Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abstract: This study aims to analyze thermal condition and improve working environment by
designed ventilation systems due to improve air circulation and reduce heat exposure occurred so
that workers feel more comfortable working. This study describes the thermal conditions of work
and its relation to psychological aspects operator traced through thermal questionnaires. By
knowing the conditions of the proposed design is further improved ventilation system. The
measurement results show that the thermal average air temperature in the formulations room
was 31.7 C and wind speed of 0.27 m/s. Heat Stress Index (HSI) in the workplace about 94.41%,
which indicates the great potential of the dangers of heat stress. Wet Bulb Globe Temperature
(WBGT) index gained 27.64 C so that the percentage of working time and rest time workers
was 6.55 and 1.55 hours, where the percentage is not according to the standard. Productive work
time workers only achieved ranged from (76.58 5.91)%, where the figure is still below the
standards of the company. Simulation with Computer Fluid Dynamic (CFD) software shows
actual workplace conditions are very hot and poorly ventilated. By conducting some simulations
improvement, then found a comfortable room conditions and air circulation smoothly. Thermal
comfort is finally concluded comfortable room after Cvs room obtained exceeds 0.34 m/s in
accordance with the Macfarlane theorys.
129
Huda et al. / Kajian Termal Akibat Paparan Panas / JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 129-136
0 sampai 0,1m/s. Sumber panas dalam ruangan Bulb Globe Temperature (WBGT) atau sering pula
berasal dari mesin produksi yang memproses disebut sebagai Indeks Suhu Bola Basah (ISBB).
pencampuran bahan, panas radiasi sinar matahari Metode HSI digunakan untuk melihat besarnya
melalui atap pabrik serta kurangnya bukaan atau indeks tekanan paparan panas yang dirasakan
ventilasi dalam ruangan. Sedikitnya bukaan venti- pekerja dalam ruangan (Stanton [14]). Metode ISBB
lasi ruangan menambah beban panas ruangan digunakan untuk menentukan proporsi waktu kerja
kerja. Hal tersebut diakibatkan oleh panas dalam dan waktu istirahat ketika bekerja pada ruangan
ruangan cenderung terakumulasi dan terperangkap yang terpapar panas (Stanton [14]). Kondisi sistem
di dalam ruangan karena tidak adanya saluran ventilasi dianalisis melalui simulasi dengan meng-
pertukaran udara dalam dan udara luar. Kondisi ini gunakan software CFD yaitu Gambit dan Fluent.
mengakibatkan banyak pekerja merasakan ketidak- Hasil simulasi ini akan disajikan melalui gambar
nyamanan dalam bekerja yang ditunjukkan dengan kontur temperatur dan pola sebaran kecepatan
pekerja keluar dan masuk ruangan pada saat angin secara tiga dimensi.
bekerja.
Prosedur Kajian Termal
Berdasarkan pengamatan pendahuluan dan laporan
dari pihak perusahaan, lama durasi keluar dan Audit termal dilakukan melalui pengukuran lang-
masuk pekerja dapat mencapai 20 sampai 30% dari sung faktor-faktor lingkungan kerja fisik seperti
waktu kerja. Para pekerja tersebut keluar dari temperatur udara, temperatur basah, temperatur
ruangan formulasi menuju kantor produksi yang kering, temperatur globe, kelembaban dan kecepat-
letaknya berdekatan dan dilengkapi alat pendingin an angin. Pengukuran dilakukan pada 5 titik yang
ruangan. Hal ini dilakukan oleh pekerja untuk men- tersebar merata pada ruangan formulasi. Tingkat
dapatkan kenyamanan agar suhu tubuh menjadi gradien ketinggian pengukuran terdiri dari 5 titik
netral akibat paparan panas di ruang kerja. Hal ini yaitu ketinggian 0,1m; 1,1m; 1,7m; 3m; 5m. Ketinggi-
tentu menyebabkan turunnya waktu kerja produktif an 0,1 sampai 1,7m berdasarkan standar pengukur-
pekerja. Penurunan ini ditunjukkan oleh semakin an ASHRAE 55 [1], sedangkan ketinggian 3 sampai
banyaknya waktu pekerja di luar ruangan formulasi 5m digunakan untuk analisis penempatan ventilasi.
untuk mendinginkan temperatur tubuh. Bagian Pengukuran dilakukan selama 5 hari kerja dari
formulasi ini memiliki peranan sentral dalam proses pukul 07.00 sampai 15.00 WIB (jam kerja aktif di
produksi, dimana campuran bahan baku yang di- ruangan formulasi) dengan interval waktu peng-
hasilkan akan mempengaruhi jumlah dan mutu ukuran selama 120 menit. Hasil pengukuran ini
produk akhir. Penurunan waktu kerja produktif di akan dianalisis berdasarkan grafik. Temperatur
bagian formulasi akan berakibat pada proses udara, temperatur globe, kelembaban dan kecepatan
produksi secara keseluruhan. angin akan dimasukkan ke persamaan HSI untuk
melihat sejauh mana indeks tekanan paparan panas
Metode Penelitian dalam ruangan. Temperatur basah, temperatur
kering dan temperatur globe akan dimasukkan ke
Penelitian ini dilaksanakan di ruangan formulasi persamaan ISBB untuk menentukan proporsi jam
salah satu pabrik anti nyamuk di kota Medan, kerja dan jam istirahat dengan kondisi pekerja yang
Sumatera Utara. Waktu pengumpulan data dilaksa- terpapar panas. Audit termal juga dilakukan
nakan pada bulan Juli 2012. Responden yang dengan menggunakan kuesioner termal. Adapun
digunakan sebagai objek penelitian adalah pekerja pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner tersebut
di ruangan formulasi. Data yang diambil pada adalah sensasi termal, kondisi aliran udara, kondisi
penelitian ini adalah data kondisi termal dan data termal dan identifikasi keluhan fisik akibat termal
psikologi termal pekerja. Hal ini sesuai dengan yang dirasakan pekerja di dalam ruangan. Kuesio-
penelitian yang dilakukan oleh Matjaz [10] yang me- ner ini diisi oleh 13 orang pekerja selama 5 hari
ngatakan bahwa kenyamanan termal dapat dipre- kerja. Pengisian kuesioner dilakukan sebanyak 2
diksi dengan mengkombinasikan faktor lingkungan kali setiap hari, yaitu pukul 10.00 WIB (sebelum
termal dengan persepsi psikologi termal manusia. istirahat) dan pukul 14.00 WIB (sesudah istirahat).
Data kondisi termal diambil menggunakan alat Hasil rekapitulasi kuesioner ini akan dianalisis dan
ukur Questemp 32 untuk data temperatur udara, dibandingkan dengan hasil pengukuran langsung
temperatur basah, temperatur kering, temperatur lingkungan kerja fisik.
globe dan kelembaban udara, serta Anemometer
untuk mengukur kecepatan angin. Data psikologi Kuesioner Termal
termal pekerja diambil menggunakan kuesioner ter-
mal yang terdiri dari sensasi termal, kondisi aliran Kuesioner termal digunakan untuk mengidenti-
udara, kondisi termal dan identifikasi keluhan fisik fikasi persepsi pekerja mengenai kondisi termal dan
akibat termal. dampak keluhan fisik akibat termal. Kondisi termal
yang diidentifikasi melalui kuesioner adalah sensasi
Metode audit termal yang digunakan pada pene- termal, kondisi aliran udara dan kondisi termal
litian ini adalah Heat Stress Index (HSI) dan Wet (Homma dan Huda [4]). Sensasi termal diberi skala
130
Huda et al. / Kajian Termal Akibat Paparan Panas / JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 129-136
nilai dari 1 sampai 5, dimana nilai 1 untuk sangat dari pukul 12.00 sampai 13.00 WIB. Adapun jumlah
panas dan nilai 5 untuk normal. Aliran Udara diberi populasi penelitian adalah jumlah waktu kerja per
skala nilai dari 1 sampai 4, dimana nilai 1 untuk satuan menit tanpa menghitung waktu istirahat.
lemah dan nilai 4 untuk sangat kuat. Kondisi termal Jumlah satuan menit dari pukul 07.00 sampai 12.00
diberi skala nilai dari 1 sampai 5, dimana nilai 1 un- WIB dan 13.00 sampai 15.00 WIB adalah 419 data,
tuk sangat tidak nyaman dan nilai 5 untuk sangat dan itulah yang menjadi populasi waktu penelitian.
nyaman. Dampak keluhan fisik yang diindentifikasi Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi
terdiri dari keletihan, kantuk dan ketidakstabilan tersebut, maka digunakan teknik pengambilan
dalam bekerja. Untuk masing-masing pertanyaan sampel dengan rumus slovin. Jumlah sampel pada
diberi skala 0 untuk jawaban tidak, dan skala 1 pengamatan activity sampling ini adalah 205
untuk jawaban ya. Adapun kuesioner ini diberikan sampel. Setelah menentukan jumlah sampel, maka
kepada seluruh pekerja di bagian formulasi yang ditentukan sampel berdasarkan tabel bilangan acak.
berjumlah 13 orang.
Hasil dan Pembahasan
Prosedur Perancangan Sistem Ventilasi
Kenyamanan Termal
Sistem ventilasi aktual dianalisis dengan meng-
gunakan software Computational Fluid Dynamic Kondisi lingkungan termal di ruangan formulasi
(CFD). Software CFD yang digunakan dalam dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengaruh
memproses kondisi termal dan sistem ventilasi ini radiasi sinar matahari yang menembus ruangan,
adalah ANSYS Gambit 2.4.6. dan Fluent 6.3.26. paparan panas yang dihasilkan mesin-mesin dalam
Dalam menghasilkan analisis CFD, maka ada ruangan, kelembaban, panas hasil metabolisme tubuh,
beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu dan kurangnya sirkulasi udara dalam ruangan.
menggambar struktur bangunan dan mengatur
boundary condition dengan menggunakan Gambit Berdasarkan hasil pengukuran selama 5 hari, maka
2.4.6. Setelah selesai digambar, maka selanjutnya diketahui bahwa temperatur udara paling tinggi
meshing dengan menentukan spacing yang akan berada pada 35,30C, temperatur udara paling
digunakan. Hasil meshing tersebut di transfer ke rendah berada pada 27,80C, dan temperatur udara
Fluent. Pengaturan pemrosesan untuk input data rata-rata adalah 31,70C. Berdasarkan pengamatan,
termal dan velocity nya dilakukan dengan Fluent. diketahui bahwa pengaruh radiasi sinar matahari
Iterasi objek akan dilakukan Fluent setelah semua memiliki peranan paling besar dalam meningkat-
data di input dengan benar. Hasil iterasi dapat kan paparan panas. Hasil pengujian korelasi juga
dilihat dari sub menu display. menunjukkan bahwa faktor yang paling mem-
pengaruhi indeks tekanan paparan panas adalah
Dari hasil simulasi, maka akan didapatkan kontur temperatur globe, kecepatan angin dan temperatur
aliran udara dan kontur temperatur dalam ruang- udara dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,99875; -
an. Kontur tersebut akan menunjukkan koordinat 0,99536; 0,9531 secara berturut-turut. Hal ini diaki-
ruangan yang perlu dipasang ventilasi dan fasilitas batkan ruangan formulasi menggunakan atap yang
penanganan panas lainnya. terbuat dari seng dan tanpa mengunakan langit-
langit atau asbes, sehingga panas dari atap dengan
Prosedur Activity Sampling cepat merambat. Berdasarkan hasil pengumpulan
data, diketahui bahwa temperatur udara pada ke-
Sampling kerja dalam penelitian dilakukan dengan tinggian 3 sampai 5m lebih tinggi dibandingkan
mengumpulkan persentase jumlah work dan idle temperatur udara pada ketinggian 0,1 sampai 1,7m.
operator bagian formulasi selama jam kerja. Definisi Hal ini menjadi salah satu pertimbangan dalam
work dalam penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan penentuan ketinggian bukaan ventilasi. Adapun
yang dilakukan di tempat kerja, sedangkan idle grafik temperatur udara berdasarkan ketinggian
merupakan suatu keadaan seorang operator yang dapat dilihat pada Gambar 1.
sedang tidak melakukan kegiatannya. Teknik sam-
pling yang digunakan dalam penelitian activity sam-
pling ini adalah simple random sampling. Teknik ini
memiliki konsep bahwa semua anggota populasi
dapat dijadikan sampel. Pemilihan sampel dilaku-
kan dengan cara mengambil tabel bilangan acak
dan kemudian mengambil data dengan pola tingkat
angka berturut-turut. Jika pola angka tersebut me-
lebihi jumlah sampel, maka data tersebut dibuang.
Demikianlah dilakukan sampai semua jumlah
sampel terpenuhi (Currie [3]). Operator bekerja dari Gambar 1. Grafik temperatur udara berdasarkan
pukul 07.00 sampai 15.00 WIB dengan jam istirahat ketinggian
131
Huda et al. / Kajian Termal Akibat Paparan Panas / JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 129-136
: faktor pengali evaporasi; ; Dari data di atas dapat dilihat bahwa indeks heat
. stress secara rata-rata adalah 94,41%. Hal ini me-
: penguapan maksimal nunjukkan bahwa indeks heat stress di ruangan
: kebutuhan penguapan formulasi sudah dalam kategori very severe heat
: metabolisme (180 W/M2) strain, dimana pada kategori ini, kondisi tekanan
: radiation loss panas di ruangan sudah akan mengganggu kesehat-
: convection Loss an operator bagian formulasi (Parsons [11]).
132
Huda et al. / Kajian Termal Akibat Paparan Panas / JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 129-136
Tabel 2. Nilai HSI berdasarkan ketinggian pengukuran terian Dinas Tenaga Kerja untuk kondisi di ruangan
Ketinggian tr Pa HSI
formulasi, maka jam istirahat paling sedikit 1 jam
R C Emax Ereq 27 menit atau sekitar 1 jam 30 menit.
(m) (oC) (kPa) (%)
0.1 31,02 3,18 17,53 5,79 186,63 156,68 83,95
1.1 30,96 3,19 17,76 5,64 183,09 156,60 85,53 Pengukuran Waktu Kerja Produktif dengan
1.7 30,92 3,20 17,94 5,46 175,87 156,60 89,04 Activity Sampling
3 30,98 3,18 17,70 5,26 160,94 157,04 97,58
5 31,17 3,20 16,84 4,98 136,45 158,18 115,92
Rata-rata 94,41
Sampling kerja dalam penelitian dilakukan dengan
mengumpulkan persentase jumlah work dan idle
Tabel 3. Hasil rekapitulasi perhitungan ISBB
operator bagian formulasi selama jam kerja. Adapun
defenisi work disini adalah suatu kegiatan yang
Suhu basah Suhu globe Suhu kering dilakukan di tempat kerja, sedangkan idle merupa-
Waktu ISBB
(C) (C) (C) kan suatu keadaan seorang operator yang sedang
Pagi 25,9 30,3 29,5 27,11 tidak melakukan kegiatannya.
Siang 26,5 32,4 31,4 28,17
Rata-rata 27,64 Secara rata-rata dapat diketahui bahwa waktu kerja
produktif operator bagian formulasi adalah 76,58%
Adapun grafik indeks HSI terhadap ketinggian dengan penyimpangan maksimum sekitar 5,91%.
dapat dilihat pada Gambar 3. Angka ini berada di bawah standar yang ditetapkan
oleh perusahaan yaitu 85%. Hal ini mengindikasi-
Dari data di atas juga dapat dilihat bahwa semakin kan perbaikan sangat dibutuhkan dalam mening-
tinggi ketinggian pengukuran, maka semakin tinggi katkan waktu kerja produktif operator formulasi
nilai HSI nya. Pada ketinggian 5 meter ditunjukkan setidaknya dapat memenuhi angka 85%.
bahwa nilai HSI sudah melebihi 100%, dimana hal
ini sudah melebihi batas nilai indeks heat stress Berdasarkan pengamatan secara langsung di
yang ditoleransi dengan pertimbangan khusus. lapangan juga menunjukkan bahwa banyaknya pro-
Pada Gambar 4 berikut ini dapat dilihat ada bebe- porsi waktu idle operator ini diakibatkan oleh
banyaknya operator tidak tahan berada di ruangan
rapa tumpukan bahan di ruangan formulasi. Para
formulasi yang terpapar panas. Mereka mendingin-
pekerja ada yang bekerja di atas tumpukan tersebut
kan temperatur tubuh dengan meninggalkan ruang-
yang berada pada ketinggian 3 sampai 5m. Tinggi-
an formulasi dan masuk ke ruangan kantor staf
nya temperatur udara dan indeks HSI pada keting- produksi yang menggunakan Air Conditioning. Hal
gian 3 sampai 5m melatarbelakangi perlunya peran- inilah yang menjadi alasan mereka ketika mening-
cangan sistem ventilasi pada ketinggian tersebut. galkan ruangan formulasi untuk mengambil waktu
istirahat.
Berdasarkan perhitungan pada pengolahan data,
maka diperoleh hasil indeks suhu bola basah. Sistem ventilasi dianalisis dengan menggunakan
Rekapitulasi ISBB dapat dilihat pada Tabel 3. software CFD. Software ini dapat digunakan untuk
melihat pola sebaran kecepatan angin dan juga se-
Tabel 3 menunjukkan adanya peningkatan nilai baran paparan panas di dalam ruangan. Hasil simu-
ISBB dari pagi hingga siang hari. Hasil ISBB dan lasi menunjukkan bahwa warna hijau pada gambar
kategori beban kerja dikombinasikan untuk menge- menunjukkan adanya pergerakan udara yang lebih
tahui persetase jam kerja dan istirahat. Adapun kuat dibandingkan yang berwarna biru. Dari gam-
ISBB rata-rata adalah 27,64(C) dan kategori beban bar tersebut dapat dilihat bahwa kecepatan angin
kerja adalah sedang, maka diketahui bahwa waktu rata-rata di ruangan hanya 0,1 sampai 0,2 m/s. Sir-
kerja berada pada 75-100% dan waktu istirahat kulasi udara juga terlihat cenderung berkumpul di
pada 0-25% (KEP.51/MEN/1999). Dengan melaku- tengah ruangan yang menambah kegerahan bagi
operator di dalam ruangan (Gambar 5).
kan interpolasi Tabel 3 terhadap nilai yang diberi-
kan KEP.51/MEN/1999, maka dapat diketahui nilai-
Panas radiasi matahari yang menembus atap
nya sebagai berikut,
terlihat pada Gambar 5. Adapun panas radiasi ter-
sebut ditunjukkan oleh warna merah di bagian atap.
Temperatur atap yang ditunjukkan software ber-
maka diketahui waktu kerja adalah 81,92% atau kisar antara 308-309oK. Permukaan dinding ber-
sekitar 6,55 jam dan waktu istirahat adalah 18,08% warna biru menunjukkan bahwa dinding tersebut
atau sekitar 1,45 jam. Jika dibandingkan dengan tidak terkena sinar radiasi panas. Hal ini terjadi
jam kerja aktual di pabrik yaitu waktu kerja 7 jam karena dinding tersebut bersebelahan dengan
dan waktu istirahat 1 jam, maka dapat disimpulkan ruangan lain yang terlindung dari sinar matahari,
bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan rekomen- sedangkan dinding yang berwarna orange menun-
dasi Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP. jukkan bahwa dinding tersebut terkena radiasi
51/MEN/1999 [8]. Berdasarkan keputusan Kemen- matahari juga.
133
Huda et al. / Kajian Termal Akibat Paparan Panas / JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 129-136
Gambar 5b. Kontur temperatur aktual Nilai tersebut menunjukkan bahwa kecepatan
udara harus dipertahankan minimal 0,34 m/s di
Akumulasi dari sumber-sumber panas ini meng- segala penjuru ruangan. Dalam mempertahankan
akibatkan ruangan berwarna kekuningan dengan kecepatan udara tersebut, maka pemasangan fan
temperatur 33 sampai 34oC (pada software ditunjuk- exhauser dan fan blower diperlukan dengan pertim-
kan 306-307OK). Hal ini mengakibatkan operator- bangan kecepatan dan diameter tertentu. Kenya-
operator yang berada di ruangan merasakan panas manan termal diharapkan akan dapat tercapai
ketika bekerja.
dengan perbaikan tersebut. Dalam mengantisipasi
tingginya panas yang menembus atap ruangan,
Aspek Perancangan dan Perbaikan
maka perlu digunakan aluminium foil. Aluminium
foil berfungsi dalam mereduksi panas radiasi yang
Salah satu perancangan yang dibutuhkan dalam
mengurangi panas di dalam ruangan adalah turbin menembus atap dengan kemampuan reduksi hingga
ventilator (SNI 03-6572-2001 [15]). Jika turbin venti- 90% panas radiasi dari atap (Satwiko [13]). Adapun
lator yang digunakan saat ini adalah L-45 dengan aluminium foil yang dibutuhkan untuk melapisi
kapasitas hisap 42,39m3 dan waktu sirkulasi 10 me- atap ruangan formulasi adalah sebesar luas penam-
nit, maka jumlah yang direkomendasikan adalah: pang atap, yaitu 614,88 m2.
134
Huda et al. / Kajian Termal Akibat Paparan Panas / JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 129-136
135
Huda et al. / Kajian Termal Akibat Paparan Panas / JTI, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, pp. 129-136
Daftar Pustaka
136