Vous êtes sur la page 1sur 8

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT

TENTANG PENYAKIT DBD DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DBD


DI DESA SUKOREJO MUSUK BOYOLALI
Ika Yuniar Herminingrum*
Arina Maliya**

Abstract
Dengue Hemorrhagic fever (DHF) is a desease happening in Indonesia. This desease can
struck all of people especially children. From prevention, the important thing is to control
Aedes aeygepti mosquito as the main cause it can be fought focus desease (FFD) phisicly
and chemistryly. This fighting and preventing need a good knowledge on society in order to
prevent desease well. This research is proposed to recognize the releation between the
society knowledge about DHF desease with DHF prevention in Sukorejo, Musuk, Boyolali.
The type of research is quantitative non experimental by using Cross Sectional. The
sample of research are 89 persons that are the group of family from Tegalrejo village by
using Total Sampling technique. Data collection in this research uses knowledge quesioner
about DHF desease and check list sheet containing respondens prevention of DHF. This
research is analyzed by using Chi Square test. The result of the research shows that many
respondens have a poor knowledge about DHF with total number 35 people (39,3%). The
most respondens have a poor prevention effort about DHF desease with total number 41
people (46,1%). The result of the data hypothesis research shows that 2 = 17,88 with p-
value = 0,001. The conclusions is that there is a relation between the society knowledge
level about DHF desease with prevention effort of DHF in Sukorejo, Musuk, Boyolali.

Key words: knowledge, prevention, Dengue Hemorrhagic Fever


__________________________________________________________________________

*Ika Yuniar Herminingrum


Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura.
**Arina Maliya
Dosen Jurusan Keperawatan FIK UMS Jln. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura
__________________________________________________________________________

PENDAHULUAN dan sebagian besar tinggal di lingkungan


Demam Berdarah Dengue (DBD) lembab, serta daerah pinggiran kumuh.
adalah penyakit menular yang disebabkan Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis,
oleh virus dengue dan ditularkan melalui dan muncul pada musim penghujan. Virus ini
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim
dapat menyerang semua orang terutama pada atau alam serta perilaku manusia (Kristina,
anak, dan sering menimbulkan Kejadian Luar dkk, 2005).
Biasa atau KLB di Indonesia (Dinkes, 2009). Pada musim penghujan penyakit DBD
Penularan DBD terjadi melalui gigitan ditemukan di seluruh propinsi Indonesia,
nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus Salah satunya di propinsi Jawa Tengah.
betina yang sebelumnya telah membawa virus (Satari, 2004). Di wilayah kerja Puskesmas
dalam tubuhnya dari penderita demam Musuk I tahun 2010 diperoleh data penderita
berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal DBD sebanyak 67 orang.Dan Desa Sukorejo
dari Brazil dan Ethiopia dan sering menggigit sebanyak 26 orang. Dari semua Dusun yang
manusia pada waktu pagi dan siang. Orang ada di Sukorejo, Dusun Tegalrejo memilki
yang beresiko terkena demam berdarah adalah penderita DBD terbanyak yaitu sebanyak 13
anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, orang. Berdasarkan observasi dan wawancara

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat (Ika Y dan Arina Maliya) 10


dengan petugas kesehatan desa, mereka pencegahan DBD yang berhubungan dengan 3
mengatakan penyuluhan kepada masyarakat M.
tentang penyakit DBD dan cara pencegahan
nyamuk Aedes aegypti dengan PSN telah Analisa Data
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sedangkan analisis bivariat
Boyolali untuk mengubah perilaku menggunakan uji chi square.
masyarakat agar sesuai dengan Perilaku HASIL PENELITIAN DAN
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), tetapi dalam PEMBAHASAN
kegiatan sehari-hari masyarakat belum 1. Karakteristik Responden
melakukan PSN secara rutin. Upaya Umur
masyarakat untuk turut memberantas penyakit
DBD belum seperti yang diharapkan. Terbukti
dengan masih terdapat pendapat di 40 34(38,2%)
masyarakat bahwa seseorang menderita

Frekuensi
30 23(25,8%)
26(29,2%)
penyakit disebabkan kondisi tubuhnya lemah
dan bila terdapat penderita DBD disekitarnya, 20

masyarakat meminta dilakukan pengasapan 10 6(6,7%)

tanpa di ikuti PSN. Sehingga pengetahuan dan 0


perilaku masyarakat tidak mendukung 21-30 31-40 41-50 diatas 50
sepenuhnya melakukan pencegahan.Tujuan
Penelitian adalah mengetahui hubungan Umur
Ga
antara tingkat pengetahuan masyarakat
mbar 1. Distribusi Responden Berdasarkan
tentang penyakit DBD dengan upaya
Umur
pencegahan DBD.
Gambar 1 menunjukkan responden
penelitian paling banyak berumur antara 41-
50 tahun dengan jumlah 34 orang (38,2%).
METODOLOGI PENELITIAN Banyaknya responden yang berumur antara
41-50 tahun pada hasil penelitian ini lebih
Penelitian ini merupakan penelitian
didasarkan atas peneliti yang bertemu dengan
kuantitatif non experimental dengan
salah satu pemilik rumah, yaitu sebagai suami
rancanganCross Sectional
atau istri yang bersedia menjadi responden
Populasi dari penelitian ini adalah
penelitian.
semua Keluarga di Dusun Tegalrejo sebanyak
89 Keluarga (Kelurahan Sukorejo 2011).
Jenis kelamin
Pengambilan sampel dengan teknik Purposive
Sampling, sebanyak 89 orang. Kriteria sampel
:Responden yang berdomisili di Dusun
80
Tegalrejo dan memiliki Kartu Keluarga (KK), 59(66,3%)

Responden bisa membaca dan menulis, 60


Frekuensi

Bersedia menjadi responden, Sudah berusia di 40 30(33,7%)

atas 20 tahun, yang diharapkan responden 20


telah mengerti pertanyaan dari peneliti. 0
Kuesioner, Data yang dikumpulkan Laki-laki Perempuan
melalui kuesioner dalam penelitian ini adalah Jenis kelamin

tentang pengetahuan penyakit DBD dengan


upaya pencegahan DBD. Gambar 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Check list, Data yang dikumpulkan Jenis Kelamin
melalui observasi dan wawancara adalah data Gambar 2 menunjukkan responden
mengenai hasil tindakan responden dalam penelitian paling banyak adalah perempuan
dengan jumlah 59 orang (66,3%). Banyaknya
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat (Ika Y dan Arina Maliya) 11
responden perempuan pada hasil penelitian ini didukung dengan akses informasi akan
berkaitan dengan waktu kunjungan peneliti ke banyak mendapatkan pengetahuan
rumah responden. Artinya pada saat peneliti dibandingkan dengan orang yang bekerja di
mengunjungi rumah responden, banyak tempat-tempat yang tertutup dari akses
responden yaitu ibu yang ada di rumah, informasi. Responden sebagai ibu rumah
sementara suami pada saat penelitian sedang tangga, tidak berarti memiliki pengetahuan
bekerja di luar rumah. yang selalu kurang terhadap pencegahan
penyakit DBD. Hal ini dapat diketahui dari
pola jawaban responden, bahwa terdapat
jawaban responden seabgai IRT dengan
Pendidikan pengetahuan baik, namun terdapat juga
pengetahuan yang sedang dan buruk. Interaksi
50
40 (44,9%) ibu rumah tangga terhadap lingkungan
40 32 (36,0%) memungkinkan ibu memperoleh informasi
Frekuensi

30 tentang pencegahan penyakit DBD. Hal ini


20 sejalan dengan pendapat dari Azwar (2007)
10 (11,2%)
7 (7,9%)
10 yang menyebutkan salah satu faktor yang
0 mempengaruhi pengetahuan adalah faktor
SD SMP SMA PT lingkungan.
Pendidikan
2. Analisis Univariate
Gambar 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang penyakit DBD
tingkat Pendidikan
Gambar 3. menunjukkan responden
penelitian paling banyak mempunyai
40 35(39,3%)
pendidikan terakhir Sekolah Menengah 34(38,2%)

Pertama (SMP) sebanyak 40 orang (44,9%). 30


Frekuensi

20(22,5%)
20
Jenis pekerjaan
10

0
Baik Sedang Buruk
Tingkat Pengetahuan tentang DBD

Gambar 5. Distribusi Responden


Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
penyakit DBD
Gambar 5 menunjukkan tingkat
pengetahuan tentang penyakit DBD diperoleh
hasil paling banyak responden penelitian
dalam kategori buruk yaitu dengan jumlah 35
orang (39,3%).
Gambar 4. Distribusi Responden Berdasarkan
status pekerjaan
Gambar 4 menunjukkan responden
penelitian paling banyak sebagai Ibu Rumah
Tangga (IRT) yaitu 41 orang (46,1%).
Pekerjaan berpengaruh terhadap
tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Seseorang yang bekerja di lingkungan yang

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat (Ika Y dan Arina Maliya) 12


Pencegahan penyakit DBD Gambar 6 menunjukkan tindakan
pencegahan tentang penyakit DBD paling
banyak buruk dengan jumlah 41 orang
50 (46,1%).
41(46,1%)
Banyaknya responden yang masih buruk
40
dalam pencegahan penyakit, dari hasil
Frekuensi

30
21(23,6%)
24(30,3%)
observasi di lapangan diperoleh bahwa dari 10
20 item cara pencegahan DBD adalah responden
10 banyak yang tidak menggunakan obat anti
0 nyamuk, kemudian disusul dengan kebiasaan
Baik Sedang Buruk menggantung pakaian di belakang pintu dan
Pencegahan penyakit DBD tidak menggunakan kelambu.

Gambar 6. Distribusi Responden Berdasarkan


pencegahan penyakit DBD

Analisis Bivariate
Tabel 1. Tabulasi silang antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD dengan
upaya pencegahan DBD di Desa Sukorejo Musuk Boyolali
Upaya pencegahan DBD
Baik Sedang Buruk Jumlah
Pengetahuan n % n % N % N % 2 p CC
Baik 11 12,4 3 3,4 6 6,7 20 22,5
Sedang 8 9,0 12 13,5 14 15,7 34 38,2
Buruk 2 2,2 12 13,5 21 23,6 35 39,3 17,88 0,001 0,409
Jumlah 21 23,6 27 30,3 41 46,1 89 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 20 Hasil uji hipotesis penelitian diperoleh


responden yang memiliki pengetahuan baik, nilai 2 = 17,88 dengan nilai probabilitas (p-
terdapat 11 responden (12,4%) yang telah value) sebesar 0,001. Nilai p-value lebih kecil
melakukan upaya pencegahan DBD dilakukan dari 0,05 atau 0,001<0,05, sehingga
dengan baik, sementara 3 responden keputusanya adalah Ho ditolak. Kesimpulan
melakukan upaya pencegahan DBD dengan yang diambil berdasarkan hasil uji ini adalah
kategori sedang, namun 6 responden lain ada hubungan antara tingkat pengetahuan
upaya pencegahan BDB buruk. Terdapat 8 masyarakat tentang penyakit DBD dengan
responden dengan pengetahuan sedang, upaya pencegahan DBD di Desa Sukorejo
namun upaya pencegahan sudah dilakukan Musuk Boyolali. Nilai Contingency
dengan baik, 12 responden melakukan upaya coefficient sebesar 0,409, berdasarkan kriteria
pencegahan kategori sedang, dan 14 korelasi dari Sugiyono (2007), menunjukkan
responden melakukan dalam kategori buruk. tingkat keeratan antara tingkat pengetahuan
Sebanyak 35 responden dengan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD dengan
buruk, namun pencegahan baik terdapat 2 upaya pencegahan DBD dalam kategori
responden, 12 responden melakukan sedang. Kategori sedang dapat terjadi karena
pencegahan dengan kategori sedang, dan 21 adanya faktor-faktor lain yang turut
responden dengan pencegahan DBD dengan mempengaruhi pengetahuan responden dalam
buruk. pencegahan penyakit DBD.

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat (Ika Y dan Arina Maliya) 13


Pembahasan sehingga dapat mencapai kehidupan yang
1. Tingkat pengetahuan lebih baik. Keyakinan seseorang terhadap
Hasil penelitian mengenai tingkat kesehatan terbentuk oleh variabel
pengetahuan menunjukkan sebagian besar intelektual yang terdiri dari pengetahuan
memiliki pengetahuan buruk yaitu tentang berbagai fungsi tubuh dan
sebanyak 35 orang (39,3%). Tingkat penyakit. Kemampuan kognitif akan
pengetahuan responden tersebut terjadi membentuk cara berfikir seseorang
karena adanya faktor-faktor yang termasuk kemampuan untuk memahami
mempengaruhi pengetahuan baik secara faktor-faktor yang berhubungan dengan
internal maupun eksternal responden. penyakit dan menggunakan pengetahuan
Karakteristik tingkat pendi dikan tentang kesehatan untuk menjaga
responden menunjukkan sebagian besar kesehatannya (Bagus, 2009).
responden berpendidikan SD dan SMP. 2. Upaya pencegahan penyakit DBD
Tingkat pendidikan yang relatif rendah Hasil penelitian mengenai upaya
tersebut berpengaruh terhadap pencegahan penyakit DBD menunjukkan
kemampuan responden dalam menerima banyak responden yang buruk dalam
dan memahami informasi-informasi upaya pencegahan penyakit DBD.
tentang cara pencegahan DBD. Responden Buruknya upaya pencegahan penyakit
mungkin dapat memahami tentang DBD ini banyak dipengaruhi oleh
pengertian dan penyebab DBD, namun berbagai faktor selain tingkat pengetahuan
mereka kurang mengetahui gejala-gejala adalah faktor karakteristik keluarga, faktor
DBD misalnya timbulnya demam, bintik- sosial ekonomi, faktor peran tenaga
bintik merah pada kulit dan mimisan. kesehatan, dan penyuluhan kesehatan
Hubungan tingkat pendidikan dengan mengenai pencegahan DBD.
pengetahuan sebagaimana dikemukakan Distribusi pekerjaan responden
oleh Notoatmojo (2005) yaitu salah satu menunjukkan sebagian besar responden
faktor yang berpengaruh pada perilaku adalah ibu rumah tangga. Sebenarnya
kesehatan adalah tingkat pendidikan, sebagai ibu rumah tangga mereka
dimana pendidikan berperan dalam memiliki kesempatan dan waktu yang
pembentukan pola berpikir dalam lebih banyak untuk melakukan upaya-
pengambilan keputusan seseorang. upaya pencegahan DBD, misalnya dengan
Hasil wawancara peneliti dengan membersihkan lingkungan di sekitar
beberapa masyarakat dan peragkat desa di rumah. Namun budaya di Dusun Tegalrejo
Dusun Tegalrejo Desa Sukorejo diperoleh Desa Sukorejo, bahwa meskipun ibu
informasi, bahwa di wilayah tersebut berstatus sebagai ibu rumah tangga,
pernah mendapatkan penyuluhan tentang namun dalam kesehariannya mereka
pencegahan DBD, namun pelaksanaan bertugas membantu para suami bekerja di
penyuluhan tersebut tidak bersifat ladang. Ibu-ibu bertugas menyiapkan dan
kontinyu. Pelaksanaan penyuluhan mengirim makanan ke sawah atau ladang,
kesehatan yang tidak kontinyu tersebut serta membantu proses bercocok tanam
menyebabkan banyak masyarakat saat ini mulai dari menamam hingga panen.
sudah melupakan informasi-informasi Kesibukan ibu sebagai penanggung jawab
tentang pencegahan DBD yang pernah kegiatan rumah serta dituntut untuk
mereka terima, sehingga pengetahuan membantu pekerjaan suami di sawah
mereka tentang pencegahan DBD buruk. menyebabkan waktu luang ibu untuk
Elvan (2009) menyatakan bahwa untuk memperhatikan kebersihan rumah maupun
mengubah suatu perilaku maka perlu lingkungan di sekitar rumah menjadi
dilakukannya proses yang bertujuan untuk kurang.
mengubah kesadaran dan perilaku dengan Kebiasaan-kebiasaan yang terdapat
pengetahuan ke arah yang lebih baik pada masyarakat di Dusun Tegalrejo Desa

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat (Ika Y dan Arina Maliya) 14


Sukorejo turut mempengaruhi buruknya kategori buruk, sebaliknya beberapa
upaya pencegahan DBD. Kebiasaan- responden dengan pengetahuan buruk,
kebiasaan tersebut antara lain namun memiliki upaya pencegahan DBD
menggantungkan pakaian, menimbun yang baik.
sampah di pekarangan dan tidak menguras Hal ini sejalan dengan pendapat
bak mandi. Hal tersebut sebagaimana Machfoedz dan Suryani (2007) yang
pendapat Notoatmodjo (2007), faktor- menyatakan orang yang pengetahuannya
faktor yang mempengaruhi perilaku bertambah maka kecakapannya bertambah
kesehatan salah satunya adalah dari niat sehingga muncul kesadaran dalam diri
seseorang untuk bertindak sehubungan untuk bertindak dalam hidup sehat secara
dengan kesehatan atau perawatan baik. Menerapkan perilaku sehat yaitu
kesehatan lainnya (behaviour intention). pencegahan penyakit DBD, merupakan
3. Hubungan tingkat pengetahuan langkah ampuh untuk menangkal
masyarakat tentang penyakit DBD penyakit, namun dalam praktiknya,
dengan upaya pencegahan DBD penerapan ini yang kesannya sederhana
Hasil uji hipotesis penelitian ini tidak selalu mudah dilakukan terutama
adalah Ho ditolak, sehingga terdapat bagi responden yang tidak terbiasa,
hubungan antara tingkat pengetahuan kurangnya pengetahuan dan sedikitnya
masyarakat tentang penyakit DBD dengan kesadaran berperilaku hidup sehat.
upaya pencegahan DBD di Desa Sukorejo Kondisi tersebut disebabkan adanya
Musuk Boyolali. Berdasarkan keputusan faktor-faktor lain yang turut
tersebut, maka semakin baik tingkat mempengaruhi upaya pencegahan DBD,
pengetahuan masyarakat, maka semakin antara lain tingkat sosial ekonomi, faktor
baik upaya pencegahan DBD pada budaya, dan lain-lain. Rata-rata
masyarakat Dusun Tegalrejo Desa masyarakat di Dusun Tegalrejo Desa
Sukorejo Kecamatan Musuk Boyolali. Sukorejo Kecamatan Musuk Boyolali
Tingkat pengetahuan masyarakat memiliki halaman rumah yang cukup luas.
tentang pencegahan DBD yang meliputi Sementara itu kemampuan anggota
pengertian tentang DBD, tanda dan gejala keluarga untuk membersihkan lingkungan
DBD, cara penularan DBD, dan cara rumah yang cukup luas tersebut kurang
pencegahan DBD. Pengetahuan yang memadai. Kondisi ini menyebabkan
dimiliki oleh masyarakat tentang meskipun mereka memiliki pengetahuan
pencegahan DBD membantu masyarakat yang baik tentang pencegahan DBD,
untuk memahami tentang pentingnya namun karena ketidakmampuan untuk
pencegahan DBD, yaitu dengan membersihkan lingkungan rumah yang
melakukan tindakan-upaya pencegahan luas, menyebabkan upaya pencegahan
DBD seperti menjaga kebersihan DBD menjadi rendah. Faktor lain adalah
lingkungan, menutup tempat adanya kebiasaan-kebiasaan yang terjadi
penampungan air, menguras bak mandi, pada masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan
pemberian serbuk abate, dan lain tersebut antara lain menimbun sampah di
sebagainya. pojok halaman, menggantung baju-baju
Secara umum penelitian ini kotor, dan menguras bak mandi.
menunjukkan bahwa semakin baik Kebiasaan menimbun sampah di
pengetahuan masyarakat, maka semakin pojok halaman dilakukan karena luasnya
baik pula tindakan masyarakat dalam halaman yang dimiliki oleh rata-rata
pencegahan DBD. Namun dalam masyarakat. Kebiasaan ini sebenarnya
penelitian terdapat beberapa tidak menjadi masalah ketika sampah
penyimpangan, yaitu beberapa responden tersebut langsung dibakar atau ditimbun,
yang memiliki pengetahuan baik namun namun karena kebiasaan masyarakat
memiliki upaya pencegahan DBD dalam membakar atau menimbun sampah setelah

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat (Ika Y dan Arina Maliya) 15


sampah kelihatan menumpuk, Ketitang Nogosari Boyolali. Penelitian ini
menyebabkan sampah-sampah yang belum menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
dibakar atau ditimbun tersebut menjadi antara Peran Kader Kesehatan Dan
sarang nyamuk. Pemerintah Desa Dengan Upaya
Kebiasaan lain adalah kebiasaan Penanggulangan DBD.
menguras bak mandi. Wilayah Dusun Simpulan
Tegalrejo Desa Sukorejo Kecamatan 1. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang
Musuk Boyolali, merupakan wilayah yang Penyakit DBD dengan Upaya
mengalami kesulitan air bersih. Air bersih Pencegahan DBD di Desa Sukorejo
biasanya diperoleh masyarakat dari Musuk Boyolali termasuk dalam kategori
menampung air hujan atau membeli air buruk.
bersih. Kesulitan air yang dialami 2. Upaya Pencegahan DBD yang dilakukan
masyarakat menyebabkan masyarakat masyarakrat di Desa Sukorejo Musuk
enggan untuk membuang air yang ada, Boyolali termasuk dalam kategori buruk.
sehingga mereka jarang atau bahkan tidak 3. Terdapat hubungan yang bermakna
pernah menguras air di bak mandi ataupun (signifikan) dengan tingkat korelasi
dipenampungan air. Kondisi ini sedang antara tingkat pengetahuan
menyebabkan bak mandi atau masyarakat tentang penyakit DBD
penampungan air menjadi tempat sarang dengan upaya pencegahan DBD di Desa
nyamuk. Sukorejo Musuk Boyolali.
Hasil penelitian ini yaitu tentang
adanya hubungan antara pengetahuan Saran
tentang pencegahan DBD dengan upaya 1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas
pencegahan DBD sesuai dengan penelitian Kesehatan, Petugas kesehatan lebih
Helmi (2006) tentang pengaruh meningkatkan perannya dalam
pendidikan kesehatan tentang penyakit memberikan pendidikan kesehatan
DBD terhadap perilaku pencegahan DBD khususnya penyakit DBD
pada ibu-ibu warga Minapadi Nusukan 2. Bagi Masyarakat Setempat, dengan
Surakarta. Penelitian ini menyimpulkan meningkatkan informasi dan kesadaran
bahwa pemberian pendidikan kesehatan diri tentang perilaku hidup sehat dengan
tentang DBD mampu meningkatkan cara bekerja sama dengan badan
keaktifan dalam pencegahan DBD. kesehatan dalam mengadakan penyuluhan,
Penelitian lain dilakukan oleh Agus (2010) sehingga masyarakat dapat mengetahui
tentang Hubungan Antara Peran Kader dan menerapkan perilaku hidup sehat
Kesehatan Dan Pemerintah Desa Dengan dalam kehidupan sehari-hari agar tidak
Upaya Penanggulangan DBD di Desa terkena penyakit DBD
DAFTAR PUSTAKA

Adin. S. 2009. Pengetahuan dan Faktor yang Berperan. Http : // www. Salsabilashafiraadin.com.
Diakses tanggal 3 Juli 2011

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Depkes. R.I. 2005. Tujuan pembangunan kesehatan. http://www.depkes.go.id


/showis.php?tid=Tujuan#

Duma N., Darmawansyah, Arsin AA. 2007. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Baruga Kota Kendari 2007. Vol. 4 No. 2.
September 2007: 91-100.

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat (Ika Y dan Arina Maliya) 16


Elvan, E. 2009. Penatalaksanaan Masalah Keperawatan. // www. Elvanefffendi. com. Diakses tanggal
15 Febuari 2009

Hadinegoro, Sri R., Satari H., 2002. Demam Berdarah Dengue. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan Ketiga, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Notoadmojo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka cipta: Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Pintauli, S. 2004. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Skor DMF-T pada Ibu-ibu Rumah Tangga
Berusia 20-45 Tahun di Kecamatan Medan Tuntungan. Http : //journal. USU. Ac. Id. Diakses
Tanggal 13 Juli 2011

Puskesmas Musuk I (2010). Laporan Tahunan Penyakit DBD di wilayah kerja Musuk I, Kabupaten
Boyolali.

Sugiyono. 2007.Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Kedua. Bandung. CV Alfabeta.

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat (Ika Y dan Arina Maliya) 17

Vous aimerez peut-être aussi