Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pre-lab
3. Tinjauan Pustaka
1. Uji Tollens
1. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Tollens dari beberapa sampel
dalam percobaan ini!
Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid
dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu
AgNO3 dimana akan terjadi reaksi reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi
anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag.
Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam
tabung reaksi (Acton, 2013).
Dalam praktikum identifikasi aldehid dan keton menggunakan uji Tollens, langkah
pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam
praktikum kali ini antara lain tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung
reaksi, bunsen, korek api, pipet tetes, pipet ukur dan bulp. Bahan yang
dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain larutan AgNO3 5%, NH4OH 6 M dan
lima sampel yaitu glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid dan sukrosa. Setelah
alat dan bahan disiapkan, AgNO3 dimasukkan kedalam lima tabung reaksi
sebanyak 1 ml menggunakan pipet ukur. Selanjutnya kedalam tiap tabung reaksi
ditambah beberapa tetes NH4OH menggunakan pipet tetes sampai larutan
menjadi bening kembali, tujuan penambahan NH4OH ini adalah untuk mencegah
terjadinya endapan. Selanjutnya kedalam lima tabung reaksi tersebut
dimasukkan 1 ml sampel yang terdiri atas glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid
dan sukrosa menggunakan pipet ukur. Kemudian dipanaskan menggunakan
penjepit tabung reaksi diatas api bunsen. Selanjutnya diamati perubahan
warnanya dan dicatat pada tabel data hasil percobaan.
Berdasarkan data hasil percobaan yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pada
sampel formaldehid dibutuhkan lima tetes NH4OH agar AgNO3 kembali berwarna
bening, selanjutnya setelah ditambahkan 1 ml formaldehid, tanpa pemanasan
sudah terbentuk endapan cermin perak, oleh karena itu tidak perlu dilakukan
pemanasan, karena pemanasan sendiri tujuannya adalah untuk mempercepat
reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji tollens dengan formaldehid adalah
positif dan formaldehid termasuk aldehid. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
formaldehid merupakan gugus aldehid dan memiliki gugus OH bebas sehingga
bereaksi dalan uji tollens ini dan membentuk cermin perak (Sudarmo,
2006). Reaksi yang terjadi adalah .
Selanjutnya adalah sampel aseton. Pada sampel aseton dibutuhkan 6 tetes
NH4OH supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya setelah diberi sampel (tanpa
pemanasan) berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang
lebih 2 menit warnanya tetap bening. Hal ini menunjukkan bahwa aseton tidak
bereaksi dengan reagen AgNO3 sehingga hasil ujinya adalah negatif, jadi aseton
bukan termasuk aldehid tetapi keton. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
aseton merupakan gugus keton dan aseton tidak bisa bereaksi dalam uji tollens
karena aseton tidak memiliki gugus OH atau H bebas (Sudarmo, 2006). Reaksi
yang terjadi adalah .
Selanjutnya adalah sampel glukosa. Pada sampel glukosa ini dibutuhkan 5 tetes
NH4OH supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya setelah diberi sampel (tanpa
pemanasan) berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang
lebih 2 menit terdapat endapan cermin perak. Hal ini menunjukkan bahwa uji
tollens dengan glukosa adalah positif dan glukosa termasuk aldehid. Hal ini
sesuai dengan literatur bahwa glukosa merupakan gugus aldehid dan glukosa
memiliki gugus H bebas sehingga dapat bereaksi dengan AgNO3 dengan
memebentuk endapan cermin perak(Sudarmo, 2006). Reaksinya adalah .
Selanjutnya adalah sampel fruktosa. Pada sampel ini dibutuhkan 14 tetes NH4OH
supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya setelah diberi sampel (tanpa
pemanasan) berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang
lebih 2 menit terdapat endapan cermin perak. Hal ini menunjukkan bahwa uji
tollens dengan glukosa adalah positif. Meskipun fruktosa adalah keton, tapi
karena fruktosa memiliki gugus OH bebas sehingga dapat bereaksi dalam uji ini
dan membentuk endapan cermin perak(Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi
adalah .
Selanjutnya adalah uji sukrosa. Dalam uji sampel sukrosa ini membutuhkan 8
tetes NH4OH supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya setelah diberi sampel
(tanpa pemanasan) berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama
kurang lebih 2 menit terjadi perubahan warna menjadi hitam. Hal ini
menunjukkan bahwa uji tollens dengan sukrosa adalah negatif, karena tidak
terbentuk endapan cermin perak. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa
sukrosa termasuk disakarida dan tidak bereaksi dalam uji tollens karena sukrosa
terdiri dari fruktosa dan glukosa, dimana gugus OH bebas dari fruktosa dan
gugus H bebas dari glukosa berikatan sehingga sukrosa tidak memiliki gugus OH
atau H bebas (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah .
Dalam penambahan NH4OH terjadi bervariasi tetesan agar AgNO3 kembali
bening. Hal ini dikarenakan pada saat pengambilan NH4OH dengan pipet tetes
terdapat gelembung, pergantian praktikan dalam meneteskan dan cara
penetesan yang kurang tepat. Sehingga didapati tetesan NH4OH pada
AgNO3 yang bervariasi.
2. Uji Fehling
Sampel+ Sampel+
Nama Reagen Fehling Hasil Uji
No. Reagen Fehling
Sampel (Setelah (+) / (-)
(Tanpa
pemanasan) Pemanasan)
Timbul cincin
1 Formaldehid Biru +
merah
2 Aseton Endapan biru tua Endapan biru tua -
3 Glukosa Biru Merah bata +
4 Fruktosa Ijo lumut Merah bata +
5 Sukrosa biru hijau -
1. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Fehling dari beberapa sampel
dalam percobaan ini!
Prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam
suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana
Fehling A adalah CuSO4 dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan Na-K-
tatrat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi
membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+.
Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan merah
bata (Raymond, 2009).
Dalam melakukan percobaan ini, langkah pertama adalah menyiapkan alat dan
bahan. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalahtabung reaksi, rak
tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, bunsen, korek api, pipet tetes, pipet ukur
dan bulp. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain larutan Fehling
A, Fehling B, NaOH dan lima sampel yaitu glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid
dan sukrosa. Setelah alat dan bahan disiapkan, selanjutnya Fehling A sebanyak
lima tetes dimasukkan dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes.
Selanjutnya ditambahkan lima tetes NaOH menggunakan pipet tetes, tujuannya
adalah untuk membuat suasana basa. Selanjutnya ditambahkan sepuluh tetes
Fehling B menggunakan pipet tetes. Kemudian ditambahkan sampel sebanyak 1
ml dan kemudian dipanaskan dengan api bunsen dan diamati perubahan
warnanya. Selanjutnya diperoleh hasil uji dan dicatat pada tabel data hasil
percobaan. Dalam melakukan praktikum ini tidak bisa lima sampel sekaligus
seperti yang dilakukan pada uji Tollens, namun dalam uji Fehling ini harus
dilakukan satu per satu sampel sampai menemukan hasil. Hal ini dikarenakan
larutan Fehling tidak boleh disimpan lama, karena mudah teroksidasi sehingga
harus dilakukan dengan cepat supaya hasilnya akurat.
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa
reagen fehling yang ditambahkan sampel formaldehid sebelum dipanaskan
warnanya biru dan setelah dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk cicin
merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa uji fehling dengan sampel formaldehid
adalah positif dan formaldehid merupakan aldehid. Hal ini sesuai dengan
literatur bahwa formaldehid merupakan gugus aldehid, memiliki gugus OH bebas
sehingga ketika diuji dengan fehling membentuk endapan merah bata (Sudarmo,
2006). Reaksi yang terjadi adalah .
Selanjutnya adalah sampel aseton. Pada sampel aseton yang sudah
ditambahkan reagen fehling berwarna biru tua dan setelah dipanaskan kurang
lebih 2 menit terbentuk endapan biru tua. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling
dan aseton adalah negatif dan aseton bukan aldehid tetapi keton. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur bahwa aseton merupakan gugus keton dan tidak
memiliki gugus OH atau H bebas sehingga tidak bereaksi dalam uji
fehling (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah .
Selanjutnya adalah sampel glukosa. Pada smapel glukosa yang sudah
ditambahkan reagen fehling berwarna biru dan setelah dipanaskan kurang lebih
2 menit terbentuk endapan merah bata. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling
dan glukosa adalah positif dan glukosa merupakan aldehid. Hal ini sudah sesuai
dengan literatur bahwa glukosa merupakan gugus aldehid, memiliki gugus OH
bebas sehingga ketika diuji dengan fehling membentuk endapan merah
bata (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah
Selanjutnya adalah sampel fruktosa. Pada smapel fruktosa yang sudah
ditambahkan reagen fehling berwarna hijau lumut dan setelah dipanaskan
kurang lebih 2 menit terbentuk endapan merah bata. Hal ini menujukkan bahwa
uji fehling dan fruktosa adalah positif dan fruktosa merupakan keton. Hal ini
sudah sesuai dengan literatur bahwa fruktosa memiliki gugus OH bebas
sehingga ketika diuji dengan fehling dapat bereaksi dengan membentuk
endapan merah bata meskipun pada kenyataannya fruktosa adalah
keton (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah
Selanjutnya adalah sampel sukrosa. Pada sampel sukrosa yang sudah
ditambahkan reagen fehling berwarna biru dan setelah dipanaskan kurang lebih
2 menit menjadi berwarna hijau. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling dan
sukrosa adalah negatif dan sukrosa bukan aldehid tetapi keton. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur bahwa sukrosa merupakan gugus keton dan tidak
memiliki gugus OH atau H bebas sehingga tidak bereaksi dalam uji
fehling (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah
PERTANYAAN
1. Apa fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dalam percobaan uji Tollens?
Sebagai reagen dalam uji Tollens yang akan mengoksidasi sampel dan
membentuk cermin perak akibat ion Ag+ yang tereduksi menjadi perak sebagai
tanda bahwa suatu sampel memiliki gugus aldehid. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya cermin perak (Hart, 2004).