Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 56942061, fax : (021) 563-1731
Email: erma.kairunisa@gmail.com
Pendahuluan
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Seorang anak sudah
dianggap dewasa secara biologis, namun masih mempunyai batasan-batasan dalam perilakunya
seperti pada anak-anak. Oleh karena jati diri yang membingungkan ini, masa remaja dianggap
sebagai masa pada anak yang harus dibimbing penuh agar tidak terjerumus pada hal yang tidak
baik. Pada skenario 5 PBL kali ini, dikatakan bahwa seorang anak perempuan berusia 15 tahun
dibawa ke poli psikiatri anak dan remaja oleh ibunya karena malu bergaul dengan teman
1
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis adalah tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pasien dapat dilakukan baik
secara langsung pada pasien (auto-anamnesis), maupun secara tidak langsung melalui keluarga
Identitas pasien seperti nama, tempat / tanggal lahir, status perkawinan, pekerjaan, jenis
Pernyataan dalam bahasa pasien tentang keluhan yang dialami: malu bergaul dengan
Riwayat sosial: Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah.
Pemeriksaan Fisik
Different Diagnose
Gangguan Cemas Menyeluruh
2
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan kondisi
gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional
bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini
dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekuranganya selama 6 bulan. Kecemasan yang
dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan. Gangguan ini sulit dikendalikan
sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial
dan pekerjaan. Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% dan rasio antara
oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak. Basal ganglia, sistem
limbik dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien
GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmitter yang berkaitan
GAD dan gangguan depresi mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat
pertama penderita GAD juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada
pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada kembar
dizigotik.2
Teori Psikoanalitik. Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala
dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling primitif anxietas
dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta. Pada tingkat yang lebih matang lagi
anxietas dihungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang penting. Anxietas kastrasi
3
berhubungan dengan fase oedipal sedangkan anxietas superego merupakan ketakutan seseorang
untuk mengecewakan nilai dan pandangannya sendiri (merupakan anxietas yang paling matang).2
Teori Kognitif-Perilaku. Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat terhadap
ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal negatif pada lingkungan,
adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negatif terhadap
Gejala Klinis
Gejala utama gangguan cemas menyeluruh adalah cemas, ketegangan motorik,
hiperaktivitas otonom, dan kesiagaan kognitif. Cemasnya berlebihan dan mengganggu aspek
kehidupan lain. Ketegangan motorik paling sering tampak sebagai gemetar, gelisah, dan sakit
kepala. Hiperaktivitas otonom sering bermanifestasi sebagai napas pendek, keringat berlebihan,
palpitasi, dan berbagai gejala gastrointestinal atau saluran pencernaan. Kesiagaan kognitif
dokter spesialis karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien biasanya memperlihatkan
perilaku mencari perhatian (seeking behavior). Berapa pasien menerima diagnosis GAD dan
terapi yang adekuat, dan beberapa lainnya meminta konsultasi medik tambahan untuk masalah-
masalah mereka.2
Penatalaksanaan
Terapi yang paling efektif untuk gangguan cemas menyeluruh mungkin adalah terapi
mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung.
Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.2
4
Terapi suportif. Pasien diberikan keamanan dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang
ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial
dan pekerjaannya.2
Psikoterapi berorientasi tilikan. Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai
penyingkapan konflik bawah sadar, menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self pasien.
memperkirkirakan sejauh mana pasien dapat diubah untuk mejadi lebih matur, bila tidak
tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan
pekerjaannya.2
Farmakoterapi, karena gangguan bersifat jangka panjang, suatu rencana terapi harus
dilakukan dengan teliti. Tiga obat utama yang harus dipertimbangkan untuk terapi gangguan
cemas menyeluruh adalah buspiron, benzodiazepin, dan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
(SSRI). Obat lain yang dapat berguna adalah obat trisiklik (contohnya imipramin / Tofranil),
dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi. Penggunaan sediaan
dengan waktu paruh menegah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak
diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa penurunan
memperbaiki gejala kognitif dibandingkan gejala somatik pada GAD. Tidak menyebabkan
withdrawl. Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti
bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan benzodiazepin tidak akan memberikan respon
yang baik dengan buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepin dengan
buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi
5
buspiron sudah mencapai maksimal. Sejumlah studi juga melaporkan bahwa terapi kombinasi
jangka panjang benzodiazepin dan buspiron dapat lebih efektif daripada kedua obat tersebut
secara tersendiri.2, 3
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor. Sertraline dan paroxetin merupakan pilihan yang
lebih baik daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan kecemasan sesaat.
kegelisahan, iritabilitas, dan ketegangan otot yang berlebihan akibat gangguan cemas
menyeluruh.3
Obat lain. Jika terapi konvensional (contoh dengan buspiron atau benzodiazepin) tidak
efektif atau tidak seluruhnya efektif, kemudian diindikasikan pengkajian ulang klinis untuk
menyingkirkan adanya keadaan komorbid seperti depresi, atau untuk memahami lebih jauh stres
lingkungan pasien. Obat lain yang telah terbukti berguna untuk gangguan cemas menyeluruh
mencakup obat trisiklik dan tetrasiklik. Antagonis reseptor -adrenergik dapat mengurangi
manifestasi somatik cemas tetapi tidak keadaan yang mendasari, dua pengguanaannya biasanya
terbatas pada ansietas situasional seperti ansietas penampilan. Nefadozon (Serzone) yang juga
digunakan pada depresi, telah terbukti mengurangi ansietas dan mencegah gangguan panik.3
Prognosis
Pasien dengan ganguan cemas menyeluruh biasanya melaporkan bahwa mereka telah
cemas sepanjang yang mereka ingat. Pasien biasanya datang ke dokter untuk mendapatkan
perhatian klinisi pada usia 20-an walaupun kontak pertama dengan klinisi dapat terjadi pada usia
berapapun. Hanya sepertiga pasien yang memiliki gangguan cemas menyeluruh mencari terapi
psikiatri. Banyak pasien datang ke dokter umum, spesialis penyakit dalam, spesialis jantung,
spesialis paru, atau spesialis gastroenterologi, mencari terapi untuk komponen somatik gangguan
mereka. Perjalanan klinisi dan prognosis gangguan ini sulit diprediksi. Meskipun demikian,
gangguan cemas menyeluruh adalah suatu keadaan kronis yang mungkin akan menetap seumur
6
hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami
situasi atau kejadian yang dialami anak atau remaja yang tidak diinginkan yang dapat
mengakibatkan timbulnya. Selain itu riwayat penyakit keluarga yang memiliki depresi dapat
diturunkan. Depresi ditandai dengan gangguan pola tidur dan makan, menurunnya tingkat
aktifitas, menurunnya tingkat efisiensi dan produktifitas kerja dan cenderung lebih pasif. Dari
segi psikologi orang yang mengalami depresi akan kehilangan rasa percaya diri, lebih sensitif,
genetik. Faktor potensial termasuk herediter genetik, disregulasi sistem serotonergik sentral atau
saat pubertas. Faktor kepribadian, seperti cara berpikir negative (cenderung pesimis) dapat
berperan. Model diatesis-stres menunjukkan bahwa cara berpikir negatif yang dikombinasikan
dengan peristiwa hidup yang negatif dan keberagaman lingkungan berkontribusi terhadap
kejadian depresi.5
Epidemiologi
Depresi dapat terjadi pada sekitar 2% (0,4% sampai 2,50%) anak pra-pubertas, dengan
prevalensi yang sama antara anak laki-laki dan perempuan. Pada remaja, prevalensinya sekitar
6% (1,6% sampai 8,0%) dengan rasio antara anak perempuan dan laki-laki 2:1, rasio ini
menyerupai rasio pada orang dewasa. Durasi rata-rata dari episode depresi mayor yang tidak
diobati pada anak atau remaja adalah 7 sampai 9 bulan. Angka relaps sebesar 50%; 10%
Gejala Klinis
7
Tanda dan gejala depresi mayor dapat disingkat dengan SIGECAPS, yang memiliki
kepanjangan; S adalah sleep disturbance (gangguan tidur, biasanya menurun atau justru tidur
berlebihan), I adalah interests (minat menurun pada aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari),
G adalah guilt (perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar), E adalah energy
appetite change (nafsu makan umumnya berkurang atau juga bisa bertambah), P adalah pleasure
(kegembiraan berkurang), dan S adalah suicidal thoughts or actions (terdapat gagasan atau
yang sangat atau nyeri yang terlokalisir). Anak dan remaja yang mengalami depresi seringkali
tidak dapat mengenali suasana perasaannya sendiri. Selain afek yang depresi, anak juga dapat
memperlihatkan awitan akut dan iritabilitas emosi atau berat badan tidak naik. Penurunan
prestasi akademik dapat merupakan suatu petunjuk. Pasien umumnya mengalami gangguan tidur
(gerak bola mata fase tidur laten memanjang, insomnia tengah atau akhir) dan anfsu makan
berkurang (berat badan turun atau gagal tumbuh). Adanya penelusuran mengenai gagasan bunuh
diri sangat penting pada anak dengan depresi karena gagasan atau percobaan bunuh diri sering
ditemukan.5
Bunuh diri adalah komplikasi utama pada depresi mayor dan merupakan penyebab utama
kematian terbanyak ketiga pada remaja. 15-20% dari siswa SMA membayangkan tentang
percobaan bunuh diri dan 8% diantaranya sungguh-sungguh mencobanya. Ketika pasien mulai
pulih dari depresi dan energi serta motivasi mulai meningkat, risiko bunuh diri justru bertambah
Tatalaksana
8
Tatalaksana ditargetkan untuk menurunkan morbiditas dan kejadian bunuh diri. Untuk
menjamin keselamatan, modalitas seperti rawat inap, perawatan rumah sakit parsial, dan program
untuk pengobatan pada remaja dengan episode depresi. Hasil uji klinis sitalopram dan
esitalopram juga memperlihatkan hasil positif dalam pengobatan depresi pada anak remaja. Hasil
venlafaksin) berisiko sebesar 4%, dibandingkan risiko 2% untuk placebo, dalam kaitannya
idea tau percobaan bunuh diri pada pemberian obat golongan antidepresan, bukan hanya obat
golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) saja. Risiko bunuh diri pada anak dan
remaja dengan depresi yang diberikan obat golongan antidepresan jauh lebih sedikit
dibandingkan anak dan remaja yang tidak diobati. Dokter tidak dapat meramalkan obat mana
yang cocok untuk masing-masing penderita. Obat-obatan harus dipilih sesuai dengan profil efek
minggu dengan dosis terapi) sebelum mengganti atau menghentikannya, kecuali ada efek
samping yang serius. Untuk episode pertama depresi pada anak dan remaja, direkomendasikan
pengobatan diteruskan selama 6 sampai 9 bulan setelah remisi. Pasien dengan episode depresi
berulang atau kronik mungkin perlu obat golongan antidepresan dalam jangka waktu yang lama
lebih obat golongan antidepresan dengan dosis dan periode waktu yang memadai, pasien harus
dikonsulkan ke psikiater anak. Evaluasi psikiatrik selanjutnya berfokus pada kejelasan diagnosis
9
serta mencari adakah masalah psikososial yang mungkin membuat obat tidak bekerja dengan
efektif. Evaluasi awal oleh seorang psikiater anak untuk memastikan diagnosis juga sangat
membantu. 5
Biasanya pemberian obat golongan SSRI sambil menunggu konsultasi dengan psikiater
anak dapat mengurangi watu yang diperlukan bagi anak untuk mendapat perawatan yang
memadai. Untuk depresi akut, kunjungan mingguan dilakukan pada bulan pertama, kemudian
dua kali setiap bulan selama satu bulan, dan setidaknya sekali setiap bulan setelahnya. Konsultasi
sendiri) harus didiskusikan dengan orang tua, pengasuh, dan pasien. mereka juga harus dididik
tentang gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus segera melapor bila ada gejala-gejala
yang tidak diharapkan (peningkatan agitasi, adanya gagasan bunuh diri, atau ansietas dan
perilaku, terapi interpersonal, dan terapi perilaku dialektis, semua menjanjikan dalam pengobatan
Pencegahan
Untuk mencegah depresi dapat dilakukan dengan menggunakan keberadaan orang tua
kegiatan ekstraseluler. Layanan bimbingan dapat berfungsi preventif atau pencegahan. Guru
pembimbing disekolah berfungsi membantu murid untuk mengenal dirinya , memberikan metode
yang baik dalam belajar agar mencapai hasil maksimal, membantu murid membagi waktu
dengan baik. Sedangkan pada keluarga diperlukan peranan orang tua dengan menghabiskan
waktu bersama sehingga dapat mempererat hubungan antara anggota keluarga, bersifat lebih
10
terbuka dengan cara mendengarkan pendapat anak dan mau dikritik sehingga remaja lebih
merasa dihargai.6
Prognosis
Gangguan jiwa komorbid (terutama gangguan perilaku antisosial), paparan terhadap
peristiwa hidup yang negatif, riwayat keluarga dengan gangguan depresi mayor, dan konflik
dalam keluarga semua mengarah ke prognosis yang lebih buruk. Selain itu, 20% sampai 40%
penderita depresi awitan masa kanak dengan gambaran psikotik, riwayat keluarga dengan
gangguan bipolar, serta episode hipomanik sebagai efek pengobatan dengan obat golongan
antidepresan, akan berkembang menjadi gangguan bipolar.5
Faktor Biologis
Faktor biologis meliputi aspek fisiologis dan hormon yang juga mempengaruhi aspek
emosional. Rangkaian hormon yang terkandung di sepanjang aliran darah memberi tahu organ
internal untuk memperlambat atau mempercepat kerjanya. Zat kimia mengalir melintasi ruang-
ruang kecil yang memisahkan sel otak yang satu dengan sel otak yang lainnya. Para psikolog
yang menyatakan bahwa peristiwa fisik ini berinteraksi dengan peristiwa di lingkungan eksternal
Para ilmuan mempelajari bagaimana biologi mempengaruhi proses belajar dan prestasi,
persepsi tentang realitas, pengalaman emosi, dan kerentanan gangguan emosional. Ilmuan-
ilmuan ini mempelajari cara pikiran dan tubuh saling berinteraksi satu sama lain dalam
menimbulkan kondisi sakit dan sehat. Mereka menelaah kontribusi gen dan sejumlah faktor
Jika seorang anak menunjukkan perilaku yang abnormal bisa saja hal itu disebabkan oleh
tidak berfungsinya tubuh secara fisik, artinya bila seorang remaja bertingkah laku tanpa bisa
11
dikendalikan, tidak menunjukkan adanya kontak dengan realita, atau mengalami depresi yang
parah, maka faktor-faktor biologislah yang menjadi penyebabnya. Para ilmuan dan peneliti yang
menggunakan pendekatan biologis sering kali berfokus pada proses kerja otak dan faktor-faktor
Faktor Psikososial
Erik H. Erikson dalam bukunya Childhood and Society (1963) dan Identity, Youth
and Crisis (1968), menggambarkan siklus manusia itu sebagai suatu proses yang terdiri atas
delapan fase dari bayi hingga usia lanjut. Pandangannya bertolak dari prinsip epigenetik yang
menganggap bahwa segala sesuatu yang berkembang, mempunyai suatu pola dasar, dan dari pola
dasar itu akan berkembang bagian-bagian yang masing-masing menurut waktunya yang spesifik
hingga mencapai titik yang tertinggi dan kemudian membentuk suatu kesatuan fungsional yang
menyeluruh. 2
Masing-masing fase itu memiliki krisisnya sendiri yang khas. Berhasil tidaknya
seorang individu menyelesaikan konflik-konflik yang terkait krisis di satu fase, akan menentukan
apakah seseorang akan siap untuk menghadapi krisis di fase yang berikutnya, untuk selanjutnya
mencapai maturasi kepribadian yang sesuai dengan harapan budaya atau masyarakatnya.2
Masa remaja merupakan masa saat pencapaian keberhasilan atau kegagalan fase-fase
sebelumnya akan melebur dan membentuk suatu landasan menuju masa dewasa dengan
12
Erikson melihat perkembangan manusia dalam konteks individu di dalam matriks
sosial-nya; suatu proses yang terjadi melalui interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya,
antara nature dan nurture. Krisis perkembangan menurut Erikson bersumber pada krisis
yang terjadi dalam usaha individu mencapai tujuan-tujuan pribadinya agar sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh masyarakat sosialnya dan bukan sekedar hambatan atau tidak
seumur hidup. Krisis-krisis yang tidak terselesaikan akan berakibat pada timbulnya psikopatologi
tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting adalah bagaimana memfokuskan diri
individu pada penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas
perkembangannya.
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust dan
mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi peningkatan
keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan
13
sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan
membuat anak bertindak dan berfikir ragu ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat
dengan anak.
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan mandiri, anak akan
atas kehendak sendiri. Bila tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-
ragu, maka ia kan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas
kehendak sendiri.
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya
dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan
rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa
Anak mulai dihadapkan pada harapan harapan kelompoknya dan dorongan yang makin
kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berfikir bagaimana masa depannya, anak
mulai mencari identitas dirinya serta perannya, jiak ia berhasil melewati tahap ini maka ia
14
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan
orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang yang tidak mampu
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian masyarakat
dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa lalu menyebabkan individu mampu
berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan
semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam.
Kesimpulan
Ada beberapa faktor yang menjelaskan tentang perkembangan anak, seperti faktor
biologis dan faktor psikososial. Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh lingkungannya
seperti lingkungan orang tua dan lingkungan sekolah. Malu bergaul dengan teman seperti yang
dialami anak perempuan 15 tahun tersebut dapat disebabkan karena adanya pengaruh faktor-
faktor yang sudah jelaskan dalam pembahasan di atas sehingga psikologisnya terganggu.
Hipotesis diterima.
Daftar Pustaka
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates: Buku Saku.
15
2. Staf Departemen Psikiatri FKUI. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: Fakultas
2003.h.505.
9. Muscari EM. Pediatrik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2001.h.8-9.
10. Seminium Y. Teori kepribadian dan terapi psikoanalitik Freud. Yogyakrata: Kanisius;
2006.h.21.
16