Vous êtes sur la page 1sur 17

ARAHAN

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN


DAN KESEHATAN HEWAN
PADA ACARA
FORUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PEMERINTAH (SPIP) NASIONAL TAHUN 2016
Bandung, 1-3 Maret 2016

Yth.
Pembina SPIP Nasional, Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan RI; yang
diwakili oleh Direktur Pengawasan Produksi
dan Sumber Daya Alam;
Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian;
yang diwakili oleh Inspektur IV dan Inspektur
Investigasi;
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Barat; atau yang mewakili;

1
Tim Satlak PI Dinas/Kelembagaan yang
Membidangi Fungsi Peternakan dan
Kesehatan Hewan di Propinsi seluruh
Indonesia;
Tim Satlak PI Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan;
Tim Satlak PI Unit Pelaksana Teknis (UPT)
lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan;
Hadirin yang kami hormati.

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Selamat Sore,
Salam Sejahtera bagi Kita Semua.

Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji


dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas
perkenan, limpahan rahmat dan karunia-Nya, kita
semua dapat berkumpul bersama siang hari ini
pada Forum Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) Nasional Tahun 2016 Bidang
Peternakan dan Kesehatan Hewan, dalam keadaan
sehat walafiat. Semoga forum ini menghasilkan
output yang memberikan manfaat, utamanya bagi
2
kemajuan pembangunan peternakan dan kesehatan
hewan.

Hadirin yang Saya Hormati,


Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pada
tahun 2016 ini, Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian
Pertanian melaksanakan Forum SPIP Nasional.
Forum ini saya nilai sangat penting di tengah kerja
keras kita mencapai tujuan Program/Kegiatan
Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tahun 2016.
Tema Forum SPIP Nasional kali ini adalah
Optimalisasi dan Efektivitas Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern Kegiatan Strategis
dalam Mewujudkan Sasaran Kinerja
Pembangunan PKH Tahun 2016; saya berharap
dengan mengangkat tema tersebut, seluruh peserta
dapat memahami pesan penting di dalamnya, yaitu
dengan implementasi SPI yang optimal dan efektif
dapat memberikan keyakinan memadai dalam
mewujudkan sasaran kinerja pembangunan PKH
tahun 2016.

3
Hadirin yang Saya Hormati,
Sudah cukup panjang proses implementasi
SPIP di Ditjen PKH. Sesuai grand design
Kementerian Pertanian dengan binaan BPKP RI
dan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian,
sejak tahun 2009 kita telah melaksanakan berbagai
kegiatan untuk merintis, mengembangkan dan
membangun SPIP, baik secara organisasional di
Ditjen PKH maupun secara operasional dalam
kegiatan dan program pembangunan PKH.
Kegiatan tersebut antara lain :
1) Mengikuti Gema SPI, Spirit SPIP, dan Forum
SPIP di Kementerian Pertanian (2009)
2) Menyusun SOP dan Juklak SPIP Bidang PKH
(2009)
3) Melaksanakan Sosialisasi SPIP di Unit
Kerja/Satker Bidang PKH (2009-2015)
4) Melaporkan Perkembangan Penerapan SPIP
(2009-2015)
5) Menyusun Juklak Penilaian SPIP (2011).
6) Melaksanakan Pembinaan dan Koordinasi SPI
Bidang PKH/Forum SPIP Nasional (2011-2015).

4
7) Melaksanakan Pembinaan dan Koordinasi
SPIP di beberapa Satker Provinsi dan seluruh
UPT Ditjen PKH (2011-2015).
8) Mengikuti Pembinaan SPIP UPT lingkup
Kementerian Pertanian oleh Itjen Kementan
(2011-2015).
9) Menyusun Pedoman SPI Kegiatan Bidang PKH
(2013-2015).
10) Melaksanakan Penilaian SPI Kegiatan Bidang
PKH (2013-2015).
11) Melaksanaan Penilaian Implementasi SPIP
UPT lingkup Ditjen PKH/SPI Award (2014).
12) Melaksanakan Evaluasi Implementasi SPIP
Bidang PKH (2013-2015).
13) Di bawah bimbingan Pembina SPIP Kementan,
pada tahun 2016 diarahkan pada maturitas SPI
agar SPIP Program/Kegiatan PKH memadai
untuk terwujudnya Produksi Daging
Sapi/Kerbau
Atas seluruh upaya dan proses panjang
implementasi SPI yang konsisten dan terus
menerus dilaksanakan sejak tahun 2009 tersebut,
Ditjen PKH dan beberapa UPT lingkup Ditjen PKH
telah beberapa kali menerima penghargaan sebagai
Satlak PI Handal dari Kementerian Pertanian.
5
Apa yang telah kita laksanakan dan capai
tersebut perlu terus kita tingkatkan kualitasnya
menuju tahapan ke arah maturitas implementasi
SPIP yang terintegrasi dan optimal.

Hadirin yang Saya Hormati,


Apa yang dimaksud dengan SPIP yang
terintegrasi dan optimal adalah implementasi SPI
yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai, untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,
dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. Hal tersebut menyiratkan makna bahwa
SPIP melekat di sepanjang kegiatan, yang
kualitasnya dipengaruhi oleh sumber daya manusia.
SPIP hanya memberikan keyakinan yang memadai,
bukan keyakinan mutlak, sehingga dalam
pengembangan dan penerapannya perlu dilakukan
secara komprehensif, memperhatikan aspek biaya
manfaat (cost and benefit), kepatutan, keteladanan,

6
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas,
dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Secara prinsip pengendalian intern dilakukan
pada seluruh kegiatan dan komponennya. Namun
dengan mempertimbangkan ketersediaan
sumberdaya; maka pengendalian intern diarahkan
kepada kegiatan prioritas strategis yang mempunyai
risiko dan dampak signifikan bagi pencapaian
tujuan pembangunan PKH.
Kegiatan pengendalian intern dilakukan sejak
tahapan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi,
pengawasan, sampai dengan
pertanggungjawaban/pelaporan. Selanjutnya lebih
besar lagi pengendalian intern dilakukan pada
proses bisnis menyeluruh yang mencakup
sekumpulan sekumpulan aktivitas atau pekerjaan
terstruktur yang saling terkait dalam menyelesaikan
suatu masalah tertentu atau menghasilkan produk
atau layanan dalam meraih tujuan tertentu. Untuk
itu, kita harus mampu memetakan dan membuat
segmentasi komponen, suboutput, output dalam
kegiatan, serta keterkaitan dan kontribusinya
7
masing-masing dalam mencapai tujuan program
atau sasaran strategis PKH dan memastikannya di
setiap segmen tersebut pelaksanaannya dapat
dikendalikan.
Ditjen PKH terus berupaya memperbaiki
proses bisnis ini, salah satunya dengan membuat
Arsitektur Data dan Informasi Kinerja (ADIK)
maupun Cascading Indikator Kinerja, sehingga ke
depan akan memudahkan mengukur kontribusi,
keterkaitan masing-masing kegiatan dalam
pencapaian tujuan program dan sasaran strategis
pembangunan PKH, serta meminimalisasi
terjadinya tumpang tindih kegiatan.
Dengan maturitas implementasi SPIP,
utamanya pada tahapan kegiatan dan bisnis proses
yang menyeluruh, yang dimulai tahun 2016 ini
diharapkan sasaran kinerja pembangunan PKH
dapat terwujud secara efektif dan efisien dan
dilaksanakan sesuai ketentuan dan peraturan yang
berlaku.

Hadirin yang Saya Hormati,

8
Sebelum kita membahas apa yang akan kita
lakukan terkait implementasi SPIP dalam rangka
mewujudkan sasaran kinerja pembangunan PKH
tahun 2016, ada baiknya kita reviu kembali capaian
kinerja program/kegiatan pembangunan PKH tahun
2015.
Pada tahun 2015 kita melaksanakan Program
Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis
Peternakan Rakyat, dengan 3 (tiga) sasaran
strategis yaitu : 1) Peningkatan Produksi Pangan
Asal Ternak, 2) Peningkatan Daya Saing
Peternakan, dan 3) Peningkatan Kesejahteraan
Peternak.
Kinerja program tahun 2015 yang mencapai
bahkan melebihi targetnya adalah produksi daging
101,0%, produksi susu 100,7%, peningkatan status
kesehatan hewan 104,4%, dan Nilai Tukar Petani
Ternak sebesar 107,69 dari target sebesar 107,68.
Sedangkan kinerja program yang belum mencapai
target adalah produksi daging ternak lainnya 76,0%,
produksi telur 58,0%, dan sertifikasi produk asal
hewan 41,8%.

9
Kinerja serapan APBN PKH Tahun 2015
berdasarkan laporan sampai dengan 21 Januari
2016 mencapai 71,45% atau Rp.2,24 triliun dari
total pagu sebesar Rp. 3,14 triliun. Pencapaian ini
masih jauh dari target serapan anggaran
Kementerian Pertanian minimum sebesar 90%.
Serapan anggaran ini paling rendah di antara
Eselon I Kementan, dan berimplikasi salah satunya
terhadap penurunan alokasi plafon APBN Ditjen
PKH tahun 2016 yang sebelumnya dialokasikan
Rp.3,82 triliun menjadi Rp. 2,29 triliun. Tentu saja
penurunan alokasi anggaran ini mengurangi
peluang para peternak kita untuk mendapatkan
fasilitasi APBN dalam pengembangan peternakan
dan kesehatan hewan.
Rendahnya serapan APBN PKH Tahun 2015
tersebut utamanya disebabkan tidak tercapainya
target output beberapa kegiatan strategis dengan
porsi anggaran yang relatif besar antara lain : 1)
Pengadaan Indukan Sapi Potong Impor, 2) Gertak
Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB), dan 3)
Penanggulangan Gangguan Reproduksi.

10
Gagalnya kegiatan Pengadaan Indukan Sapi
Potong Impor disebabkan beberapa kendala yaitu :
1) Terlambatnya DIPA APBN-P yang baru diterima
bulan Maret 2015; 2) Terlambatnya penerbitan
Pedoman Pelaksanaan yang baru ditandatangani 4
Maret 2015; 3) Keterlambatan daerah melakukan
CP/CL dan menetapkan kelompok calon penerima
bantuan; 4) Revisi Permentan No. 42 tentang
pemasukan bakalan dan indukan yang baru selesai
bulan Juli 2015; serta 5) Proses tender yang
bermasalah karena Sistem Informasi Kinerja
Penyedia/SiKAP belum tersosialisasi dengan baik,
jangka waktu pelaksanaan pengadaan pendek, dan
keterbatasan pengalaman calon rekanan/penyedia.
Meskipun ada Satker yang berhasil melaksanakan
sebagian pengadaan yaitu Dinas Peternakan
Provinsi Kalimantan Timur namun masih terjadi
kematian ternak yang relatif tinggi utamanya akibat
kekurangsiapan sarana dan prasarana di Instalasi
Karantina Hewan Sementara (IKHS).
Untuk kegiatan GBIB, rata-rata capaian
nasional di 30 Provinsi adalah 61,13% dengan
kisaran 11,61% s.d. 152,93%. Sementara capaian
kinerja Penanggulangan Gangguan Reproduksi

11
secara nasional relatif lebih baik, yaitu 82,34%
dengan kisaran 3,52% s.d. 165,80%. Rendahnya
capaian kinerja dengan disparitas yang tinggi ini
disebabkan masih lemah dan beragamnya
intensitas koordinasi antara UPT Ditjen PKH
dengan SKPD di daerah, di samping kendala
manajemen dan teknis lainnya seperti
keterlambatan persiapan kegiatan, keterlambatan
pengadaan sarana dan prasarana, dan akurasi data
target akseptor.

Hadirin yang Saya Hormati,


Kebijakan pengadaan sapi indukan impor
masih akan berlanjut di tahun 2016 dan
direncanakan sampai 4 (empat) tahun mendatang.
Pada tahun 2016 direncanakan pengadaan sapi
indukan impor sebanyak 50.000 ekor dengan
anggaran lebih dari Rp.1,3 triliun; 30.000 ekor
dialokasikan pada pola pembibitan dan produksi di
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan
Papua. Sedangkan 20.000 ekor dialokasikan pada
pola ekologi pakan di 14 provinsi sesuai dengan
ekosistemnya.

12
Untuk kegiatan GBIB dan Penanggulangan
Gangrep, meskipun dinilai berpengaruh besar
terhadap pencapaian populasi dan produksi daging
sapi, namun mengingat keterbatasan anggaran dan
perbaikan rancang bangun SKPD provinsi dan UPT
Ditjen PKH, maka pada tahun 2016 ini akan
difokuskan terlebih dahulu pada pemantauan hasil
dan manfaat kegiatan GBIB dan Penanggulangan
Gangrep Tahun 2015.
Serupa dengan GBIB dan Penanggulangan
Gangrep, pembentukan Sentra Peternakan Rakyat
(SPR) Perintis saya pandang penting dan
merupakan pendekatan baru membangun
peternakan dan kesehatan hewan nasional ke
depan. Meskipun pada tahun 2016 ini hanya ada 50
SPR di 17 provinsi sebagai pilot project, namun
saya yakin dengan kerja keras kita semua, kita
akan mampu membuktikan keberhasilan 50 SPR
tersebut, sekaligus menjawab tantangan pimpinan
ke lima puluh SPR pilot project tersebut menjadi
SPR terbaik di dunia sehingga harapan saya
alokasi SPR akan bertambah pada tahun-tahun
berikutnya.

13
Selain kegiatan strategis yang telah saya
sebutkan tadi, pada tahun 2016 ini masih
dilanjutkan kegiatan strategis lainnya seperti
Pengembangan Padang Penggembalaan,
Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan
Berdaya Saing di RPH Ruminansia, dan Perbaikan
Tataniaga Sapi dan Daging Sapi yang juga menjadi
prioritas utama untuk kita kendalikan.

Hadirin yang Saya Hormati,


Tentu saja kendala-kendala, risiko dan
kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan di tahun
2015 menjadi pengalaman dan pelajaran bagi kita
semua untuk memperbaiki pola dan tatacara
pengendalian intern kegiatan ke depan.
Kita sadari bahwa kendala, risiko, dan
kegagalan tersebut berpotensi terulang kembali
pada tahun 2016. Apalagi dinamika kebijakan dan
perencanaan tahun 2016 begitu luar biasa, yang
mungkin saja sebagian berada di luar rentang
kendali kita. Namun bagaimanapun kita harus tetap
optimistis mampu mewujudkan capaian program
dan kegiatan PKH secara optimal. Untuk

14
mewujudkan sasaran program dan kegiatan dengan
maksimal, sejak awal harus kita lakukan penilaian
risiko kegiatan untuk mengidentifikasi titik kritis dan
risikonya serta penanganan yang harus kita lakukan
untuk meminimalisasi terjadinya risiko tersebut.
Untuk itu di dalam forum ini setelah bersama-
sama mengikuti pemaparan dan diskusi dengan
para narasumber, saya minta seluruh peserta
secara aktif terus mengikuti seluruh agenda forum
yang membahas Penilaian Risiko dan Penyusunan
Pedoman Pelaksanaan SPI 6 (enam) Kegiatan
Strategis Tahun 2016 yaitu : 1) Pengembangan
Indukan Sapi Potong Impor, 2) Pembangunan
Sentra Peternakan Rakyat (SPR), 3) Optimalisasi
Reproduksi/GBIB dan Penanganan Gangrep, 4)
Pengembangan Padang Penggembalaan, 5)
Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan
Berdaya Saing di RPH Ruminansia, dan 6)
Perbaikan Tataniaga Sapi dan Daging Sapi;
Kegiatan-kegiatan tersebut dinilai memiliki risiko
dan berpengaruh besar dalam mengungkit
keberhasilan pembangunan PKH.
Namun sekali lagi saya tekankan bahwa
pengendalian intern tidak hanya dilakukan pada
15
enam kegiatan strategis tersebut tapi juga kegiatan
lainnya. Karena secara prinsip pengendalian intern
adalah aktivitas melekat pada seluruh kegiatan dan
komponennya. Harapan saya, dengan contoh
pengendalian intern pada enam kegiatan strategis
tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan pengendalian intern pada kegiatan-
kegiatan lainnya. Berikutnya hal yang paling penting
adalah jangan berhenti pada sebatas penyusunan
dokumen pengendalian, namun melakukan
tindakan-tindakan yang diperlukan sesuai dokumen
pengendalian yang telah disiapkan tersebut.
Saya harapkan seluruh peserta mengikuti
dengan seksama proses workshop dan seluruh
rangkaian acara forum ini. Paparan dan diskusi
dengan narasumber dan fasilitator yang kompeten
dari BPKP RI, dan Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian, dapat meningkatkan
pemahaman peserta yang lebih baik terhadap
peran SPIP dalam pencapaian tujuan kegiatan dan
program secara efektif dan efisien untuk
diimplementasikan di Satuan Kerjanya masing-
masing.

16
Hadirin yang Saya Hormati,
Mengakhiri arahan ini, saya mengucapkan
terima kasih kepada narasumber dari BPKP RI, dan
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada Tim Satlak
PI Ditjen PKH dan Tim Satlak PI Dinas Provinsi dan
UPT yang telah hadir untuk bersama-sama
membagi pengalaman dan pengetahuan melalui
peran aktif dalam paparan, diskusi, dan
pendampingannya selama workshop berlangsung.
Semoga kerja keras, upaya, kesungguhan,
dan tentu kemauan kita untuk terus memperbaiki
maturitas SPIP dapat mendorong terwujudnya
sasaran kinerja pembangunan PKH tahun 2016.

Wabillahi taufik wal hidayah,


Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Direktur Jenderal,

Muladno

17

Vous aimerez peut-être aussi