Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Ikatan atau kesepakatan antara nasabah dengan bank yakni pertalian ijab
(pernyataan melakukan ikatan) dan kabul (pernyataan menerima ikatan) sesuai
dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada objek perikatan. Misalnya,
akad pembukaan rekening simpanan atau akad pembiayaan.
Murabahah:
Akad jual beli tempat harga dan keuntungan disepakati antara penjual dan
pembeli. Jenis dan jumlah barang juga dijelaskan rinci. Barang diserahkan
setelah akad jual beli dan pembayaran bisa dilakukan secara mengangsur atau
mencicil atau sekaligus.
Mudharabah:
Menurut sifatnya akad tabarru terbagi menjadi beberapa macam. (1) tabarru
murni misalnya shodaqoh, infaq, hibah. Dalam tabarru ini dana yang telah
diberikan tidak dapat diambil kembali. (2) tabarru dengan pengembalian
(muawadhat) misalnya qardh. Tabarru ini dana yang dipinjamkan dapat diminta
kembali, tanpa adanya tambahan. (3) tabarru yang dapat disertai dengan ujrah,
misalnya wakalah, kafalah, hiwalah.
Hukum Al Qardh
Menurut ahli fikih, al qardh adalah memberikan suatu harta kepada orang lain
untuk dikembalikan tanpa ada tambahan. Al Qardh (pinjam meminjam)
hukumnya boleh dan dibenarkan secara syariat. Tidak ada perbedaan pendapat
diantara para ulama dalam hal ini.
Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jumlah yang sama dan dalam jangka
waktu tertentu (sesuai kesepakatan besama) dan pembayarannya bisa dilakukan
secara angsuran atau sekaligus.
Menurut Musthafa Dib Al-Bugha, Hukum Al Qardh adalah sunah bagi yang
meminjamkan dan mubah bagi orang yang meminjam. Namun ada situasi-situasi
yang menyebabkan berubahnya hukum Al Qardh, bergantung pada sebab
seorang meminjam. Berikut beberapa perubahan hukum Al Qardh:
Lalu bagaiama jika orang yang berhutang ingin melebihkan ketika membayar
hutangnya? Merujuk pada Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) nomor 19/DSN-MUI/IV/20o1 tentang Al-Qardh, dinyatakan
bahwa :
Sedang Pinjam meminjam yang menimbulkan terjadinya Riba Nasiah, ini terjadi
pada perbankan konvensional. Muhamad Ayyub dalam bukunya Understanding
Islamic Finance menyatakan Parktek Riba yang dilakukan bank konvensional
yaitu pinjaman atau simpanan seperti yang diterapkan oleh perbankan
konvensional (dengan Bunga) sebetulnya LEBIH BURUK dibandingkan bentuk riba
yang hanya dikenakan ketika peminjam tidak dapat mengembalikan pinjaman
pada jatuh tempo. Sedang bunga dewasa ini dikenakan, baik pada awal
transaksinya dilaksanakan maupun dalam kasus pembayaran yang terlambat.
Bagi LKS yang mempunyai produk Qardh, yang penyaluran dananya dari ZIS dan
diperuntukkan bagi usaha produktif yang dimiliki Faqir miskin, biasanya
dilakukan proses pendampingan terhadap usaha yang dilakukan. Ini
dimaksudkan agar orang-orang faqir miskin yang masih bisa berusaha, dapat
memberdayakan dirinya sendiri dan dikemudian hari mereka dapat
mengeluarkan ZIS dari hasil usahanya sendiri.
Melalui skim qardh ini, para penerima dana dilatih untuk bertanggungjawab atas
dana yang diterima, dan harus dapat menjadikan taraf hidupnya meningkat lebih
baik dari saat sebelum yang bersangkutan menerima dana Qardh. Dengan
demikian penyaluran dana yang berasal dari ZIS haruslah mendorong kepada
yang menerima termotivasi untuk bekerja atau berusaha dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Bukan saja sekedar bantuan yang akan habis untuk
keperluan konsumtif semata.
Kedua, LKS dari awal bisa membina calon-calon nasabah potensial yang bisa
dibantu melalui produk pembiayaan komersil yang dimiliki, karena telah teruji di
saat nasabah tersebut menikmati produk Qardul Hasan. Umumnya nasabah yang
loyal akan memperlihatkan kolektibiliti yang baik sehingga LKS bisa membantu
dari jumlah awal yang kecil (Qardhul Hasan) sampai ke jumlah yang besar
(pembiayaan komersil).
Ketiga, jika pengelolaan dana Qardh tersebut dilakukan dengan baik, hal ini akan
mendorong keinginan dari muzakki atau munfiq lainnya untuk mempercayakan
zakatnya, atau infaqnya untuk dikelola oleh LKS melalui Baitul Maalnya.
Jadi jelas dari keempat manfaat diatas, produk ini bisa menjadi produk yang
istimewa bila diaplikasikan dalam LKS sehingga citra ekonomi syariah menjadi
berpihak bagi umat yang membutuhkan pemberdayaan secara modal. Apalagi
bagi BMT yang notabene lembaga dakwah di bidang ekonomi syariah. Sisi
maalnya (sosial) pun harus berkembang dan menonjol. Dengan begitu, ekonomi
syariah sebagai sistem penyeimbang, adil dan mensejahterakan umat betul-
betul bisa diwujudkan.
A. SejarahSingkat
c. Al-Musyarakah
Dalam sistem ini terjadi kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu. Para pihak yang bekerja sama memberikan kontribusi modal.
Keuntungan ataupun risiko usaha tersebut akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.
d. Prinsip Al-Murabahah
Dalam skim ini, terjadi jual beli suatu barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang nilainya disepakati kedua belah pihak. Penjual dalam hal ini
harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahan. Misalkan Anda membutuhkan kredit untuk
pembelian mobil.
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-
ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah
secara Islam.
Kegiatan bank syariah dalam hal penentuan harga produknya sangat berbeda
dengan bank konvensional.
Penentuan harga bagi bank syariah didasarkan pada kesepakatan antara bank
dengan nasabah penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka
waktunya, yang akan menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan
diterima penyimpan. Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku pada bank syariah.
e) Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain (ijarah wa iqtina).
Perbankan Syariah
Selain Perbankan Konvensional, di Indonesia juga ada Bank Syariah mulai tahun
1992 . Bank Syariah pertama di Indonesia adalah BMI (Bank Muamalat Indonesia)
yang mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992. Bank syariah ada karena
adanya keinginan umat muslim untuk kaffah yaitu menjalankan aktivitas
perbankan sesuai dengan syariah yang diyakini, terutama masalah larangan
riba, serta hal-hal yang berkaitan dengan norma ekonomi dalam Islam seperti
larangan maisyir (judi dan spekulatif), gharar (unsur ketidak jelasan), jahala dan
keharusanmemperhatikan kehalalan cara dan objek investasi
a. Al-baqarah : 278-279
Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) ..Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan
riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak dianiaya.
c. An-nisaa : 130
d. Ar-ruum : 39
Dan sesuatu riba (tambahan) agar ia bertambah pada harta manusia, maka
pada sisi Allah itu tidak bertambah..
Selain dalam Al-Quran, larangan riba juga terdapat pada dalam hadits
Rasulullah SAW. Dalam pandangan Islam, uang tidak menghasilkan bunga atau
laba dan uang tidak dipandang sebagai komoditi.
Fungsi dasar bank syariah secara umum sama dengan bank konvensional,
sehingga prinsip umum pengaturan dan pengawasan bank berlaku pula pada
bank syariah. Namun adanya sejumlah perbedaan cukup mendasar dalam
operasional bank syariah menuntut adanya perbedaan pengaturan dan
pengawasan bagi Bank syariah
Langkah penting untuk mengatasi masalah unik dari sistem bagi hasil misalnya :
moral hazard (tindakan yang dilakukan oleh penerima amanat yang
bertentangan dengan kesepakatan awal dalam menjalankan amanat yang
diterimanya), asymmetric information (ketidakseimbangan informasi antara
pemberi amanat dan yang diberi amanat, di mana pihak yang diberi amanat
memiliki informasi yang lebih banyak ketimbang pihak yang memberi amanat),
dll adalah dengan cara:
a. Wadiah yaitu akad titipan dimana barang yang dititipkan dapat diambil
sewaktu-waktu. Pihak yang menerima titipan dapat meminta jasa untuk
keamanan dan pemeliharaan.
b. Mudharabah yaitu akad usaha dimana salah satu pihak memberikan modal
(Sahibul Mal), sedangkan pihak lainnya memberikan keahlian (Mudharib) dengan
nisbah yang disepakati dan apabila terjadi kerugian , maka pemilik modal
menanggung kerugian tersebut.
Jenis Produk Bank Syariah bila dilihat dari fungsi penghimpunan dana (funding)
terdiri dari:
1. Giro adalah
Sesuai dengan penjelasan tentang 2 akad diatas, maka giro menggunakan akad
Wadiah.
2. Simpanan/tabungan:
- simpanan yang dapat diambil berdasarkan kesepakatan dengan menggunakan
buku/kartu tabungan atau kartu ATM sebagai alat penarikan.
Kedua jenis akad di atas dapat dipakai dalam simpanan. Jadi jenis simpanan
menurut akadnya dibagi menjadi:
- Simpanan Mudharabah
3. Deposito
- simpanan untuk jangka waktu tertentu yang dapat diambil setelah jangka
waktu tertentu.
Catatan:
- Atas tugas ini bank dapat memperoleh fee atau porsi keuntungan.
- Keuntungan yang diperoleh dari penyaluran dana ini dibagi antara nasabah
sebagai pemilik modal (Sahibul Mal) dan pelaksana projek sebagai mudharib
(orang yang memberikan keahlian)
- Pola seperti ini dalam dunia perbankan disebut chanelling bukan executing
Jenis Produk Bank Syariah bila dilihat dari fungsi penyaluran dana (financing)
dibagi menjadi 3 kategori besar:
1. Jual-beli
2. Bagi Hasil/Untung
3. Sewa
1. Jual-beli
a. Murabahah
a. Murabahah
- Harga beli diketahui bersama dan tingkat keuntungan untuk Bank disepakati
dimuka
- Dalam fiqih klasik murabahah dilakukan secara tunai, dalam praktik perbankan
nasabah dapat membayar secara angsuran dan untuk antisipasi kemacetan,
Bank dapat meminta jaminan
- Dalam fiqih klasik, penjual membeli barang langsung dari penjual pertama.
Dalam perbankan syariah barang dapat dikirim langsung kepada nasabah atau
nasabah membeli sendiri selaku wakil Bank dalam membeli
- Bank dapat meminta uang muka dari nasabah untuk pembelian barang
tersebut secara murabahah
- Bila nasabah membayar tepat waktu atau melunasi sebelum jatuh tempo,
nasabah dapat meminta keringanan (diskon) bila Bank menyetujui b. Salam dan
salam paralel
- Bank hanya mendapat keuntungan apabila komoditi yang dikirim oleh nasabah
dijual dengan harga yang lebih tinggi
- Bank dapat menjual barang tersebut sebelum jatuh tempo kepada pihak lain
dengan cara yang sama (salam), tapi tidak boleh dikaitkan dengan salam yang
pertama. Bila hal ini yang terjadi maka salamnya adalah Salam paralel
- Apabila dijual kembali kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi
dikhawatirkan terkena riba
- Apabila nasabah gagal (wan prestasi, default) dalam menyerahkan barang yang
dipesan, maka kewajiban terhadap bank tidak berubah. Penyerahan barang
harus tetap dilakukan walaupun harus ditunda karena kegagalan
- Jika bank setuju, modal bank dikembalikan senilai ketika pertama kali diberikan
- hampir sama dengan salam tetapi berbeda pada objek yang dibiayai dan cara
pembayarannya
- Pada Salam objek yang dibiayai sudah terstandarisasi, sedangkan pada istishna
objek yang dibiayai bersifat customized (harus dibuat terlebih dahulu)
- Pada Salam pembayaran oleh bank dibayar dimuka sekaligus, sedangkan pada
istishna pembayaran oleh bank dapat dicicil/bertahap 2. Bagi Hasil/Untung
Produk Bagi Hasil/Untung dalam Bank Syariah dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Mudharabah
b) Musyarakah
c) Rahn
a) Mudharabah
- dalam fiqih klasik, Mudharabah adalah akad yang modal dikembalikan ketika
usaha berakhir. Dalam sebagian praktik perbankan syariah, modal yang
digunakan nasabah dicicil untuk memudahkan pengembalian ketika Mudharabah
berakhir
- dalam fiqih klasik, ketika usaha menemui kegagalan semua aset yang tersisa
dijual dan dikembalikan kepada sahibul mal (Bank).
- selaku syarik, bank berhak ikut serta dalam manajemen sesuai kaidah
musyarakah c) Rahn (gadai)
3. Sewa (Ijarah)
- Bila pembiayaan berdasarkan akad Ijarah maka Bank berlaku sebagai pemberi
sewa (mujir) dan nasabah selaku penyewa (mustajir)
- Pada fiqih klasik, bank (pemberi sewa), bank harus memiliki barang sebelum
menyewakan kepada nasabah (penyewa)
- Pada umumnya Bank tidak memiliki barang, tetapi menyewa dari pihak lain,
kemudian menyewakan lagi kepada nasabah dengan nilai sewa yang lebih tinggi
selama tidak ada kaitan antara akad sewa pertama dengan sewa kedua
- Ijarah dalam bank syariah bisa disamakan dengan operating lease, bukan
financial lease atau capital lease (lihat bahasan sewa guna usaha/leasing). Jadi
bank bertanggung jawab atas pemeliharaan aset yang disewa
- Bila bank memiliki objek yang disewakan, maka bank dapat memberi Opsi bagi
nasabah untuk memiliki objek yang disewanya. Ijarah jenis ini dinamakan Ijarah
al Muntahiyyah Bittamlik atau Ijarah wal Iqtina. Ijarah al Muntahiyyah Bittamlik
memakai 2 akad yaitu akad sewa dan janji (opsi) kepemilikan. Kepemilikan bisa
dilakukan kalau masa sewa telah berakhir. Hal ini hampir sama dengan capital
lease.
Jasa Perbankan
Jenis Produk Bank bila dilihat dari fungsi pelayanan jasa (service) terdiri dari:
Produk yang memakai akad ini: Transfer, Inkaso, Debit Card, L/C
2. Kafalah (Penjaminan)
Produk yang memakai akad ini: Bank Guarantee, L/C, Charge Card
Produk yang memakai akad ini:Bill Discounting, Post Dated Check (cek mundur),
anjak piutang
Untuk mempermudah transaksi antar Bank dan antara Bank dengan Bank
Indonesia seperti perbankan konvensional, , maka Bank syariah juga
menggunakan produk Interbank.
a. Sertifikat Mudharabah antar Bank adalah instrumen pasar uang antar bank
yang hanya dapat dijual satu kali kepada bank lain dengan bagi hasil sesuai
dengan kesepakatan
b. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah instrumen Bank Indonesia untuk
menyerap kelebihan likuiditas dalam perbankan
c. Fasilitas pembiayaan Jangka Pendek (FPJP) adalah fasilitas Bank Indonesia bagi
perbankan syariah untuk menutupi selisih posisi (mismatch).