketergantungan, meningkatnya kemampuan masyarakat dalam penggunaan
kesenjangan di desa dan hilangnya kedaulatan lahan agar terjadi peningkatan produktivitas yang
petani. Studi perbandingan telah dilakukan untuk adil secara sosial, ekonomi dan lingkungan di
melihat dampak penggunaan bibit rekayasa atas lahan tersebut, serta memberdayakan desa
genetik di berbagai negara berkembang terhadap agar mampu mengatur pemilikan, penguasaan,
kesejahteraan petani di pedesaan. Keberhasilan penggunaan dan pemanfaatan lahan, hutan, dan
ditentukan oleh kapabilitas kelembagaan kekayaan alam di wilayahnya secara bersama.

16 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
Krisis ekologi: deforestasi kerusakan kawasan
2.4.3. Tantangan pesisir
Untuk menjalankan Program Prioritas
Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan, Di samping kerusakan hutan primer yang
Pemanfaatan dan Produksi atas Tanah Obyek mencapai 840.000 ha per tahun (KLH, 2012),
Reforma Agraria dihadapkan pada aneka bentuk deforestasi bakau Indonesia dalam periode
krisis kehidupan di desa yang kini sedang 1980-2005 mencapai 65 persen dan terparah
menggejala. Krisis ini menjadi tantangan besar di dunia(KLH, 2006). Kondisi terumbu karang
untuk dipecahkan melalui Pelaksanaan Reforma yang masih baik hanya tersisa 32% (LIPI, 2012).
Agraria, khususnya dengan penataan ulang Kondisi ini telah meningkatkan kesulitan hidup
penggunaan lahan dan sistem produksi rakyat nelayan kecil di pedesaan pesisir karena harus
secara bersama. Berikut ini aneka tantangan yang masuk ke area tangkap lebih jauh dan bersaing
dimaksud: dengan nelayan besar yang memiliki alat tangkap
berteknologi lebih baik.
Desa mengalami krisis pangan dan air
Krisis tradisi berdesa
Meski pedesaan adalah wilayah produksi
pangan, jumlah rumah tangga miskin menumpuk Defisit tiga sumber kehidupan tersebut
di pedesaan. Pada tahun 2015 ada 15,5 juta diperburuk oleh keberadaan pemerintahan desa
kelompok sasaran penerima bantuan beras oleh yang mengalami degradasi fungsi. Dalam berbagai
Pemerintah (Raskin) menetap di desa. Ada 15.775 kejadian, pemerintahan desa yang semula berjalan
desa kategori rawan air dan 1.235 desa kategori berdasarkan kepemimpinan rakyat berubah
kering (BPS, 2014). Desa sering hadir dalam menjadi perpanjangan tangan dari aktor-aktor
benak banyak orang dengan situasi berkecukupan luar dalam perebutan sumber daya. Situasi ini
air. Kini kebanyakan desa cenderung mengalami telah menghilangkan yang disebut sebagai tradisi
defisit air bersih akibat kerusakan ekosistem dan berdesa (Sutoro Eko, 2015). Tradisi berdesa yang
serbuan modal ke sumber-sumber air baku. Mata dimaksud adalah adalah kebiasaan masyarakat
air mulai menjadi sumber konflik, dan anak-anak menggunakan desa sebagai institusi yang absah,
sekolah di desa harus membeli air mineral yang mempunyai otoritas, dan akuntabilitas dalam
bersumber dari mata air di desa mereka. Desa mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
dipaksa menjadi kota yang pincang. setempat.
Lebih jauh, aneka krisis yang terjadi di
Krisis energi di desa menghambat pertumbuhan desa ini melahirkan berbagai dampak sosial dan
ekonomi alternatif ekonomi yang luas, diantaranya:
Keberlangsungan kehidupan di desa
memerlukan pasokan energi yang memadai. Industri di desa tak berkembang, migrasi ke
Banyak desa tak mampu memenuhi kebutuhan sektor jasa
energi bagi warganya. Masih ada 12,3% desa Krisis energi di pedesaan merupakan salah
tak dapat mengakses listrik (PLN, 2013) tapi tak satu kendala pengembangan sektor industri
diketahui berapa yang memiliki pasokan listrik olahan rakyat berbahan lokal. Selama satu
penuh waktu. Banyak desa berada di kawasan dekade (2003-2013) ada 5,1 juta rumah tangga
eksploitasi sumber daya alam bahan sumber tani yang meninggalkan mata pencaharian di
energi. Jika di kota, kendaraan membuang sektor pertanian. Perpindahan ini, selain diikuti
percuma bahan bakar karena kemacetan, di desa oleh memburuknya ketimpangan lahan juga
warga harus antri untuk mendapatkan bahan menyebabkan meningkatnya pekerja di sektor
bakar. jasa yang relatif tidak mensyaratkan keterampilan.
Menurut laporan BPS 2015, sektor jasa menyerap
45 persen tenaga kerja, lebih tinggi dari pertanian
dan industri. Kondisi sosial ekonomi yang buruk di
desa telah menyebabkan penduduk usia muda tak
memiliki minat terhadap profesi tani (White, 2012).

17
Ketimpangan pendapatan memburuk kewenangan mengatur dan dukungan anggaran.
Penguatan kelembagaan di desa menjadi
Ketimpangan pendapatan terus memburuk
persoalan yang cukup serius mengingat 74.000
dalam satu dekade terakhir. Gini ratio mencapai
lebih desa memiliki kapasitas yang beragam.
0,42 pada tahun 2015. Ketimpangan ini meningkat
0,6 dibandingkan tahun 2005 yang baru mencapai
0,36. Struktur PDB Indonesia 2014 menunjukkan
53 persen didominasi oleh konsumsi. Dari sisi 2.4.4. Indikator Keberhasilan
pendapatan, hal ini mencerminkan rata-rata Indikator keberhasilan Program Prioritas
penduduk menggunakan lebih dari separuh Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan,
penghasilan untuk konsumsi. Dapat diduga Pemanfaatan dan Produksi atas Tanah Obyek
penduduk lapis pendapatan terendah akan Reforma Agraria ini, mencakup:
menggunakan hampir seluruh penghasilannya
untuk konsumsi. Kriteria Keberhasilan:
1. Terpetakannya komoditas pertanian,
Bonus demografi diwarnai ketidakcocokan perkebunan atau kehutanan yang sesuai
keterampilan karakteristik ekologis setempat secara
Studi Bank Dunia 2015 menunjukkan hanya bertahap di seluruh Indonesia, minimal 20%
28,7 persen penduduk desa berusia 15 tahun ke atas dari total penggunaan lahan di tiap kabupaten;
yang memiliki rekening di bank. Selain kehilangan 2. Menguatnya penelitian dan pengembangan
kemampuan untuk menabung, penghasilan iptek dan inovasi sektor pertanian dan
rendah juga menyebabkan penduduk desa usia perkebunan, danbertambahnya jumlah
produktif tak memiliki peluang untuk membiayai inovasi bidang pertanian dan perkebunan,
peningkatan keterampilan sebelum masuk ke setidaknya satu inovasi unggulan di setiap
sektor produksi. Studi ILO (2015) menunjukkan provinsi/kabupaten sesuai dengan potensi dan
bahwa ketidakcocokan keterampilan untuk jenis karakteristik daerah;
pekerjaan buruh tani dan perikanan dialami oleh
88,9 persen tenaga kerja. Sedangkan di sektor 3. Terciptanya hilirisasi usaha pertanian dan
industri dan perdagangan khusus mencapai 72,4 perkebunan yang saling menguntungkan
persen tenaga kerja. Situasi ini memperburuk antara petani, petani pekebun dan petani hutan
kinerja ekonomi kendati Indonesia tengah dengan pihak perusahaan, dan setidaknya
memasuki siklus bonus demografi. setiap provinsi memiliki satu wilayah sentra
industri yang menampung hasil komoditas
Pelayanan sosial kurang menggembirakan utama dan penunjang dari petani di provinsi
tersebut;
Meski menurun jauh, secara nasional
masih ada 126 kematian ibu melahirkan untuk 4. Terbangunnya minimal 1 pasar lokal (farmers
setiap 100.000 kelahiran dan 23 bayi mati untuk market) per desa, kecamatan, kabupaten,
setiap 1.000 angka kelahiran hidup (BPS, 2015). dan provinsi yang menghubungkan langsung
Untuk sektor pendidikan menengah, ada 35 produsen dengan konsumen;
persen anak usia sekolah menengah di pedesaan 5. Meningkatnya kesadaran petani untuk
yang tak bersekolah. Desa diwarnai oleh kualitas mengembangkan kelembagaan ekonomi untuk
kehidupan yang buruk. mengusahakan tanah secara bersama;
6. Berkembang dan meluasnya sistem produksi
Lembaga sosial-ekonomi tak pengaruhi
baru serta Penyuluh Pertanian, Peternakan dan
pengambilan keputusan di desa
Perkebunan guna meningkatkan pengetahuan
Di banyak tempat ketika lembaga sosial dan keterampilan petani;
dan ekonomi desa memiliki kekuatan untuk
7. Perbankan atau lembaga pembiayaan nasional
mempengaruhi pengambilan keputusan
lainnya memprioritaskan pemberian bantuan
desa, penyelenggaraan urusan desa berjalan
keuangan bagi pengembangan usaha-usaha
baik (Candra, 2016). Kini desa telah memiliki

18 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
produksi rakyat baik individual maupun dan profesional sehingga diperoleh dengan
bersama, dan petani, kelompok tani di tepat kebutuhan impor yang ditujukan untuk
perdesaan memiliki akses yang lebih baik pada mengurangi secara bertahap kebutuhan
sumber-sumber permodalan; impor dan digantikan dengan produk lokal dan
nasional;
8. Terbangunnya sebuah sistem jual beli produk
hasil produksi dan distribusi yang memberi 5. Terbentuknya koperasi dan badan usaha milik
nilai lebih kepada produsen; rantai distribusi rakyat sebagai kelembagaan ekonomi yang
yang lebih rasional antara produsen dan mengelola dan mengusahakan tanah hasil
konsumen, menguntungkan pihak produsen reforma agraria;
dan konsumen, dan; pembangunan industri-
6. Setiap desa memiliki unit produksi baru dan
industri hilir yang mendukung kegiatan di
satu penyuluh pertanian dan pendamping desa
sektor hulu.
yang bertugas meningkatkan pengetahuan
petani tentang budidaya tanaman pertanian/
Ukuran Keberhasilan: perkebunan, dan terbentuknya desa-desa
1. Surat Instruksi Menteri Pertanian tentang mandiri produktif dan mandiri pangan sesuai
jenis komoditas unggulan, yang dilaksanakan Nawacita;
dalam Peraturan Daerah atau Desa tentang 7. Surat Edaran Gubernur Bank Indonesia untuk
jenis komoditas paling potensial dan tepat Perbankan dan Lembaga Pembiayaan Nasional
dikembangkan yang dilakukan berdasar hasil untuk memberikan prioritas permodalan dan
riset; kemudahan-kemudahan dalam pemberian
2. Pembukaan hasil-hasil inovasi berupa pinjaman bagi petani atau kelompok tani atau
teknologi tepat guna bidang pertanian dan koperasi petani;
perkebunan untuk digunakan dan dibangun 8. Pembukaan pasar-pasar langsung (farmers
secara gratis oleh petani tanpa harus membayar market) yang menghubungkan produsen dan
royalti, dan pihak inventor dapat bekerjasama konsumen, dan rencana pembangunan industri
dengan pihak swasta sepanjang produk hasil hilir yang spesifik sesuai komoditas utama
invensi atau inovasi bidang pertanian tidak pertanian dan perkebunan daerah.
dikomersialisasikan, keluarnya SK Bersama
Menristek-dikti, Menteri Pertanian tentang
penggunaan inovasi untuk pengembangan
pertanian dan perkebunan nasional; 2.5. Program Prioritas
3. Terbangunnya kawasan-kawasan ekonomi Pengalokasian Sumber Daya
khusus yang operasionalnya menjadi daya Hutan untuk Dikelola oleh
dukung komoditas pertanian dan perkebunan,
dan arahan Kementerian Koordinator
Rakyat
Perekonomian (Kemenko Perekonomian) dan
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2.5.1. Permasalahan
pada perusahaan-perusahaan untuk berperan Penetapan kawasan hutan memberi
pada industri hilir atau pengolahan lanjutan dari andil pada problem penguasaan lahan
hasil produksi sumber daya agraria (pertanian, masyarakat. Penetapan kawasan hutan sering
peternakan, perkebunan, kehutanan); tidak memperhatikan keberadaan desa-desa,
4. Kementerian Perdagangan membuat aturan pemukiman, lahan garapan, dan tanah ulayat
tentang distribusi produk olahan sumber masyarakat. Sebelum direview Mahkamah
daya agraria serta mendorong terbentuknya Konstitusi melalui putusan MK Nomor 45/
pasar-pasar penghubung langsung konsumen PUU-IX/2011, kawasan hutan berdasarkan UU
dan produsen langsung seperti farmers No. 41 tahun 1999 adalah wilayah tertentu yang
market, danperencanaan dan pengaturan ditunjuk dan atau ditetapkan pemerintah untuk
kebutuhan pangan (pertanian, peternakan, dipertahankan keberadaannya sebagai hutan
perikanan) lokal dan nasional secara akurat tetap. Dalam prakteknya, proses penunjukan dan

19
Grafik Identifikasi Desa-desa dalam Kawasan Hutan

penetapan kawasan hutan (lindung, kawasan Desa-desa yang wilayahnya sepenuhnya berada
konservasi dan cagar alam, hutan produksi, dan atau sebagian berada dalam kawasan hutan
hutan produksi yang dapat dikonversi, atau mempunyai ketidakpastian akses terhadap lahan
alokasi lainnya) seringkali dilakukan secara dan sumber daya lain yang bersumber dari hutan.
sepihak. Pemerintah tidak memverifikasi adanya
Kementerian ATR/BPN juga telah
perkampungan, desa definitif maupun wilayah-
melakukan pendataan atas jenis penggunaan
wilayah garapan dan tanah ulayat masyarakat.
tanah yang berada dalam area yang ditetapkan
Akibatnya, terjadi perbenturan klaim antara
sebagai kawasan hutan. Tidak kurang dari
pemerintah dan masyarakat yang memicu konflik
186.658 hektar lahan perkampungan penduduk
agraria struktural.
dan 701.905 hektar lahan sawah berada di dalam
Dalam data Potensi Desa (PODES) tahun kawasan hutan.
2011 Kementerian Kehutanan dan Badan Pusat
RPJMN 2015-2019 telah menyebutkan
Statistik mengidentifikasi 78.609 desa dengan
bahwa sebanyak 12,7 juta hektar hutan negara
perincian sebagai berikut: 18.718 desa (23,81%)
dialokasikan untuk desa dan masyarakat desa
berada di dalam atau di tepi hutan, sementara
melalui skema-skema perhutanan sosial,
sisanya sejumlah 58.891 desa berada di luar
termasuk Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan
kawasan hutan (76,19%). Dari data ini kemudian
Desa (HD), dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR).
Kementerian Kehutanan mencoba melakukan
Pemberian akses merupakan salah satu jawaban
proses lanjutan yaitu overlay peta digital yang
yang efektif bagi petani gurem atau petani tak
ada dalam data PODES 2011 dengan peta digital
bertanah di wilayah-wilayah yang berada di dalam
kehutanan untuk melihat apakah dari kedua
atau di sekitar kawasan hutan. Keberhasilan
peta tersebut terdapat kecocokan. Kementerian
pemberian akses pada wilayah hutan negara
Kehutanan hanya memproses data-data desa
tertentu untuk menambah penghasilan petani
yang telah berhasil dicocokan dengan data peta
telah banyak dilakukan dan ditunjukkan berbagai
digital tersebut. Hasilnya, sebanyak 8.644 (11,07%)
hasil kajian (LIPI, 2009-2011; ICRAF 2011).
desa berada di dalam kawasan hutan, 26,353 desa
Jika dilakukan dengan seksama, perhutanan
(33,75%) desa berada di tepi hutan, dan 43.097
sosial atau social forestry akan memberikan
desa (55,19%) desa berada di luar kawasan hutan.

20 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
dampak positif pada masyarakat sekaligus Kemasyarakatan (HKm), atau Pencadangan areal
tetap mempertahankan keberlanjutan fungsi kerja Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Berdasarkan
hutan. Kementerian kunci dalam hal ini ialah evaluasi proses pelaksanaan periode
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebelumnya, proses penerbitan SK PAK untuk
(KLHK). HD dan HKm sangat lambat. Hal itu dikarenakan
proses yang terjadi di Pusat (KLHK) maupun di
daerah (Pemda Provinsi dan Kabupaten). Untuk
2.5.2. Tujuan memangkas proses yang dinilai rumit tersebut,
Secara umum, tujuan dari Program maka Ditjen PSKL menyiapkan langkah strategis
Prioritas Pengalokasian Sumber Daya Hutan untuk dengan menyusun PIAPS ini. Hingga saat ini
Dikelola oleh Rakyat ialah mewujudkan keadilan (akhir Februari 2016), SK tentang PIAPS belum
dalam penetapan tata batas, kepastian hak dan ditandatangani oleh Menteri LHK.
akses penguasaan dan pengusahaan hutan serta Persiapan lain ialah penyusunan Draft
terselenggaranya pengelolaan hutan oleh rakyat Permen LHK tentang HD-HKm-HTR yang
dan/atau desa dengan prinsip keseimbangan merupakan gabungan dari revisi Permenhut
fungsi dan layanan hutan dari segi sosial, ekonomi tentang HD-HKm-HTR dalam rangka
dan ekologi secara simultan dan berkelanjutan. mempercepat proses alokasi dan penerbitan izin
HD-HKm-HTR, termasuk pembentukan Pokja
Percepatan Perhutanan Sosial (Pokja PPS) di
2.5.3. Tantangan daerah. Pembentukan Pokja PPS ini dimaksudkan
Dalam Rencana Strategis Kementerian agar program Perhutanan Sosial tepat sasaran
Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015-2019, dan terhindar dari penunggang gelap (free rider)
telah ditetapkan arah dan kebijakan strategis sebagaimana terindikasi pada pengajuan HTR
serta tahapan memperluas akses masyarakat pada periode sebelumnya yang lebih berorientasi
untuk mengelola dan memanfaatkan bagian dari untuk mendapatkan kredit Fasilitas Dana Bergulir
kawasan hutan Negara seluas 12.7 juta hektar. dari Badan Layanan Umum. Selanjutnya, telah
Dalam dokumen Renstra Kementerian LHK dipersiapkan juga Sistem Layanan On-Line Akses
tersebut disebutkan bahwa tahapan tahun 2015 Kelola Perhutanan Sosial/AKPS yang dimaksudkan
adalah proses persiapan. untuk mendukung proses percepatan usulan dan
verifikasi terhadap HKM-HD-HTR.
Sementara itu, Ditjen Perhutanan Sosial
dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Kementerian Pada periode 2010-2014, total Penetapan
LHK sedang menyusun draft Revisi PP Nomor 6 Areal Kerja (PAK) Perhutanan Sosial mencapai
Tahun 2007 jo PP Nomor 3 Tahun 2008 tentang 1,38 juta. Dari seluruh areal tersebut, Kementerian
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan LHK telah mengeluarkan izin untuk total 357.379
Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Dalam draft ha. Tahun 2015, total luas area Perhutanan Sosial
revisi ini ada perubahan nomenklatur dari yang diterbitkan PAK-nya adalah 198.237 hektar,
pemberdayaan masyarakat yang dalam PP yang terdiri atas 53.273 ha Hutan Kemasyarakatan,
Nomor 6 Tahun 2007 hanya dalam bentuk/skema 117.838 ha Hutan Desa, dan 16.742 ha Hutan
HD, HKm, dan Kemitraan. Sedangkan dalam draft Tanaman Rakyat. Dari seluruh skema kerja
revisi versi Ditjen PSKL ini ada usulan perubahan Kementerian LHK tersebut, belum ada program
nomenklatur menjadi Perhutanan Sosial yang yang sistematik dari kelembagaan yang ada untuk
meliputi: (a) Hutan Desa (HD); (b) Hutan Milik Desa memastikan pemberian izin pemanfaatan hutan
(mengakomodir UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang negara untuk skema-skema perhutanan sosial ini
Desa); (c) HKm (Hutan Kemasyarakatan (Hkm); sebagai bagian dari reforma agraria.
(d) Hutan Tanaman Rakyat (HTR); (e) Kemitraan
kehutanan; dan (f) Hutan Hak/Hutan Adat.
Ditjen PSKL Kementerian LHK telah
menyiapkan Peta Indikatif Areal Perhutanan
Sosial/PIAPS sebagai pengganti PAK (Penetapan
Areal Kerja) Hutan Desa (HD) dan Hutan

21
2.5.4. Indikator Keberhasilan 2.6. Program Prioritas
Sejumlah indikator keberhasilan dari Kelembagaan Pelaksana
Program Prioritas Pengalokasian Sumber Daya
Hutan untuk Dikelola oleh Rakyat ini, sebagai Reforma Agraria Pusat dan
berikut: Daerah
1. Terdatanya kawasan hutan yang berpotensi
untuk dijadikan sebagai obyek pengembangan
2.6.1. Permasalahan
perhutanan sosial;
Penataan kelembagaan dalam reforma
2. Terpetakannya kawasan hutan melalui Peta agraria dilakukan di level kelembagaan formal
Indikatif Areal Perhutanan Sosial (PIAPS) akan yaitu Kementerian dan Lembaga pelaksana
dijadikan sebagai obyek untuk perhutanan program prioritas sebagai bagian dari Stranas
sosial; Pelaksanaan Reforma Agraria, juga di level
komunitas penerima manfaat baik berupa
3. Meningkatnya akses masyarakat pada kawasan
penataan kelembagaan petani, organisasi petani,
hutan melalui skema-skema perhutanan
kelembagaan koperasi sebagai basis produksi,
sosial (social forestry);
distribusi, dan niaga. Penataan kelembagaan ini
4. Luas hutan yang ditetapkan dalam bentuk Peta perlu dimulai dari perencanaan tata ruang dan
Areal Perhutanan Sosial (PAPS) yang dikelola administrasi tanah di level pemerintahan desa
masyarakat menjadi 2.500.000 ha dalam diantaranya dengan mengangkat seorang Kepala
bentuk Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa, Urusan Khusus Pertanahan. Selain memastikan
Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat, Hutan data pertanahan level desa yang terkini, Kepala
Adat, dan Kemitraan; Urusan ini juga dapat menjadi perpanjangan
5. Dialokasinya kawasan hutan kepada rakyat tangan Badan Pertanahan Nasional di level desa.
melalui akses pemanfaatan hutan bersama Data tanah maupun data penduduk miskin
dalam skema Perhutanan Sosial yang merupakan bagian krusial dari proses penataan
meliputi: Hutan Desa (HD); Hutan Milik kelembagaan berikutnya, yaitu pembentukan
Desa; Hutan Kemasyarakatan (Hkm); Hutan Sistem Informatika Desa, yang berisi data-data
Tanaman Rakyat (HTR); Kemitraan kehutanan; tentang desa, rencana tata ruang, penguasaan,
dan Hutan Hak/Hutan Adat; pemilikan dan penggunaan tanah di Desa, serta
6. Dijalankannya kegiatan pemberdayaan data-data basis survei kependudukan lainnya.
masyarakat kepada organisasi rakyat atau Data yang lengkap, akurat dan aktual akan
komunitas yang menerima hak atau ijin membantu memudahkan implementasi program-
untuk mengelola hutan melalui mekanisme program pemerintahan lokal, maupun nasional
perhutanan sosial; sehingga sistem layanan dasar di level desa bisa
diperkuat. Sedangkan penataan kelembagaan
7. Terbentuk dan berfungsinya kelembagaan dan yang terkait dengan peningkatan ekonomi di desa
tersedianya pembiayaan bagi pelaksanaan dapat dilakukan melalui Badan Usaha Milik Desa
perhutanan sosial, serta meningkatnya (BUMDes), sebagaimana diamanatkan oleh UU
kapasitas kelembagaan dalam penyaluran No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
dana dan penyediaan skema pembiayaan bagi
perhutanan sosialdan; Untuk menyelesaikan masalah-masalah
hulu yang terkait dengan krisis kehidupan di
8. Terjadinya penguatan hak atas penguasaan Desa, perlu dikembangkan rencana induk yang
dan pengusahaan hutan oleh rakyat secara sesuai dengan karakter/tipologi lansekap desa,
bersama melalui koperasi atau badan usaha yakni: Desa Pertanian Sawah, Desa Kebun, Desa
milik rakyat lainnya. Hutan, Desa Pesisir, dan Desa Peri-Urban, serta
dalam kategori berbeda, yakni Desa Adat. Sesuai
dengan Undang-Undang No. 6/2014 tentang Desa,
kedudukan Desa Adat ini istimewa karena hak

22 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
Reforma Agraria Berbasis Karakter Ekologi Desa

asal-usul yang melahirkan kewenangan dan tata (3) Belum sinerginya pelaksanaan tugas dan
kelembagaan dan kepemimpinan yang khusus. fungsi kelembagaan pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota, dan
desa) yang terkait dengan agraria.
2.6.2. Tujuan
Tujuan umum dari Program Prioritas
Kelembagaan Pelaksana Reforma Agraria 2.6.4. Indikator Keberhasilan
Pusat dan Daerah adalah untuk memastikan Indikator utama keberhasilan Program
tersedianya kelembagaan yang kuat dan efektif Prioritas Kelembagaan Pelaksana Reforma
di tingkat nasional, daerah sampai lokal (desa) Agraria Pusat dan Daerah adalah bekerjasamanya
yang menjalankan dan mengembangkan program kementerian dan lembaga secara sinergis,
dan kegiatan reforma agraria serta kegiatan menguatnya peran pemerintah daerah (provinsi,
pendukungnya secara menyeluruh sesuai kabupaten/kota, dan desa) serta masyarakatnya
dengan kondisi, karakter desa, masyarakat dan dalam pelaksanaan reforma agraria, dengan
kawasannya. rincian sebagai berikut:

Kriteria Keberhasilan:
2.6.3. Tantangan 1. Terbentuknya Gugus Tugas Pengendalian
Sejauh ini, tantangan dalam kelembagaan Pelaksana Reforma Agraria Pusat di Kantor
Pelaksanaan Reforma Agraria ialah: (1) Belum Staf Presiden, dan gugus tugas sejenis di
adanya kelembagaan yang secara khusus untuk tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan desa;
menjalankan dan mengembangkan agenda,
program dan kegiatan reforma agraria, (2) Masih 2. Tersusunnya Pedoman Teknis Pelaksanaan
berkembangnya sektoralisme kelembagaan dan Reforma Agraria yang disusun oleh Gugus
regulasi dalam penguasaan dan pengelolaan Tugas Pengendalian Pelaksana Reforma
tanah, hutan dan kekayaan alam lainnya, dan Agraria Pusat sebagai panduan kerja bagi
semua pihak terkait;

23
3. Tersusunnya rencana aksi operasional reforma pemanfaatan tanah/lahan, danterciptanya
agraria, dan terbentuknya tim pelaksana tertib administrasi hak atas tanah baik
reforma agraria di daerah (provinsi, kabupaten/ berupa hak penguasaan atau pemilikan,
kota, dan desa); maupun hak penggunaan dan pemanfaatan
serta pencadangan wilayah desa untuk
4. Tersusunnya modul pelatihan dan terbentuknya
diredistribusikan kepada petani termiskin/
kepanitiaan, dan terselenggaranya pendidikan
gurem/tak bertanah;
dan pelatihan untuk aparat dan pendamping
desa; 4. Setiap desa memiliki Panitia Redistribusi
Tanah yang merupakan kolaborasi dengan
5. Setiap desa memiliki Kepala Urusan Pertanahan
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota;
sendiri, dansetiap desa di Indonesia memiliki
data lengkap tentang penguasaan, pemilikan, 5. Setiap desa di Indonesia memiliki Sistem
penggunaan dan pemanfaatan tanah/lahan; Informasi Desa termasuk informasi mengenai
potensi desa, peta tata ruang, tata guna dan tata
6. Terbentuknya Panitia Redistribusi Tanah yang
wilayah desa, data penduduk, data penduduk
merupakan kerja sinergis antara Pemerintah
miskin, data lahan kekayaan/aset desa berupa
Desa, Pemerintah Daerah, dan Kementerian
sawah atau berupa aset desa lainnya, dan Surat
ATR/BPN;
Edaran Menteri Desa bersama dengan Menteri
7. Terbangunnya Sistem Informasi Desa yang ATR/BPN tentang Pengelolaan Tata Ruang dan
mengandung informasi mengenai kondisi dan Administrasi Pertanahan Desa;
potensi desa secara lengkap dan akurat;
6. Menteri Desa menerbitkan aturan lebih lanjut
8. Terbentuknya BUMDes atau bentuk-bentuk tentang pembentukan Badan Usaha Milik Desa
usaha bersama lainnya seperti Koperasi (BUMDes) sesuai UU No. 6 Tahun 2014 atau
Petani, setidaknya satu BUMDes atau Koperasi pengembangan bentuk-bentuk usaha bersama
Tani atau bentuk lainnya per-desa; lainnya seperti Koperasi Petani, dan Peraturan
9. Desa memiliki Pendamping Desa sendiri yang Menteri Koperasi tentang pengembangan
bertugas untuk membantu Pemerintah Desa bentuk-bentuk koperasi untuk pengembangan
dalam menjalankan fungsi layanan dasar desa usaha produksi kerakyatan serta mengawasi
danwarga desa mendapatkan layanan dasar operasional koperasi-koperasi yang ada
secara merata. sehingga benar-benar digunakan untuk
kesejahteraan rakyat;
Ukuran Keberhasilan: 7. Menteri Desa Desa, PDT dan Trasmigrasi
menerbitkan aturan tentang penunjukkan
1. Adanya keterlibatan aktif Pemerintah Daerah
Pendamping Desa,lalu Kementerian Desa,
dalam pelaksanaan reforma agraria, dan
PDT dan Trasmigrasi bekerjasama dengan
adanya kebijakan, regulasi, dan anggaran
kementerian/lembaga terkait layanan dasar
pendukung reforma agraria dari pemerintah
desa untuk melengkapi infrastruktur, sarana
daerah (provinsi, kabupaten/kota, dan desa);
prasarana dan pendukung lainnya termasuk di
2. Adanya kesiapan aparat desa untuk bidang pendidikan dan kesehatan. ***
menjalankan reforma agraria di tingkat desa,
dan adanya kesiapan para pendamping desa
untuk mendorong partisipasi rakyat dalam
pelaksanaan reforma agraria;
3. Diterbitkannya Peraturan Menteri Desa untuk
membentuk Kepala Urusan Pertanahan
beserta kewenangannya di Pemerintah Desa,
terbangunnya sistem informasi pertanahan
agar tiap desa memiliki data lengkap tentang
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan

24 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
BAB III
KEGIATAN-KEGIATAN PRIORITAS
DALAM REFORMA AGRARIA
Program Prioritas (1)
Penguatan Kerangka Regulasi dan Penyelesaian Konflik Agraria
1. Review
Peraturan
KEGIATAN Perundangan
Untuk PROGRAM
PRIORITAS Mendukung PRIORITAS
6. Mediasi dan Pelaksanaan 2.
ADR Lainnya Reforma Agraria Mengidentifikasi
untuk dan Memverifikasi
Mempercepat Kasus-kasus
Penyelesaian Konflik Agraria
Konflik Agraria di Struktural di
Semua Sektor (1) Berbagai Sektor
Strategis Penguatan Strategis
Kerangka
Regulasi dan
Penyelesaian
5. Koordinasi dan Konflik 3. Menganalisa
Supervisi dengan Agraria dan Menyusun
K/L dalam Pendapat Hukum
Menjalankan serta
Rekomendasi Merekomendasik
Penyelesaian an Penyelesaian
Kasus-kasus 4. Melakukan
Review terhadap Kasus Konflik
Konflik Agraria Agraria
Hak/Ijin Usaha
serta Merubah
Tata Batas
Kawasan Hutan
untuk Rakyat

Berikut ini uraian dari kegiatan-kegiatan Mengetahui berbagai peraturan


prioritas dalam pelaksanaan reforma agraria, perundangan-undangan yang terkait
merujuk pada program-program prioritas dalam dengan penyelesaian konflik agraria dan
Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria. pelaksanaan reforma agraria;
Melakukan perubahan terhadap peraturan
perundangan-undangan yang tidak sejalan
3.1. Kegiatan-kegiatan Prioritas atau menghambat penyelesaian konflik
dalam Penguatan Kerangka agraria dan pelaksanaan reforma agraria;

Regulasi dan Penyelesaian Menyusun


undangan
peraturan
yang
perundangan-
mendukung upaya
Konflik Agraria penyelesaian konflik agraria dan
pelaksanaan reforma agraria;
Kegiatan-kegiatan prioritas dalam 2. Mengidentifikasi dan Memverifikasi Kasus-
Penguatan Kerangka Regulasi dan Penyelesaian kasus Konflik Agraria Struktural di Berbagai
Konflik Agraria adalah, sebagai berikut: Sektor Strategis, dengan maksud:
1. Mereview Peraturan Perundangan Untuk Mengetahui secara persis jumlah, karakter,
Mendukung Penyelesaian Konflik dan peta aktor dan dinamika kasus-kasus konflik
Pelaksanaan Reforma Agraria, dengan agraria yang terjadi karena kekeliruan
maksud: kebijakan di masa lalu di sektor strategis:

25
pertanahan, pertanian, perkebunan, Konflik perkebunan atau kasus gangguan
kehutanan, pertambangan, infrastruktur; usaha: (a) melakukan review dan
Memastikan kasus-kasus konflik agraria evaluasi atas pemberian Hak Guna Usaha
mana saja yang bisa ditangani dan perkebunan terutama yang melebihi batas
diselesaiakan melalui mekanisme yang lahan yang diberikan, yang diterlantarkan,
disediakan dalam prioritas nasional reforma yang tumpang tindih dengan wilayah
agraria atau Strategi Nasional Pelaksanaan kelola masyarakat, serta yang telah habis
Reforma Agraria. masa berlakunya selama dua periode;
(b) melakukan review pemberian ijin-ijin
3. Menganalisa dan Menyusun Pendapat Hukum
lokasi perkebunan ataupun perusahaan
serta Merekomendasikan Penyelesaian Kasus
perkebunan yang operasional tapi tidak
Konflik Agraria, dengan maksud:
memiliki HGU, (c) melakukan audit sosial-
Mendalami substansi setiap kasus konflik ekonomi atas perusahaan-perusahaan
agraria yang ditangani sehingga diketahui perkebunan secara bertahap --dimulai
akar sebab dan anatomi kasus secara dari wilayah perkebunan yang paling rawan
objektif dan komprehensif; konflik, dan (d) melakukan penataan ulang
Memberikan pendapat secara legal atas lahan-lahan perkebunan skala besar
formal sehingga penyelesaiannya dapat yang diwariskan dari sistem agraria kolonial
dipertangggungjawakan secara hukum; yang dikuasai badan usaha milik negara/
Memberikan saran dan usulan bagi daerah maupun perusahaan swasta;
penetapan arah dan bentuk kebijakan Konflik wilayah pertambangan: (a) wilayah
penyelesaian kasus konflik agraria secara pertambangan yang tumpang tindih
tuntas dan menyeluruh. dengan kawasan hutan; (b) wilayah ijin
Secara khusus, dalam hal ini kasus-kasus usaha pertambangan yang tumpang tindih
konflik agraria diklasifikasikan berdasarkan dengan wilayah kelola masyarakat atau
tipologi wilayah terjadinya di sejumlah sektor yang menimbulkan gangguan ekologis;dan
strategis, yakni: kehutanan, perkebunan, (c) mengeluarkan areal yang dikuasai dan
pertambangan, infrastruktur, dan pesisir, dengan dikelola oleh rakyat dari kawasan-kawasan
uraian: konsensi pertambangan; (d) memastikan
proses produksi dan bagi hasil dari usaha
Konflik di kawasan hutan: (a) konflik pertambangan dan energi menguntungkan
akibat penetapan batas wilayah hutan rakyat di sekitarnya dan kepentingan negara
yang tumpang tindih dengan wilayah desa secara keseluruhan serta keberlanjutan
atau perkampungan penduduk, wilayah ekologi;
garapan dan wilayah kelola masyarakat
dan masyarakat adat; (b) konflik tata batas Konflik pembangunan infrastruktur: (a)
lahan di kawasan hutan dengan wilayah konflik di wilayah kawasan urban dan peri-
pertambangan, (c) tindak lanjut atas data urbanberkaitan dengan pengembangan
inventarisasi tumpang tindih peta tata wilayah; (b) konflik berkaitan dengan
batas hutan dengan wilayah definitif desa pengadaan tanah untuk pembangunan
atau kelola masyarakat, dan (d); pelepasan sarana infrastruktur berskala besar:
kawasan hutan yang pada kenyataannya bandara, jalan tol, pelabuhan, kawasan
sudah bukan berupa hutan, misalnya: ekonomi khusus, dan sebagainya. Dalam
wilayah administrasi desa, pemukiman konflik ini, ahrus dipastikan masyarakat
penduduk, lahan pertanian pangan atau yang terdampak mendapat keuntungan
perkebunan rakyat, wilayah masyarakat dari pembangunan untuk kepentingan
hukum adat, areal garapan lain masyarakat umum. Perlu dikembangkan sinergi
untuk ditetapkan sebagai tanah obyek relokasi masyarakat yang tanahnya dipakai
reforma agraria dan diredistribusikan untuk kepentingan umum atau yang
kepada rakyat miskin secara bersama; terkena dampak dengan kompensasi dan
program yang menjamin keberlanjutan

26 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
dan peningkatan kesejahteraannya, dan 3.2. Kegiatan-kegiatan Prioritas
(e) menghindari alih fungsi lahan produktif
seperti lahan pertanian pangan rakyat untuk dalam Penataan Penguasaan
kepentingan pembangunan infrasruktur; dan Pemilikan Tanah Obyek
Konflik di wilayah pesisir: (a) konflik akibat Reforma Agraria
reklamasi pantai; (b) konflik atas tanah
timbul di kawasan pesisir; (c) konflik wilayah
tangkap perikanan; dan (d) konflik di pesisir Kegiatan-kegiatan prioritas sehubungan
sebab pembangunan sarana pariwisata. dengan Penataan Penguasaan dan Pemilikan
Secara khusus, pulau-pulau kecil tidak Tanah Obyek Reforma Agraria ini mencakup upaya,
boleh digunakan untuk perkebunan besar sebagai berikut:
monokultur dan wilayah tambang, dan perlu 1. Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan,
penataan desa dan kawasan di pulau kecil. Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah serta
4. Melakukan Review Penerbitan Hak/Ijin Usaha Identifikasi Tanah Obyek Reforma Agraria,
di Semua Sektor Strategis serta Mengubah dengan maksud:
Tata Batas Kawasan Hutan untuk Rakyat, Mengetahui secara persis data dan
dengan maksud: informasi mengenai penguasaan, pemilikan,
Mengetahui implikasi dari setiap hak atau ijin penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T)
usaha yang diberikan di lapangan agraria di dan mengetahui tanah-tanah dan kekayaan
masa lalu pada setiap kasus konflik agraria alam mana saja yang dapat dijadikan sebagai
yang ditangani; potensial obyek reforma agraria;
Memastikan ada tata batas kehutanan baru Redistribusi penguasaan dan pemilikan
yang memberi kemungkinan bagi perluasan tanah obyek reforma agraria serta
pemilikan dan penguasaan hutan, ruang penataan penggunaan dan pemanfaatan
hidup, areal garapan, dan wilayah kelola lahan kekayaan Desa berupa sawah oleh
rakyat. petani miskin/petani penggarap, setelah
dilakukan inventarisasi lahan-lahan desa
5. Koordinasi dan Supervisi dengan K/L dalam
yang dikuasai atau dimiliki secara absentee,
Menjalankan Rekomendasi Penyelesaian
atau yang diterlantarkan atau tanah-tanah
Kasus-kasus Konflik Agraria, dengan maksud:
pertanian kelebihan maksimum.
Memastikan adanya pengawasan dan
2. Identifikasi Kawasan Hutan yang akan
pendampingan bagi setiap rekomendasi
Dilepaskan, dengan maksud:
penyelesaian kasus-kasus konflik agraria
agar dijalankan secara efektif dan konsisten Mengetahui secara persis lahan-lahan
oleh kementerian dan lembaga terkait. yang akan dilepaskan dari kawasan hutan
sehingga menjadi tanah obyek reforma
6. Mediasi dan Alternative Disputes Resolution
agraria yang diredistribusikan kepada
(ADR) Lainnya untuk Mempercepat
rakyat miskin melalui pelaksanaan reforma
Penyelesaian Konflik Agraria di Semua Sektor
agraria;
Strategis, dengan maksud:
Pelepasan kawasan hutan yang pada
Memastikan semua langkah di luar
kenyataannya sudah bukan berupa hutan
pengadilan untuk mempercepat
lagi, seperti wilayah administrasi desa,
penyelesaian kasus konflik agraria dapat
pemukiman penduduk, lahan pertanian
dijalankan dan jika ditemukan hambatan
pangan atau perkebunan rakyat, wilayah
segera dicarikan solusinya sehingga
masyarakat hukum adat, areal garapan lain
keadilan dan kepastian hukum diwujudkan.
masyarakat untuk ditetapkan sebagai tanah
obyek reforma agraria dan diredistribusikan
kepada rakyat miskin secara bersama atau
melalui mekanisme penguatan hak atas
penguasaan dan pengusahaannya oleh desa.

27
Program Prioritas (2)
Penataan Penguasaan dan Pemilikan Tanah Obyek Reforma Agraria

PROGRAM
1. Inventarisasi
PRIORITAS
KEGIATAN P4T dan
Identifikasi tanah
PRIORITAS obyek reforma
agraria

5. Identifikasi dan
pengembangan 2. Identifikasi
kelembagaan (2) Kawasan Hutan
subyek penerima yang akan
manfaat reforma Penataan Dilepaskan
agraria Penguasaan
dan
Pemilikan
Tanah Obyek
Reforma
Agraria

4. Identifikasi 3. Identifikasi dan


tanah milik untuk Redistribusi HGU
legalisasi aset habis dan tanah
masyarakat miskin terlantar

3. Identifikasi dan Redistribusi HGU Habis dan 5. Identifikasi dan Pengembangan Kelembagaan
Tanah Terlantar, dengan maksud: Subyek Penerima Manfaat Reforma Agraria,
Mengetahui secara persis lahan-lahan bekas dengan maksud:
Hak Guna Usaha perkebunan atau tanah Mengetahui secara tepat siapa saja sasaran
negara yang berasal dari pengembalian Hak orang-orang atau kelompok orang yang
Guna Usaha serta dari tanah negara yang dapat diketegorikan sebagai calon penerima
diterlantarkan; manfaat dari pelaksanaan reforma agraria.
Penyerahan tanah obyek reforma agraria Pendataan Rumah Tangga dan Rumah
yang berasal dari tanah negara, seperti Tangga Petani Miskin yang berhak menjadi
tanah bekas perkebunan yang sebelumnya penerima manfaat dari tanah obyek reforma
dikuasai perusahaan milik negara/daerah agraria yang berasal dari hasil penyelesaian
maupun swasta melalui HGU, serta konflik, tanah obyek dari wilayah perhutanan
tanah lainnya kepada subyek reforma sosial, dan tanah kekayaan desa berupa
agraria (rakyat miskin) untuk dikuasai dan sawah;
diusahakan secara bersama; Memastikan orang-orang atau kelompok
Penataan ulang atas lahan-lahan orang yang menjadi subyek penerima
perkebunan skala besar yang diwariskan dari manfaat memiliki lembaga yang khusus
sistem agraria kolonial baik yang dikuasai dimaksudkan untuk menguasai dan/atau
badan usaha milik negara/daerah maupun memiliki tanah obyek reforma agraria
perusahaan swasta untuk dijadikan sebagai secara bersama;
obyek reforma agraria dan diredistribusikan Mencegah mudahnya tanah obyek reforma
kepada rakyat miskin secara bersama. agraria yang sudah diredistribusi dan
4. Identifikasi Tanah Milik untuk Legalisasi Aset dilegalisasi untuk kepentingan rakyat miskin
Masyarakat Miskin, dengan maksud: beralih fungsi dan beralih kepemilikan
kepada pihak luar.
Mengetahui tanah-tanah yang sudah
dikuasai dan digunakan oleh masyarakat
miskin di perkotaan dan pedesaan tapi belum
memiliki legalitas hak kepemilikannya.

28 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
Program Prioritas (3)
Kepastian Hukum dan Legalisasi Hak atas Tanah Obyek Reforma Agraria
1. Perbaikan
7. Sosialisasi proporsi
peraturan terkait petugas ukur
adat/ulayat dan
KEGIATAN legalisasi
dan pemetaan
PRIORITAS pengakuan
serta petugas
reforma agraria
PROGRAM
wilayah adat di Kab/Kota PRIORITAS

(3) 2. Peningkatan
6. Legalisasi
cakupan peta
untuk tanah Kepastian dasar
transmigrasi Hukum dan pertanahan,
Legalisasi
Hak atas
Tanah Obyek
Reforma
5. Legalisasi Agraria 3. Peningkatan
untuk cakupan bidang
penguatan hak tanah bersertipikat
bersama atas untuk rakyat miskin
TORA hasil melalui legalisasi
redistribusi aset (PRONA,
4. Publikasi sertipikasi lintas
tata batas sektor)
kawasan hutan

3.3. Kegiatan-kegiatan Prioritas Memastikan meluasnya penguatan hak


rakyat miskin atas pemilikan tanah yang
dalam Kepastian Hukum dan selama ini dikuasai dan digunakannya
Legalisasi Hak atas Tanah melalui legalisasi/sertifikasi tanah secara

Objek Reforma Agraria lebih mudah, cepat dan gratis (atau semurah
mungkin).
4. Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan, dengan
Kegiatan-kegiatan prioritas dari Penguatan maksud:
Kepastian Hukum dan Legalisasi Hak atas Tanah Memastikan adanya informasi yang terbuka
Obyek Reforma Agraria adalah, sebagai berikut: mengenai tata batas antara kawasan hutan
1. Perbaikan Proporsi Petugas Ukur dan dengan non-hutan sehingga menjadi jelas
Pemetaan serta Petugas Reforma Agraria di untuk pengembangan kebijakan penataan
Kab/Kota, dengan maksud: ruang dan pelaksanaan reforma agraria.
Memastikan adanya penambahan jumlah 5. Legalisasi untuk Penguatan Hak Bersama atas
petugas ukur dan pemetaan serta petugas TORA Hasil Redistribusi, dengan maksud:
reforma agraria di Kabupaten/Kota sehingga Memastikan adanya legalisasi atas tanah-
memudahkan dan mempercepat proses tanah obyek reforma agraria sehingga hak
inventarisasi P4T dan identifikasi tanah
rakyat atas tanah tersebut menjadi lebih
obyek reforma agraria.
kuat secara hukum;
2. Peningkatan Cakupan Peta Dasar Pertanahan,
Memastikan pemilikan dan penguasaan
dengan maksud:
tanah obyek reforma agraria tetap
Memastikan cakupan peta dasar pertanahan dipertahankan secara bersama, menuju
semakin meluas yang akan memudahkan tahap penatagunaan dan produksi;
mengetahui kondisi P4T dan perencanaan
untuk tanah obyek reforma agraria. Memastikan rakyat miskin para subyek
reforma agraria mendapatkan tanah dan
3. Peningkatan Cakupan Bidang Tanah kekayaan alam sebagai sumber penghidupan
Bersertipikat untuk Rakyat Miskin melalui dalam mencapai kesejahteraannya secara
Legalisasi Aset (PRONA, sertipikasi lintas bersama;
sektor), dengan maksud:

29
Memastikan tumbuhnya rasa memiliki dan 1. Koordinasi Lokasi dan Target Pemberdayaan
keterikatan sosial secara kuat kepada tanah serta Perencanaan Tata Guna pada TORA,
oyek reforma agraria secara bersama atau dengan maksud:
berkelompok; Memastikan adanya koordinasi antar
Penguatan hak-hak atas tanah rakyat instnasi dalam menentukan lokasi dan
secara bersama yang telah clean and clear target masyarakat yang akan diberdayakan
sebagai lahan-lahan obyek reforma agraria pasca redistribusi tanah dalam rangka
melalui legalisasi (sertifikasi) pemilikan dan pelaksanaan reforma agraria;
penguasaan hak atas tanah secara bersama Memastikan adanya perencanaan
maupun skema-skema akses lainnya yang penggunaan tanah obyek reforma agraria
bernafaskan semangat gotong royong. secara bersama dengan mempertimbangkan
kondisi alam dan lingkungan serta sosial
6. Legalisasi untuk Tanah Transmigrasi, dengan
budaya yang berkembang di dalam
maksud:
masyarakat;
Memastikan adanya legalisasi atas tanah-
Merencanakan beragam jenis usaha dan
tanah transmigrasi sehingga hak rakyat yang
budidaya produktif apa saja yang akan
menjadi transmigran atas tanah menjadi
dikembangkan di atas tanah obyek reforma
lebih kuat secara hukum, dan pemilikan
agraria tersebut.
dan penguasaan transmigrasi tetap
dipertahankan menuju tahap penatagunaan 2. Penyediaan dan Pengembangan Teknologi
dan produksi secara bersama. Sarana-Prasarana dalam Produksi dan
Pengolaan Hasil Pertanian, Peternakan dan
7. Sosialisasi Peraturan Terkait Adat/Ulayat dan
Perkebunan, dengan maksud:
Legalisasi Pengakuan Wilayah Adat, dengan
maksud: Memastikan tersedianya berbagai
sarana dan prasarana yang dibutuhkan
Memastikan adanya sosialisasi mengenai
guna meningkatkan produktivitas tanah
berbagai peraturan perundang-undangan
sekaligus menjaga kesuburannya secara
terkait adat dan ulayat menuju pengakuan
berkelanjutan;
tanah-tanah adat yang berada di wilayah
masyarakat hukum adat secara komunal/ Membiasakan rakyat subyek reforma agraria
kolektif sebagai wujud keadilan agraria; bekerja secara bersama dalam kelompok
dengan menggunakan pengetahuan,
Pemberian pengakuan atas wilayah-
metode, dan teknik, termasuk bibit, pupuk,
wilayah masyarakat hukum adat yang telah
alat mesin pertanian dan teknologi terbaru
dipetakan secara partisipatif dan diverifikasi
untuk kemajuan bersama;
dengan kementerian/lembaga terkait di
lapangan sesuai kenyataannya. Membangun sistem iptekin (ilmu
pengetahuan dan inovasi) yang mendukung
perkembangan sektor pertanian, peternakan
3.4. Kegiatan-kegiatan Prioritas dan perkebunan di Indonesia.

dalam Pemberdayaan 3. Penyediaan Bantuan Permodalan dan


Pengembangan Kelembagaan Petani untuk
Masyarakat dalam Akses Modal Usaha, dengan maksud:
Penggunaan, Pemanfaatan Memudahkan petani atau kelompok petani
dan Produksi atas Tanah penerima manfaat dalam mengakses modal
usaha yang dibutuhkan untuk peningkatan
Obyek Reforma Agraria produksi;
Memastikan proses pemasaran dari produk-
Kegiatan-kegiatan prioritas dari produk pertanian rakyat dari atas tanah
Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan, obyek reforma agraria itu menguntungkan
Pemanfaatan dan Produksi atas Tanah Obyek petani sebagai produsen;
Reforma Agraria adalah, sebagai berikut: Menciptakan sumber-sumber permodalan
baru yang berkeadilan dan dapat diakses

30 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
Program Prioritas (4)
Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan, Pemanfaatan dan Produksi atas TORA
1. Koordinasi
Lokasi dan
Target
Pemberdayaan
serta
6. Sekolah Perencanaan 2. Penyediaan, dan
Lapang Petani Tata Guna pada Pengembangan
Subyek Penerima TORA Teknologi Sarana-
KEGIATAN Manfaat Reforma Prasarana dalam
Produksi dan
PRIORITAS Agraria untuk
Pengolaan Hasil
Perbaikan Tata Pertanian,
Guna Tanah dan (4)
Peternakan dan
Produksi Pemberdayaan Perkebunan
Masyarakat
dalam PROGRAM
Penggunaan,
Pemanfaatan PRIORITAS
5. Interkoneksi dan Produksi 3. Penyediaan
dengan Dunia atas TORA bantuan
Usaha dan Permodalan dan
Pemasaran Pengembangan
Hasil Produksi Kelembagaan
4. Penyediaan Petani untuk
Bantuan Akses Modal
Pendampingan dan Usaha
Pembangunan
Infrastruktur untuk
Perbaikan Ekosistem
dan Produksi pada
TORA 5

secara merata oleh masyarakat petani di atau kehutanan yang sesuai dengan
daerah; karakteristik ekologis setempat.
Menata sistem jual beli produk hasil 5. Interkoneksi dengan Dunia Usaha dan
produksi dan distribusinya yang memberi Pemasaran Hasil Produksi, dengan maksud:
nilai lebih kepada produsen dengan cara
Memastikan adanya kesinambungan dari
memperpendek rantai distribusi antara
hasil produksi pertanian, peternakan
produsen dengan konsumen, hingga
dan perkebunan dengan distribusini dan
membuat usaha pengolahan langsung
pemasarannya sehingga marjin keuntungan
didekat tempat bahan itu diproduksi.
dapat dirasakan oleh petani subyek reforma
4. Penyediaan Bantuan Pendampingan dan agraria secara signifikan.
Pembangunan Infrastruktur untuk Perbaikan
6. Sekolah Lapang Petani Subyek Penerima
Ekosistem dan Produksi pada Tanah Obyek
Manfaat Reforma Agraria untuk Perbaikan Tata
Reforma Agraria, dengan maksud:
Guna Tanah dan Produksi, dengan maksud:
Memastikan infrastruktur yang pendukung
Membangun kesadaran, pemahaman,
peningkatan produktivitas rakyat di
pengetahuan, dan keterampilan para petani
pedesaan menjadi tersedia lebih baik
penerima manfaat secara bersama dalam
serta sistem produksi yang dijalankan di
semangat gotong royong;
atas tanah obyek reforma agraria dapat
memulihkan ekosistem dan meninggikan Memastikan pendidikan sistematis bagi
produksi; petani agar mampu berproduksi lebih baik
sehingga berkontribusi pada percepatan
Membangun kawasan-kawasan ekonomi
pencapaian kedaulatan pangan;
khusus sebagai moda hilirisasi produk-
produk pertanian, peternakan dan Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas
perkebunan sebagai komoditas dominan; petani, utamanya melalui pembentukan
dan pengembangan koperasi produksi
Membangun pasar-pasar lokal, nasional
pertanian sebagai badan usaha milik petani
dan global bagi petani di sektor usaha
yang dikelola secara kolektif, komunal atau
pertanian dan perkebunan;
bersama;
Memulihkan layanan alam/ekologis melalui
pemilihan komoditas pertanian, perkebunan

31
Pemberdayaan petani melalui Memastikan kawasan atau eks-kawasan
pengembangan dan perluasan sistem hutan mana saja yang akan dapat ditetapkan
penyuluh pertanian, peternakan dan alokasinya dan kemudian diserahkan
perkebunan guna meningkatkan kepada rakyat secara bersama melalui
pengetahuan petani, sekaligus sebagai skema Perhutanan Sosial dan pelepasan
pendamping petani dalam melakukan kawasan hutan;
budidaya tanaman pertanian, peternakan Mengalokasikan kawasan hutan kepada
dan perkebunan. rakyat melalui akses pemanfaatan hutan
bersama dalam skema Perhutanan Sosial
yang meliputi: Hutan Desa (HD); Hutan
3.5. Kegiatan-kegiatan Prioritas Milik Desa; Hutan Kemasyarakatan (Hkm);
dalam Pengalokasian Hutan Tanaman Rakyat (HTR); Kemitraan

Sumber Daya Hutan untuk kehutanan; dan Hutan Hak/Hutan Adat;


Melepaskan kawasan hutan yang pada
Dikelola oleh Rakyat kenyataannya sudah bukan berupa hutan
lagi, untuk dijadikan sebagai tanah obyek
Kegiatan-kegiatan prioritas dalam reforma agraria yang diredistribusikan
Pengalokasian Sumber Daya Hutan untuk Dikelola kepada rakyat miskin secara bersama.
oleh Rakyat adalah, sebagai berikut: 3. Pemberdayaan Masyarakat untuk Mengelola
1. Pendataan dan Pemetaan Alokasi Sumber Hutan Berbasiskan Kesatuan Pengelolaan
Daya Hutan untuk Perhutanan Sosial, dengan Hutan, dengan maksud:
maksud: Membangun kesadaran, pemahaman,
Mengetahui secara persis kawasan atau pengetahuan, dan keterampilan para petani
eks-kawasan hutan mana saja yang dapat atau kelompok penerima manfaat secara
dijadikan sebagai sasaran alokasi untuk bersama atas kawasan hutan yang dikuasai
Perhutanan Sosial. Pendataan kawasan dan dikelolanya secara sosial, ekonomi dan
hutan yang berpotensi untuk dijadikan ekologi yang seimbang;
sebagai obyek pengembangan perhutanan Memberdayakan masyarakat melalui
sosial; organisasi rakyat atau komunitas yang
Memetakan posisi, luas dan kondisi setiap menerima hak atau ijin untuk mengelola
kawasan atau eks-kawasan hutan yang hutan melalui mekanisme perhutanan
akan dialokasikan untuk dikelola oleh rakyat sosial.
melalui Perhutanan Sosial. Pemetaan 4. Penyediaan Kelembagaan dan Pembiayaan
kawasan hutan melalui Peta Indikatif Areal Pelaksanaan Perhutanan Sosial, dengan
Perhutanan Sosial (PIAPS) akan dijadikan maksud:
sebagai obyek untuk perhutanan sosial;
Mendukung kemampuan petani atau
Memastikan kawasan hutan yang pada kelompok penerima manfaat secara
kenyataannya sudah bukan berupa hutan bersama, baik dari sisi kelembagaan usaha
lagi, seperti wilayah administrasi desa, maupun modal usaha sehingga mampu
pemukiman penduduk, lahan pertanian membiayai pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pangan atau perkebunan rakyat, wilayah dalam Perhutanan Sosial.
masyarakat hukum adat, areal garapan
5. Penguatan Hak dan Pemberian Akses
lain masyarakat tidak dimasukan ke dalam
Pengusahaan Hutan oleh Rakyat secara
skema Perhutanan Sosial melainkan masuk
Bersama, dengan maksud:
ke skema pelepasan untuk dijadikan tanah
obyek reforma agraria. Memastikan adanya legalisasi atas kawasan
hutan yang diserahkan untuk dikelola oleh
2. Penetapan Alokasi Pengelolaan dan
rakyat melalui Perhutanan Sosial sehingga
Pemanfaatan Hutan oleh Rakyat, dengan
hak rakyat atas lahan/hutan tersebut
maksud:
menjadi lebih kuat secara hukum;

32 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
Program Prioritas (5)
Pengalokasian Sumber Daya Hutan untuk Dikelola oleh Rakyat

5. Penguatan Hak
dan Pemberian PROGRAM
KEGIATAN Akses
Pengusahaan PRIORITAS
PRIORITAS Hutan oleh Rakyat
secara Bersama

4. Penyediaan 1. Pendataan dan


Kelembagaan Pemetaan
dan Pembiayaan Alokasi Sumber
Pelaksanaan (5) Daya Hutan
Perhutanan Pengalokasian untuk Perhutanan
Sosial Sumber Daya Sosial
Hutan untuk
Dikelola oleh
Rakyat

3. Pemberdayaan 2. Penetapan
Masyarakat untuk Alokasi
Mengelola Hutan Pengelolaan dan
Berbasiskan Pemanfaatan
Kesatuan Hutan oleh Rakyat
Pengelolaan Hutan

Memastikan pengelolaan dan pemanfaatan kementerian dan lembaga serta gugus tugas
hutan tetap dipertahankan secara bersama, sejenis di tingkat provinsi dan kabupaten/
dengan mendorong produktivitas dan kota dalam pelaksanaan reforma agraria.
mencegah alih fungsi serta pemilikan/ 3. Pembentukan dan Operasionalisasi Gugus
penguasaannya secara simultan. Tugas Pelaksanaan Reforma Agraria di Tingkat
Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Desa),
dengan maksud:
3.6. Kegiatan-kegiatan Prioritas Memastikan terbentuk dan bekerjanya
dalam Kelembagaan Gugus Tugas Pelaksana Reforma Agraria
Pelaksana Reforma Agraria Pusat tingkat provinsi, kabupaten/kota dan
desa dalam pelaksanaan reforma agraria.
Pusat dan Daerah 4. Penyusunan Perpres Strategi Nasional
Pelaksanaan Reforma Agraria, dengan
Kegiatan-kegiatan prioritas dalam maksud:
Kelembagaan Pelaksana Reforma Agraria Pusat
Memastikan adanya regulasi yang khusus
dan Daerah ini, sebagai berikut:
mengenai STRANAS PRA sehingga ada
1. Penyediaan Pedoman Teknis dalam Kerangka pegangan bersama semua pihak dalam
Reforma Agraria, dengan maksud: hal substansi, arah, program, strategi,
Memastikan adanya Pedoman Teknis kelembagaan, dan bentuk-bentuk kegiatan
Pelaksanaan Reforma Agraria yang disusun yang akan dijalankan sehubungan dengan
oleh Gugus Tugas Pengendalian Pelaksana pelaksanaan reforma agraria.
Reforma Agraria Pusat sebagai panduan 5. Menyusun Prioritas Lokasi Bagi Pelaksanaan
kerja bagi semua pihak terkait. Reforma Agraria, dengan maksud:
2. Pembentukan dan Operasionalisasi Gugus Memastikan adanya prioritas lokasi bagi
Tugas Pelaksanaan Reforma Agraria di Tingkat pelaksanaan penyelesaian konflik agraria,
Pusat, dengan maksud: redistribusi tanah, legalisasi tanah rakyat,
Memastikan terbentuk dan bekerjanya Gugus perhutanan sosial, dan pemberdayaan
Tugas Pengendalian Pelaksana Reforma masyarakat melalui penataan produksi di
Agraria Pusat untuk mengkoordinasikan atas tanah obyek reforma agraria.

33
Program Prioritas (6)
Kelembagaan Pelaksana Reforma Agraria Pusat dan Daerah

1. Penyediaan
KEGIATAN Pedoman Teknis PROGRAM
PRIORITAS dalam Kerangka PRIORITAS
Reforma Agraria
2. Pembentukan
dan
Operasionalisasi
5. Menyusun Gugus Tugas
Prioritas Lokasi Pelaksanaan
Bagi Reforma Agraria
Pelaksanaan
(6) di Tingkat Pusat
Reforma Agraria Kelembagaan
Pelaksana
Reforma
Agraria Pusat
dan Daerah
3. Pembentukan
4. Penyusunan dan
Perpres Strategi Operasionalisasi
Nasional Gugus Tugas
Pelaksanaan Pelaksanaan
Reforma Agraria Reforma Agraria di
Tingkat Daerah

Disamping itu, sehubungan dengan Memastikan aparat desa dapat terlibat


pembangunan dan pemberdayaan masyarakat secara berkualitas dan bersinergi dengan
desa serta peningkatan peran pemerintah desa unsur pemerintahan lainnya sekaligus
dalam pelaksanaan reforma agraria, maka jembatan dengan masyarakat;
dipandang perlu untuk dijalankan sejumlah Memastikan para pendamping desa memiliki
Kegiatan Prioritas Tambahan, sebagai berikut: bekal pengetahuan dan keterampilan
1. Lokakarya Perencanaan Operasional Reforma memadai untuk mengawal pelaksanaan
Agraria Kabupaten/Kota, dengan maksud: reforma agrari di desa;
Membangun pemahaman dan kesiapan Menyusun modul pelatihan, pembentukan
bersama pejabat dan aparat pemerintah kepanitiaan, dan penyelenggaraan
daerah (provinsi, kabupaten/kota dan desa) pendidikan dan pelatihan untuk aparat Desa
dalam menjalankan reforma agraria; dan para pendamping desa;
Menyusun rencana kerja operasional dan Meningkatnya kapasitas dan daya dari
tahapan kegiatan pelaksanaan reforma Pemerintah Desa dalam menjalankan fungsi
agraria yang melibatkan berbagai layanan dasar desa, misalnya di bidang
satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) pendidikan, kesehatan, dst.
dan pemerintah desa serta peran aktif 3. Perencanan Desa untuk Pelaksanaan Reforma
masyarakat; Agraria, dengan maksud:
Memastikan pelaksanaan reforma agraria Menyusun rencana kerja operasional dan
menjadi prioritas dalam kebijakan, program tahapan kegiatan pelaksanaan reforma
dan anggaran pendapatan belanja daerah agraria di tingkat desa sesuai tipologi desa
(APBD) untuk pembangunan di kabupaten/ dan masyarakatnya;
kota;
Memastikan pelaksanaan reforma agraria
Membentuk kelembagaan atau tim menjadi prioritas kebijakan, program, dan
pelaksana reforma agraria di daerah oleh anggaran pendapatan dan belanja desa
Pemerintah Kabupaten. (APBDes) untuk pembangunan desa dan
2. Pelatihan Reforma Agraria untuk Aparat dan pemberdayaan masyarakat desa;
PendampingDesa, dengan maksud: Membentuk Kepala Urusan Pertanahan
pada Pemerintah Desa di seluruh Indonesia

34 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
yang berwenang membangun sistem
administrasi pertanahan dan penataan
ruang di tingkat desa;
Membentuk Panitia Redistribusi Tanah
antara Pemerintah Desa, Pemerintah
Daerah dan Kementerian ATR/BPN;
Membangun sistem informasi desa,
termasuk informasi mengenai potensi desa,
peta tata ruang, tata guna dan tata wilayah
desa, data penduduk, data penduduk miskin,
data lahan kekayaan atau aset desa berupa
sawah atau berupa aset lainnya.
4. Asistensi Pembentukan Badan Usaha dan
Akses Kredit Usaha Rakyat, dengan maksud:
Memudahkan para penerima manfaat
reforma agraria dalam mengakses
permodalan dan menjamin proses usaha
bersama dalam kerangka reforma agraria
dapat dijalankan melalui kelembagaan
sosial-ekonomi yang tepat dan kuat;
Membentuk Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) sesuai UU No. 6 Tahun 2014
per Desa atau bentuk-bentuk usaha
bersama lainnya seperti Koperasi Petani
untuk mendukung dan mempercepat
pembangunan sistem produksi di perdesaan
dari hulu ke hilir.
5. Pengelolaan dan Pengadaan Lahan Aset Desa
oleh Rakyat Miskin, dengan maksud:
Mengoptimalkan lahan aset desa agar
lebih produktif dan hasilnya dapat
dirasakan manfaatnya secara bersama oleh
pemerintah dan aparat desa serta rakyat
miskin yang bekerja di atasnya. ***

35
BAB IV
GUGUS TUGAS PENGENDALIAN
PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA
Bagian ini merekomendasikan bentuk Pelaksana, dengan Anggota Tim Pelaksana
kelembagaan yang diperlukan agar Prioritas para pejabat dari kementerian/lembaga terkait
Nasional Reforma Agraria dapat dilaksanakan dan kalangan non-pegawai negeri sipil (setingkat
secara sistematis, efektif dan menyeluruh. Eselon 1) yang diangkat karena kapasitas dan
Reforma Agraria merupakan kebijakan dan kredibilitasnya.
program strategis Presiden RI yang multi dan
Ketua Pelaksana kemudian membentuk/
lintas sektor serta melibatkan rakyat secara
mengisi personil Kelompok Kerja yang bertugas:
luas. Mengingat kompleksitas cakupan program,
(i) Menyusun perencanaan untuk penyelesaian
besar dan banyaknya kegiatan serta pelibatan
konflik agraria, pelaksanaan redistribusi lahan,
konstituen rakyat banyak dalam pelaksanaan
dan asistensi teknis peningkatan produksi; (ii)
Reforma Agraria maka diperlukan pembentukan
Menyelesaikan konflik agraria; (iii) Menjalankan
kelembagaan khusus yang sangat kuat. Sebagai
reforma agraria yang dimulai dengan redistribusi
langkah awal, dalam hal ini akan dibentuk Gugus
lahan, dan; (iv) Mengembangkan kepemimpinan
Tugas Pengendalian Pelaksanaan Reforma
desa untuk menata penguasaan, pemilikan,
Agraria (GT-PPRA), di bawah Kantor Staf Presiden
penatagunaan, dan pemanfaatan lahan. Para
atas arahan langsung dari Presiden RI.
Anggota Tim Pelaksana dibagi ke dalam empat
Fungsi GT-PPRA ialah: (a) Menjalankan Kelompok Kerja yang ada untuk melaksanakan
penataan struktur pemilikan dan penguasaan tugas pokok secara sinergis, lintas sektor dan
tanah dan sumber-sumber agraria; (b) lintas aktor.
Mempercepat pelaksanaan reforma agraria
GT-PPRA memiliki alur kerja yang saling
dan mengkoordinasikan sektor-sektor terkait
terkait antara empat kelompok kerja (Pokja).
serta sinergi dengan daerah; (c) Menangani
Pokja pertama, yakni Perencanaan, Pengkajian
dan menyelesaikan konflik agraria; (d)
dan Pengendalian memiliki tugas: (i) Menyusun
Mengembangkan penataan produksi (pertanian
rencana induk program prioritas presiden reforma
rakyat) guna meningkatkan produktivitas serta
agraria dan strategi nasional pelaksanaan reforma
kesejahteraan, dan (e) Mengembangkan berbagai
agraria; (ii) Menyiapkan mekanisme, prosedur
kegiatan lainnya yang mendukung Reforma
dan personil untuk penyelesaian kasus-kasus
Agraria.
konflik agraria; (iii) Mendata wilayah desa, baik
GT-PPRA ialah unit khusus wadah yang mengalami konflik agraria maupun tidak,
koordinasi sekaligus pelaksana Prioritas sebagai lokasi pelaksanaan reforma agraria.
Nasional Reforma Agraria yang dibentuk oleh
Pokja kedua, yakni Penyelesaian Konflik
Kepala Staf Kepresidenan dan berkedudukan
Agraria memiliki tugas: (i) Mendata dan
di Kantor Staf Presiden. Di dalam GT-PPRA,
Mengidentifikasi Kasus-kasus Konflik Agraria
Presiden bertindak sebagai Pembina. Kepala
Struktural di Semua Sektor Strategis; (ii)
Staf Kepresidenan sebagai Ketua Pengarah,
Menganalisis, Menyusun Pendapat Hukum,
Menteri Koordinator Perekonomian sebagai
dan Merekomendasikan Penyelesaian Konflik
Wakil Ketua Pengarah, dan sejumlah menteri/
Agraria; (ii) Melakukan Koordinasi dan Supervisi
kepala lembaga pemerintah terkait sebagai
dalam Penyiapan Kondisi Lapangan, dan
Anggota Pengarah. Kepala Staf Kepresidenan
Eksekusi Penyelesaian Kasus Konflik Agraria; (iv)
membentuk Tim Pelaksana dengan menunjuk
Monitoring, Evaluasi dan Tindak Lanjut Program.
seorang pejabat Eselon I di KSP sebagai Ketua

37
KELEMBAGAAN REFORMA AGRARIA

GUGUS TUGAS PENGENDALIAN PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA


(Dibentuk melalui Peraturan Kepala Staf Kepresidenan)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENGARAH
KETUA: Kepala Staf Kepresidenan
WAKIL KETUA: Menko Perekonomian
SEKRETARIS KOMITE ANGGOTA: Menteri-menteri/Kepala Badan Pemerintah
(Pejabat Eselon 1 Kantor Staf Presiden)
PELAKSANA
Clearing Help KETUA: Pejabat Eselon 1 di Kantor Staf Presiden
Monev ANGGOTA: Pejabat Eselon-1 yang ditugaskan oleh
House Desk
kementerian/lembaga yang terkait , dan unsur Non-
Pegawai Negeri Sipil

POKJA-I POKJA-II POKJA-III POKJA-IV


Perencanaan, Pengkajian Penyelesaian Konflik Pelaksanaan Reforma Pengembangan Kapasitas
dan Pengendalian Agraria Agraria Daerah dan Desa

Pokja ketiga, yakni Pelaksanaan Reforma


Agraria memiliki tugas: (i) Melaksanakan Redis-
tribusi Tanah Obyek Reforma Agraria kepada
Rakyat Miskin sebagai Subyek Penerima Manfaat;
(ii) Menata Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
Obyek Reforma Agraria; (iii) Penataan Produksi
di atas Tanah Obyek Reforma Agraria, dan; (iv)
Penataan Kelembagaan untuk Perdagangan dan
Distribusi Hasil Produksi.
Pokja keempat, yakni Pengembangan
Kapasitas Daerah dan Desa, memiliki tugas,
sebagai berikut: (i) Pengembangan Sistem Infor-
masi Desa dan Kawasan; (ii) Pengembangan
Kapasitas Kepemimpinan Daerah dan Desa untuk
mendukung Pelaksanaan Reforma Agraria, dan;
(iii) Melatih dan Mendidik Kader-kader Masya-
rakat dan Pendamping Desa agar Bisa Aktif dalam
Pelaksanaan Reforma Agraria. ***

38 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
BAB V
PENUTUP
Demikian naskah Strategi Nasional
Pelaksanaan Reforma Agraria disajikan secara
utuh. Sesuai tugas dan fungsinya, Kantor Staf
Presiden berkewajiban membantu Presiden
RI dalam merumuskan, menjalankan dan
mengendalikan kebijakan-kebijakan dan
program-program strategis nasional agar
berjalan efektif dalam mencapai tujuannya seperti
digariskan Nawacita.
Keberhasilan pelaksanaan Reforma Agraria
akan sangat ditentukan oleh kerjasama yang
sinergis antar semua komponen pemerintah,
dari pusat hingga daerah serta partisipasi aktif
masyarakat. Oleh karena itu, menjadi penting
untuk dipastikan Strategi Nasional Pelaksanaan
Reforma Agraria ini disosialisasikan dan
dikonsultasikan dengan para pihak secara
sistematis dan berkala agar dapat dipahami
dan kemudian dijalankan secara efektif sebagai
agenda bersama, agenda bangsa.***

39
DAFTAR PUSTAKA

Ackerman, Bruce A. Private Property and ILO. Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di
the Constitution. New York: The Vail-Ballou Press, Indonesia 2014 2015Memperkuat daya saing dan
1977. produktivitas melalui pekerjaan layak. ILO Jakarta,
2015.
Anharudin, dkk. Program transmigrasi
Sebagai Kebijakan Landreform di Indonesia. Kaphengst, T and Smith, L. The Impact Of
Puslitbang Transmigrasi, 2006. Biotechnology On Developing Countries. European
Union, 2013.
Bachriadi, Dianto, dkk (Eds.). Reformasi
Agraria: Perubahan Politik, Sengketa, dan Agenda Lipton, Michael. Land Reform in Developing
Pembaruan Agraria di Indonesia. Jakarta: KPA dan Countries: Property Rights and Wrong. New York:
Lembaga Penerbit FE UI, 1997. Routledge Pubslihing. 2009.

Bernstein, Henry. Class Dynamics of Agrarian Mulyani, Lilis, Herry Yogaswara, Rina
Change. Series of Agrarian Change and Peasant Mardiana. Strategi Pembaruan Agraria untuk
Studies. Fernwood Publishing, 2010. Mengurangi Kemiskinan: Latar Belakang, Konsep
dan Implementasi Program Pembaruan Agraria
Chandra, E. Akuntabilitas Pemerintah Desa.
Nasional (PPAN). Jakarta, LIPI dan PT Gading Inti
Jurnal Analisis Sosial, AKATIGA, Bandung, 2016.
Prima, 2011.
Chossudovsky, Michel. The Global Crisis:
Panitia Bersama Konferensi Nasional
Food, Water and Fuel. Three Fundamental
Reforma Agraria. Masukan Bagi Perumusan
Necessities of Life in Jeopardy. Global Research,
Kebijakan Reforma Agraria untuk Kemandirian
Canada, 2008.
Bangsa (Rekomendasi Bagi Presiden RI Terpilih Ir. H.
The Causes of Global Famine, 50th Anniversary Joko Widodo), Jakarta, 12 September 2014.
of the FAO. October19, 1995.
Pattiro. Anotasi Undang-Undang Desa.
Dewan Guru Besar Universitas Indonesia. Jakarta, 2014.
Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat.
Rachman, Noer Fauzi. Land Reform dari Masa
Depok: Dewan Guru Besar UI, 2010.
Ke Masa. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pertanahan
Eko, Sutoro. Regulasi Baru, Desa Baru Nasional, 2012.
Ide, Misi dan Semangat Undang-Undang Desa.
Rachman, Noer Fauzi.Gelombang Baru
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Reforma Agraria di Awal Abad ke-21, Makalah
tertinggal dan Transmigrasi. Jakarta, 2015.
disajikan pada Seminar Agenda Pembaruan
Gautama, Sudargo. Tafsiran Undang-undang Agraria dan Tirani Modal dalam rangka Konferensi
Pokok Agraria. Cetakan ke-5. Bandung: Alumni, Warisan Toritarianisme: Demokrasi dan Tirani
1980. Modal di Kampus Fisip UI Depok 5-7 Agustus 2008.

Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia, Rahman, E. Implikasi Undang-Undang Desa


Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok terhadap Anggaran Negara dan Daerah. Jurnal
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Analisis Sosial, AKATIGA, Bandung, 2016.
Djambatan, 2003.
Rosegrant, Mark W dan Claudia Ringler.
Impact on Food Security and Rural Development of
Reallocating Water from Agriculture. International

40 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
Food Policy Research, Washington, 1999. Masa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Safitri, Laksmi, dkk (Eds.). Pengembangan White, Ben. Agriculture and the generation
Kebijakan Agraria untuk Keadilan Sosial, problem: rural youth, employment and the future of
Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan farming. IDS Bulletin 43 (6), 2012.
Ekologis. Yogyakarta: STPN Press dan SAINS, 2010.
Winoto, Joyo. Program Pembaruan Agraria
Safitri, Myrna dan Moeliono, Tristam (Eds.). Nasional Untuk Penguragan Kemiskinan di Indonesia.
Hukum Agraria dan Masyarakat di Indonesia: Studi Jakarta: BPN, 2007.
tentang Tanah, Kekayaan Alam, dan Ruang di Masa
Winoto, Joyo. Tanah untuk Rakyat: Risalah
Kolonial dan Desentralisasi. Jakarta: HuMA, Van
tentang Reforma Agraria sebagai Agenda Bangsa.
Vollenhoven Institute dan KITLV. Safitri, Laksmi,
Jakarta; BPN RI, 2008.
dkk (Eds.), 2010. Pengembangan Kebijakan Agraria
untuk Keadilan Sosial, Kesejahteraan Masyarakat Wiradi, Gunawan. Reforma Agraria: Dari Desa
dan Keberlanjutan Ekologis. Yogyakarta: STPN ke Agenda Bangsa (Dari Ngandagan, Jawa Tengah
Press dan SAINS, 2010. sampai ke Porto Alegre Brazil). Bogor: IPB Press,
2009.
Safitri, Myrna dan Moeliono, Tristam (Eds.).
Hukum Agraria dan Masyarakat di Indonesia: Studi Wiradi, Gunawan. Reforma Agraria:
tentang Tanah, Kekayaan Alam, dan Ruang di Masa Perjalanan Yang Belum Berakhir. Yogyakarta: Insist
Kolonial dan Desentralisasi. Jakarta: HuMA, Van Press, KPA dan Pustaka Pelajar, 2000.
Vollenhoven Institute dan KITLV, 2010.
Wiradi, Gunawan, Masalah Pembaruan
Setiawan, Usep. Kembali ke Agraria. Agraria: Dampak Land Reform terhadap
Yogyakarta: STPN-KPA-SAINS, Agustus 2010. Perekonomian Negara, Yayasan Kekal Indonesia,
Bogor, 2006.
Shohibudin dkk. Laporan Penelitian
Pelaksanaan Uji Coba Program Pembaruan Agraria Wiradi, White, Collier, dkk.. Ranah Studi
Nasional di Provinsi Lampung: Hasil Kunjungan Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraria.
Singkat ke kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Yogyakarta: STPN Press, 2009.
Tengah. Kerjasama Sekolah Tinggi Pertanahan
Nasional (STPN), Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan The World Bank. Indonesia Economic
Pangan (KRKP) dan Sajogyo Institute (SAINS), 2007. QuarterlyReforming Amid Uncertainty. Jakarta,
December 2015.
Soemardjono, Maria. Kebijakan Pertanahan:
Antara Regulasi dan Implementasi. Penerbit Kompas
Gramedia, Jakarta, 2005.

Tauchid, Mochammad. Masalah Agraria


Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran
Rakyat Indonesia. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Pertanahan Nasional, 2009.

Tjondronegoro, S.M.P dan Gunawan


Wiradi (Eds.). Dua Abad Penguasaan Tanah: Pola
Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke

41
46 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019
ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
LAMPIRAN
Draft Peraturan Presiden tentang
Strategi Nasional Strategi Nasional
Pelaksanaan Reforma Agraria
Presentasi Strategi Nasional Strategi
Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria

47
Draft Peraturan Presiden tentang Strategi Nasional Strategi Nasional
Pelaksanaan Reforma Agraria

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR ............ TAHUN 2016
TENTANG
STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA
TAHUN 2016 - 2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mempercepat pelaksanaan


Reforma Agraria sebagai komitmen pemerintah
dalam program prioritas Presiden, dipandang perlu
menyusun Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma
Agraria Tahun 2016-2019;
b. Bahwa Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma
Agraria Tahun 2016-2019 dimaksudkan sebagai
acuan bagi langkah-langkah strategis
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
untuk memastikan Reforma Agraria sejati dapat
terlaksana demi keadilan, kesejahteraan, dan
kemakmuran rakyat;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Presiden tentang Strategi
Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria Tahun
2016-2019;

1

45
Mengingat : a. Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor IX/MPR-RI/2001
tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumberdaya Alam;
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
d. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan;
e. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa;
f. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani;
g. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


TENTANG STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN
REFORMA AGRARIA TAHUN 2016-2019.

Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria
Tahun 2016-2019 yang selanjutnya disebut
STRANAS PRA adalah dokumen yang memuat misi,
sasaran, strategi, dan fokus kegiatan prioritas
Pelaksanaan Reforma Agraria Tahun 2016-2019
serta kelembagaan pelaksana Reforma Agraria.

46 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
2. Aksi Pelaksanaan Reforma Agraria yang selanjutnya
disebut AKSI PRA adalah program dan turunan
kegiatan-kegiatan yang dijabarkan dari STRANAS
PRA untuk dijalankan oleh Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah dan Desa.
3. Peran serta masyarakat adalah peran aktif
perorangan, Organisasi Masyarakat, atau Lembaga
Swadaya Masyarakat dalam pelaksanaan Reforma
Agraria.
4. Hasil pelaksanaan STRANAS PRA meliputi hasil
pemantauan, evaluasi dan laporan capaian AKSI
PRA, dan hasil evaluasi STRANAS PRA.

Pasal 2
STRANAS PRA sebagaimana terlampir merupakan satu
kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Presiden ini.

Pasal 3
Kementerian/Lembaga, serta Pemerintah Daerah
menjabarkan melaksanakan STRANAS PRA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 melalui AKSI PRA yang
ditetapkan setiap 1 (satu) tahun.

Pasal 4
Dalam menetapkan AKSI PRA sebagaimana dimaksud
Pasal 3, Kementerian/Lembaga melakukan koordinasi
dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
dan Kantor Staf Presiden serta Kementerian/Badan yang
membidangi urusan perencanaan pembangunan
nasional.

47
Pasal 5
1. Dalam menetapkan AKSI PRA sebagaimana
dimaksud Pasal 3, Pemerintah Daerah melakukan
koordinasi dengan Kementerian yang membidangi
urusan pemerintahan dalam negeri.
2. Dalam hal koordinasi sebagaimana dimaksud ayat
(1), Kementerian yang membidangi urusan
pemerintahan dalam negeri didukung oleh Kantor
Staf Presiden, dan Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, serta Kementerian/Badan yang
membidangi urusan perencanaan pembangunan
nasional.

Pasal 6
1. Pemantauan dan evaluasi AKSI PRA
dikoordinasikan oleh Kantor Staf Presiden
didukung Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, dan Kementerian yang membidangi
urusan perencanaan pembangunan nasional.
2. Pemantauan dan evaluasi AKSI PRA sebagaimana
dimaksud ayat (1) didukung oleh
Kementerian/Lembaga terkait lainnya.
3. Hasil pemantauan dan evaluasi AKSI PRA
digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap
STRANAS PRA.

Pasal 7
1. Kementerian/Lembaga menyampaikan laporan
capaian STRANAS PRA sekurang-kurangnya setiap
3 (tiga) bulan sekali kepada Kantor Staf Presiden,
dan Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, serta Kementerian yang membidangi
urusan perencanaan pembangunan nasional.

48 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
2. Pemerintah Daerah menyampaikan laporan capaian
AKSI PRA sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) bulan
sekali kepada Kementerian yang membidangi
urusan pemerintahan dalam negeri, dan Kantor
Staf Presiden, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, serta Kementerian yang membidangi
urusan perencanaan pembangunan nasional.

Pasal 8
Kantor Staf Presiden menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan STRANAS PRA kepada Presiden setiap 1
(satu) tahun sekali atau sewaktu-waktu sesuai
kebutuhan.

Pasal 9
1. Dalam melaksanakan STRANAS PRA
Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah
melibatkan peran serta masyarakat.
2. Pelibatan peran serta masyarakat sebagaimana
dimaksud ayat (1) dapat dimulai dari tahap
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan.
3. Mekanisme pelibatan peran serta masyarakat
sebagaimana dimaksud ayat (2) disesuaikan
dengan karakteristik masing-masing
Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah.

Pasal 10
Hasil pelaksanaan STRANAS PRA sebagaimana dimaksud
Pasal (8) menjadi bahan pelaporan Kantor Staf Presiden
kepada Presiden.

49
Pasal 11
Biaya pelaksanaan STRANAS PRA dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, dan sumber lain sesuai
peraturan perundang-undangan.

Pasal 12
Ketentuan mengenai mekanisme koordinasi,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dalam Peraturan
Presiden ini diatur lebih lanjut oleh Kantor Staf Presiden.

Pasal 13
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal ..............
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal .......................
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONNA H. LAOLY

50 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
Presentasi Strategi Nasional Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria

Versi 28 April 2016

MASALAH AGRARIA DAN DESA DI INDONESIA

KETIMPANGAN LAHAN KONFLIK AGRARIA KRISIS DI DESA

KETIMPANGAN LAHAN

Konstentrasi Penguasaan Lahan di Lebih dari 186.658 hektar area yang ditetapkan kawasan
sektor pertambangan, perkebun- hutan merupakan perkampungan penduduk
an, kehutanan, dan lainnya













51
KONFLIK AGRARIA

Lainnya)
8%)
Tambang)
5%)

Hutan)
9%)
2015:&
252)Kasus)

Infrastruktur) Perkebunan)
28%) 50%)

Setiap 2 hari 1 Konflik Agraria. 2004- 2015: 1.772


konflik, dengan luas wilayah 6.9 jt ha, melibatkan 1.1 jt
rumah tangga (KPA, 2015)

KRISIS DI DESA

KRISIS
PANGAN
15,5Jt
Penduduk menerima
bantuan beras Pemerintah
(Raskin) tinggal di Desa
(2015)

KRISIS KRISIS
AIR ENERGI

KRISIS TRADISI
BERDESA
15,775 Desa 12,3%
berstatus rawan air dan Desa tak teraliri listrik (PLN,
1.235 desa berstatus 2013), tak diketahui berapa
kering (BPS, 2013) yang penuh waktu

KRISIS
EKOLOGI

840.000Ha
Per tahun deforestasi hutan primer, bakau
capai 65% (KLH, 2006), Terumbu Karang
68% rusak (LIPI, 2012)

52 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
KATEGORI OBJEK PENGATURAN

Tanah-tanah yang menjadi objek 12,7 juta hektar hutan negara


dan sekaligus arena pertentangan yang dialokasikan untuk Desa dan
klaim antara kelompok-kelompok masyarakat Desa melalui skema-
masyarakat dengan pihak skema hutan adat dan perhutanan
1 3
perusahaan-perusahaan dan sosial, termasuk hutan
instansi-instansi pemerintah kemasyarakatan, hutan desa, dan
hutan tanaman rakyat

4 JENIS OBJEK
PENGATURAN
9 (sembilan) juta hektar tanah
negara yang disebutkan dalam Pengelolaan dan pengadaan tanah
RPJMN sebagai Tanah Objek 2 4 aset desa untuk diusahakan oleh
Reforma Agraria (TORA) untuk rumah tangga petani miskin secara
diredistribusikan kepada kolekEf
kelompok masyarakat miskin di
desa-desa

REFORMA AGRARIA BERBASIS KARAKTER EKOLOGI DESA

DESA SAWAH DESA PULAU, DESA PESISIR

Pengelolaan lahan desa berbasiskan


Pengelolaan aset lahan
karakteristik pulau; Pengelolaan pesisir
Desa berupa sawah untuk
berdasarkan fungsi ekosistem
petani-petani miskin

DESA KEBUN DESA ADAT

Redistribusi 'tanah
AGENDA- Pengakuan kepemilikan wilayah
adat sebagai Hutan Adat;
negara' atas lahan AGENDA penetapan Desa sebagai Desa
eks-Hak Guna Usaha REDISTRIBUSI Adat
LAHAN
DESA HUTAN

Pengakuan status kepemilikan


Pengelolaan aset lahan desa
tanah rakyat dalam Kawasan
bekas ijin lokasi dan sebagainya
Hutan Negara; Perluasan Akses
untuk produksi pertanian kota
desa dan rakyat atas hutan
(urban farming).
negara untuk Perhutanan Sosial

DESA PERI-URBAN

53
VISI, MISI, HASIL DAN SASARAN REFORMA AGRARIA

Terwujudnya keadilan dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, sumber daya
hutan, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
VISI sebagai bagian dari perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Melaksanakan Reforma Agraria untuk meningkatkan kesejahteraan petani miskin secara bersama, dan
memampukan Desa dalam mengatur penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah,
MISI sumberdaya hutan, serta kekayaan alam lainnya.

Berkurangnya keEmpangan penguasaan tanah, dan konik-konik agraria;


Meningkatkan kepasEan hak dan akses masyarakat miskin atas tanah dan sumber daya hutan;
Perbaikan kondisi sosial ekologi desa; dan
HASIL
Terbentuknya kekuatan produkEf baru di desa-desa.

Meningkatnya kesejahteraan petani peserta program;


Meningkatnya kemampuan Desa untuk mengatur penguasaan, pemilikan, penatagunaan dan pemanfaatan
SASARAN tanah, sumber daya hutan dan kekayaan alam lainnya.

Program Prioritas Presiden Reforma Agraria


Nawacita

Kantor Staf
Presiden Landasan Hukum BAPPENAS
UUD 1945, TAP MPRRI
NO. IX/2001, UU No.
5/1960, UU No.
41/1999, UU No. RPJMN
Program- 18/2012, UU 19/2013,
dan UU No. 6/2014.
program
Prioritas
Presiden RKP
Peraturan Presiden
tentang
Reforma Strategi Nasional
Agraria Pelaksanaan RKA K/L
Reforma Agraria

54 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019


ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
55
56 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019
ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN
57
Demikian Arahan dari Kantor Staf Presiden untuk

STRATEGI NASIONAL
PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016 - 2019

Terima Kasih
64 STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019
ARAHAN DARI KANTOR STAF PRESIDEN

Vous aimerez peut-être aussi