Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau
gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian, karena anak merupakan
individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah
usianya bertambah.
Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang dimaksud anak adalah
seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah). Saat ini
yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun seperti yang
ditulis Hurlock (1980), maka dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai dengan
kelompok usia, yaitu ; usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah, usia 6-12 tahun disebut usia
sekolah, usia 13-18 tahun disebut usia remaja.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa (i) mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga
dengan anak usia sekolah.
2. Tujuan Khusus.
- Agar mahasiswa (i) mampu melaksanakan pengkajian pada keluarga dengan anak usia
sekolah.
- Agar mahasiswa (i) mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan anak
usia sekolah.
- Agar mahasiswa (i) mampu melakukan intervensi pada keluarga dengan anak usia sekolah.
- Agar mahasiswa (i) mampu melaksanakan implementasi pada keluarga dengan anak usia
sekolah.
- Agar mahasiswa (i) mampu melakukan evaluasi pada keluarga dengan anak usia sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
I. KONSEP DASAR
A. Definisi
Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak sejak usia 6 tahun atau
masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial anak. Akhir masa kanak-kanak memiliki beberapa ciri:
b. Usia tidak rapi, yaitu suatu masa ketika anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh
dalam penampilan.
c. Usia bertengkar, yaitu suatu masa ketika banyak terjadi pertengkaran antar-keluarga dan
suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga.
b. Periode kritis dalam berprestasi, yaitu suatu masa ketika anak membentuk kebiasaan untuk
mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses, yang cenderung menetap sampai dewasa.
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok, yaitu suatu masa ketika perhatian utama anak tertuju pada keinginan
diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
b. Usia penyesuaian diri, yaitu suatu masa ketika anak ingin menyesuaikan dengan standar yang
disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku.
c. Usia kreatif, yaitu suatu masa ketika akan ditentukan apakah anak akan menjadi konformis
(pencipta karya baru) atau tidak.
d. Usia bermain, yaitu suatu masa ketika besarnya keinginan bermain karena luasnya (adanya)
minat dan kegiatan untuk bermain.
1. Perkembangan Biologis
Saat umur sampai 12 tahun, pertumbuhan rata-rata 5 cm per tahun untuk tinggi badan dan
meningkat 2-3 kg per tahun untuk berat badan. Selama usia tersebut, anak laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung gemuk. Pada usia ini,
pembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya daripada otot.
2. Perkembangan Psikososial
Menurut Freud, perkembangan psikososialnya digolongkan dalam fase laten, yaitu ketika anak
berada dalam fase oidipus yang terjadi pada masa prasekolah dan mencintai seseorang. Dalam
tahap ini, anak cenderung membina hubungan yang erat atau akrab dengan teman sebaya, juga
banyak bertanya tentang gambar seks yang dilihat dan dieksploitasi sendiri melalui media.
Menurut Erikson, perkembangan psikososialnya berada dalam tahap industri vs inferior. Dalam
tahap ini, anak mampu melakukan atau menguasai keterampilan yang bersifat teknologi dan
sosial, memiliki keinginan untuk mandiri, dan berupaya menyelesaikan tugas. Inilah yang
merupakan tahap industri. Bila tugas tersebut tidak dapat dilakukan, anak akan menjadi inferior.
3. Temperamen
Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan faktor terpenting dalam perilakunya
pada masa ini. Pola perilakunya menunjukkan anak mudah bereaksi terhadap situasi yang baru.
Pada usia ini, sifat temperamental sering muncul sehingga peran orang tua dan guru sangat besar
untuk mengendalikannya.
4. Perkembangan Kognitif
Menurut Plaget, usia ini berada dalam tahap operasional konkret, yaitu anak mengekspresikan
apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Selama periode ini kemampuan anak belajar
konseptual mulai meningkat dengan pesat dan memiliki kemampuan belajar dari benda, situasi,
dan pengalaman yang dijumpainya.
5. Perkembangan Moral
Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikategorikan oleh Kohlberg berada dalam
tahap konvensional. Pada tahap ini, anak mulai belajar tentang peraturan-peraturan yang berlaku,
menerima peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai dengan aturan yang telah diterimanya.
6. Perkembangan Spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkret atau nyata daripada belajar
tentang God. Mereka mulai tertarik terhadap surga dan neraka sehingga cenderung melakukan
atau mematuhi peraturan, karena takut bila masuk neraka.
7. Perkembangan Bahasa
Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari berbagai pelajaran di
sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media. Kesalahan pengucapan mengalami penurunan karena
selama mencari pengalaman anak telah mendengar pengucapan yang benar sehingga mampu
mengucapkannya dengan benar.
8. Perkembangan Sosial
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yang ditandai dengan adanya minat
terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai
anggota kelompok.
9. Perkembangan Seksual
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-teman terlebih guru dan pelajaran di
sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan penampilan, pakaian, dan bahkan gerak-gerik
sesuai dengan peran seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak mengembangkan minat-minat
yang sesuai dengan dirinya. Disini, peran orang tua sangat penting untuk mempersiapkan anak
menjelang pubertas.
D. Bermain
Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan fisiologis karena selama
bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan sosial sehingga memungkinkannya untuk
menikmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak.
1. Bermain konstruktif: membuat sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa memikirkan
manfaatnya, seperti menggambar, melukis, dan membentuk sesuatu.
2. Menjelajah: ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
3. Mengumpulkan: benda-benda yang menarik perhatian dan minatnya, membawa benda ke
rumah, menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya dalam laci.
4. Permainan dan olahraga: cenderung ingin memainkan permainan anak besar (bola basket dan
sepak bola) dan senang pada permainan yang bersaing.
5. Hiburan: anak ingin meluangkan waktu rumah untuk membaca, mendengar radio, menonton,
atau melamun.
Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga yaitu: mensosialisasikan anak dengan
lingkungannya, termasuk keberhasilan dalam belajar dan kebutuhan berkelompok dengan teman
sebayanya, mempertahankan hubungan perkawinan yang harmonis, dan memenuhi kebutuhan
kesehatan anggota keluarga (Friedman, 1998).
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan
psikologis.
1. Bahaya Fisik
a. Penyakit
Penyakit infeksi pada usia sekolah jarang sekali terjadi dengan adanya kekebalan yang didapat
dari imunisasi yang pernah didapatkan semasa bayi dan diulang pada kelas satu atau enam, tetapi
berbahaya adalah penyakit palsu atau khayal untuk menghindarkan tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya. Penyakit yang sering ditemui adalah penyakit yang berhubugan dengan
keberhasilan diri anak.
b. Kegemukan
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar, tetapi akibat banyaknya
karbohidrat yang dikonsumsi. Bahaya kegemukan yang mungkin dapat terjadi: anak kesulitan
mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan yang
penting untuk keberhasilan sosial, dan teman-temannya sering mengganggu dan mengejek
dengan sebutan-sebutan gendut atau sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri.
c. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan keterampilan
tertentu. Maskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan yang dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak
merasa takut terhadap kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi dapat berkembang menjadi rasa malu
yang mempengaruhi hubungan sosial.
d. Kecanggungan
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya. Bila muncul
perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.
e. Kesederhanaan
Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada saat apapun. Orang yang lebih dewasa
memandangnya sebagai perilaku yang kurang menarik sehingga anak menafsirkan sebagai
penolakan yang dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri anak.
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam berbicara
Ada empat bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak usia sekolah: kosakata yang
kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat komunikasi dengan
orang lain, kesalahan dalam berbicara, seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa, cacat dalam
bicara seperti gagap atau pilar, akan membuat anak menjadi sadar diri sehingga anak hanya
berbicara bila perlu, anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan di
lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa
ia berbeda dan pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan merendahkan orang
lain, dan yang bersifat membual akan ditentang oleh temannya.
b. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-teman sebaya maupun orang dewasa, bila ia
masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang menyenangkan, seperti marah yang
meledak-ledak, dan juga bila emosi yang buruk seperti marah dan cemburu masih sangat kuat
sehingga kurang disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang
dilarang berkhayal karena membuang waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas pada perlakuan orang
lain. Bila konsep sosialnya didasarkan pada berbagai stereotip, ia cenderung berprasangka dan
bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi
maka itu cenderung menetap dan terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial
anak.
e. Bahaya moral
Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-
anak:
- Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam terhadap perilaku.
- Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya dilakukan.
Ada dua bahaya yang umum dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak: pertama, tidak
berminat pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya, dan kedua,
mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi dirinya, seperti
kesehatan atau sekolah.
Ada dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks: kegagalan untuk mempelajari
organ seks, dan ketidakmampuan untuk melakukan peran seks yang disetujui. Bahaya yang
pertama cenderung berkembang bila anak dibesarkan oleh keluarga ketika orang tuanya
melakukan peran seks yang berbeda dengan orang tua teman-temannya. Bahaya yang kedua
berkembang bilamana anak perempuan dan laki-laki diharapkan melakukan peran-peran
tradisional.
Ada dua bahaya yang serius dalam perkembangan kepribadian periode ini. Pertama,
perkembangan konsep diri yang buruk yang mengakibatkan penolakan diri, dan kedua,
egosentrisme yang merupakan lanjutan dari awal masa kanak-kanak. Egosentrisme merupakan
hal yang serius karena memberikan rasa penting diri yang palsu.
A. Pengkajian
a. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga:
- Identitas : nama KK, alamat, komposisi keluarga (nama, seks, hubungan keluarga, tempat dan
tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan), tipe keluarga, suku/budaya yang dianut keluarga, agama,
status sosial, aktivitas keluarga.
- Riwayat dan tahap perkembangan keluarga : tahap perkembangan keluarga saat ini, tugas
perkembangan yang sudah pernah dilakukan, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga suami istri.
- Struktur keluarga : pola komunikasi, pengambil keputusan, peran anggota keluarga, nilai-nilai
yang berlaku di keluarga.
- Fungsi keluarga.
- Pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai).
- Pemeriksaan fisik.
Masalah keperawatan yang sering muncul pada anak usia sekolah antara lain:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anak dengan ISPA.
Tujuan Umum : Bersihan jalan nafas kembali efektif pada anak.
Khusus : Keluarga mampu mengenal masalah ISPA pada anggota keluarga dengan cara:
Intervensi:
- Diskusikan bersama keluarga tentang pengertian ISPA dengan menggunakan lembar balik.
- Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab ISPA dengan menggunakan lembar balik.
2. Resiko tinggi terhadap gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga khususnya pada anak
dengan malnutrisi.
Tujuan Umum : Gangguan pemenuhan nutrisi pada anak tidak terjadi.
Khusus : Keluarga mampu mengenal masalah malnutrisi yang terjadi pada anak dengan cara :
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan pada anak berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga khususnya pada anak dengan diare.
Tujuan Umum : Tidak terjadinya kekurangan volume cairan pada anak.
Khusus : Keluarga mampu mengenal masalah diare yang terjadi pada anak dengan cara:
Intervensi:
- Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian diare.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakay terdiri atas kepala keluarga, serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Adapun pengkajian yang dilakukan pada keluarga dengan anak usia sekolah
adalah meliputi: Identitas, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan, Struktur
keluarga, fungsi keluarga, penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga,
identitas anak, riwayat kehamilan sampai kelahiran, riwayat kesehatan bayi sampai saat ini,
kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari), pertumbuhan dan perkembangannya
saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai), dan pemeriksaan fisik.
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada anak usia sekolah adalah:
Bersihan jalan nafas tidak efektif pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anak dengan ISPA, Resiko tinggi terhadap gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga khususnya pada anak dengan malnutrisi, Resiko tinggi terhadap kekurangan volume
cairan pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
khususnya pada anak dengan diare.
B. Saran
Pada kesempatan ini kelompok akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan
yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang,
diantaranya :
- Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana
keperawatan pada keluarga dengan anak usia sekolah, pendokumentasian harus jelas dan dapat
menjalin hubungan yang baik dengan keluarga.
- Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan keluarga
sehingga keluarga diharapkan mampu memahami tentang masalah yang sedang dialami/terjadi
pada anak usia sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Pratik. EGC. Jakarta.
http://kumpulan-segalailmu.blogspot.co.id/2013/06/asuhan-keperawatan-keluarga-dengan-
anak_1334.html
http://kumpulan-segalailmu.blogspot.co.id/2013/06/asuhan-keperawatan-keluarga-dengan-
anak_1334.html
Menurut Hurlock (1980) saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun tetapi
berumur 18 tahun, dan masa dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih dipengaruhi
oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat suasana
rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap
penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari perbagai
ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak
sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman
sebaya sebagai anggota kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh kelompok
dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi konformis
(pencipta karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar karena
adanya minat dan kegiatan untuk bermain
B. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk
keberhasilan sosial
Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi rendah diri
C. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan dan
anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut dan
hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan sosial
D. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan tidak
mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
E. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku
kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi
konsep diri anak
2. BAHAYA PSIKOLOGIS
A. Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak usia sekolah yaitu :
kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat
komunikasi dengan orang lain
kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak jadi sadar diri
sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah akan
terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda
pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain, membual akan
ditentang oleh temannya
B. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang menyenangkan
seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain
C. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang berkhayal,
dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
E. Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak :
1. perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan konsep-konsep
media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa
2. tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
3. disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya dilakukan
4. hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
5. menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga
menjadi perilaku kebiasaan
6. tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
II. PENGKAJIAN
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep keluarga)
2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
a. Identitas anak
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
c. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
d. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari)
e. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai)
f. Pemeriksaan fisik
3. Lengkapi dengan pengkajian fokus
2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah yang terjadi pada anaknya
Tujuan : ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi :
Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga
Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga
Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani
Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membaut alternatif
3. Potensial atau sejahtera
Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga
Tujuan : dipertahankanya hubungan yang harmonis
Intervensi :
Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada keluarga
Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas kemampuannya
Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia sekolah)
Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa menimbulkan masalah
V. Evaluasi
Evaluasi didasarakan pada tujuan yang hendalk dicapai mengacu pada kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Perawat selalu memberi kesempatan pada keluarga untuk menilai keberhasilannya
kemudian arahkan sesuai dengan tugas perkembangan keluarga dibidang kesehatan.
A. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Sumber informasi dari tahap pengkajian dapat menggunakan metode :
a. wawancara keluarga
b. observasi fasilitas rumah
c. pemeriksaan fisik dari anggota keluarga
d. data sekunder, misal hasil pemeriksaan laboratorium, X-ray, papsmear, dsb
Rekreasi kelurga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga
merupakan aktifitas rekreasi
B. PENGKAJIAN FOKUS
Perawat perlu melakukan pengkajian fokus pada tiap perkembangan yang didasari oleh :
1. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan berbeda karena ada
perubahan anggota keluarga (dapat bertambah atau berkurang)
2. Pada tahap tiap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan keluarga yang harus
dilakukan.
3. Pada tiap tahap perkembangan keluarga, kewajiban keluarga berbeda
h. Keluarga lansia
Bagaimana perasaan setelah tidak bekerja dan ditinggal pasangannya
Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah
Bagaimana kunjungan anak ke orang tua, berapa frekuensi kunjungan anak
Adakah orang yang menemani setiap hari
Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia tua
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
Sifat masalah
3
Skala : tidak/kurang sehat
1. 2
Ancaman kesehatan
1
Keadaan sejahtera
1
Menonjolnya masalah
2
Skala : masalah berat, harus segera ditangani
4. 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani
0
Masalah tidak dirasakan
Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah
Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah
Untuk kriteria ketiga perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah
keperawatan tersebut
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, dengan
cara :
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga
Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
D. IMPLEMENTASI
- perawat tidak bekerja sendiri melibatkan semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
kesehatan dirumah (home care)
- Peran perawat sebagai koordinator tetapi dapat juga sebagai pelaksana asuhan keperawatan
- Melakukan kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) meliputi :
waktu, topik, siapa pelaksananya, sasaran keluarga, peralatan
- Tujuannya agar keluarga dan perawat siap secara fisik dan psikis
- Harus sesuai dengan rencana dan kontrak yang telah dilakukan
- Materi : sesuai tujuan yang diharapkan
- Media : sesuai dengan kriteria pada rencana asuhan keperawatan keluarga agar diperoleh
efektifitas yang maksimal, yaitu :
Brosur/leaflet yang dibuat sendiri oleh perawat
Buku
Poster
Rekaman audio atau video, dll
- Buat rencana kegaiatan yang terstruktur agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien
- Rencanakan secara sistematis dan berurutan secara bertingkat derdasarkan rencana tindakan
yang telah dibuat
- Impkementasi dapat dilakukan oleh klien sendiri, perawat, anggota tim kesehatan, keluarga lain
dan orang lain yang masuk dalam jaringan kerja keperawatan keluarga
E. EVALUASI
- Kegiatan membandingkan hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang ditetapkan
- Bila evaluasi tidak atau berhasil sebagian disusun rencana baru
- Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga dengan waktu yang sesuai
dengan kondisi keluarga
- Disusun menggunakan SOAP yaitu
S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan keluarga setelah implementasi
O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat dengan pengamatan langsung
setelah implementasi
A adalah analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang
dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan pada rencana keperawatan
P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
- Evaluasi yang dilaksanakan oleh perawat adalah evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai
hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan kontrak
pelaksanaan sedangkan evaluasi sumatif bertujuan untuk menilai secara keseluruhan terhadap
pencapaian diagnosis keperawatan dengan maksud apakah rencana diteruskan, diteruskan
sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan.
Format evaluasi formatif dan sumatif
http://yuudi.blogspot.co.id/2011/05/asuhan-keperawatan-keluarga-dengan-anak.html