Vous êtes sur la page 1sur 26

ASKEP STENOSIS AORTA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak dari kematian penduduk dunia,
salah satunya disebabkan oleh kelainan katup jantung. Penyakit katup jantung antara lain
adalah stenosis (membuka tidak sempurna) dan insufisiensi (menutup tidak sempurna), ini
dapat terjadi baik pada katup arteroventrikular maupun katup semilunar. Stenosis Katup Aorta
(Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan
meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. ( Nuzulul, 2011 )

Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada
orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium
di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi
biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Di wilayah lainnya, kerusakan
katup akibat demam rematik masih sering terjadi. ( Nuzulul, 2011 )
Untuk mengatasi penyakit ini, medikasi dan pembedahan/ insisi adalah upaya yang
terbaik. Dengan demikian, katup yang mengalami kelainan itu dapat disembuhkan ataupun
dikurangi risiko tinggi semakin parahnya penyakit. Dalam makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Stenosis Aorta.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep tentang Stenosis aorta ?
a. Bagaiaman anatomi dan fisiologi dari jantung ?
b. Bagaimana definisi dari Stenosis aorta ?
c. Bagaimana etiologi Stenosis aorta ?
d. Bagaimana patofisiologi Stenosis aorta ?
e. Bagaimana manifestasi klinis Stenosis aorta ?
f. Bagaimana pemeriksaan diagnostik stenosis aorta ?
g. Bagaimana penatalaksanaan Stenosis aorta ?
h. Bagaimana komplikasi Stenosis aorta ?
i. Bagaimana Prognosis Stenosis aorta ?
1.2.2 Bagimana asuhan keperawatan klien dengan Stenosis aorta ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
a. Memahami konsep tentang Stenosis Aorta.
b. Memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Stenosis aorta.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Stenosis aorta.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Stenosis aorta.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Stenosis aorta.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Stenosis aorta.
e. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik stenosis aorta.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Stenosis aorta.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi Stenosis aorta.
h. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien Stenosis aorta.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Jantung

Anatomi fisiologi jantung diawali dengan letak jantung itu sendiri. Letak jantung kita adalah
terdapat dalam rongga dada manusia. Jantung berada di dalam thorax, antara kedua paru
paru dan di belakang sternum serta lebih menghadap ke kiri. Kedudukannya yang tepat dapat
digambarkan pada kulit dada manusia. Sebuah garis yang ditarik dari tulang rawan iga ketiga
kanan, 2 sentimeter dari sternum, ke atas ke tulang rawan iga kedua kiri, 1 sentimeter dari
sternum, menunjuk kedudukan basis jantung, tempat pembuluh darah masuk dan keluar.
Berat organ jantung adalah berkisar 250-300 gram dan ukuran jantung adalah sebesar kepalan
tangan. Ini adalah kurang lebih dari pengertian jantung itu sendiri.

Lapisan jantung itu sendiri terdiri dari Perikardium, Miokardium, dan Endokardium.
Miokardium adalah Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
Sedangkan miokardium adalah bagian dinding dalam atrium diliputi oleh membran yang
mengkilap dan terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender yang licin kecuali aurikula dan
bagian depan sinus vena kava.

Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut dengan atrium
(serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal yang disebut dengan ventrikel (bilik). Atrium
dan ventrikel jantung ini masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah katup, sedangkan sisi
kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang dinamakan dengan septum.

Septum atau sekat ini adalah suatu partisi otot kontinue yang mencegah percampuran darah
dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan
menerima dan juga memompa darah yang beroksigen rendah sedangkan sisi jantung sebelah
kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang beroksigen tinggi. Dan fungsi katup
jantung dalam hal ini adalah terutama agar darah yang telah terpompa tersebut tidak kembali
masuk ke dalam lagi.

Sirkulasi darah jantung dan juga cara kerja jantung itu harus terdiri dari tiga komponen
penting. Komponen yang memegang peranan penting dalam menjalankan fungsi dan kerja
jantung terdiri dari :

1. Jantung sendiri yang mempunyai fungsi sebagai pompa yang melakukan


tekanan terhadap darah agar timbul gradien dan darah dapat mengalir ke seluruh
tubuh.
2. Pembuluh darah yang mempunyai fungsi sebagai saluran untuk
mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan mengembalikannya
kembali ke dalam jantung sendiri.
3. Darah yang mempunyai fungsi sebagai medium transportasi dimana darah
akan membawa oksigen dan nutrisi.

2.1.1 Ruang Jantung


Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel yang masing-masing
dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium kanan kiri, serta ventrikel kiri dan
kanan.
a. Atrium.
Berikut fungsi dari masing-masing atrium jantung tersebut yaitu :

1. Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang rendah oksigen dari
seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta
sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel
kanan dan selanjutnya ke paru. Atrium kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui
vena kava superior (kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena kava (kaki dan dada
lebih rendah). Simpul sinoatrial mengirimkan impuls yang menyebabkan jaringan otot
jantung dari atrium berkontraksi dengan cara yang terkoordinasi seperti gelombang. Katup
trikuspid yang memisahkan atrium kanan dari ventrikel kanan, akan terbuka untuk
membiarkan darah de-oksigen dikumpulkan di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan.

2. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena
pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh
melalui aorta. Atrium kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui vena paru-paru.
Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial kemajuan melalui atrium, darah melewati katup
mitral ke ventrikel kiri

b. Ventrikel.
Berikut adalah fungsi dan manfaat ventrikel yaitu :
1. Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui
arteri pulmonalis. Ventrikel kanan menerima darah de-oksigen sebagai kontrak atrium kanan.
Katup paru menuju ke arteri paru tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan
darah. Setelah ventrikel penuh, mereka kontrak. Sebagai kontrak ventrikel kanan, menutup
katup trikuspid dan katup paru terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah dari
dukungan ke atrium kanan dan pembukaan katup paru memungkinkan darah mengalir ke
arteri pulmonalis menuju paru-paru.
2. Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh tubuh melalui
aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang mengandung oksigen sebagai kontrak atrium kiri.
Darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri. Katup aorta menuju aorta tertutup,
memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh, dan
berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri, menutup katup mitral dan katup aorta terbuka.
Penutupan katup mitral mencegah darah dari dukungan ke atrium kiri dan pembukaan katup
aorta memungkinkan darah mengalir ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh.
2.1.2 Siklus Jantung
Berikutnya adalah mengenai hal yang berhubungan dengan siklus organ jantung. Siklus
jantung termasuk dalam bagian dari fisiologi jantung itu sendiri. Jantung ketika bekerja
secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan juga berelaksasi
dalam rangka mengisi darah kembali. Siklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan
pengosongan isi) dan juga periode diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan
ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran
eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah
repolarisasi atau tahapan relaksasi dari otot jantung
2.1.3 Peredaran Jantung
Peredaran jantung itu terdiri dari peredaran darah besar dan juga peredaran darah kecil. Darah
yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena
besar yang dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari
jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang miskin akan
oksigen tersebut mengalir dari atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang
memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung
memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru, darah akan
kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui
vena pulmonalis.
Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel
kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semus sistim tubuh kecuali paru.
Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2 ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri
besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi
arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan tubuh.
2.1.4 Katup Jantung
Katub jantung ini terdiri dari 4 yaitu :
1. Katup Trikuspidalis. Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel
kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel
kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan
dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid
terdiri dari 3 daun katup.
2. Katup Pulmonal. Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam
ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri
pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada
pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang
terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi,
sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
3. Katup Bikuspid (Bikuspidalis). Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah
dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada
saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup
4. Katup Aorta. Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta.
Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir
keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga
mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
2.2 Definisi

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang
menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta
(Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516).
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah
dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta.
Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah
dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang.
(Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).
Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta.
Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga
menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup
aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa
melewatinya. Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga
lubangnya lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus
memompa lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta.
2.3 Etiologi
Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering
adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik.
Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :

a. Kelainan kongenital
Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta .
sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua
daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat
tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti sampai ia dewasa dimana katup
mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis.
Beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital adalah genetic, ibu yang
mal nutrisi saat hamil, ibu hamil yang perokok dan alkoholisme, selain itu juga dengan ibu
hamil yang terkena infeksi.
b. Penumpukan kalsium pada daun katup
Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup aorta).
Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah
yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang
kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada katup aorta jantung. Oleh karena itulah
stenosis aorta yang berasla dari proses kalsifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun,
namun gejalanya beru timbul saat klien berusia 70 tahun.
c. Demam rheumatic
Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri
melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman datau bakteri
tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian
jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium
yang dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat
menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan
katup jantung dapat berupa ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan
keduanya.
2.4 Patofisiologi
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm 2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan
tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri
menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan
meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang
ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri.
Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus
menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard.
Iskemia miokard timbul timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang
hipertrofi.
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai terlihat
bila area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut
berat. Kemampuan adaptasi miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi
baru muncul bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup
aorta(progressive pressure overload of left ventricle akibat stenosis aorta) akan merangsang
mekanisme RAA(Renin-Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard
mengalami hipertrofi. Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan
intra-ventrikel agar dapat melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan
wall stress yang normal berdasarkan rumus Laplace: Stress= (pressurexradius): 2xthickness.
Namun bila tahanan aorta bertambah,maka hipertrofi akan berkembang menjadi patologik
disertai penambahan jaringan kolagen dan menyebabkan kekakuan dinding
ventrikel,penurunan cadangan diastolic, penigkatan kebutuhan miokard dan iskemia
miokard . Pada akhirnya performa ventrikel kiri akan tergangu akibat dari asinkroni gerak
dinding ventrikel dan after load mismatch. Gradien trans-valvular menurun, Tekanan arteri
pulmonalis dan atrium kiri meningkat menyebabkan sesak nafas. Gejala yang mentolok
adalah sinkope, iskemia sub-endokard yang menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal
miokard (gagal jantung kongestif). Angina timbul karena iskemia miokard akibat dari
kebutuhan yang meningkat hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen akibat dari
penurunan cadangan koroner, penurunan waktu perfusi miokard akibat dari tahanan katup
aorta. Sinkop umumnya timbul saat aktifitas karena ketidak mampuan jantung memenuhi
peningkatan curah jantung saat aktifitas ditambah dengan reaksi penurunan resistensi perifer.
Aritmia supra maupun ventricular, rangsangan baroreseptor karena peningkatan tekanan akhir
diastolik dapat menimbulkan hipotensi dan sinkop.
Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta
yang dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani,foto toraks dan enongkatan Peptida
Natriuretik. Hipertrofi ventrikel akan menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung.
Deposisi kolagen akan menambah kekauan miokard dan menyebabkan gisfungsi diastolik.
Setelah penebalan miokard maksimal, maka wall stress tidak lagi dinormalisasi sehingga
terjadi peninggian tekanan diastolic ventrikel kiri menghasilkan penurunan fraksi ejeksi dan
penurunan curah jantung yang disebut sebagai disfungsi sistolik
2.5 Manifestasi Klinik
Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari stenosis
katup aorta berkembang ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi katup aorta
terjadi secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan jantung telah dapat
mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi klinis dari stenosis
katup aorta :
a. Nyeri dada
Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada
setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis. Nyeri dada pada pasien-pasien dengan
aortic stenosis adalah sama dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien
dengan penyakit arteri koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari kondisi-kondisi
ini, nyeri digambarkan sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh
pengerahan tenaga dan dihilangkan dengan beristirahat. Pada pasien-pasien dengan penyakit
arteri koroner, nyeri dada disebabkan oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung
karena arteri-arteri koroner yang menyempit. Pada pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri
dada seringkali terjadi tanpa segala penyempitan dari arteri-arteri koroner yang
mendasarinya. Otot jantung yang menebal harus memompa melawan tekanan yang tinggi
untuk mendorong darah melalui klep aortic yang menyempit. Ini meningkatkan permintaan
oksigen otot jantung yang melebihi suplai yang dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri
dada (angina).
b. Pingsan (syncope)
Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan dengan
pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi
(pengenduran) dari pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilation), menurunkan tekanan
darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan hasil untuk
mengkompensasi jatuhnya tekanan darah. Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang,
menyebabkan pingsan. Pingsan dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu
denyut jantung yang tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup
rata-rata adalah kurang dari tiga tahun setelah timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala
syncope.
c. Sesak napas
Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia
mencerminkan kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim
dari aortic stenosis. Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada pembuluh-
pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh tekanan yang meningkat yang diperlukan
untuk mengisi ventricle kiri. Awalnya, sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika
penyakit berlanjut, sesak napas terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya
sulit untuk berbaring tanpa menjadi sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup
rata-rata setelah timbulnya gagal jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah antara 6
sampai 24 bulan.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Electrocardiogram (EKG)
EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG
dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic
stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.
Terdapat tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri, peningkatan voltase QRS, serta vektor T
terletak 180 dari vektor QRS. Juga dapat terdapat gambaran kelainan atrium kiri (hipertrofi
ventrikrl kiri; cacat hantaran).

b. Chest x-ray
Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta
diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan
pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali
terlihat.
Dilatasi pasca stenosis pada aorta asendens (akibat trauma lokal ejeksi darah bertekanan
tinggi yang mengenai dinding aorta); kalsifikasi katup (paling baik diamati dari lateral atau
oblik).

c. Echocardiography
Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh
gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang
mengelilinginya. Ini adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membantu dokter-
dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu
klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga
menunjukan ukuran dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut
Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep
aortic dan untuk menaksir area klep aortic.

d. Cardiac catheterization
Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-
tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep
aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep
aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan
suatu kateter khusus.

2.7 Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta asimtomatik, tetapi begitu timbul
gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup,
tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi(repair) atau
replace(mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu dirujuk untuk
pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan
untuk menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit
memberikan nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi sederhana
biasanya kurang menolong. Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan
melebarkan saja tidak dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup harus
dipertimbangkan. Disinilah letak kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa
masih sangat mengerikan.
Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan remaja jika
terdapat perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang menyempit. Dari pihak lain
tantangan terhadp anggapan tersebut bahwa stenosis aorta membahayakan kehidupan.
Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa diharuskan, tetapi kemudian akan
mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses perkembangan rohani dan
jasmani. Pada saat ini masih masih tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut.
Lebih mudah menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran
murni, yaitu dengan membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih sukar lagi dari pada
stenosis supavalvular yang mortalitas tinggi.
Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter
yang dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan
terjadinya penyempitan kembali sering.
Berikut bebearpa cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Teknik nonsurgical (tanpa tindakan operatif)

Operasi katup jantung atau perbaikan katup jantung merupakan pilihan terapi dari terapi
kelainan katup jantung. Yang biasa di lakukan membelah dinding dada tengah kini bila
dilakukan dengan tidak membelah dada bagian tengah tetapi dengan lewat samping sela iga
ke empat atau kelima sebelah kanan pasien akan lebih cepat merasakan sakit hilang karena
tidak ada tulang yang di belah memeperkecil resiko sayatan. Ketika katup jantung menjadi
rusak atau terjadi suatu kelainan, sehingga tidak berfungsi. Kondisi ini dapat menyebabkan
ganguan pada katup seperti valvular stenosis dan valvular insufficiency (regurgitation).
Ketika satu atau lebih katup jantung menjadi stenosis, otot jantung akan bekerja keras untuk
memompa darah melewati katup.
Penyebab katup menjadi stenosis termasuk infeksi ( seperti rheumatic fever
atauinfeksistapiphylococcus ) dan aging. Seandainya satu atau lebih katup menjadi
insufficient ( bocor), darah yang bocor akan kembali, dimana sedikit darah yang dipompakan.
Penderita yang mengalami kelainan katup jantung ini membutuhkan perbaikan dengan bedah.
Perbaikan atau penggantian katup jantung pada bedah jantung terbuka, dimana dada dibuka
dan jantung dihentikan beberapa waktu ketika ahli bedah memperbaiki atau mengganti katup
jantung yang rusak dan digantikan fungsinya oleh cardio pulmonary bypass machine
( mesinjantung paru ). Meminimalkan invasive prosedur dengan insisi yang kecil akan
mengurangi nyeri post operasidan lama perawatan di rumahsakit. Valvuli plasty merupakan
salah satu metode yang digunakan untuk terapi kelainan katup jantung pada beberapa kasus.

b. Balloon Valvuloplasty (valvulotomy).

Seringnya tindakan yang bertujuan untuk membenarkan kembali katup tanpa menggantinya
merupakan tindakan yang paling sering digunakan. Balloon valvuloplasty dilakukan dengan
kateter tipis dan lembut yang ujungnya diberi balon yang dapat dikembangkan ketika
mencapai katup. Balon yang mengembang tersebut akan menekan katup yang menyempit
sehingga dapat terbuka kembali dan memungkinkan darah dapat mengalir dengan normal
kembali. Balon valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis katup
aorta beserta manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama efektif pada infant dan anak-
anak. Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini tidak selalu berhasil karena stenosis dapat
muncul kembali setelah dilakukan balon valvuloplasty. Oleh karena alasan di atas, untuk
penyembuhan stenosis katup aorta pada dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty
terkecuali pada klien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi penggantian katup
atau valvuloplasty.

c. Percutaneous aortic valve replacement.

Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali katup aorta percutan
merupakan penatalaksanaan yang tersering yang dilakukan pada klien dengan stenosis katup
aorta. Pendekatan terbaru dengan metode ini memungkinkan untuk melakukan metode ini
dengan menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada klien dengan resiko
tinggi timbulnya komplikasi dari stenosis katup aorta
d. Pembedahan katup aorta dilakukan dengan beberapa metode antara lain :
1. Penempatan kembali katup aorta.

Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus stenosis katup aorta.
Pembedahan dilakukan dengan mengambil katup yang rusak dengan katup mekanik baru atau
bagian dari jaringan katup. Katiup mekanik terbuat dari metal, dapat bertahan lama tetapi
dapat pula menyebabkan resiko penggumpalan darah pada katup atau daerah yang dekat
dengan katup. Oleh karena itu untuk mengatasinya klien harus mengkonsumsi obat anti
koagulan seperti warfarin (caumadin) seumur hidup untuk untuk mencegah penggumpalan
darah. Sedangkan penggantian dengan katup jaringan ini dapat diambil dari babi, sapi atau
berasal dari cadaver manusia. Tipe lainnya menggunakan jaringan katup yang berasal dari
katup pulmonary klien itu sendiri jika dimungkinkan.

2. Valvuloplasty.
Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty lebih baik untuk
dilakukan daripada penggunaan metode balon valvuloplasty. Seperti pada bayi yang baru
lahir yang mengalami kelainan dimana daun katup aorta menyatu. Dengan menggunakan cara
operasi bedah cardiac pada katup aorta untuk memisahkan daun katup yang menyatu dan
meningkatkan kembali aliran darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki
katup yaitu menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar katup.
2.8 Komplikasi
a. Gagal jantung
b. Hipertensi sisitemik
c. Nyeri dada (angina pectoris)

d. Sesak nafas

2.9 Prognosis
Survival rate 10 tahun penderita pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan rata
rata 30% katup artifisial bioprotese mengalami gangguan setelah 10 tahun dan memerlukan
operasi ulang.Katup Metal artificial harus dilindungi dengan antikoagulan untuk mencegah
trombus dan embolisasi.Sebanyak 30% penderita ini akan mengalami komplikasi perdarahan
ringan-berat akibat dari terapi tersebut.Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon dapat
dilakukan pada anak atau anak muda dengan stenosis aorta congenital non-kalsifikasi.Pada
orang dewasa dengan kalsifikasi,tindakan ini menimbulkan restenosis yang tinggi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. G DENGAN STENOSIS AORTA
DI RS. BAKTI RAHAYU

3.1 Kasus
Tn.G berumur 31 thn, dibawah oleh keluarganya kerumah sakit Bakti Rahayu pada tangal 20
Oktober 2013 pukul 08.00 wib. Klien masuk dengan keluhan sesak nafas,nyeri di bagian dada
sebelah kiri. Nyeri timbul hilang, nyeri bertambah saat klien menarik nafas. Nyeri lebih
bertambah saat beraktifitas yang berat. Wajah klien tampak menahan nyeri saat bernafas.
Klien juga tanpak lemas. Bibir klien terlihat kebiruan ( seanosis ) mukosa bibir kelihantan
kering, nafsu makan berkurang sejak klien sakit , berat badan menurun menjadi 2 kg dari 50
kg dalam satu bulan terakhir.
Istri klien mengatakan 2 tahun yang lalu klien pernah mengalami kecelakaan motor. Saat itu
klien tidak sadarkan diri karna terjadi perdarahan pada dada sebelah kiri. Berdasarkan hasil
pengkajian didapatkan data :
a. TD 130/80 MmHg
b. Nadi 130x/mnt irama y ireguler dan kuat
c. Suhu 37,5C
d. RR 28x/mnt cepat dan dangkal pada saat ekspirasi dari inspirasi
e. Skala Nyeri 7
f. Terdengar suara hipersonor
g. Dari hasil AGD menunjukan ph 7,30 MmHg PCO2 = 35 45mmHg, PO2 = 6,5 mmHg

3.2 Pengkajian
3.2.1 Biodata
a. Nama : Tn. G
b. Agama : Islam
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Buruh
e. Status pernikahan : Menikah
f. Alamat : jln. Boe no.11 Depok. Sleman
g. Dx. Medis : Stenosis Aorta
Penanggung jawab
a. Nama : Ny. B
b. Agama : Islam
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Status pernikahan : Menikah
f. Alamat : Jln. Boe no.11 Depok. Sleman
g. Hub. Dengan klien : Istri klien
3.2.2 Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri dibagian dada sebelah kiri.
3.2.3 Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Tn.G berumur 31 thn, dibawah oleh keluarganya kerumah sakit Bakti Rahayu pada tangal 20
Oktober pukul 08.00 wib. Klien masuk dengan keluhan sesak nafas,nyeri di bagian dada
sebelah kiri. Nyeri timbul hilang, nyeri bertambah saat klien menarik nafas. Nyeri lebih
bertambah saat beraktifitas yang berat. Wajah klien tampak menahan nyeri saat bernafas.
Klien juga tanpak lemas. Bibir klien terlihat kebiruan ( seanosis ) mukosa bibir kelihan
kering, nafsu makan berkurang sejak klien sakit , berat badan 50 kg. Istri klien mengatakan 2
tahun yang lalu klien pernah mengalami kecelakaan motor.
b.Riwayat penyakit dahulu.
Klien tidak pernah mengalami sakit yang serius, hanya sering batuk filek, panas dingin dan
hilang dalam beberapa hari. Klien juga memiliki kebiasaan merokok sejak kelas 1 SMA,
kebiasaan minum kopi setiap pagi dan sore.
c.Riwayat penyakit keluarga
Belum pernah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa sebelumnya.
d.Basic promoting phyologi of health.
1. Aktifitas dan latihan
Klien bekerja sebagai petani disawah. Klien tidak pernah berolah raga, karna
sebagian besar waktunya dihabiskan disawah. Klien tidak pernah menggunakn alat bantu
seperti kursi roda, maupun tongkat. Kemampuan klien aktif ADL dilakukan secara mandiri.
2. Tidur dan Istirahat
Klien tidur sehari 6-8 jam, klien tidak terlalu biasa tidur siang, klien tidak pernah mengalami
gangguan tidur sebelum sakit, namun saat sakit ini klien sering terbangun karena nyeri dada
sebelah kiri, nyeri hilang timbul, lebih nyeri saat beraktifitas yang berat.
3. Kenyamanan dan Nyeri
Klien hanya mengalami nyeri dada sebelah kiri saat beraktivitas.
P : Provokatus ( apa yang menyebabkan gejala ? )
nyeri terjadi saat beraktivitas dan hilang saat beristirahat.
Q : Quality ( bagaimana gejalan yang di rasakan )
nyeri hilang timbul
R : Regian ( Dimana gejala yang dirasakan ? )
dada sebelah kiri
S : Scala ( Seberapakah tingkat keparahan yang dirasakan ? )
skala nyeri 7
T : Time ( seberapa lama gejala yang dirasakan ? )
1-3 menit
4. Nutrisi
Klien makan 3x sehari, berat badan klien 50 kg, tinggi badan 150 cm, IMT
klien 22, BBR klien 45, selama sakit tidak ada penurunan terhadap berat badan. Klien tidak
memiliki makanan kesukaan dan tidak memiliki pantangan terhadap makanan apapun.klien
tidak memiliki masalah pencernaan seperti: mual, munta, ataupun kesulitan menelan,
kebutuhan pemenuhan ADL makan klien dilakukan secara mandiri.
5. Cairan, elektrolit, asam basa.
Klien sehari-hari dapat menghabiskan air 1,5 L,turgor kulit nanpak elastis, tanpak adanya
seanosis pada kulit bagian ekstermitas. IWL 750 cc/hari, sedangkan BC klien +150 cc.
6. Oksigenasi
Klien mengeluh sesak nafas, RR 28x/mnt, nafasnya cepat dangkal dan pendek. Klien
terpasang selang O2, ( 2-4 L ) dengan menggunakan kanul.
7. Eliminasi fekal/bowel
Klien melakukan eliminasi fekal/bowel 1x sehari tanpak menggunakan pencahar, dan
eliminasi dilakukan setiap pagi, berwarna kuning dengan konsistensi lembek. Klien tidak
memiliki gangguan eliminasi seperti diare, konstipasi, atau inkontinensia bowel. Pemenuhan
kebutuhan bowel klien dilakukan secara mandiri.
8. Eliminasi urin
Klien dapat melakukan miksi 6-8x/ hari, pengeluaran urin 600cc/hari warna kuning. Klien
tidak memiliki gangguan eliminasi urin seperti nyeri saat BAK, burning sentation, atau
inkontinensia bladder, kebutuhan pemenuhan ADL ini dilakukan secara mandiri.
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadran klien compos mentis, dengan GCS 15(eye 4, verbal 5,
motorik 6), TD 130/80 MmHg, Nadi 130x/mnt, dengan irama ireguler cepat dan dangkal,
Suhu 37,5C, RR 28x/mnt.
b. Kepala
Nampak simestris, rambut nampak bersih, tidak kotor, konjungtipa tidak
anemis maupun hiperemis, scera normal konjungtiva berwarna merah mudah, tidak nanpak
ikterik, pupil isokor, palpebra normal, tidak adanya edema, lensa normal, tidak nanpak
adanya kekeruan pada lensa, hidung klien nanpak normal, tidak septum defiasi, efitaksis,
telingga simestris.
c. Leher
Leher terlihat normal, tidak terlihat adanya kakikuduk, pembesaran JVP, tenggorokan normal,
tidak ada pembesaran tonsil, nyeri telan.
d. Dada
1) Paru-paru:
Inspeksi : bentuk dada normal tidak terlihat adanya barel chest, funnel,
atau pidgoen, tanpak pengembangan paru tidak maksimal, terdapat penggunaan otot bantu:
pernafasan. Saat dipalpasi premitus kanan dan kiri sama, saat diauskultasi terdengar adanya
suara wising saat perkusi terdengar adanya bunyi hipersonor.
2) Jantung :
Inspeksi : saat diperhatikan daerah apeks kordis, dan iktus kordis tidak nanpak
Palpasi : saat dipalpasi iktus kordis terdapat pada ICS ke 5 medial dari garis mid klapikula.
Perkusi: saat diperkusi terdengar bunyi dullness
Auskultasi : Saat diauskultasi pada daerah ICS ke2 dekat sternum didengar suara S1, dan
terdengar suara jantung S2 didaerah ICS ke4 dan ke5 linea midklavikula.
e. Abdomen
Abdomen nampak flat, saat dia auskultasi terdengar bising usus dan
peristaltik ,5-35x/mnt saat dipalpasi tidak ditemukan adanya pembesaran hepar, atau
splenomegali saat diperkusi terdengar suara tympani.
f. Genetalia
Pada alat kelamin tidak terdapat lesi
g. Rectum
Rectum normal, tidak ada hemoroid, tumor.
h. Extremitas
Kekuatan otot atas , bawah, kanan, kiri, didapatkan hasil kekuatan otot 5,
ROM aktif, dan capillari refil 2 detik.
10. Pemeriksaan penunjang
Dari hasil AGD menunjukan ph 7,30 MmHg PCO2 = 34-45 mmHg, PO2 = 6,5
mmHg, interprestasiadalah asidosis respiratorik.
a. Terapyh obat
1) Nitrogliserin Oral ( sublingual ) diberika bila ada angina
2) Diuretik dan Digitalis diberikan bila ada tanda gagal jantung
3) Statin dianjurkan untuk mencegah kalsifikasi daun katup aorta
4) Antikoagulan, pada pasien menggunakan katup mekanik penggunaan antikoagulan eumur
hidup, sedangkan pada katup bioprostetik penggunaan antikoagulan selama fase awal saja
biasanya selama 5 hari. Sementara untuk preventif penggunaan Heparin 3-4 bulan.
5) Antibiotik digunakan untuk profilaksis diantaranya amoxilin, eritromicin, ampicilin,
gentamizin, dan vancomicyn.
6) Diet rendah garam
7) Hindari aktivitas berat seperti mengangkat beban berat dan lari.
3.3 Analisa Data
Nama : Tn. G No. Register : 295 58 85
Umur : 31 thn Dx. Medis : Stenosis Aourta
Ruang Rawat : Mawar Alamat : Jln.Boe no.11 depok sleman
Hari/tanggal Data Fokus Problem Etiologi
20 Oktober DS: Klien mengalami sesakNyeri Akut Pembesaran Ventrikel
2013 nafas dan nyeri dada disebelah Sinistra
kiri, Nyeri timbul hilang, nyeri
lebih bertambah saat Kontrakt
beraktifitas yang berat. ilitas Miokard
DO : Wajah klien tanpak
menahan nyeri, Skala nyeri 7,
Ischemia Miokard
TD 130/80 MmHg, Nadi
130x/mnt irama y ireguler dan Injuri
kuat, RR 14x/mnt cepat dan
dangkal pada saat ekspirasi dari
Nyeri
inspirasi.
20 Oktober DS: Intoleransi aktivitas
Suplai O2
2013 b. Bibir klien terlihat kebiruan (
seanosis )
c. mukosa bibir kelihantan Pusing
kering.
d. Nafsu makan berkurang
sejak klien sakit. Lemah, Lesu
DO :
e. ph, 7,30 MmHg Seanosis
f. PO2 = 6,5 mmHg.
g. RR 14x/mnt. Gangguan
h. Nadi 130x/mnt.
Aktifitas
20 Oktober DS : Klien mengeluh sesakPola nafas tidak efektif
Hipertrofi Vena
2013 nafas.
Pulmonal
DO :
i. Nafas pendek
j. Klien tanpak lemah
Beban Paru
k. Dipsnea
l. Ekspirasi memanjang
m.RR 14x/mnt
n. Nadi 130x/mnt. Tekanan Paru

Hipoventilasi

Pola nafas
tidak
efektif
patway

3.5 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hipoventilasi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
3. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan seanosis
3.6 Rencana Tindakan
Nama :Tn. G No. Register : 295 58 85
Umur :31 Dx. Medis : Stenosi Auorta

NO Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan a. Klien tidak 1. Kaji frekuensi 1. K
efektif b.d tindakan mengeluh sesak kedalaman dan ekspansi perna
hipoventilasi keperawatan nafas lagi. dada, catat upaya biasa
kepada Tn. G pernagasan termasuk meni
selama 1 x 24 jam penggunaan otot bantu dysp
untuk mengatasi pernafasan terjad
pola nafas tidak penin
efektif masalah nafas
klien teratasi
b. Menunjukan 2. Auskultasi bunyi nafas 2. Bu
pola nafas yang tidak
efektif dengan menu
frekuensi dan nafas
kedalaman dalam sekun
rentang normal perda
beku
jalan
c. RR dalam 3. Tinggikan kepala dan 3. D
rentang normal bantu mengubah posisi klien mem
(16 24 x/menit) ekspa
mem
nafas
d. Tidak tampak 4. Kolaborasi untuk 4.
adanya pernafasan pemberian oksigen Mem
cuping hidung dan berna
penggunaan obat menu
bantu pernafasan nafas
2. Nyeri akut Setelah dilakukan a. Nyeri dada 1. Kaji TTV klien ( nadi, 1. T
berhubungan tindakan sebelah kiri RR ) menu
dengan agen injuri keperawatan berkurang kead
biologis terhadap Tn. G klien
selama 2 x 24 jam,
klien tampak
rileks
b. Skala nyeri 2. Kaji PQRST 2. H
menurun menjadi peng
13 digun
pene
peng
tolera
c. Nadi normal 60 3. Berikan posisi yang 3. M
100 x/ menit nyaman rasa n
saat i
d. RR normal 16 4. Anjurkan tehnik relaksasi 4. R
24x/ menit mem
meng
5. Kolaborasi dengan 5. M
dokter untuk pemberian nyeri
obat anlgesik klien
deng
3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan a. Klien tampak 1. Kaji TTV Klien 1. M
berhubungan tindakan selama 1 tidak lelah lagi kead
dengan suplai O2 x 24 jam untuk klien
menurun mengatasi
masalah suplai O2
menurun dapat
teratasi dengan
tuntas.
b. Nafsu makan 2. Anjurkan makan dengan 2. M
bertambah teratur resik
berta
asam
c. Seanosis hilang 3. Anjurkan posisi 3. D
tendelenburg menu
dapa
darah
norm
Ruang :Mawar Alamat : Jln.Boe No.11 Depok.Sleman

3.7 Catatan Perkembangan


Nama :Tn.G No.Register : 295 58 85
Umur : 31 thn Dx.medis : Stenosis Aorta
Ruang Rawat : Mawar Alamat : Jln.Boe no.11 Depok.sleman
No Tanggal Jam Implementasi Hasil Evaluasi Nama/T
Td
1. 20 08.00 1. Mengkaji S: Klien masih 20 oktober 2013 13.00 Kelomp
oktober wib frekuensi mengelu sesak wib ok 3
2013 kedalaman dan O: ekspansi dada S: klien masih
ekspansi dada, catat tidak maksimal, mengeluh sesak,
upaya pernafasan adanya nyaman pada posisi
termasuk penggunaan otot kepala di tinggikan.
penggunaan otot bantu O: suara weezing
bantu pernafasan. pernafasan, terdengar saat
cuping hidung auskultasi, RR
tidak Nampak. terdengar 26X/mnit,
penggunaan otot bantu
pernafasaan mulai
tidak terlalu Nampak.

Pernafasan cuping
hidung pun tidak
S: -------- Nampak.
08.10 2.Mengauskultasika O: wheezing A: Tujuan belum
wib n bunyi nafas dan masih. tercapai.
catat addanya bunyi P: lanjutan intervensi
tambahan seperti 2,3,4
krekles, mengi,
whezzing..

S: respon klien
08.20 3. Meninggikan mengatakan
wib kepala dan nyaman dengan
membantu posisi. posisi kepala di
tinggikan.
O: klien terlihat
nyaman.

S: -------
08.30 4. O: klien sudah
wib mengkolaborrasikan tidur.
.
S: -------
8.40 5.Berkolaborasi O: klien merasa
wib dengan dokter untuk nyaman.
pemberian obat
analgesic.
2 20 08.00 1. mengkaji TTV S: ------- 20 oktober 2013 13.40
oktober wib klien O: nadi wib
2013 130/mnit, RR S: klien mengatakan
28X/mnit nyeri pada dada
sebelah kiri mulai
08.10 2. mengkaji PQRST S: klien berkurang.
wib mengatakan O: TTV mulai normal,
nyeri dada skala nyeri mulai
sebelah kiri. berkurang 1-3, klien
O: skala nyeri 7 terlihat nyaman saat
tidur. Wajah klien
3. Berikan posisi tanpak terlihat tenang.
08.20w yang nyaman S: klien susah A: tujuan tercapai
ib tidur saat nyeri sebagian
timbul. P: lanjutkan intervensi
O: klien tanpak 2
lemah
4. menganjurkan
08.30 teknik relaksasi S: --------
wib lamanya waktu tidur O: klien tanpak
istirahat dengan
teratur.
3 20 08.00 1. Mengkaji TTV S: klien 20 oktober 2013 13.00 Kelomp
oktober wib klien. mengeluh sesak S: Klien mengeluh ok 3
2013 nafas saat nyeri dada saat
aktifitas yang beraktivitas yang berat.
berat. O: TD 120/80 MmHg,
O: TD: 120/80 Nadi 100X/mnit, RR
MmHg, nadi 16X/mnit, suhu 37,5 c
100X/mnit, RR A: Tujuan tercapai
16X/mnit, suhu sebagian
37,5 c. P: lanjutkan intervensi
1 dan 2
08.10 2. menganjurkan S: pasien
wib makan dengan mengeluh masih
teratur belum bisa
makan banyak
O: jatah makan
klien masih
tersisa

08.20 3. menganjurkan S: klien sudah


wib posisi tendelenburg. tidak mengeluh
pusing dan pucat
lagi
O: sudah tidak
nampak seanosis
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve).
Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari
klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi
aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung
berkembang.
Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling
sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam
rematik.
5.2 Saran
Diharapkan mahasiswa memahami dan menjelaskan kembali tentang konsep dari
Stenosis Aorta, selain itu pula diharapkan Perawat nantinya dapat lebih mudah dalam
membuat asuhan keperawatan, tertuama asuhan keperawatan Stenosis Aorta
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/#q=laporan+kasus+stenosis+aorta di akses tanggal 11 oktober 2013


http://rahmabola.blogspot.com/p/asuhan-keperawatan-stenosis-aorta.html di akses tanggal 11
Oktober 2013.
www.totalkesehatananda.com/aorticstenosis2.html di akses tanggal 11 oktober 2013.
http://www.klinikherbaldunia.com/pemeriksaan-penunjang-pada-stenosis-aorta di akses
tanggal 3 November 2013
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular.
Jakarta : Salemba Medika

Vous aimerez peut-être aussi