Vous êtes sur la page 1sur 35

Friday, June 7, 2013

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau
gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian, karena anak merupakan
individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah
usianya bertambah.

Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang dimaksud anak adalah
seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah). Saat ini
yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun seperti yang
ditulis Hurlock (1980), maka dewasa dini dimulai umur 18 tahun.

Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai dengan
kelompok usia, yaitu ; usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah, usia 6-12 tahun disebut usia
sekolah, usia 13-18 tahun disebut usia remaja.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa (i) mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga
dengan anak usia sekolah.

2. Tujuan Khusus.
- Agar mahasiswa (i) mampu melaksanakan pengkajian pada keluarga dengan anak usia
sekolah.

- Agar mahasiswa (i) mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan anak
usia sekolah.
- Agar mahasiswa (i) mampu melakukan intervensi pada keluarga dengan anak usia sekolah.

- Agar mahasiswa (i) mampu melaksanakan implementasi pada keluarga dengan anak usia
sekolah.

- Agar mahasiswa (i) mampu melakukan evaluasi pada keluarga dengan anak usia sekolah.

BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR

A. Definisi

Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak sejak usia 6 tahun atau
masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial anak. Akhir masa kanak-kanak memiliki beberapa ciri:

1. Label yang digunakan oleh orangtua


a. Usia yang menyulitkan, yaitu suatu masa ketika anak tidak mau lagi menuruti perintah dan
ketika anak lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada oleh orangtua dan anggota keluarga
lain.

b. Usia tidak rapi, yaitu suatu masa ketika anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh
dalam penampilan.

c. Usia bertengkar, yaitu suatu masa ketika banyak terjadi pertengkaran antar-keluarga dan
suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga.

2. Label yang digunakan pendidik/guru


a. Usia sekolah dasar, yaitu suatu masa ketika anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa
dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu baik kurikuler maupun ekstrakurikuler.

b. Periode kritis dalam berprestasi, yaitu suatu masa ketika anak membentuk kebiasaan untuk
mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses, yang cenderung menetap sampai dewasa.
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok, yaitu suatu masa ketika perhatian utama anak tertuju pada keinginan
diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.

b. Usia penyesuaian diri, yaitu suatu masa ketika anak ingin menyesuaikan dengan standar yang
disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku.

c. Usia kreatif, yaitu suatu masa ketika akan ditentukan apakah anak akan menjadi konformis
(pencipta karya baru) atau tidak.

d. Usia bermain, yaitu suatu masa ketika besarnya keinginan bermain karena luasnya (adanya)
minat dan kegiatan untuk bermain.

B. Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak

Tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Havigrust:

1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum.


2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya.
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga.
9. Mencapai kebebasan pribadi.

C. Perkembangan Usia Sekolah

1. Perkembangan Biologis
Saat umur sampai 12 tahun, pertumbuhan rata-rata 5 cm per tahun untuk tinggi badan dan
meningkat 2-3 kg per tahun untuk berat badan. Selama usia tersebut, anak laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung gemuk. Pada usia ini,
pembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya daripada otot.
2. Perkembangan Psikososial
Menurut Freud, perkembangan psikososialnya digolongkan dalam fase laten, yaitu ketika anak
berada dalam fase oidipus yang terjadi pada masa prasekolah dan mencintai seseorang. Dalam
tahap ini, anak cenderung membina hubungan yang erat atau akrab dengan teman sebaya, juga
banyak bertanya tentang gambar seks yang dilihat dan dieksploitasi sendiri melalui media.
Menurut Erikson, perkembangan psikososialnya berada dalam tahap industri vs inferior. Dalam
tahap ini, anak mampu melakukan atau menguasai keterampilan yang bersifat teknologi dan
sosial, memiliki keinginan untuk mandiri, dan berupaya menyelesaikan tugas. Inilah yang
merupakan tahap industri. Bila tugas tersebut tidak dapat dilakukan, anak akan menjadi inferior.

3. Temperamen
Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan faktor terpenting dalam perilakunya
pada masa ini. Pola perilakunya menunjukkan anak mudah bereaksi terhadap situasi yang baru.
Pada usia ini, sifat temperamental sering muncul sehingga peran orang tua dan guru sangat besar
untuk mengendalikannya.

4. Perkembangan Kognitif
Menurut Plaget, usia ini berada dalam tahap operasional konkret, yaitu anak mengekspresikan
apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Selama periode ini kemampuan anak belajar
konseptual mulai meningkat dengan pesat dan memiliki kemampuan belajar dari benda, situasi,
dan pengalaman yang dijumpainya.

5. Perkembangan Moral
Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikategorikan oleh Kohlberg berada dalam
tahap konvensional. Pada tahap ini, anak mulai belajar tentang peraturan-peraturan yang berlaku,
menerima peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai dengan aturan yang telah diterimanya.

6. Perkembangan Spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkret atau nyata daripada belajar
tentang God. Mereka mulai tertarik terhadap surga dan neraka sehingga cenderung melakukan
atau mematuhi peraturan, karena takut bila masuk neraka.

7. Perkembangan Bahasa
Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari berbagai pelajaran di
sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media. Kesalahan pengucapan mengalami penurunan karena
selama mencari pengalaman anak telah mendengar pengucapan yang benar sehingga mampu
mengucapkannya dengan benar.

8. Perkembangan Sosial
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yang ditandai dengan adanya minat
terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai
anggota kelompok.

9. Perkembangan Seksual
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-teman terlebih guru dan pelajaran di
sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan penampilan, pakaian, dan bahkan gerak-gerik
sesuai dengan peran seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak mengembangkan minat-minat
yang sesuai dengan dirinya. Disini, peran orang tua sangat penting untuk mempersiapkan anak
menjelang pubertas.

10. Perkembangan Konsep Diri


Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan dengan orang tua, saudara,
dan sanak keluarga lain. Saat usia ini, anak-anak membentuk konsep diri ideal, seperti dalam
tokoh-tokoh sejarah, cerita khayal, sandiwara, film, tokoh nasional atau dunia yang dikagumi,
untuk membangun ego ideal yang menurut Van den Daele berfungsi sebagai standar perilaku
umum yang diinternalisasi.

D. Bermain
Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan fisiologis karena selama
bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan sosial sehingga memungkinkannya untuk
menikmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak.

Bentuk permainan yang sering diminati pada usia ini:

1. Bermain konstruktif: membuat sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa memikirkan
manfaatnya, seperti menggambar, melukis, dan membentuk sesuatu.
2. Menjelajah: ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
3. Mengumpulkan: benda-benda yang menarik perhatian dan minatnya, membawa benda ke
rumah, menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya dalam laci.
4. Permainan dan olahraga: cenderung ingin memainkan permainan anak besar (bola basket dan
sepak bola) dan senang pada permainan yang bersaing.
5. Hiburan: anak ingin meluangkan waktu rumah untuk membaca, mendengar radio, menonton,
atau melamun.
Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga yaitu: mensosialisasikan anak dengan
lingkungannya, termasuk keberhasilan dalam belajar dan kebutuhan berkelompok dengan teman
sebayanya, mempertahankan hubungan perkawinan yang harmonis, dan memenuhi kebutuhan
kesehatan anggota keluarga (Friedman, 1998).

E. Masalah Anak Usia Sekolah

Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan
psikologis.

1. Bahaya Fisik
a. Penyakit

Penyakit infeksi pada usia sekolah jarang sekali terjadi dengan adanya kekebalan yang didapat
dari imunisasi yang pernah didapatkan semasa bayi dan diulang pada kelas satu atau enam, tetapi
berbahaya adalah penyakit palsu atau khayal untuk menghindarkan tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya. Penyakit yang sering ditemui adalah penyakit yang berhubugan dengan
keberhasilan diri anak.
b. Kegemukan

Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar, tetapi akibat banyaknya
karbohidrat yang dikonsumsi. Bahaya kegemukan yang mungkin dapat terjadi: anak kesulitan
mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan yang
penting untuk keberhasilan sosial, dan teman-temannya sering mengganggu dan mengejek
dengan sebutan-sebutan gendut atau sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri.

c. Kecelakaan

Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan keterampilan
tertentu. Maskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan yang dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak
merasa takut terhadap kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi dapat berkembang menjadi rasa malu
yang mempengaruhi hubungan sosial.

d. Kecanggungan

Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya. Bila muncul
perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.

e. Kesederhanaan

Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada saat apapun. Orang yang lebih dewasa
memandangnya sebagai perilaku yang kurang menarik sehingga anak menafsirkan sebagai
penolakan yang dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri anak.

2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam berbicara

Ada empat bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak usia sekolah: kosakata yang
kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat komunikasi dengan
orang lain, kesalahan dalam berbicara, seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa, cacat dalam
bicara seperti gagap atau pilar, akan membuat anak menjadi sadar diri sehingga anak hanya
berbicara bila perlu, anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan di
lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa
ia berbeda dan pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan merendahkan orang
lain, dan yang bersifat membual akan ditentang oleh temannya.

b. Bahaya emosi

Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-teman sebaya maupun orang dewasa, bila ia
masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang menyenangkan, seperti marah yang
meledak-ledak, dan juga bila emosi yang buruk seperti marah dan cemburu masih sangat kuat
sehingga kurang disenangi orang lain.

c. Bahaya bermain

Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang
dilarang berkhayal karena membuang waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.

d. Bahaya dalam konsep diri

Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas pada perlakuan orang
lain. Bila konsep sosialnya didasarkan pada berbagai stereotip, ia cenderung berprasangka dan
bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi
maka itu cenderung menetap dan terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial
anak.

e. Bahaya moral

Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-
anak:

- Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan konsep-konsep


media masa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa.

- Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam terhadap perilaku.

- Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya dilakukan.

- Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.


- Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga
perilaku menjadi kebiasaan.

- Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.

f. Bahaya yang menyangkut minat

Ada dua bahaya yang umum dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak: pertama, tidak
berminat pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya, dan kedua,
mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi dirinya, seperti
kesehatan atau sekolah.

g. Bahaya dalam penggolongan peran seks

Ada dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks: kegagalan untuk mempelajari
organ seks, dan ketidakmampuan untuk melakukan peran seks yang disetujui. Bahaya yang
pertama cenderung berkembang bila anak dibesarkan oleh keluarga ketika orang tuanya
melakukan peran seks yang berbeda dengan orang tua teman-temannya. Bahaya yang kedua
berkembang bilamana anak perempuan dan laki-laki diharapkan melakukan peran-peran
tradisional.

h. Bahaya dalam perkembangan kepribadian

Ada dua bahaya yang serius dalam perkembangan kepribadian periode ini. Pertama,
perkembangan konsep diri yang buruk yang mengakibatkan penolakan diri, dan kedua,
egosentrisme yang merupakan lanjutan dari awal masa kanak-kanak. Egosentrisme merupakan
hal yang serius karena memberikan rasa penting diri yang palsu.

i. Bahaya hubungan keluarga

Pertentangan dengan anggota-anggota keluarga mengakibatkan dua hal: melemahkan ikatan


keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola penyesuaian yang buruk, serta masalah-masalah yang
dibawa keluar rumah.

II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga:
- Identitas : nama KK, alamat, komposisi keluarga (nama, seks, hubungan keluarga, tempat dan
tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan), tipe keluarga, suku/budaya yang dianut keluarga, agama,
status sosial, aktivitas keluarga.

- Riwayat dan tahap perkembangan keluarga : tahap perkembangan keluarga saat ini, tugas
perkembangan yang sudah pernah dilakukan, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga suami istri.

- Lingkungan : karakteristik rumah, karakteristik lingkungan, mobilitas keluarga, hubungan


keluarga dengan lingkungan, sistem sosial yang mendukung.

- Struktur keluarga : pola komunikasi, pengambil keputusan, peran anggota keluarga, nilai-nilai
yang berlaku di keluarga.

- Fungsi keluarga.

- Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga.

b. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah


- Identitas anak.

- Riwayat kehamilan sampai kelahiran.

- Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.

- Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).

- Pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai).

- Pemeriksaan fisik.

B. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

Masalah keperawatan yang sering muncul pada anak usia sekolah antara lain:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anak dengan ISPA.
Tujuan Umum : Bersihan jalan nafas kembali efektif pada anak.
Khusus : Keluarga mampu mengenal masalah ISPA pada anggota keluarga dengan cara:

- Menyebutkan pengertian ISPA.

- Menyebutkan penyebab ISPA.

- Menyebutkan tanda dan gejala ISPA.

- Menyebutkan cara mencegah ISPA.

- Mengidentifikasi masalah ISPA yang terjadi pada anggota keluarga.

Intervensi:
- Diskusikan bersama keluarga tentang pengertian ISPA dengan menggunakan lembar balik.

- Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab ISPA dengan menggunakan lembar balik.

- Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala ISPA.

- Dorong keluarga untuk menyebutkan cara pencegahan ISPA.

- Jelaskan pada keluarga akibat lanjut apabila ISPA tidak diobati.

- Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali hasil yang telah didiskusikan.

- Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapainya.

2. Resiko tinggi terhadap gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga khususnya pada anak
dengan malnutrisi.
Tujuan Umum : Gangguan pemenuhan nutrisi pada anak tidak terjadi.
Khusus : Keluarga mampu mengenal masalah malnutrisi yang terjadi pada anak dengan cara :

- Menyebutkan pengertian malnutrisi.

- Menyebutkan penyebab malnutrisi.

- Menyebutkan tanda dan gejala malnutrisi.

- Menyebutkan cara pencegahan malnutrisi.


Intervensi:
- Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian malnutrisi.

- Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab malnutrisi.

- Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala malnutrisi.

- Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan malnutrisi.

- Motivasi keluarga untuk mengulang kembali hasil yang telah didiskusikan.

- Berikan reinforcement atas hasil yang dicapai keluarga.

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan pada anak berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga khususnya pada anak dengan diare.
Tujuan Umum : Tidak terjadinya kekurangan volume cairan pada anak.
Khusus : Keluarga mampu mengenal masalah diare yang terjadi pada anak dengan cara:

- Menyebutkan pengertian diare.

- Menyebutkan penyebab diare.

- Menyebutkan tanda dan gejala diare.

- Menyebutkan cara pencegahan diare.

- Menyebutkan akibat dari tidak dirawatnya diare.

Intervensi:
- Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian diare.

- Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab terjadinya diare.

- Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala diare.

- Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan diare.

- Diskusikan dengan keluarga tetang akibat tidak dirawatnya diare.

- Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali hasil yang telah didiskusikan.


- Berikan reinforcement atas hasil yang telah dicapai.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakay terdiri atas kepala keluarga, serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Adapun pengkajian yang dilakukan pada keluarga dengan anak usia sekolah
adalah meliputi: Identitas, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan, Struktur
keluarga, fungsi keluarga, penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga,
identitas anak, riwayat kehamilan sampai kelahiran, riwayat kesehatan bayi sampai saat ini,
kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari), pertumbuhan dan perkembangannya
saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai), dan pemeriksaan fisik.
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada anak usia sekolah adalah:
Bersihan jalan nafas tidak efektif pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anak dengan ISPA, Resiko tinggi terhadap gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga khususnya pada anak dengan malnutrisi, Resiko tinggi terhadap kekurangan volume
cairan pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
khususnya pada anak dengan diare.

B. Saran
Pada kesempatan ini kelompok akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan
yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang,
diantaranya :

- Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana
keperawatan pada keluarga dengan anak usia sekolah, pendokumentasian harus jelas dan dapat
menjalin hubungan yang baik dengan keluarga.
- Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan keluarga
sehingga keluarga diharapkan mampu memahami tentang masalah yang sedang dialami/terjadi
pada anak usia sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Pratik. EGC. Jakarta.
http://kumpulan-segalailmu.blogspot.co.id/2013/06/asuhan-keperawatan-keluarga-dengan-
anak_1334.html

http://kumpulan-segalailmu.blogspot.co.id/2013/06/asuhan-keperawatan-keluarga-dengan-
anak_1334.html

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH

I. TEORI dan KONSEP ANAK


Anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang secara unik dan tidak
dapat diulang setelah usianya bertambah.
Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah)
(UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak)

Menurut Hurlock (1980) saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun tetapi
berumur 18 tahun, dan masa dewasa dini dimulai umur 18 tahun.

Kelompok-kelompok usia anak terdiri dari 3 kelompok yaitu :


1. Usia prasekolah : 2 5 tahun
2. usia sekolah : 6 12 tahun
3. usia remaja : 13 - 18 tahun

Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih dipengaruhi
oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat suasana
rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap
penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari perbagai
ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak
sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman
sebaya sebagai anggota kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh kelompok
dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi konformis
(pencipta karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar karena
adanya minat dan kegiatan untuk bermain

PERKEMBANGAN AKHIR MASA KANAK-KANAK


Tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Havigrust :
Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan umum
Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh
Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya
Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
Mengembangkan ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai
Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga
Mencapai kebebasan pribadi

PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH (TUGAS MANDIRI)


MASALAH ANAK USIA SEKOLAH
1. BAHAYA FISIK
A. Penyakit
Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya
Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan diri

B. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk
keberhasilan sosial
Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi rendah diri

C. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan dan
anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut dan
hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan sosial

D. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan tidak
mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri

E. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku
kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi
konsep diri anak

2. BAHAYA PSIKOLOGIS
A. Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak usia sekolah yaitu :
kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat
komunikasi dengan orang lain
kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak jadi sadar diri
sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah akan
terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda
pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain, membual akan
ditentang oleh temannya

B. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang menyenangkan
seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain

C. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang berkhayal,
dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.

D. Bahaya dalam konsep diri


Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas terhadap diri sendiri
dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep sosialnya didasarkan pada pelbagai
stereotip, anak cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang
lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan
memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak

E. Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak :
1. perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan konsep-konsep
media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa
2. tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
3. disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya dilakukan
4. hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
5. menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga
menjadi perilaku kebiasaan
6. tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah

F. Bahaya yang menyangkut minat


Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
1. tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya
2. mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi dirinya,
misal kesehatan dan sekolah

G. Bahaya hubungan keluarga


Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
1. Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran orang tua dan merasa
bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai hubungan yang
buruk dengan anak-anaknya
2. Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam melaksanakan tugas sekolah
dan harapan-harapan orang tua maka orang tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan
menghukum anak
3. Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan disiplin lunak pada
keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan kebencian
pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
4. Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih buruk dari temannya
maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci hal itu
5. Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi persaan anak dan
bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-temannya
mengenai wanita karier dan oleh banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
6. Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan harapan idealnya anak,
anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-
temannya.
7. Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih terhadap saudara-
saudaranya maka anak akan menentang orang tua dan saudara yang dianggap kesayangan orang
tua
8. Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap sanak keluarga
yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan memarahi anak serta sanak keluarga
membenci sikap sianak
9. Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua kandung yang
tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas dan perilaku yang sulit.

II. PENGKAJIAN
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep keluarga)
2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
a. Identitas anak
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
c. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
d. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari)
e. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai)
f. Pemeriksaan fisik
3. Lengkapi dengan pengkajian fokus

III. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
1. berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai usia anak
2. berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas keluarga yang
bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi perkembangan anak.
Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan yaitu :
1. Masalah aktual/risiko
Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh
Menarik diri dari lingkungan sosial
Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
Mudah dan Sering marah
Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang dibebankan
Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga
Keengganan melakukan kewajiban agama
Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
Gangguan komunikasi verbal
Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang digunakan untuk bermain)
Nyeri (akut/kronis)
Trauma atai cedera pada sistem integumen dan gerak

2. Potensial atau sejahtera


Meningkatnya kemandirian anak
Peningkatan daya tahan tubuh
Hubungan dalam keluarga yang harmonis
Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya
Pemeliharaan kesehatan yang optimal

IV. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anak yang sakit
Tujuan : Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan yang adekuat
Intervensi :
Diskusikan tentang tugas keluarga
Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota keluarga sakit
Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga
Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya pertolongan yang telah
dilakukan
Ajarkan cara merawat anak dirumah
Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga

2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah yang terjadi pada anaknya
Tujuan : ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi :
Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga
Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga
Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani
Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membaut alternatif
3. Potensial atau sejahtera
Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga
Tujuan : dipertahankanya hubungan yang harmonis
Intervensi :
Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada keluarga
Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas kemampuannya
Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia sekolah)
Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa menimbulkan masalah

V. Evaluasi
Evaluasi didasarakan pada tujuan yang hendalk dicapai mengacu pada kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Perawat selalu memberi kesempatan pada keluarga untuk menilai keberhasilannya
kemudian arahkan sesuai dengan tugas perkembangan keluarga dibidang kesehatan.

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan


pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga

Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi :


1. Pengkajian keluarga dan individu didalam keluarga
Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah :
a. mengidentifikasi data demografi dan sosio cultural
b. data lingkungan
c. strukturdan fungsi keluarga
d. stress dan strategi koping yang digunakan keluarga
e. perkembangan keluarga
sedangkan yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga adalah
pengkajian fisik, mental, emosi, sosial dan spiritual
2. Perumusan diagnosa keperawatan
3. Penyusunan perencanaan
Perencanaan disusun dengan membuat prioritas, menetapkan tujuan, identifikasi sumber daya
keluarga dan menyeleksi intervensi keperawatan
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan
Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-sumber daya yang
ada dikeluarga, masyarakat dan pemerintah
5. Evaluasi
Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan

A. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Sumber informasi dari tahap pengkajian dapat menggunakan metode :
a. wawancara keluarga
b. observasi fasilitas rumah
c. pemeriksaan fisik dari anggota keluarga
d. data sekunder, misal hasil pemeriksaan laboratorium, X-ray, papsmear, dsb

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :


I. Data Umum, meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK)
2. Alamat dan nomor telepon
3. Pekerjaan kepala keluarga
4. Pendidikan kepala keluarga
5. Komposisi keluarga dan genogram (nama anggota keluarga, sex, hubungan dengan KK, usia,
pendidikan, status iminisasi; BCG, Polio I IV, DPT I III, Hepatitis I III dan campak)
6. Tipe keluarga
menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi
dengan jenis tipe keluarga tersebut
7. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut
terkait dengan kesehatan
8. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan
9. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga (siapa yang mengatur keuangan ?)

10. Aktifitas rekreasi keluarga


Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

Rekreasi kelurga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga
merupakan aktifitas rekreasi

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti
Contoh : Keluarga Tn. S mempunyai 4 orang anak, anak pertama berusia 17 tahun dan anak
bungsu berusia 7 tahun maka keluarga Tn. S berada pada tahapan perkembangan keluarga
dengan usia remaja
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala
mengapa tugas tersebut belum terpenuhi
Contoh : Bayi berumur 6 bulan kepala belum bisa tegak, ibu tidak berani mengangkat.
Bagaimana pertumbuhan dan perkembangannya, adaptif atau tidak ? A

3.XI. Harapan Keluarga


Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.

B. PENGKAJIAN FOKUS
Perawat perlu melakukan pengkajian fokus pada tiap perkembangan yang didasari oleh :
1. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan berbeda karena ada
perubahan anggota keluarga (dapat bertambah atau berkurang)
2. Pada tahap tiap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan keluarga yang harus
dilakukan.
3. Pada tiap tahap perkembangan keluarga, kewajiban keluarga berbeda

a. Keluarga baru menikah


Pengkajian data fokus meliputi :
Kapan pertemuan pasangan
Bagaimana hubungan sebelum menikah
Bagaimana pasangan ini memutuskan untuk menikah
Adakah halangan terhadap perkawinan mereka (sebutkan)
Bagaimana respon anggota keluarga terhadap perkawinan
Bagaimana kehidupan di lingkungan keluarga asal, termasuk orientasi keluarga dari kedua
orangtua
Siapa orang lain yang tinggal serumah setelah perkawinan
Bagaimana hubungan dengan saudara ipar
Bagaimana keadaan orangtua masing-masing dan hubungannya dengan orangtua setelah
perkawinan
Bagaimana rencana mempunyai anak
Berapa lama waktu berkumpul setiap hari
Bagaimana rutinitas (secara individu: suami dan istri) setelah perkawinan
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

b. Keluarga dengan anak baru lahir (sampai usia 30 bulan)


Pengkajian data fokus meliputi :
Bagaimana riwayat kehamilan anak ini
Bagaimana riwayat persalinan anak ini
Bagaimana perawatan anak setelah lahir sampai usia dua minggu
Bagaimana perawatan anak sampai usia satu tahun
Adakah orang lain yang serumah setelah anak lahir dan apa hubungannya
Siapakan yang mengasuh anak setiap hari
Berapa lama waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan anak
Siapa yang memberi stimulus dan latihan kepada anak dalam rangka pemenuhan tumbuh
kembangnya
Bagaimana perkembangan anak dan ketrampilan yang dimiliki anak dicapai pada usia berapa
Adakah sarana untuk stimulus tumbuh kembang anak
Pernahkah anak menderita sakit serius, apa jenisnya, kapan waktunya, berapa lama, dan
dirawat dirumah sakit atau tidak
Bagaimana pencapaian perkembangan anak saat ini
Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini
Bagaimana harapan keluarga terhadap anak
Gunakan skala DDST
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

c. Keluarga dengan anak prasekolah


Stimulasi apa yang diberikan oleh keluarga selama dirumah dan adakah sarana stimulasinya
Sudahkan anak diikutkan dalam kegiatan play group
Berapa lama waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan anak setiap hari
Siapakah orang yang setiap hari bersama anak
Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini
Bagaimana harapan keluarga terhadap anak
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
d. Keluarga dengan anak sekolah
Bagaimana karakteristik teman bermain
Bagaimana lingkungan bermain
Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah
Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang dimilikinya
Bagaimana temperamen anak saat ini
Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah
Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat bermain
Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

e. Keluarga dengan anak usia remaja


Bagaimana karakteristik teman di sekolah atau di lingkungan rumah
Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu luang
Bagaimana perilaku anak selama di rumah
Bagaimana hubungan anak remaja dengan adiknya, dengan teman sekolah atau bermain
Siapa saja yang berada dirumah selama anak remaja dirumah
Bagaimana prestasi anak disekolah dan prestasi apa yang pernah diperoleh anak
Apa kegiatan diluar rumah selain sekolah, berapa kali, berapa lama dan dimana
Apa kebiasaan anak dirumah
Apakah fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri
Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak
Siapa yang menjadi figur bagi anak
Seberapa besar peran yang menjadi figur bagi anak
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

f. Keluarga dengan anak dewasa (mulai lepas)


Bagaimana karakteristik pasangan anaknya
Bagaimana hubungan anak dengan orang tua dan mertua setelah menikah
Apakah anak yang telah menikah tinggal bersama atau lepas dari orang tua
Bila tidak, anak yang telah menikah tidak tinggal serumah, dimana tinggalnya dan berapa
lama/frekuensi anak bertemu dengan orang tua
Bagaimana hubungan antara anak yang telah menikah dengan adiknya
Bagaimana perasaan orang tua setelah anak menikah
Bagaimana orang tua membentuk jaringan dengan anak
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

g. Keluarga usia baya


Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah
Bagaimana hubungan anak dengan orang tua
Adakah orang lain yang tinggal serumah, bagaimana hubungan keluarga
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah anak tidak lagi serumah
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

h. Keluarga lansia
Bagaimana perasaan setelah tidak bekerja dan ditinggal pasangannya
Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah
Bagaimana kunjungan anak ke orang tua, berapa frekuensi kunjungan anak
Adakah orang yang menemani setiap hari
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia tua
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pengelompokan Data
Data hasil pengkajian dikelompokan dalam data subjektif dan objektif setiap kelompok diagnosis
keperawatan
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
- Perumusan diarahkan pada individu dan atau keluarga
- Komponennya terdiri dari P, E dan S
- Perumusan diagnosa keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri
dari :
a. Masalah (Problem, P) yaitu suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga
b. Penyebab (Etiology, E) yaitu suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu pada lima tugas keluarga : mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat,
merawat anggota keluarga, memelihara/memodifikasi lingkungan, memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan
c. Tanda (Sign, S) yaitu sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari
keluarga secara langsung atau tidak langsung untuk mendukung masalah atau penyebab

Tipologi diagnosa keperawatan keluarga dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :


1. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan segera
2. Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi tanda
untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan
3. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat ditingkatkan
Contoh perumusan diagnosa keperawatan :
a. Diagnosa Aktual
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada Ibu B keluarga Bapak K berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk istirahat dan
tidur
2. Perubahan peran menjadi orang tua tunggal pada Bapak I berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran orang tua tunggal setelah istrinya meninggal
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas gerak pada anak S keluarga Bapak T berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang aman untuk latihan berjalan
bagi anak S
b. Diagnosa Risiko/risiko tinggi
1. Risiko terjadinya serangan berulang yang berbahaya pada Lansia Ibu R keluarga Bapak M
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
(Puskesmas) yang dekat dengan tinggal keluarga
2. Risiko tinggi gangguan perkembangan balita D pada keluarga Bapak N berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi pada balita
3. Risiko tinggi konflik antara orang tua dan anak remaja keluarga Bapak P berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi yang tepat bagi anak remajanya
c. Diagnosa Potensial
1. Potensial peningkatan kesejahteraan Ibu C yang sedang hamil pada keluarga Bapak Q
2. Potensial peningkatan status kesehatan balita anak G pada kelg. Bapak H
3. Potensial tumbuh kembang yang optimal bagi anak K pada kelg. Bapak L

D. PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Skoring dilakukan bila diagnosa keperawatan lebih dari satu
2. Proses skoring menggunakan skala yang dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978), dengan
cara :
Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh perawat
Skor dibagi dengan skor tertinggi dikalikan dengan bobot
Skor yang diperoleh
--------------------------- x bobot
skor tertinggi
Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5)

Sifat masalah
3
Skala : tidak/kurang sehat
1. 2
Ancaman kesehatan
1
Keadaan sejahtera
1

Kemungkinan masalah dapat diubah


2
Skala : Mudah
2. 1
Sebagian
0 2
Tidak dapat
No. Kriteria Skor Bobot
Potensial masalah untuk dicegah
3 1
Skala : Tinggi
3. 2
Cukup
1
Rendah
1

Menonjolnya masalah
2
Skala : masalah berat, harus segera ditangani
4. 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani
0
Masalah tidak dirasakan

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala :


Kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan
segera dan biasanya disadari oleh keluarga
Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan :
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah
Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga
Sumber daya perawat : pengetahuan, ketrampilan, waktu
Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan
Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :
Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu

Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah
Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah
Untuk kriteria ketiga perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah
keperawatan tersebut

Penyusunan Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Didasarkan pada yang mempunyai skor tertinggi sampai dengan skor terendah
2. Perawat mempertimbangkan pula persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang
menurut keluarga perlu diatasi segera

PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Mencakup tujuan umum dan khusus dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu
pada penyebab.
2. Rencana tindakan meliputi kegiatan yang bertujuan :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara :
Memberikan informasi yang tepat
Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga
Mendiskusikan tentang kosekuensinya dari tiap tindakan
c. Memberi kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara :
Mendemonstrasikan cara perawatan
Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk memelihara/memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan keluarga, dengan cara :
Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, dengan
cara :
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga
Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan keluarga :


1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan
kondisi klien
2. kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi dengan panca indra
perawat yang objektif
3. Disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah ke
kemandirian klien untuk meminimalisasi tingkat ketergantungan
4. diarahkan untuk mengubah pengetahuan (), sikap (afektif) dan tindakan keluarga (psikomotor)
5. perawat melibatkan keluarga secara aktif karena keluarga mempunyai tanggung jawab akhir
dan merupakan cara menghormati dan menghargai keluarga serta keluarga tidak menentang
terhadap apa yang akan dilakukan perawat.

Metode sederhana dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan keluarga


Diagnosa keperawatan Rencana asuhan keperawatan
Masalah (P) ---- digunakan untuk merumuskan tujuan umum-khusus
atau tupan-tupen
Penyebab (E) ---- digunakan untuk merumuskan kriteria standar/hasil
yang diharapkan sebagai tolak ukur suatu
I keberhasilan
Tanda (S) I
Selanjutnya merumuskan rencana tindakan kepera
watan keluarga

D. IMPLEMENTASI
- perawat tidak bekerja sendiri melibatkan semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
kesehatan dirumah (home care)
- Peran perawat sebagai koordinator tetapi dapat juga sebagai pelaksana asuhan keperawatan
- Melakukan kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) meliputi :
waktu, topik, siapa pelaksananya, sasaran keluarga, peralatan
- Tujuannya agar keluarga dan perawat siap secara fisik dan psikis
- Harus sesuai dengan rencana dan kontrak yang telah dilakukan
- Materi : sesuai tujuan yang diharapkan
- Media : sesuai dengan kriteria pada rencana asuhan keperawatan keluarga agar diperoleh
efektifitas yang maksimal, yaitu :
Brosur/leaflet yang dibuat sendiri oleh perawat
Buku
Poster
Rekaman audio atau video, dll
- Buat rencana kegaiatan yang terstruktur agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien
- Rencanakan secara sistematis dan berurutan secara bertingkat derdasarkan rencana tindakan
yang telah dibuat
- Impkementasi dapat dilakukan oleh klien sendiri, perawat, anggota tim kesehatan, keluarga lain
dan orang lain yang masuk dalam jaringan kerja keperawatan keluarga

E. EVALUASI
- Kegiatan membandingkan hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang ditetapkan
- Bila evaluasi tidak atau berhasil sebagian disusun rencana baru
- Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga dengan waktu yang sesuai
dengan kondisi keluarga
- Disusun menggunakan SOAP yaitu
S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan keluarga setelah implementasi
O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat dengan pengamatan langsung
setelah implementasi
A adalah analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang
dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan pada rencana keperawatan
P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
- Evaluasi yang dilaksanakan oleh perawat adalah evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai
hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan kontrak
pelaksanaan sedangkan evaluasi sumatif bertujuan untuk menilai secara keseluruhan terhadap
pencapaian diagnosis keperawatan dengan maksud apakah rencana diteruskan, diteruskan
sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan.
Format evaluasi formatif dan sumatif
http://yuudi.blogspot.co.id/2011/05/asuhan-keperawatan-keluarga-dengan-anak.html

Vous aimerez peut-être aussi