Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Plan
1 Definisi
Ablasio berasal dari bahasa Latin ablatio yang berarti pembuangan atau terlepasnya
salah satu bagian badan. Menurut Vera H. Darling dan Margaret R. Thorpe (1996)
menjelaskan bahwa ablasio retina lebih tepat disebut dengan separasi retina. Disebutkan
demikian karena terdapat robekan retina sehingga terjadi pengumpulan cairan retina antara
lapisan basilus (sel batang) dan komus (sel kerucut) dengan sel-sel epitelium pigmen retina.
Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya lapisan sensorik retina dari lapisan
epitel pigmen retina (Daniel, 2000).
Ablasi retina adalah merupakan keadaan terlepasnya retina yang diikuti dengan
penimbunan cairan pada ruang potensial antara retina dengan sel pigmen epitel koroid
(Sidarta Ilyas, 2003).
Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan
lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991) Ablatio Retina juga diartikan
sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada
retina, sehingga mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina
kekurangan cairan (Barbara L. Christensen 1991).
2.2 Anatomi Fisiologi Mata
Mata adalah suatu organ komplek yang berkembang sangat fotosensitif yang
memungkinkan analisa dengan tepat bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan
dari obyek (Loise Junquend, MD dan Jose Larneiro, 1997 :195).
Indera penglihatan terdiri atas 3 bagian, yaitu :
1. Bola mata (bulbus okuli) dengan saraf optik (nervus optikus)
2. Alat penunjang (adnexa)
3. Rongga orbita (cavum orbitae)
2.4 Etiologi
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma, akibat
adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina (rhematogen)
atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non rhegmatogen),
atau tarikan jaringan parut pada badan kaca (traksi). Penimbunan eksudat terjadi akibat
penyakit koroid, misalnya skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia
gravidarum. Jaringan parut pada badan kaca dapat disebabkan DM, proliferatif, trauma,
infeksi atau pasca bedah.
2.6 Patofisiologi
Longgarnya perlekatan antara epitel pigmen dan retina menyebabkan keduanya bisa
terlepas satu terhadap yang lain, sehingga cairan bisa terkumpul diantaranya. Cairan tersebut
biasanya berasal dari bagian badan kaca yang cair yang dengan bebas melewati lubang di
retina menuju kedalam rongga yang terbentuk karena terlepasnya epitel pigmen dari retina
tersebut (Daniel Vaughan dan Taylor Asbury, 1995 : 205).
Penyebab ablasio retina pada orang muda yang matanya tampak sehat dan refraksi
lensanya normal adalah karena adanya kelemahan perlekatan bagi retina untuk melekat
dengan lapisan dibawahnya. Kelemahan yang biasanya tidak terdiagnosis letaknya di
pinggiran bawah retina. Kadang-kadang di tempat yang sama terdapat kista retina kecil. Jika
pinggiran retina terlepas dari perlekatannya maka akan terbentuk suatu lubang seperti yang
disebutkan diatas (Robert Youngson, 1985 : 120).
Pada ablasio retina, bagian luar retina yang sebelumnya mendapat nutrisi dari
pembuluh darah koriokapiler tidak lagi mendapat nutrisi yang baik dari koroid. Akibatnya
akan terjadi degenerasi dan atropi sel reseptor retina. Pada saat degenerasi retina terjadi
kompensasi sel epitel pigmen yang melakukan serbukan sel ke daerah degenerasi. Akibat
reaksi kompensasi akan terlihat sel epitel pigmen di depan retina. Selain itu juga akan terjadi
penghancuran sel kerucut dan sel batang retina. Bila degenerasi berlangsung lama, maka sel
pigmen akan bermigrasi ke dalam cairan sub retina dan ke dalam sel reseptor kerucut dan
batang.
Bila pada retina terdapat ruptur besar maka badan kaca akan masuk ke dalam cairan
sub retina. Apabila terjadi kontak langsung antara badan kaca dan koroid maka akan terjadi
degenerasi koroid. Apabila terjadi degenerasi sel reseptor maka keadaan ini akan berlanjut ke
dalam jaringan yang lebih dalam, yang kemudian jaringan ini diganti dengan jaringan glia.
Apabila proses diatas belum terjadi dan ablasio retina ditemukan dini dan kemudian
kedudukan retina dikembalikan ke tempat asalnya, maka akan terjadi pengembalian
penglihatan yang sempurna (Dr Sidarta Illyas, 1984 : 108).
2.10 Prognosis
a. Prognosis ablasi retina baik bila:
1. Robekan kecil
2. Adanya garis demarkasi ablasi pada retina
3. Cairan subretina sangat sedikit
b. Prognosis kurang memuaskan bila:
1. Ablasi dengan afakia
2. Ablasi total
3. Ablasi tidak dengan bibir rupture melipat
c. Prognosis buruk pada:
1. Ablasi retina dengan ablasi koroid macula
2. Ablasi retina dengan rupture besar
3. Tanpa pengobatan retina akan terlepas total dalam 6 bulan
4. 30 % kasus tanpa komplikasi sembuh 1x operasi
5. 15 % memerlukan operasi kedua
6. Anjurkan pada penderita yang baru mengalami pembedahan ablasi untuk mengurangi
olahraga terutama yang melakukan gerakan kepala yang cepat.
.
2.11
Perubahan degeneratif dalam vitreus
Inflamasi intraokuler/ tumor
Pathway
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Kasus
Ny C berumur 39 tahun datang ke Rumah sakit pada tanggal 19 Maret 2015 pukul 09.00
WIB dengan keluhan kedua mata kabur sejak 10 hari yang lalu, tidak dapat melihat dengan
jelas walau jaraknya dekat, terutama mata kiri hanya terlihat bayangan hitam, kilatan cahaya
tidak tampak. Sejak 2 tahun yang lalu mata kanan kabur ada bintik putih ditengah-tengah
bola mata. Dari anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan didapatkan keadaan umum klien
komposmentis, kedua mata klien kabur. Pada pemeriksaan visus diperoleh mata kanan 1/300
PI BSA dan mata kiri 1/300 PI BSA . TD= 110/80mmHg, RR= 18 X/menit, Nadi 80 X/menit
dan Suhu = 36,5 C.
Analisa Data
a. Identitas
Nama : Ny.C
Umur : 39 tahun
TTL : 12 Mei 1976
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Gubeng kertajaya III /No.3R.
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga.
MRS : 19 Maret 2015.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh kedua mata kabur sejak 10 hari yang lalu, tidak dapat melihat dengan jelas
walau jaraknya dekat, terutama mata kiri hanya terlihat bayangan hitam, kilatan cahaya tidak
tampak.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kedua mata kabur tidak dapat melihat dengan jelas terutama mata kiri hanya terlihat
bayangan hitam, kilatan cahaya tidak tampak.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak 2 tahun yang mata kanan kabur ada bintik putih ditengah-tengah bola mata.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita serupa dengan klien.
c. Pemeriksaan Fisik/ Keadaan Umum
1. Status kesehatan umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
TD : 110/80mmHg
Nadi : 80 X/menit.
RR : 18 X/menit
Suhu : 36,5 C
Fungsi penglihatan : kabur,terlihat bayangan hitam, tidak ada rasa sakit.
Pernapasan : RR= 18 X/menit, pola napas baik.
Sirkulasi : Nadi 80 X/menit, pusing kadang-kadang bila dipaksakan melihat
lama.
Neurologis : Tingkat kesadaran GCS : 456, orientasi baik, bisa mengingat
orang, waktu dan tempat.
Nutrisi : Diet biasa, nafsu makan baik,mual-muntah tak ada, intake cairan 1
2 liter.
Eliminasi : tak ada kelainan
Reproduksi : tak ada kelaianan
2. Pemeriksaan mata
Mata kanan Mata kiri
1/300 PI BSA Visus 1/300 PI BSA
14,6 mmHg Tekanan okuli 10,2 mmHg
Spasme (-) Oedema(-) Palpebra Sapsme(-), Oedema(-)
CVI(-), PCVI(-) Konjunctiva CVI(-), PCVI(-)
Jernih Kornea Jernih
Dalam BMD Dalam
Reguler Iris Reguler
2 mm Pupil Bulat, VC (+) 3mm
Keruh Lensa Jernih
FR (-) Funduskopi FR (+) pupil N II
Batas tegas, warna normal, retina blass (+), makula Reff , eksudat (-).
Anjurkan klien untuk segera melaporkan Perluasan kehilangan lapang pandang secara
pada petugas bila terjadi gangguan lapang masif mungkin terjadi akibat perluasan
pandang yang meluas dang tibatiba. pelepepasan retina
Kaji derajat nyeri setiap hari Normlanya nyeri terjadi dalam waktu kurang
dari lima hari setelah operasi dan berangsur
menghilang . Nyeri dapat meningkat karena
peningkatan TIO 2-3 hari
Anjurkan untuk melaporkan perkembangan Meningkatkan kolaborai ; memberikan rasa
nyeri setiap hari atau segera saat terjadi aman untuk peningkatan dukungan
peningkatan nyeri mendadak. psikologis.
Anjurkan pada klien untuk tidak melakukan Beberapa kegiatan klien dapat meningkatkan
gerakan tiba-tiba yang dapat menyebabkan nyeri, seperti gerakan tiba-tiba
nyeri. ,membungkuk,mengucek mata, batuk dan
mengejan.
Ajarkan tehnik relaksai dan distraksi Menurunkan ketegangan dan mengurangi
nyeri.
Lakukan tindakan kolaboratif dalam Mengurangi nyeri dengan meningkatkan
pemberian analgesik topikal/sistemik ambang nyeri.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang Sebagai modalitas dalam pemberian
perawtan pasca hospitalisasi. pendidikan kesehatan tentang perawatan
pulang
Terangkan aktivitas yang diperbolehkan dan Aktivitas yang diperbolehkan:
dihindari untuk mencegah komplikasi- Menonton tv, membaca tetapi jangan terlalu
pascaoperasi. lama
- Tidur dengan perisai pelindung mata logam
pda malam hari, mengenakan kacamata pda
siang hari
- Berlutut atau jongkok saat mengambil
sesuatu dari lantai
Terangkan berbagai kondisi yang perlu Kondisi yang harus segera dilaporkan:
dikonsultasikan Nyeri pada dan disekitar mata, sakit kepala
menetap
Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau
keluar cairan ; inflamasi dan cairan dari mata
Terangkan cara penggunaan obat-obatan Klien mungkin mendapatkan obat tetes mata
atau salep (topikal)
Berikan kesempatan bertanya Respons verbal untuk meyakinkan kesiapan
klien dalam perawatan pasca hospitalisasi
Identifikasi kesiapan keluarga dalam Kesiapan keluarga meliputi orang yang
perawatan diri klien pascahospitalisasi bertanggung jawab dalam perawatan,
pembagian peran dan tugas serta
penghubung klien dan institusi pelayanan
kesehatan.