Vous êtes sur la page 1sur 32

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


SMF BEDAH
RUMAH SAKIT BAYUKARTA

Nama Mahasiswa : Bernadina Novindra S L TandaTangan :


NIM : 11.2015.068
Dokter Pembimbing : dr. Ade Sigit Mayangkoro,Sp.B

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Tn. MH (2016032879) Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : Karawang, 30/08/1985 Sukubangsa : Sunda

Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam

Pekerjaan : TNI Pendidikan : SLTA

Alamat : Asrama Yonif 305 00/00


Teluk Jambe Timur, Karawang

Waktu pasien masuk : Jumat, 14 Oktober 2016 Pkl. 11.10 WIB

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis pada Jumat, 14 Oktober 2016, Pkl 11.10
WIB di IGD RS Bayukarta.

KeluhanUtama:
Nyeri pada luka akibat tersetrum listrik.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke IGD RS Bayukarta diantar oleh teman 1 tempat kerjanya. Pasien merasa
nyeri pada kedua lengan tangan, paha, punggung dan alat kelamin, dikarenakan terkena
sengatan listrik sejak 30 SMRS. Awalnya pasien sedang memasang tenda kemudian
tanpa sengaja besi yang dipegang terkena kabel listrik sehingga membuat pasien
tersetrum pada tangan kanan dan pasien terpental dan masuk ke dalam selokan
sejak 30 menit SMRS, dengan ketinggian sekitar 3 meter. Penurunan kesadaran,
mual, muntah dan pusing disangkal oleh pasien.
Mechanisme of Injury
Pasien saat sedang memasang tenda dan tiba-tiba tersetrum karena os tidak sengaja
memegang besi yang terkena kael listrik. Os terjatuh kedalam selokan dan Os
mengatakan tidak mengaami penurunan kesadaran, mual, muntah dan pusing.

Injury Substance
Tersetrum aliran listrik tegangan tinggi.

Sign
Kedua lengan tangan, kedua paha, punggung dan alat kelamin.

Treatment
Dilakukan observasi, debridement, nekrotomi dan perawatan luka.

PRIMARY SURVEY
1. Airway
Stridor (-), gurgling (-), snoring (-), darah/kotoran di hidung dan mulut (-),
CLEAR.
2. Breathing
RR 28 x/menit, tidak ada bagian yang tertinggal, saturasi 99%, sesak (-)
Adekuat.
3. Circulation
Nadi 98 x/menit, kuat angkat, TD 140/80 mmHg, pucat (-), sianosis (-), akral
hangat, CRT<2 detik TIDAK SYOK.
4. Disability
GCS 15 (E4 V5 M6), compos mentis, ukuran pupil normal, isokor, reflex cahaya
(+), lateralisasi (-).
5. Environment : buka semua baju, kemudian diselimuti.

SECONDARY SURVEY
1. Allergy: tidak ada alergi makanan atau obat
2. Medications: tidak dalam pengobatan
3. Past medical history: riwayat trauma sebelumnya (-), hipertensi (-), diabetes
mellitus(-)
4. Last eaten meal: 1 jam SMRS
5. Event leading : Di rumah saat sedang memasang tenda dan tersengat arus listrik.

PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 99x/menit,regular
Suhu : 37,4 oC
Pernapasan (Frekuensi) : 24x / menit
Berat badan : 80 kg

HEAD TO TOE
Kepala : normocephali
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor
Telinga : normotia, tidak ada sekret, membran timpani utuh, refleks
cahaya +/+
Hidung : normosepta, tidak ada deviasi, tidak ada sekret
Tenggorokan : T1-T1, faring tidak hiperemis
Gilut : baik
Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar dan tidak teraba
benjolan
Thorax :
Paru-paru :
Inspeksi : tidak terlihat lesi kulit, simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, tidak
ada retraksi sela iga
Palpasi : fremitus +/+, simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada retraksi sela iga
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara paru patologis
Jantung :
Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat
Palpasi :Teraba iktus cordis pada sela iga V linea midclavicula kiri, kuat angkat, reguler
Perkusi :Batas atas Kiri kanan Redup
Auskultasi: BJ I-II murni, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : abdomen datar, jejas (-), tidak ada pembuluh kolateral, striae, caput
medusa.
Auskultasi : bising usus + Normal
Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-) , defans muskular
(-)
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen

Ekstremitas superior dan Ekstremitas Inferior: Lihat status lokalis

STATUS LOKALIS
Look : Tampak oedem (+), deformitas (-), hiperemis (+), bulla (+), daerah
nekrosis (+)
Feel : Nyeri tekan setempat (+), pada daerah nekosis tidak dirasakan nyeri
Move :Gerakan aktif dan pasif masih baik, sakit bila digerakkan.
Riwayat Penyakit Dahulu (Tahun) : Tidak ada

Riwayat Keluarga : Tidak ada

DIAGNOSIS KLINIS
Combustio 22% grade IIA/B ec Electric injury

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : darah lengkap, elektrolit, fungsi ginjal, pemeriksaan protein
(albumin, globulin)
EKG.
PENATALAKSANAAN
Rencana terapi
a) Pembersihan dengan NaCl 0,9% dan betadine
b) Terapi cairan IVFD RL
10.100cc = 1000cc
10.50cc=500cc
40.20cc=800cc
Total 2300 cc/hari cairan rumatan
Resusitasi
4cc. 2,5%. 60 kg = 600 cc
Total 2900 cc/hari (1450 cc/8jam, 1450cc/16 jam)
1450cc/8 jam = 45tpm
1450cc/16 jam = 23 tpm
c) Pencegahan infeksi Ceftriaxone 2x1g (IV)
d) Analgetikketorolac 2x1@ (IV) dan PPI (Omeprazole 2x20mg)
e) Salep silversulfadiazin (burnazine), tutup luka (ganti 1x sehari)
f) Suntik ATS 3000 unit
g) Rujuk bedah

PROGNOSIS
Dubia ad Bonam

LUKA BAKAR LISTRIK

I. PENDAHULUAN

Luka bakar atau combusio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti
kobaran api di tubuh (flame), jilitan api ke tubuh (flash), terkena air panas
(scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat serangan listrik, akibat
bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) dan suhu yang sangat
rendah. Luka bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain.. (1,2,3,4)
Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, merupakan
jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang
memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat
berubahnya energi listrik menjadi energi panas.1,2,3 Pada umumnya tanda utama
trauma listrik adalah luka bakar pada kulit. Gambaran makroskopis kerusakan
kulit yang kontak langsung dengan sumber listrik bertegangan rendah disebut
electrical mark. Luka listrik biasanya dapat diamati di titik masuk (entry point)
maupun titik keluar (exit point).2
Luka Listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke
dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan
terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia adalah penghantar listrik
yang baik. Kontak langsung dengan arus listrik bisa berakibat fatal.1 Arus listrik
yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat
membakar dan menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik
tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang
serius, terutama pada jantung, otot atau otak.2

II. EPIDEMIOLOGI

Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka


morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita. Berdasarkan tempat kejadian,
69 % di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di rekreasi
atau olahraga 10% dan lain-lain.(5)

Jumlah kejadian cedera listrik diperkirakan menimbulkan 1000 kematian


pertahun dan sekitar 3000 orang yang dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat.
Diperkirakan 20% kejadian luka listrik terjadi pada anak-anak, jumlah terbanyak
pada usia balita.1 Luka bakar listrik kebanyakan terjadi pada anak-anak saat di
rumah. Pada orang dewasa, kebanyakan kecelakaan luka bakar terjadi di tempat
kerja dan menjadi tempat keempat tertinggi yang mengancam jiwa. Lebih dari 50
% pekerja elektrik mendapat luka dari kabel listrik, dan 25% berasal dari alat
elektrik. Rasio laki-laki dan perempuan sebanyak 9 : 1.1
III. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ terbesar tubuh yang terdiri dari lapisan sel
dipermukaan. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis dan dermis. Luas kulit
orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan
organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin dari kesehatan dan
kehidupan. Kulit juga sangat sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.2,3
Epidermis merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh sel-sel
epitel. Sel sel yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit (sel
terbanyak pada lapisan epidermis), melanosit, sel merkel dan sel Langerhans.
Epidermis terdiri dari lima lapisan yang paling dalam yaitu stratum basale,
stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum dan stratum corneum.
Dermis merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembuluh darah
dan pembuluh darah limfe. Selain itu, dermis juga tersusun atas kelenjar keringat,
kelenjar sebasea, dan folikel rambut. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
papillaris dan lapisan retikularis, sekitar 80% dari dermis adalah lapisan
retikularis.2,3
Gambar 1. Anatomi kulit
Secara fisiologis, kulit mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya
zat-zat kimiawi terutama yang bersifat iritan, misalnya lisol, karbol, asam,
dan alkali. Gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar
ultra violet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.
2) fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan
benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,
begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap
air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel menembus sel-sel
epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.
3) fungsi ekskresi, kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna lagi atau
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat, dan amonia.
Sebum yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan ini selalu
meminyaki kulit jua menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit
tidak menjadi kering.
4) fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan
ruffinidermis dan sukutis.
5) Fungsi termoregulasi(pengaturan suhu tubuh), kulit melakukan peranan ini
dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.
6) Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di
lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Pigmen disebar ke epidermis
melalui tangan-tangan dendrit. Sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya
dibawa oleh sel melanofag.
7) Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai sel utama yaitu
keratinosit, sel langerhans, melanosis.
8)
Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7
dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.2
IV. ETIOLOGI

Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin, ataupun zat
kimia. Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka dipengaruhi oleh derajat
panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit..3,4
1) Luka Bakar Termal (Thermal Burns)

Luka bakar termal disebabkan oleh air panas (scald), jilitan api ke tubuh
(flash), koboran api ke tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan
objek-objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas dan lain-lain).
2) Luka Bakar Zat Kimia (Chemical Burns)

Luka bakar kimia biasanya disebabaka oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga.
3) Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)

Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan


ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada
pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik
kontak dengan sumber arus maupun ground.
4) Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif.


Tipe luka bakar ini sering disebabkan oleh penggunaaan radioaktif untuk
keperluan terapeutik dalam kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar
(1,4,7,
matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.
10)

Gambar 2. Tipe luka bakar

V. PATOFISIOLOGI

Respon Lokal
Terdapat 3 zona luka bakar menurut Jackson yaitu: 1
1. Zona Koagulasi
Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan
sumber panas dan terjadi nekrosis dan kerusakan jaringan yang irevisibel
disebabkan oleh koagulasi constituent proteins.
2. Zona Stasis
Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, di mana zona ini
mengalami kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit
sehingga penurunan perfusi jaringan diikuti perubahan permeabilitas
kapiler(kebocoran vaskuler) dan respon inflamasi lokal. Proses ini
berlangsung selam 12-24 jam pasca cedera, dan mungkin berkakhir
dengan nekrosis jaringan. 1
3. Zona Hiperemia

Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi,


jaringannya masih viable. Proses penyembuhan berawal dari zona
inikecuali jika terjadi sepsi berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan.1

Elektron mengalir dalam tubuh secara abnormal sehingga menghasilkan


cedera atau kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama
elektrik pada jantung dan otak atau menghasilkan luka bakar elektrik internal
maupun eksternal melalui panas dan pembentukan pori di membran sel.2,4

Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan
penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus bolak balik (AC)
dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada. Aliran listrik
yang lama mengakibatkan kerusakan iskemik otak yang diikuti dengan gangguan
nafas.5,6

Cedera bisa berupa luka bakar ringan sampai kematian, tergantung kepada:

1. Jenis dan kekuatan arus listrik.

Secara umum, arus searah (DC) tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan
dengan arus bolak-balik (AC). Efek AC pada tubuh manusia sangat tergantung
kepada kecepatan berubahnya arus (frekuensi), yang diukur dalam satuan
siklus/detik (hertz). Arus frekuensi rendah (50-60 hertz) lebih berbahaya dari
arus frekuensi tinggi dan 3-5 kali lebih berbahaya dari DC pada tegangan
(voltase) dan kekuatan (ampere) yang sama.

DC cenderung menyebabkan kontraksi otot yang kuat, yang seringkali


mendorong jauh/melempar korbannya dari sumber arus. AC sebesar 60 hertz
menyebabkan otot terpaku pada posisinya, sehingga korban tidak dapat
melepaskan genggamannya pada sumber listrik. Akibatnya korban terkena
sengatan listrik lebih lama sehingga terjadi luka bakar yang berat.

Biasanya semakin tinggi tegangan dan kekuatannya, maka semakin besar


kerusakan yang ditimbulkan oleh kedua jenis arus listrik tersebut. Kekuatan
arus listrik diukur dalam ampere. 1 miliampere (mA) sama dengan 1/1,000
ampere. Pada arus serendah 60-100 mA dengan tegangan rendah (110-220
volt), AC 60 hertz yang mengalir melalui dada dalam waktu sepersekian detik
bisa menyebabkan irama jantung yang tidak beraturan, yang bisa berakibat
fatal. Arus bolak-balik lebih dapat menyebabkan aritmia jantung dibanding
arus searah. Arus dari AC pada 100 mA dalam seperlima detik dapat
menyebabkan fibrilasi ventrikel dan henti jantung.

Efek yang sama ditimbulkan oleh DC sebesar 300-500 mA.


Jika arus langsung mengalir ke jantung, misalnya melalui sebuah pacemaker,
maka bisa terjadi gangguan irama jantung meskipun arus listriknya jauh lebih
rendah (kurang dari 1 mA).

2. Ketahanan tubuh terhadap arus listrik

Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau


memperlambat aliran arus listrik.

Resistensi jaringan, adalah sebagai berikut.

Resistensi rendah: Saraf, Darah, Membran mukosa, Otot

Resistensi sedang: Kulit kering, Tendon, Jaringan lemak

Resistensi tinggi: Tulang

Kebanyakan resistensi tubuh terpusat pada kulit dan secara langsung


tergantung kepada keadaan kulit. Resistensi kulit yang kering dan sehat rata-
rata adalah 40 kali lebih besar dari resistensi kulit yang tipis dan lembab. 2
Resistensi kulit yang tertusuk atau tergores atau resistensi selaput lendir yang
lembab (misalnya mulut, rektum atau vagina), hanya separuh dari resistensi
kulit utuh yang lembab. Resistensi dari kulit telapak tangan atau telapak kaki
yang tebal adalah 100 kali lebih besar dari kulit yang lebih tipis. Arus listrik
banyak yang melewati kulit, karena itu energinya banyak yang dilepaskan di
permukaan. Jika resistensi kulit tinggi, maka permukaan luka bakar yang luas
dapat terjadi pada titik masuk dan keluarnya arus, disertai dengan hangusnya
jaringan diantara titik masuk dan titik keluarnya arus listrik.5

3. Lamanya waktu kontak dengan konduktor

Makin lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak jumlah
harus yang melalui tubuh sehingga kerusakan tubuh akan bertambah besar dan
luas. Dengan tegangan yang rendah akan terjadi spasme otot-otot sehingga
korban malah menggenggam konduktor. Akibatnya arus listrik akan mengalir
lebih lama sehingga korban jatuh dalam keadaan syok yang mematikan
Sedangkan pada tegangan tinggi, korban segera terlempar atau melepaskan
konduktor atau sumberlistrik yang tersentuh, karena akibat arus listrik dengan
tegangan tinggi tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot,
termasuk otot yang tersentuh aliran listrik tersebut.1,2,5

4. Aliran arus listrik


Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk
sampai meninggalkan tubuh. Arus listrik paling sering masuk melalui tangan,
kemudian kepala; dan paling sering keluar dari kaki.
Arus listrik yang mengalir dari lengan ke lengan atau dari lengan ke
tungkai bisa melewati jantung, karena itu lebih berbahaya daripada arus listrik
yang mengalir dari tungkai ke tanah. Letak titik masuk arus listrik (point of
entry) dan letak titik keluar bervariasi sehingga efek dari arus listrik tersebut
bervariasi dari ringan sampai berat. Arus listrik masuk dari sebelah kiri bagian
tubuh lebih berbahaya daripada jika masuk dari sebelah kanan. Bahaya terbesar
bisa timbul jika jantung atau otak berada dalam posisi aliran listrik tersebut.
Bumi dianggap sebagai kutub negatif. Orang yang tanpa alas kaki lebih
berbahaya kalau terkena aliran listrik,alas kaki dapat berfungsi sebagai isolator,
terutama yang terbuat dari karet.

VI. KLASIFIKASI

Cedera listrik utama adalah luka bakar.1 cedera Sekunder akibat trauma tumpul
dari jatuh atau terlempar dari sumber listrik oleh kontraksi otot intens. Luka bakar
listrik dapat diklasifikasikan menjadi6

a. kontak langsung

pemanasan elektrothermal

b. kontak tidak langsung

bunga api listrik (arc)

nyala api listrik (flame)

kilatan listrik (flash)

Pemanasan jaringan sekunder untuk menyebabkan arus luka bakar


electrothermal. Biasanya luka bakar ini adalah hasil dari aliran listrik bertegangan
rendah pada daerah yang terbatas. Aliran yang terus-menerus saat ini dapat
menyebabkan luka bakar yang signifikan di mana saja di sepanjang jalan saat ini.
Biasanya lesi kulit luka bakar electrothermal yang berbatas tegas, deep- parsial
untuk luka bakar full-thickness . 6

Yang paling merusak dari cedera tidak langsung terjadi ketika korban terkena
dari percikan bunga listrik. Bunga api listrik adalah percikan yang terbentuk
antara dua benda bertegangan yang tidak bersentuhan satu sama lain, biasanya
merupakan sumber yang bertegangan tinggi dan tanah. Karena suhu bunga api
listrik adalah sekitar 2500 C, menyebabkan luka bakar yang sangat mendalam
pada titik di mana terjadi kontak dengan kulit. Dalam keadaan lengkung, luka
bakar dapat disebabkan oleh panas dari busur itu sendiri, pemanas electrothermal
akibat arus aliran, atau dengan api yang dihasilkan dari pembakaran pakaian.2

Berdasarkan American Burn Association luka bakar diklasifikasikan


.(1,4,7, 10).
berdasarkan kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka bakar.
Berdasarkan luas permukaan luka bakar.
Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan
tubuh atau Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat
dipakai Rules of Nine atau Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini
hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai
proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nines
menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1
tahun. (1,2, 4,7,10)

Gambar 6. Wallence Rule of Nines(1)

1 Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn Association:


(1,4,7,10)

a Luka Bakar Ringan


i Luka bakar derajat II < 5%
ii Luka bakar derajat II 10% pada anak
iii Luka bakar derajat II < 2%(1,3.6, 8)
b Luka Bakar Sedang
i Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
ii Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
iii Luka bakar derajat III < 10%(1,3.6, 8)
c Luka Bakar Berat
i Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
ii Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
iii Luka bakar derajat III 10% atau lebih
iv Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan
genitalia/perineum.
v Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma
lain. (1,4,7,10)

Gambar 7. Lund and Browder(1)

VII. Gambaran kinis

Gejalanya tergantung kepada interaksi yang rumit dari semua sifat arus listrik.
Suatu kejutan dari sebuah arus listrik bisa mengejutkan korbannya sehingga dia
terjatuh atau menyebabkan terjadinya kontraksi otot yang kuat. Kedua hal tersebut
bisa mengakibatkan dislokasi, patah tulang dan cedera tumpul. Kesadaran bisa
menurun, pernafasan dan denyut jantung bisa lumpuh. Luka bakar listrik bisa
terlihat dengan jelas di kulit dan bisa meluas ke jaringan yang lebih dalam.8

1. Kepala dan Leher

Kepala adalah titik kontak utama untuk cedera tegangan tinggi, dan
pasienmungkin menunjukkan luka bakar serta kerusakan neurologis. Katarak
timbul di sekitar 6 % kasus cedera tegangan tinggi, terutama bila tersengat
listrikdi sekitar kepala. Meskipun katarak mungkin hadirlebih cepat atau lambat
setelah kecelakaan itu, katarak biasanya muncul beberapa bulansetelah kejadian.
Ketajaman visual dan pemeriksaan funduskopi harus dilakukanpada kemudian
hari. Pasien harus segera dirujuk ke dokter mata untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya katarak ini.8

2. Sistem kardiovaskular

Serangan jantung, baik dari detak jantung atau fibrilasi ventrikel, adalah kondisi
umum yang akan terjadi dalam kecelakaan listrik. Pada Elektrokardiografi
(EKG) ditemukan sinus takikardi, sementara elevasi segmen ST, QT
reversibelsegmen perpanjangan, kontraksi ventrikel prematur, fibrilasi atrium,
danbundel branch block. Infark miokard akut dilaporkan tetapi relatif jarang.
Kerusakan otot rangka dapat menghasilkan peningkatan fraksi CPK-MB,
mengarah pada diagnosis palsu infark miokard dalam beberapa pengaturan.8

3. Kulit

Selain serangan jantung, luka yang paling dahsyat yang terjadi saat cedera listrik
adalah kulit terbakar, yang paling parah pada luka masuk dan tubuh yang kontak
dengan tanah. Bagian tubuh yang paling sering dari terkena kontak dengan
sumber listrik ialah tangan dan tengkorak. Daerah yang paling sering dari tanah
adalah tumit. Seorang pasien mungkin memiliki beberapa luka masuk dan titik
kontak dengan tanah. Luka bakar di listrik yang parah sering muncul keluhan
seperti rasa sakit, depresi, kuning abu-abu, belang-belang daerah dengan pusat
nekrosis, atau daerah yang mengeras seperti mumi. Arus tegangan tinggi
seringmengalir pada internal tubuh dan dapat membuat kerusakan otot besar.
Jika kontak dalam singkat. Namun, arus minimal mungkin terjadi dan kerusakan
kulit terlihat mungkin mewakili hampir semua kerusakan. Seseorang sebaiknya
tidak mencoba untuk memprediksi jumlah kerusakan jaringan di bawahnya dari
jumlah keterlibatan kulit. Cedera listrik yang paling umum terlihat pada anak-
anak kurang dari 4 tahun adalah mulut luka bakar yang terjadi dari mengisap
pada kabel ekstensi listrik rumah tangga. Luka-luka bakar biasanya merupakan
luka bakar busur lokal, mungkin melibatkan orbicularis oris otot, dan sangat
mengkhawatirkan ketika komisura yang terlibat karena dari kemungkinan
deformitas kosmetik. Sebuah risiko yang signifikan pendarahan tertunda dari
arteri labial ada ketika memisahkan escar . Kerusakan pertumbuhan dilaporkan ,
dan biasanya dirujuk ke bedah mulut.8

Pada kulit terjadi escar yang bisa menyebabkan timbulnya sindrom


kompartemen. Syndrom kompartemen adalah suatu kondiri dimana terjadi
peningkatan tekannan insterstitial pada kompartemen osteofasial yang tertutup.
Sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen
pada jaringan.

Gejala klinis yang umumnya ditemukan pada sindroa kompartemen meliputi:


Pain : nyeri pada saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena
Pallor : kulit terasa dingin jika dipalpasi, warna kulit biasanya pucat

Parastesia : biasanya terasa panas dan gatal pada daerah lesi


Paralisis : diawali dengan ketidak mampuan untuk menggerakkan sendi

Pulselesness : berkurang atau hilangnya denyut nadi akibat adanya gangguan


perfusi arterial.
Dalam cedera tegangan tinggi, nekrosis otot dapat meluas ke tempat yang jauh
dari luka kulit yang terlihat, dan kompartemen sindrom terjadi sebagai akibat
dari pembuluh darahiskemia dan edema otot. Dekompresi fasciotomy atau
amputasi sering diperlukan karena kerusakan jaringan yang luas.

4. Ekstremitas
Pelepasan mioglobin yang banyak dari otot yang rusak dapat menyebabkan
kerusakan Myoglobinuria. Vascular ginjal dari energi listrik bisa menjadi jelas
setiap saat isi ulang kapiler harus dikaji dan didokumentasikan dalam semua
ekstremitas, dan pemeriksaan neurovaskular harus sering diulang. Karena arteri
adalah sistem high-flow, panas dapat hilang cukup baik dan menyebabkan
sedikit kerusakan awal jelas tapi hasilnya dalam kerusakan berikutnya.
Pembuluh darah, di sisi lain, adalah sistem aliran rendah, yang memungkinkan
energi panas untuk menyebabkan pemanasan lebih cepat dari darah, dengan
akibat trombosis . Akibatnya, ekstremitas mungkin muncul pembengkakan pada
awalnya. Dengan luka parah, seluruh ekstremitas mungkin muncul pengerasan
ketika semua elemen jaringan, termasuk arteri, mengalami koagulasi nekrosis.
Kerusakan pada dinding pembuluh pada saat cedera juga dapat mengakibatkan
tertundatrombosis dan perdarahan, terutama dalam arteri kecil pada otot .8

VIII. PENATALAKSANAAN
1. Prehospital

Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar
di tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya
adalah membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan
keselamatan diri sendiri. Bahan yang meleleh atau menempel pada kulit tidak
bisa dilepaskan. Air suhu kamar dapat disiriamkan ke atas luka dalam waktu
15 menit sejak kejadian, namun air dingin tidak dapat diberikan untuk
mencegah terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi. 6,7
2. Burn Resusitasi

Burn shock akan berkembang menjadi hypovolemi dan penghancuran


jaringan selular. Karakteristik dari tipe shock ini adalah penurunan cardiac
output dan volume plasma dan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler, edema
dan oligouria.

3. Resusitasi jalan nafas


Bertujuan untuk mengupayakan suplai oksigen yang adekuat. Pada
luka bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi, tindakan intubasi dikerjakan
sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum
dilakukan intubasi, oksigen 100% diberikan dengan menggunakan face mask.
Intubasi bertujuan untuk mempertahankan patensi jalan napas, fasilitas
pemeliharaan jalan napas (penghisapan sekret) dan broncoalveolar lavage.
Krikotiroidotomi masih menjadi perdebatan karena dianggap terlalu agresif
dan morbiditasnya lebih besar dibandingkan intubasi. Krikotiroidotomi
dilakukan pada kasus yang diperkirakan akan lama menggunakan ETT yaitu
lebih dari 2 minggu pada luka bakar luas yang disertai cedera inhalasi.
Kemudian dilakukan pemberian oksigen 2-4 liter/menit melalui pipa
endotracheal. Terapi inhalasi mengupayakan suasana udara yang lebih baik
disaluran napas dengan cara uap air menurunkan suhu yang meningkat pada
proses inflamasi dan mencairkan sekret yang kental sehingga lebih mudah
dikeluarkan. Pada cedera inhalasi perlu dilakukan pemantauan gejala dan
distres pernapasan. Gejala dan tanda berupa sesak, gelisah,takipneu,
pernapasan dangkal, bekerjanya otot-otot bantu pernapasan dan stridor.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah analisa gas darah serial
dan foto thorax.8,9
4. Resusitasi cairan

Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:


Preservasi reperfusi yang adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh vaskuler
regional sehingga tidak terjadi iskemia jaringan
Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak diperlukan.
Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk menjamin
survival seluruh sel
Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis.7,8

a. Jenis cairan
Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan
hipertonik dan koloid: 8,9
Larutan kristaloid
Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini adalah
Ringer Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya
dalam plasma atau memiliki osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada
keadaan normal, cairan ini tidak hanya dipertahankan di ruang intravaskular
karena cairan ini banyak keluar ke ruang interstisial. Pemberian 1 L Ringer
Laktat (RL) akan meningkatkan volume intravaskuer 300 ml. 8,9
Larutan hipertonik
Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan
penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan garam
hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5 %,
7,5% dan 10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler sehingga
cairan akan berpindah dari intraseluler ke ekstraseluler. Larutan garam
hipertonik meningkatkan volume intravaskuler melalui mekanisme penarikan
cairan dari intraseluler. 8,9
Larutan koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan
Dextran. Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi
membran kapiler, oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan didalam
ruang intravaskuler. Pada luka bakar dan sepsis, terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga molekul akan berpindah ke ruang interstisium.
Hal ini akan memperburuk edema interstisium yang ada.7,8
b. Dasar pemilihan Cairan

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan cairan


adalah efek hemodinamik, distribusi cairan dihubungkan dengan
permeabilitas kapiler, oksigen, PH buffering, efek hemostasis, modulasi
respon inflamasi, faktor keamanan, eliminasi praktis dan efisien. Jenis cairan
terbaik untuk resusitasi dalam berbagai kondisi klinis masih menjadi
perdebatan terus diteliti. Sebagian orang berpendapat bahwa kristaloid adalah
cairan yang paling aman digunakan untuk tujuan resusitasi awal pada kondisi
klinis tertentu. Sebagian pendapat koloid bermanfaat untuk entitas klinik lain.
Hal ini dihubungkan dengan karakteristik masing-masing cairan yang
memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada kasus luka bakar, terjadi
kehilangan ciran di kompartemen interstisial secara masif dan bermakna
sehingga dalam 24 jam pertama resusitasi dilakukan dengan pemberian cairan
kristaloid. 5,6
c. Penentuan jumlah cairan

Untuk melakukan resusitasi dengan cairan kristaloid dibutuhkan tiga


sampai empat kali jumlah defisit intravaskuler. 1 L cairan kristaloid akan
meningkatkan volume intravaskuler 300 ml. Kristaloid hanya sedikit
meningkatkan cardiac output dan memperbaiki transpor oksigen.7,8
Penatalaksanaan dalam 24 jam pertama
Resusitasi syok menggunakan Ringer laktat atau ringer asetat,
menggunakan beberapa jalur intravena. Pemberian cairan pada syok atau
kasus luka bakar > 25-30% atau dijumpai keterlambatan > 2 jam. Dalam <4
jam pertama diberikan cairan kristaloid sebanyak 3[25%(70%xBBkg)] ml.
70% adalah volume total cairan tubuh, sedangkan 25% dari jumlah minimal
kehilangan cairan tubuh dapat menimbulkan gejala klinik sidrom syok. (1,4,7,10)
Pada resusitasi cairan tanpa adanya syok atau kasus luka bakar luas <
25-30%, tanpa atau dijumpai keterlambatan < 2 jam. Kebutuhan dihitung
berdasarkan rumus baxter 3-4 ml/kgBB/% LB. 7,8
Metode Parkland merupakan metode resusitasi yang paling umum
digunakan pada kasus luka bakar, menggunakan cairan kristaloid. Metode ini
mengacu pada waktu iskemik sel tubulus ginjal < 8 jam sehingga lebih tepat
diterapkan pada kasus luka bakar yang tidak terlalu luas tanpa keterlambatan.
Pemberian cairan menurut formula Parkland adalah sebagai berikut:
Pada 24 jam pertama: separuh jumlah cairan diberikan dalam 8 jampertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada bayi, anak dan orang tua,
kebutuhan cairan adalah 4 ml. Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan
cairan 4 ml ditambah 1% dari kebutuhan.
Penggunaan zat vasoaktif (dopamin dan dobutamin) dengan dosis 3 mg/kgBB
dengan titrasi atau dilarutkan dalam 500ml Glukosa 5% jumlah tetesan dibagi
rata dalam 24 jam.
Pemantauan untuk menilai sirkulasi sentral melalui tekanan vena sentral
(minimal 6-12cm H20) sirkulasi perifer (sirkulasi renal). Jumlah produksi
urin melalui kateter, saat resusitasi (0,5- 1ml /kg BB/jam maka jumlah cairan
ditingkatkan 50% dari jam sebelumnya.
Pemeriksaan fungsi renal (ureum, kreatinin) dan urinalisis (berat jenis dan
sedimen).
Pemantauan sirkulasi splangnikus dengan menilai kualitas dan kuantitas
cairan lambung melaui pipa nasogastrik. Jika , 200ml tidak ada gangguan
pasase lambung, 200-400ml ada gangguan ringan, >400 ml gangguan berat. 9

Penatalaksanaan 24 jam kedua


Pemberian cairan yang menggunakan glukosa dan dibagi rata dalam 24 jam.
Jenis cairan yang dapat diberikan adalah glukosa5% atau 10% 1500-2000 ml.
Batasan ringer laktat dapat memperberat edema interstisial.
Pemantauan sirkulasi dengan menilai tekanan vena pusat dan jumlah produksi
uin <1-2 ml/kgBB/jam,berikan vasoaktif samapi 5 mg/kgBB
Pemantauan analisa gas darah, elektroli.8,9

Penatalaksanaan setelah 48 jam


Cairan diberikan sesuai kebutuhan maintanance
Pemantauan sirkulasi dengan menilai produksi urin (3-4 ml/kgBB),
hemoglobin dan hematokrit. (1,4,7,10)

Rumus Baxter:
Pada dewasa:
Hari I: 3-4 ml x kgBB x % luas luka bakar
Hari II:Koloid: 200-2000 cc + glukosa 5%
Pemberian cairan volume pada 8 jam pertama dan volume diberikan
16jamberikutnya.
Pada anak:
Hari I:

RL:dex 5% = 17:3
(2cc x kgBB x % luas luka bakar) + keb. faal
Kebutuhan Faal:
<1 thn = kgBB X 100cc
5-15 thn = kgBB X 75cc
>15 thn = kgBB X 50cc
Hari II: sesuai kebutuhan faal

Formula Parkland: 8,9


Hari I (24jam pertama):
8 jam pertama: [0,5 x (4 cc x kgBB x % TBSA )] / 8 jam =cc/jam
16 jam kedua: [0,5 X (4 cc x kg BB x % TBSA)] / 16 jam = cc/jam
Penambahan cairan rumatan pada anak :
4 cc/kgBB/jam dalam 10 kg pertama
2 cc/kg BB/jam dalam 10 kg kedua (11-20kg)
1 cc/kgBB/jam untuk tiap >20kg
Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan cairan 4 ml ditambah 1%
dari kebutuhan.Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat
dari produksi urin yaitu pada dewasa 0,5-1,0 cc/kg/jam dan pada anak 1,0-
1,5 cc/kg/jam.8
5. Perawatan luka

Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas,


mekanisme bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi
debridement secara alami, mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi),
pencucian luka, wound dressing dan pemberian antibiotik topikal . Tujuan
perawatan luka adalah untuk menutup luka dengan mengupaya proses
reepiteliasasi, mencegah infeksi, mengurangi jaringan parut dan kontraktur
dan untuk menyamankan pasien. Debridement diusahakan sedini mungkin
untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini
dilakukan setelah keadaan penderita stabil, karena merupakan tindakan yang
cukup berat. Untuk bullae ukuran kecil tindakannya konservatif sedangkan
untuk ukuran besar(>5cm) dipecahkan tanpa membuang lapisan epidermis
diatasnya.
Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada
luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab
pengerutan keropeng(eskar) da pembengkakan yang terus berlangsung dapat
mengakibatkan penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan
sirkulasi sehingga bahgian distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini
penjepitan (compartment syndrome) berupa nyeri kemudian kehilangan daya
rasa (sensibilitas) menjadi kebas pada ujung-ujung distal. Keaadan ini harus
cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng
sampai penjepitan bebas. 8
Pencucian luka dilakukan dengan hidroterapi yaitu memandikan
pasien atau dengan air hangat mengalir dan sabun mandi bayi. Lalu luka
dibalut dengan kasa lembab steril dengan atau tanpa krim pelembap.
Perawatan luka tertutup dengan occlusive dressing untuk mencegah
penguapan berlebihan. Penggunaan tulle (antibiotik dalam bentuk sediaan
kasa) berfungsi sebagai penutup luka yang memfasilitasi drainage dan
epitelisasi. Sedangkan krim antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi
pada luka. 8,9
6. Lain-lain

Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai


profilaksis infeksi dan mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Dalam3-5 hari
pertana populasi kuman yang sering dijumpai adalah bakteri Gram positif
non-patogen.Sedangkan hari 5-10 adalah bakteri Gram negative patogen.
Dalam 1-3 hari pertama pasca cedera, luka masih dalam keadaan steril
sehingga tidak diperlukan antibiotik. Beberapa antibiotik topikal yang dapat
digunakan adalah silver sulfadiazine 1%, silver nitrate dan mafenide
(sulfamylon) dan xerofom/bacitracin. Antasida diberikan untuk pencegahan
tukak beban (tukak stress/stress ulcer), antipiretik bila suhu tinggi dan
analgetik bila nyeri. 8,9
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbnagan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak
2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan
diberikan melalui enteral atau ditambah dengan nutrisi parenteral. Pemberian
nutrisi enteral dini melalui nasaogastik dalam 24 jam pertama pasca cedera
bertujuan untuk mencegah terjadinya atrofi mukosa usus. Pemberian enteral
dilakukan dengan aman bila Gastric Residual Volume (GRV) <150 ml/jam
yang menandakan pasase saluran cerna baik. 7,8,9
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk
memperlancarkan peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau
perlu sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional degan bidai.Penderita luka
bakar luas harus dipantau terus menerus. Keberhasilan pemberian cairan
dapat dilihat dari diuresis normal yaitu 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga
adalah sirkulasi normal atau tidak dengan menilai produksi urin,analisa gas
darah, elektrolit, hemoglobin dan hematokrit.7,8,9

IX. KOMPLIKASI

Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi saat
perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan eksisi dan
grafting.Kompilkasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah SIRS, sepsis dan
MODS.Selain itu komplikasi pada gastrointestinal juga dapat terjadi,ss yaitu atrofi
mukosa, ulserasi dan perdarahan mukosa, motilitas usus menurun dan ileus. Pada
ginjal dapat terjadi acute tubular necrosis karena perfusi ke renal menurun. Skin
graft loss merupakan komplikasi yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh
hematoma, infeksi dan robeknya graft. Pada fase lanjut suatu luka bakar, dapat
terjadi jaringan parut pada kulit berupa jaringan parut hipertrofik., keloid dan
kontraktur.Kontraktur kulit dapat menganggu fungsi dan menyebabkan kekeauan
sendi. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi yang intensif dan
kontraktur memerlukan tindakan bedah. 5,6,7

X. PROGNOSIS

Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas
permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan
kecepatan pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor ini dapat sembuh 5-10
hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14
hari dan mugkin dapat menimbulkan luka parut. Jaringan parut akan membatasi
gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk
membuang jaringan parut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88

2. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.


McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259

3. Benjamin C. Wedro. 16 November 2016. First Aid for Burns.


http://www.medicinenet.com.

4. Rubangi. S, 1990. Trauma listrik dan Halilintar. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Jakarta.http://eprints.ui.ac.id/13260/1/82850-
T6046-Trauma%20listrik-TOC.pdf

5. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88

6. Hoediyanto.H, 2008. Trauma Listrik. Universitas Airlangga. Surabaya.


http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.
%20Listrik.pdf.
7. Pierce A, Neil R. Surgery at a glance. Fourth edition.Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2009; 88-9.

8. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.


McGraw-Hill Companies. New York 2008. p 245-259.
9. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.
Philadelphia. p 118-129

Vous aimerez peut-être aussi