Vous êtes sur la page 1sur 21

A.

ASSET DEFINED
FASB mendefinisikan aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa
mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat
transaksi atau peristiwa masa lalu.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa definisi aktiva memiliki 3 karakteristik utama:

1. Memiliki Manfaat Ekonomi Dimasa Mendatang


Sesuatu dikatakan sebagai aktiva apabila memiliki manfaat atau potensi jasa yang
cukup pasti dimasa mendatang.Artinya sesuatu tersebut memiliki kemampuan
baik secara individu maupun bersama-sama dengan aktiva lain untuk
menghasilkan aliran kas masuk dimasa mendatang, baik secara langsung maupun
tidak langsung. SFAC No 6 menyebutkan bahwa manfaat ekonomi merupakan
esensi sebenarnya dari aktiva. Artinya aktiva harus memiliki kemampuan bagi
suatu entitas untuk ditukar dengan sesuatu yang lain yang memiliki nilai, atau
digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai atau digunakan untuk
melunasi hutang.Jadi manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada aktiva
merupakan potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik
langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan.
Manfaat ekonomi masa mendatang dapat juga berhubungan dengan sumber-
sumber ekonomi.
Ada dua karakteristik utama yang dapat digunakan untuk menunjukkan sumber-
sumber ekonomi yaitu kelangkaan dan kemanfaatan. APB dalam statement No 4
memberikan contoh sumber ekonomi perusahaan sebagai berikut:
a. Sumber-sumber ekonomi yang produktif
1. Bahan baku, tanah, peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang
digunakan dalam produksi.
2. Hak kontrak untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi milik unit usaha
lain seperti hak guna bangunan dsb.
b. Produk yaitu barang yang siap untuk dijual/ barang yang masih dalam proses
produksi.
c. Uang
d. Klaim untuk menerima uang
e. Hak pemilikan pada perusahaan lain

2. Dikuasai Oleh Suatu Unit Usaha


Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva bila unit usaha tertentu dapat
menggunakan manfaat aktiva tersebut dan menguasainya sehingga dapat
mengendalikan akses pihak lain terhadap aktiva tersebut. Jadi penguasaan
terhadap suatu manfaat merupakan faktor yang sangat penting agar suatu unit
usaha dapat menghalangi akses pihak lain terhadap pemakaian aktiva. Penguasaan
dan pengendalian terhadap suatu aktiva dapat diperoleh suatu unit usaha melalui
pembelian, pemberian, Penemuan, perjanjian, produksi, penjualan, dan
pertukaran. Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria utama
untuk mengakui suatu aktiva. Pemilikan umumnya dibuktikan dengan dokumen-
dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu barang. Hal ini disebabkan
akuntansi tidak memusatkan pada masalah hukum. Akuntansi lebih memusatkan
pada substansi ekonomi suatu transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan/
hasil usaha suatu perusahaan. Pemilikan hanya merupakan karakteristik
pendukung untuk mengakui aktiva karena ada hak yuridis yang pasti untuk
menguasainya. Bentuk fisik bukan faktor penentu dari aktiva.

3. Hasil Dari Transaksi Masa Lalu


Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah terjadi transaksi atau
peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian
terhadap manfaat dari aktiva tersebut. Meskipun definisi FASB tersebut dapat
diterima secara umum, banyak kritik yang ditujukan. Hal ini disebabkan dalam
definisinya, FASB mengabaikan faktor exchangeability. Mac Neal mengatakan
bahwa suatu barang kehilangan faktor exchangeability berarti kehilangan nilai
ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak memungkinkan untuk
dilakukan sehingga tidak ada nilai pasar yang melekat pada barang tersebut.
Meskipun demikian, FASB menolak isu tersebut karena pada dasarnya manfaat
dari suatu aktiva tidak terbatas pada unsur dapat saling dipertukarkan.

B. ASSET RECOGNITION
Penentuan definisi aktiva merupakan langkah pertama dalam proses identifikasi suatu
aktiva. Apabila jumlah rupiah tertentu akan mempengaruhi posisi keuangan/hasil usaha dan
akan tampak dalam neraca. FASB(1984) menyatakan pengakuan suatu pos didasarkan pada 4
kriteria, sbb :
1. Definisi
Suatu pos akan masuk dalam struktur akuntansi apabila memenuhi definisi elemen
laporan keuangan.
2. Keterukuran
Suatu pos harus memiliki makna tertentu yang relevan dan dapat diukur
jumlahnya dengan reliabilitas yang tinggi.
3. Relevansi
Informasi yang terdapat (terkandung) dalam pos tersebut memiliki kemampuan
untuk membuat suatu perbedaan dalam keputusan yang diambil pemakai laporan
keuangan.
4. Reliabilitas
Informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang digambarkan atau
direpresentasikan, dapat diuji kebenarannya dan netral.

Dalam praktik ada beberapa pos yang memenuhi kriteria definisi tapi tidak dicatat
dalam stuktur akuntansi. Penerapan definisi dalam dunia nyata melibatkan sejumlah kondisi
yang dinamakan aturan pengakuan (recognized rules). Beberapa aturan secara informal
diwujudkan dalam bentuk konvensi atau hal lain yang secara formal dirancang oleh badan
yang berwenang. Contoh aturan menurut konvensi adalah piutang dagang dicatat bila
penjualan kredit dilakukan dan peralatan dicatat saat pembelian. Contoh aturan yang
didasarkan pada keputusan badan berwenang adalah capital lease. Dalam SFAS No.13
accounting for lease disebutkan bahwa kapitalisasi lease (sewa guna usaha) hanya
dilakukan bila salah satu/lebih kriteria ini dipenuhi:
a) Adanya transfer hak milik kepada pembeli (lessee)
b) Kontrak menyebutkan adanya hak boleh pilih untuk membeli dengan syarat yang
menguntungkan pembeli
c) Jangka waktu leasing 75% atau lebih dari sisa taksiran umur ekonomi pada saat
kontrak ditandatangani
d) Nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum sama dengan 90% dari nilai pasar
yang wajar dari aktiva yang disewa terhitung sejak kontrak dimulai.

Praktik menunjukkan banyak aturan yang digunakan untuk mengidentifikasi aktiva


tertentu. Aturan pengakuan menunjukkan aturan khusus yang digunakan untuk
mengidentifikasi aktiva tertentu. Sedangkan kriteria pengakuan merupakan pedoman umum
yang digunakan untuk memformulasikan aturan pengakuan. Tujuan akuntansi adalah
memberikan dasar bagi kriteria pengakuan, yaitu menyediakan informasi yang relevan dan
reliable. Kam (1992) memberikan beberapa kriteria yaitu:
Didasarkan pada hukum
Pemakaian prisip koservatif
Makna /substansi ekonomi suatu transaksi
Kemampuan mengukur nilai aktiva

C. ASSET MEASUREMENT
Perhitungan yang paling fundamental dalam ilmu akuntansi adalah perhitungan modal
dan laba. Modal dinilai berasal dari transaksi dan penilaian ulang yang terjadi di pasar modal.
Laba berasal dari perbandingan dari beban dan pendapatan, juga perubahan modal dalam satu
periode akuntansi. Modal dapat dinilai dan dihitung dengan berbagai cara, contoh : historical
cost, operasional, keuangan, atau nilai wajar. Sejarah menunjukkan pada kita bahwa konsep
perhitungan atas modal dan laba telah berubah dan berkembang dari waktu ke waktu dan
menghasilkan beberapa konsep perhitungan yang fundamental. Yang terkini, standar
pelaporan keuangan internasional telah membuat konsep lebih tepat yaitu konsep nilai
wajar.

Beberapa pengamat beragumen dan mengkritik konsep nilai wajar ini. Bahwa
konsep ini merubah konsep alokasi ke pendekatan penilaian, di mana akan menunjukkan
perbedaan tergantung atas situasi dan interpretasi yang subjektif. Perubahan ini lebih fokus
pada penilaian Balance Sheet, mengalihkan akuntansi dari perhitungan alokasi laba yang
sederhana dan lebih menekankan pada relevasi pada realita komersil dan pengambilan
keputusan oleh investor dibadingkan kebenarannya. Pengukuran dalam akuntansi masuk ke
dalam kategori pengukuran turunan untuk modal dan keuntungan. Laba akuntansi sekarang
berasal dari standar akuntansi internasional. Dari perubahan modal selama periode dari semua
kegiatan termasuk kenaikan dan penurunan fair value aktiva bersih tidak termasuk transaksi
dengan pemilik. Modal berasal dari 'net fair value' aktiva dan kewajiban. .Berarti kita harus
mengukur nilai modal awal, pada jumlah penghasilan yang diterima, jumlah modal yang
digunakan, dan perubahan nilai fair value aktiva bersih. Peningkatan modal selama periode
akan datang akan mengukur jumlah laba dari berbagai macam sumber, termasuk dari
operasional dan penilaian kembali aktiva (setelah disesuaikan dengan pemasukan modal baru
atau pembayaran deviden). Nilai wajar aktiva bersih disajikan kembali maka akan merupakan
modal awal pada periode berikutnya. (Godfrey, dkk. 2010).

Sebaliknya, pendekatan pengukuran dengan pendekatan yang dilakukan sebelum


pengenalan standar akuntansi internasional, pendapatan yang diterima disesuaikan terhadap
aset bersih yang digunakan dalam suatu periode, dan jika pendapatan lebih besar dari
penggunaan modal bersih (atau biaya), maka kita mengalami peningkatan modal.
Keuntungan tidak diperoleh sampai modal awal dari biaya historis dipertahankan dan laba
direalisasikan. Sehingga, modal selalu dinyatakan sebesar harga perolehan dan perubahan
dalam aktiva bersih tidak dianggap sebagai keuntungan. Maka, kita dapat melihat bahwa laba
turunan sangat tergantung pada bagaimana kita mengukur modal awal dan bagaimana kita
mengukur biaya dan alokasi modal. Kita juga dapat melihat bahwa konsep penilaian modal
dalam akuntansi telah berkembang dari waktu ke waktu dengan hasil bahwa kita miliki
pengukuran atas modal secara umum dan konsep laba. Perspektif yang berbeda ini
mencerminkan batas-batas berbagai akuntansi dan kurangnya sebagai model konvensional
dan dominan. Ditambahkan dalam hal ini adalah sejumlah akademis secara signifikan
menurun dari waktu ke waktu, tetapi item neraca dan aktiva tidak berwujud menjadi lebih
penting. Baru-baru ini, Akuntansi internasional Standar Board (IASB) telah mengambil
pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung kebutuhan untuk suatu standar akuntansi
yang akan digunakan di seluruh dunia untuk menghasilkan informasi keuangan yang
sebanding. Hal ini menyebabkan dua perkembangan penting dalam standar akuntansi
internasional sebagai sinyal melalui standar akuntansi seperti IAS 39/AASB139 instrumen
keuangan: Pengakuan dan Pengukuran dan IASB / FASB proyek bersama mengenai
pelaporan keuangan kinerja-(1) bahwa pengukuran laba dan pengakuan pendapatan harus
dihubungkan dengan pengakuan tepat waktu, dan (2) bahwa pendekatan 'nilai wajar' harus
diadopsi sebagai prinsip pengukuran kerja.

D. CHALLENGES FOR STANDARD SETTERS


a) BEBAN TANGGUHAN
Beban tangguhan sering menjadi masalah dalam penentuan jenis aktiva. Masalah
tersebut adalah; apakah beban tangguhan dapat digolongkan sebagai aktiva? Jenis beban
tangguhan yang mana yang dapat digolongkan sebagai aktiva? Beban tangguhan tidak hanya
menyangkut cost dalam bentuk fisik tetapi termasuk juga cost jasa dalam bentuk lain selama
memenuhi kriteria sebagai beban tangguhan.

Kriteria umum yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan beban tangguhan adalah:

Apakah cost jasa tersebut merupakan pengeluaran pengeluaran yang sah dan wajar?
Apakah cost jasa tersebut merupakan suatu faktor yang manfaatnya dimasa
mendatang dapat diantisipasi dengan mudah?
Apakah cost tersebut merupakan jenis pengeluaran yang terjadi berulang-ulang setiap
periode?

Ukuran manfaat tidak hanya didasarkan pada kemampuan untuk menambah volume
produk tapi lebih ditekankan pada manfaat yang berhubungan dengan kegiatan operasi
perusahaan dimasa mendatang secara keseluruhan. Dalam praktek, beberapa pos yang
sebenarnya berbeda sifat sering dikelompokkan dalam neraca dengan satu judul yaitu beban
tangguhan. Misalnya:biaya dibayar dimuka,cost pendirian perusahaan, cost penelitian dan
pengembangan, dan diskonto surat berharga. Walaupun itu sebenarnya kurang tepat.

b) KAPITALISASI BUNGA

Ada beberapa perlakuan akuntansi bunga :

Bunga tidak dikapitalisasi


Bunga dikapitalisasi dan dimasukkan sebagai eleman cost fasilitas fisik yang
dibangun sendiri
Bunga dikapitalisasi tetapi tidak dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik yang
dibangun

Dalam kondisi tertentu mungkin saja tidak perlu dilakukan kapitalisasi apabila
memang manfaatnya kecil. Bunga hanya dapat dikapitalisasi untuk aktiva yang memenuhi
syarat tertentu. Ada beberapa pedoman yang diatur dalam standar akuntansi yaitu :

1. Aktiva yang memenuhi syarat

Kapitalisasi bunga dapat dilakukan untuk aktiva berikut :

Aktiva yang dibangun/diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan.


Aktiva yang dibangun/diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai unit/proyek
yang berdiri sendiri.

Aktiva yang tidak dapat dijadikan objek kapitalisasi yaitu:

Aktiva yang bersangkutan sudah siap digunakan sesuai dengan tujuan pembangunan
atau sedang digunakan dalam kegiatan menghasilkan pendapatan
Aktiva yang bersangkutan belum digunakan untuk tujuan menghasilkan pendapatan
dan juga tidak sedang mengalami penyelesaian/perbaikan atau aktivitas lain yang
diperlukan untuk menjadikan aktiva tersebut siap digunakan lagi dalam operasi.

2. Besarnya Kapitalisasi

Besarnya bunga yang dikapitalisasi secara teoritis adalah tambahan bunga yang diperkirakan
terjadi selama satu periode akibat adanya konstruksi. Besarnya tarif kapitalisasi ditentukan
sebagai berikut :
Apabila dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi tidak melebihi dana pinjaman,
maka tarif yang digunakan adalah tingkat bunga pinjaman untuk konstruksi tersebut.
Apabila dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi melebihi besarnya dana
pinjaman untuk konstruksi tersebut, maka tarif kapitalisasi untuk kelebihan dana yang
tertanam tersebut adalah rata-rata tertimbang dari tingkat bunga sumber dana lainnya.

3. Periode Kapitalisasi

Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan setiap periode selama ketiga syarat berikut
dipenuhi :

Uang muka untuk konstruksi telah dibayar


Kegiatan konstruksi tetap berlangsung dan tidak berhenti cukup lama selama periode
bersangkutan
Cost bunga telah terhimpun atau terjadi bersamaan dengan berjalannya pembangunan
konstruksi

4. Penyajian dan pengungkapan


Hal yang perlu diungkapkan sebagai penjelasan dalam laporan keuangan :
Total bunga yang terjadi selama periode
Bagian dari total bunga yang dikapitalisasi
Total bunga yang dibebankan ke periode bersangkutan kalau selama periode tersebut
tidak ada bagian bunga yang dikapitalisasi

c) PENGELUARAN KAPITAL/UNTUK AKTIVA (CAPITAL EXPENDITURE)

Capital Expenditure adalah pengorbanan sumber ekonomi yang berkaitan dengan


objek jasa (fasilitas fisik) baik saat diperoleh maupun saat digunakan dalam operasi. Aturan
umum yang digunakan untuk menentukan pengorbanan ekonomi sebagai pengeluaran capital:

Untuk aktiva non moneter yang baru diperoleh/dibeli, suatu pengeluaran akan
dikapitalisasi jika pengeluaran tersebut dimaksudkan untuk memperoleh aktiva
sampai aktiva yang bersangkutan siap digunakan untuk operasi perusahaan.
Untuk aktiva yang telah dipakai (aktiva lama), pengeluaran akan dikapitalisasi bila
memenuhi syarat berikut:

Menambah kapasitas produksi aktiva yang bersangkutan


Menambah umur ekonomi

Menambah nilai aktiva

d) AKTIVA DONASI /SUMBANGAN

Masalah khusus lainnya yang sering timbul adalah apabila perusahaan memperoleh
suatu aktiva tanpa harus mengeluarkan /mengorbankan sumber ekonomi. Aktiva yang berasal
dari sumbangan memiliki manfaat untuk menghasilkan pendapatan, maka aktiva tersebut
harus ditentukan nilai wajarnya. Pengukuran semacam ini dimaksudkan untuk menentukan
secara tepat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

e) TRANSAKSI AKTIVA NON MONETER

Masalah lain timbul apabila pengorbanan ekonomi untuk memperoleh suatu aktiva bukan
berupa kas tetapi berbentuk aktiva non moneter.

E. ISSUE FOR AUDITORS


Beberapa isu diciptakan untuk auditor oleh pergeseran fokus untuk pengukuran
keuntungan dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai perubahan atas nilai wajar
aktiva bersih. Ketika keuntungan ditentukan dengan cara mencocokkan transaksi pendapatan
dan beban untuk periode auditor dapat berkonsentrasi pada pengumpulan bukti bahwa
transaksi tersebut telah ditangani dengan tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun, ketika
keuntungan berasal dari perubahan nilai wajar pertanyaan yang lebih sulit muncul untuk
auditor sekitar mengumpulkan bukti pada perkiraan manajemen. Sebagai contoh, salah satu
aspek untuk mengukur keuntungan dengan menilai perubahan nilai wajar aktiva bersih yang
ditangani oleh standar akuntansi IAS 36/AASB 136. Pernyataan ini mensyaratkan penurunan
nilai aktiva diakui sebagai rugi penurunan nilai. Manajemen entitas diperlukan untuk menilai
pada tanggal laporan apakah ada indikasi bahwa aset mungkin terganggu. Jika kondisi
tersebut terjadi, manajemen akan mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika
jumlah yang dapat dipulihkan suatu aktiva kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aktiva
harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Pengurangan Itu adalah
kerugian penurunan nilai. Kerugian penurunan nilai diakui segera dalam laba dalam banyak
kasus. Audit bimbingan standar internasional untuk kerugian penurunan nilai audit dan
perkiraan nilai wajar terdapat dalam ISA 540.
Auditor diharuskan untuk mengumpulkan bukti untuk menilai jika manajemen telah
mengikuti standar akuntansi yang tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian
penurunan nilai wajar. Untuk melakukan hal ini auditor harus menentukan apakah
manajemen telah memilih metode penilaian yang sesuai dan masuk akal dan asumsi. Jika
standar akuntansi tidak meresepkan metode penilaian untuk aset tertentu dan kewajiban yang
consedered, auditor dapat menerima metode penilaian yang wajar. Ini berarti bahwa sulit bagi
auditor untuk tidak setuju dengan pemilihan manajemen terhadap metode penilaian tertentu
yang sedang digunakan oleh entitas lain. Auditor harus mengumpulkan bukti bahwa metode
ini diterapkan secara konsisten, sehingga manajer tidak memilih dan memilih metode dari
tahun ke tahun tergantung pada hasil keuntungan yang diinginkan mereka. Auditor juga harus
menilai apakah nilai aktiva atau kewajiban dengan benar ditentukan dari asumsi signifikan
manajemen, model penilaian dan data yang mendasari relevan. Data tersebut akan mencakup
suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas, nilai pasar digunakan oleh
perusahaan perbandingan, data royalti, dan sebagainya. Secara keseluruhan, mengingat
adanya berbagai metode penilaian yang wajar dan asumsi mungkin, adalah mungkin untuk
jumlah diferent tapi masuk akal beberapa untuk diakui oleh manajemen kerugian penurunan
nilai. Jumlah ini berbeda karena itu akan dapat diterima oleh auditor jika bukti audit
menunjukkan bahwa manajemen telah menerapkan model penilaian benar dan menggunakan
data yang sesuai. Dalam situasi ini, adalah mungkin bahwa auditor menghadapi tekanan
dari manajer setuju dengan pilihan penilaian mereka atau kehilangan audit agar auditor yang
lain lebih menyenangkan. Adanya berbagai alternatif metode penilaian atas aset yang
menimbulkan masalah tersendiri bagi auditor.
Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat diterima oleh auditor jika memenuhi
persyaratan :
Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten,
Menggunakan asumsi yang beralasan,
Data yang digunakan untuk penilaian tersebut valid.

Pada prakteknya, Auditor kadang menerima tekanan dari manager perusahaan auditee
untuk menerima metode penilaian atas aset perusahaan tersebut jika tidak maka auditee akan
mencari auditor yang lain. Masalah lain yang muncul adalah audit atas biaya historical seperti
standar biaya persediaan. Seharusnya biaya atas persediaan ditetapkan secara tepat, tapi biaya
itu didasarkan atas asumsi proses produksi yang dipengaruhi oleh kondisi yang berubah-ubah.

F. PROPRIETY AND ENTITY THEORY


Dua teori yang telah diusulkan untuk memahami akuntansi, yaitu teori kepemilikan dan teori
entitas.

Teori Kepemilikan

Kepemilikan merupakan kekayaan bersih bisnis dan dapat direpresentasikan dalam


persamaan akuntansi:

P = A-L

Dimana kepemilikan (atau ekuitas pemilik) adalah sama dengan aset kurang kewajiban. P
merupakan kekayaan bersih pemilik bisnis. Sprague :

Neraca kepemilikan adalah menjumlahkan pada beberapa waktu tertentu dari semua
elemen yang merupakan kekayaan beberapa orang atau kumpulan orang-orang .....
Seluruh tujuan dari perjuangan usaha adalah peningkatan kekayaan, yaitu,
peningkatan kepemilikan.

Aset milik pemilik dan kewajiban adalah kewajiban pemilik.


tujuan akuntansi adalah untuk menentukan nilai bersih pemiliknya. Pendapatan dan
beban piutang adalah anak rekening P, yang untuk sementara waktu memisahkan untuk
tujuan menentukan laba pemilik.
Pendapatan adalah peningkatan kepemilikan, beban adalah penurunan kepemilikan.
Vatter menjelaskan : Teori double entry didasarkan pada gagasan bahwa beban dan
pendapatan piutang memiliki karakteristik aljabar sama seperti kekayaan bersih, yaitu
rekening cenderung meningkatkan kekayaan bersih meningkat sebesar kredit, account
cenderung menurunkan kekayaan bersih ditangani dalam urutan terbalik.

Dengan demikian, perubahan kekayaan bersih berasal dari kegiatan menghasilkan


pendapatan serta perubahan nilai aset. Misalnya, nilai intrinsik dari surat kabar masthead
dapat meningkatkan nilai dan bisa menarik premi yang signifikan untuk pemilik jika
menyadari (dijual). Dalam kasus tersebut, argumen adalah bahwa peningkatan kekayaan
bersih pemilik harus diakui, meskipun perubahan kekayaan nasional sampai waktu seperti
surat kabar sebenarnya dijual kepada pihak ketiga. Masalah akuntansi adalah mengukur
perubahan nilai nasional. Untuk sebagian besar, praktik akuntansi ini didasarkan pada teori
berpemilik. Dividen dianggap sebagai pembagian keuntungan daripada beban karena mereka
adalah pembayaran kepada pemilik. Di sisi lain, bunga atas utang dan pajak penghasilan
dianggap beban karena mereka mengurangi kekayaan pemilik.
Sebuah modal finansial daripada modal fisik pandangan adalah wajar teori
kepemilikan. Yang pertama menekankan investasi keuangan pemilik, sedangkan yang
terakhir berfokus pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan operasi fisik tanpa
mempedulikan klaim kepemilikan. Pandangan eksklusif tidak melihat perbedaan antara aset
pemilik dan aset entitas. Oleh karena itu, semua laba entitas didistribusikan kepada pemilik
perusahaan. Jika entitas memerlukan sumber daya tambahan. Modal merupakan kas
diinvestasikan oleh pemilik ditambah keuntungan yang diinvestasikan kembali oleh berikut
tegangan kembali dalam bisnis. Kebanyakan orang mengadopsi pandangan keuangan modal
dan juga posisi yang diambil dalam praktek akuntansi konvensional tradisional.

Akuntabilitas untuk pemilik adalah fungsi penting bagi sebuah perusahaan besar karena
kesenjangan antara manajemen dan pemegang saham. Untuk perusahaan kecil, pemilik
menyadari status keuangan usaha sehingga gagasan akuntabilitas atau kepengurusan tidak
seperti miningful. Dalam contast, kontak pemegang saham dengan urusan yang dilaporkan
kepada mereka oleh manajemen.

Teori entitas

Teori entitas dirumuskan sebagai tanggapan terhadap kekurangan pandangan eksklusif


mengenai status hukum yang terpisah dari perusahaan. Teori ini dimulai dengan fakta bahwa
perusahaan merupakan entitas yang terpisah dengan identitasnya sendiri. Teori melampaui
asumsi entitas akuntansi tentang pemisahan urusan bisnis dan pribadi. Martin Menguraikan
dua asumsi terkait terkandung dalam pengertian entitas akuntansi :

Pemisahan, untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemiliknya.


Sudut pandang, prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang entitas.

Meskipun teori entitas sangat cocok untuk pendukung akuntansi perusahaan percaya
bahwa hal itu dapat diterapkan untuk kepemilikan, kemitraan dan bahkan bukan untuk
organisasi nirlaba, yang menyediakan :
Laporan keuangan dan transaksi diklasifikasikan dan menganalisis dari sudut
pandang entitas sebagai unit operasi dan,
Prinsip dan prosedur Akuntansi tidak diformulasikan dalam bentuk suatu
kepentingan tunggal, seperti kepemilikan.

Paton menyatakan, untuk setiap perusahaan bisnis : Ini adalah bisnis yang keuangan
sejarah pemegang buku dan akuntan mencoba untuk merekam dan menganalisa, buku dan
rekening adalah catatan bisnis; laporan periodik untuk operasional dan kondisi keuangan
adalah laporan bisnis.
Ketika sebuah perspektif entitas diambil, tujuan akuntansi dapat kepengurusan atau
akuntabilitas. Versi tradisional dari teori entitas adalah bahwa perusahaan bisnis beroperasi
untuk kepentingan equityholders, mereka yang menyediakan dana untuk entitas. Entitas
karena itu harus melaporkan kepada equityholders status dan konsekuensi dari investasi
mereka.
Dalam teori entitas, fokus dari persamaan akuntansi aktiva dan ekuitas senilai bersih pemilik
bukanlah konsep yang bermakna, karena entitas adalah pusat perhatian. Pemilik dan kreditur
dipandang hanya sebagai equityholders, penyedia dana. Persamaan akuntansi demikian.

Aktiva = ekuitas

Neraca menunjukkan aset entitas, yang mengacu Paton sebagai mewakili pernyataan
langsung dari nilai entitas dan ekuitas, yang disebutnya sebuah ekspresi tidak langsung dari
total yang sama. Aset milik perusahaan dan kewajiban kewajiban perusahaan, bukan
pemilik. Telah berpendapat bahwa karena jumlah yang diinvestasikan oleh equityholders
harus dicatat, tujuan ini secara logis mengarah ke penggunaan biaya historis untuk aktiva
non moneter, karena total pada sisi kanan dari laporan posisi keuangan harus sama dengan
total kiri. Setelah menerima dana yang diberikan oleh equityholders, perusahaan
menginvestasikan dana dalam aset. Untuk aset non moneter, ini adalah harga beli.

Aset dan beban pada dasarnya sama di alam mereka menyediakan jasa. Ini hanyalah
sebuah pertanyaan apakah jasa digunakan atau tetap untuk penggunaan masa depan.

Karakteristik dasar dari pendapatan adalah bahwa hal itu menciptakan aset lebih sedangkan
biaya akhirnya mengurangi aktiva:
Teori Akuntansi, karena itu harus menjelaskan konsep pendapatan (penghasilan) dan biaya
dalam hal perubahan aset perusahaan bukan sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas
pemilik atau pemegang saham.

Paton dan Littleton berpendapat bahwa para pemegang saham memiliki klaim sisa
kontrak pada total aktiva, dan itu untuk alasan ini bahwa pendapatan bersih laba ditahan. Para
pemegang saham mendapatkan sisanya, sisa, setelah para kreditur telah dibayar dalam hal
terjadi likuidasi perusahaan. Penjelasan ini berkembang dari versi konvensional teori ekuitas.
Penafsiran yang lebih baru melihat akun laba ditahan sebagai modal perusahaan atau
investasi sendiri. Pembayaran untuk penggunaan uang adalah biaya karena baik kreditur dan
pemegang saham dianggap pihak eksternal. Oleh karena itu, bunga perubahan dan dividen,
serta pajak penghasilan, adalah biaya-biaya bisnis. Mereka mengurangi jumlah ekuitas entitas
memiliki dalam dirinya sendiri.

Sebagai kesimpulan, kita dapat mengatakan bahwa baik teori kepemilika dan entitas
yang berpengaruh dalam praktek. Teori akuntansi konvensional didasarkan pada konsep
entitas dan laporan keuangan mencerminkan pandangan badan, dengan fokus mereka pada
dividen dan laba bersih per saham. Perusahaan perdagangan saham mereka sendiri, yang
menunjukkan pasar menerima bahwa mereka adalah entitas yang terpisah. Namun, konsep
kepemilikan, beban bunga dianggap sebagai beban dan dividen distribusi laba.

G. LIABILITIES DEFINED

IASB Kerangka Definisi ayat 49 (b) mendefinisikan kewajiban adalah:

Kewajiban kini perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang
diharapkan dapat mengakibatkan arus keluar sumber daya dari perusahaan sumber daya dan
manfaat ekonomi.

Kewajiban Kini

Ayat 62 dari Kerangka menyatakan bahwa "penyelesaian" dari kewajiban kini dapat
terjadi dalam berbagai cara, misalnya dengan

1. pembayaran tunai
2. transfer lainnya asset
3. penyediaan jasa
4. penggantian bahwa kewajiban dengan yang lain kewajiban,
5. konversi dari kewajiban terhadap ekuitas

Metode ini, jika penyelesaian kewajiban, hanya yang pertama harus melibatkan dua arus
keluar jika aset yang diakui oleh entitas. misalnya, hutang akan diselesaikan secara tunai
(pendapatan yang dibayar di muka) diselesaikan dengan pemberian barang atau jasa.

Transaksi Terakhir

Persyaratan bahwa kewajiban harus hasil dari peristiwa masa lalu memastikan bahwa
hanya kewajiban kini dicatat dan bukan yang akan datang. Namun, keadaan masa lalu bahkan
mungkin sulit menetapkan yang ada dalam kewajiban sampai barang diterima atau sampai
lewat judul. Oleh karena itu, masa lalu bahkan dalam hal ini adalah penerimaan barang,
bukan penempatan pesanan. pelaksana sepenuhnya memberikan kasus yang menarik untuk
menafsirkan past event. Sebagai contoh, adalah kewajiban membeli kewajiban tanpa syarat?
Mempertimbangkan situasi di mana pembeli setuju untuk membayar jumlah tertentu secara
berkala sebagai imbalan untuk produk atau jasa, dan pembayaran ini harus dibuat terlepas
dari apakah pembeli mengambil pengiriman produk atau layanan. Pembeli wajib melakukan
pembayaran berkala, bahkan jika service tersebut gagal kapal kuantitas minimum. Pada tahap
ini, ada perjanjian antara dua pihak yang yang tidak dilakukan oleh keduanya. Asumsi bahwa
pembelian harus melakukan pembayaran terlepas dari apakah produk atau layanan recevied,
kewajiban untuk pengorbanan manfaat ekonomi masa depan (dengan membayar tunai)
kepada entitas lain ada dari penandatanganan kontrak. Oleh karena itu, kewajiban pembelian
bersyarat merupakan sebuah kewajiban, yang muncul dari masa lalu bahkan
penandatanganan kontrak kewajiban ada meskipun tidak dilakukan

Pengakuan Kewajiban

Sekali definisi kewajiban terpenuhi, akuntan harus menentukan aturan apakah itu
harus diakui. Jenis peraturan yang telah diterapkan di masa lalu mirip dengan yang diterapkan
untuk pengakuan aset. Mereka termasuk :

ketergantungan pada hukum


penentuan substansi ekonomi acara
kemampuan untuk mengukur nilai kewajiban
penggunaan prinsip konservatisme

Kewajiban diakui dalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa suatu arus keluar sumber
daya yang memiliki manfaat ekonomi hasil dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah di
mana penyelesaian akan berlangsung dapat diukur dengan andal.

Kerangka IASB

Kerangka IASB memberikan panduan dalam kaitannya dengan pengakuan neraca dan
laporan laba rugi. Ayat 82 menyatakan bahwa item yang memenuhi definisi elemen harus
diakui jika:

Hal ini kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan item
yang akan mengalir ke atau dari entitas
Item ini biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan

Ayat 91 memberikan pedoman khusus tambahan. Ini menyatakan bahwa kewajiban diakui di
neraca apabila kemungkinan besar tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang
memiliki manfaat ekonomi hasil dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah di mana
penyelesaian akan berlangsung dapat diukur dengan andal.

Kerangka menyatakan pengukuran yang dapat diandalkan adalah 'bebas dari


kesalahan material dan bias'; lebih lanjut, bahwa item diukur sehingga 'setia merupakan' apa
yang dimaksudkan untuk mewakili menyatakan kerangka kerja ini secara khusus bahwa
kewajiban yang tidak dapat termasuk jika mereka tidak dapat diukur dengan andal. Salah satu
contoh adalah tindakan hukum. Jika kerusakan yang akan dibayar tidak dapat diestimasi
dengan andal maka item tidak dapat diakui sebagai kewajiban. Contoh tindakan hukum
menggambarkan perdagangan dibuat antara relevansi dan keandalan. Sebuah keluar
kemungkinan masa depan manfaat ekonomi yang terkait dengan gugatan adalah informasi
yang relevan, tetapi untuk mengenali jumlah yang salah dapat menyesatkan pengguna
informasi keuangan.

Beberapa orang mengambil pandangan bahwa pengukuran yang dapat diandalkan


berarti pengukuran diverifikasi, yaitu pengukuran kewajiban dapat dihubungkan dengan bukti
obyektif seperti nilai kontrak atau nilai pasar. Namun, dalam banyak kasus akuntan harus
menggunakan pertimbangan untuk membuat perkiraan terbaik kewajiban mereka. Misalnya
kewajiban untuk klaim garansi. Akuntan ini menggunakan data masa lalu yang relevan
(seperti tingkat penjualan) untuk memperkirakan kewajiban. Jika memperkirakan cukup
handal (yang hanya akan diketahui di masa depan) kemudian informasi tersebut juga akan
relevan bagi pengguna informasi keuangan. Buktinya adalah pandangan yang berbeda
tentang bagaimana mendefinisikan dan kapan harus mengakui kewajiban yang muncul
sebagai bagian dari IASB / proyek s FASB 'pada kerangka konseptual.

Penyisihan dan Kontinjensi

Ketentuan dan kontinjensi terjadi di mana ada batas kabur antara kewajiban sekarang dan
masa depan. PSAK 37 Penyediaan, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi mengakui
tumpang tindih definisi dalam ayat 12, ketika menyatakan bahwa semua ketentuan yang
kontingen karena mereka tidak yakin dalam waktu atau jumlah. Mencoba untuk membedakan
antara sekarang, masa depan dan potensi (atau kontinjen) kewajiban tidak sesederhana
mungkin muncul. Perbedaan ini tergantung tingkat besar pada sifat ' bahkan masa lalu '
tersebut

IAS 37/AASB 137 ayat 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai :

kewajiban kemungkinan yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang
keberadaannya akan dikonfirmasi hanya oleh terjadinya atau tidak terjadinya satu
atau lebih peristiwa masa depan pasti tidak sepenuhnya dalam kendali entitas
kewajiban kini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena:

1. Tidak kemungkinan tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya dan


manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut
2. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup.

Kriteria IAS 37/AASB 137 ayat pengakuan 14 untuk ketentuan-ketentuan sesuai


dengan kriteria kerangka untuk pengakuan kewajiban. Dengan demikian. Kewajiban dan
ketentuan diijinkan menjadi diakui hanya jika ada kewajiban kini, besar kemungkinan bahwa
suatu arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan kewajiban, dan jumlah kewajiban tersebut dapat diukur secara andal.
Kewajiban kontinjensi tidak memenuhi kriteria tersebut (sama seperti aktiva kontinjensi tidak
memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset). Oleh karena itu, ayat 27 dari IAS 37/AASB
137 kategoris menyatakan bahwa kewajiban kontinjensi yang tidak diakui dalam laporan
keuangan. PSAK 37 IS saat ini sedang dikaji oleh IASB sebagai bagian dari proyek
kewajiban. Salah satu proposal adalah untuk menghilangkan 'ketentuan' syarat dan 'kewajiban
kontinjensi', menggantinya dengan 'kewajiban non-finansial'. Proposal bertujuan untuk
memperluas dan memperjelas penerapan IAS 37.

Efek dari IAS 27 adalah untuk membatasi penggunaan dengan ketentuan. Sebagai
contoh, sebuah perusahaan dapat mempertimbangkan bijaksana untuk membuat ketentuan
untuk tidak diasuransikan kehilangan (yaitu proses self-mengasuransikan), Namun,
kewajiban tidak dapat diakui berdasarkan PSAK 37 sampai terjadinya suatu peristiwa yang
memerlukan pengorbanan aset oleh pelaporan entitas. Contoh lain berkaitan 'penyisihan
kerugian' atau sebuah 'penyisihan untuk restrukturisasi' yang dapat dibuat sebagai berikut
kinerja yang buruk. Karena tidak ada kewajiban keluar kepada pihak eksternal (misalnya
komitmen untuk mentransfer sumber daya dari entitas ke pihak eksternal yang tidak dapat
dihindari) seperti ketentuan tidak akan diizinkan dalam kerangka atau standar saat ini.

H. LIABILITY MEASUREMENT

Berdasarkan IFRS, metode pengukuran yang paling umum digunakan untuk


kewajiban adalah biaya historis (atau diubah biaya historis). Nilai wajar,, pengukuran
digunakan pada pengukuran awal transaksi yang melibatkan kewajiban dalam hubungannya
dengan IAS 17 sewa, IAS 39 pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan, IFRS 2
setoran saham berbasis IFRS 3 penggabungan usaha. Apa yang kita maksud dengan nilai
wajar? Konsep ini didefinisikan dalam standar seperti IAS 17 (ayat 4) menjadi : Jumlah aset
yang bisa tukar atau kewajiban diselesaikan antara luas, pihak bersedia panjang.

Dengan demikian, kewajiban yang timbul dalam sewa pembiayaan diakui pada awal
berdasarkan nilai wajar sewa (yang menurut definisi di atas bisa menjadi harga pasar untuk
aset sewaan) atau nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika lebih rendah ( IAS 17, ayat
20) di tahun-tahun berikutnya, jumlah kewajiban pengukuran berdasarkan 'biaya diamortisasi'
metode itu, yaitu, 'biaya' dari kewajiban pada awal (nilai wajar atau nilai tunai pembayaran
sewa minimum, jika lebih rendah) disesuaikan secara tahunan untuk mencerminkan estimasi
nilai saat ini. Saldo kewajiban berdasarkan metode tingkat bunga efektif amortisasi (ayat 25).
Dalam hal sewa pembiayaan, standar yang memberikan panduan yang jelas untuk
menentukan nilai kewajiban sewa guna usaha. Namun, dalam kasus lain, pengukuran nilai
wajar kewajiban hadir beberapa tantangan. Sebagai contoh, bagaimana kita memperkirakan
nilai wajar suatu kewajiban yang tidak ada nilai pasar. Banyak kewajiban diselesaikan, tidak
dijual.

Kita bisa melihat bahwa biaya historis (yang agak dimodifikasi biaya historis, dalam
hal ini diamortisasi biaya) adalah metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran
selanjutnya kewajiban. Dua contoh di mana pengukuran nilai wajar diperlukan setelah
akuisisi adalah kewajiban pasca kerja seperti pensiun (pensiun) di bawah 119 IAS Manfaat
karyawan 19/AASB dan ketentuan jangka panjang dengan ketentuan 37/AASB IAS 137.
Kewajiban kontinjensi dan aktiva kontinjensi. Perhatikan bahwa dalam kedua kasus
kewajiban jangka panjang dan kemungkinan akan dipengaruhi oleh nilai waktu banyak.
Dalam hal nilai sekarang, semakin lama jangka waktu sampai dengan penyelesaian
kewajiban, semakin rendah nilainya. Hal ini karena suatu entitas manfaat dari kemampuan
untuk mendapatkan bunga pada dana yang belum digunakan saat ini untuk menyelesaikan
kewajiban.

I. CHALLENGES FOR STANDARD SETTERS

Perbedaan Hutang dengan ekuitas


Pertanyaan diajukan tentang hybrid instrument yang memiliki karakteristik dari
konsep hutang dan ekuitas. Sebagai contoh, saham preferensi secara tradisional dianggap
sebagai modal dan, karena itu, sebagai bagian dari ekuitas pemilik, tetapi keduanya memiliki
karakteristik yang juga menyelaraskan mereka dengan kewajiban, seperti berikut:tagihan
kewajiban jangka panjang
mungkin tidak berpartisipasi dalam dividen lain pada tingkat tertentu (mirip
dengan bunga)
memiliki prioritas atas saham biasa dalam pengembalian modal (seperti halnya
kewajiban)
umumnya tidak memiliki hak suara

Meskipun disebut saham, kemungkinan bahwa mereka kadang-kadang memenuhi


definisi kewajiban, dan harus diklasifikasikan sebagai kewajiban. Klasifikasi instrumen
keuangan sebagai kewajiban atau ekuitas memiliki efek di luar neraca sejak klasifikasi dalam
menentukan apakah bunga, dividen, kerugian atau keuntungan yang berhubungan dengan
instrumen yang diakui sebagai pendapatan atau beban dalam menghitung laba bersih, atau
apakah mereka diperlakukan sebagai distribusi dari keuntungan yang dihitung. Distribusi
bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang terkait dengan instrumen keuangan atau
komponen dari instrumen keuangan yang merupakan kewajiban diakui sebagai pendapatan
atau beban. Sebaliknya, distribusi kepada pemegang instrumen ekuitas diperlakukan sebagai
pembagian keuntungan setelah saham dihitung.
Tujuan membedakan antara pemilik modal dan kewajiban adalah untuk meningkatkan
manfaat informasi bagi pengambilan keputusan. Pertanyaan menarik yang diajukan tentang
bagaimana investor melihat efek hibrida yang disebut, menggabungkan kedua fitur hutang
dan ekuitas seperti catatan konversi, penebusan saham preferensi dan hutang subordinasi.
IASB menginginkan perbedaan yang lebih baik antara instrumen ekuitas dan non-ekuitas.
Titik awalnya adalah gagasan bahwa semua instrumen abadi adalah modal. Selain itu,
instrumen yang dipertukarkan sesuai dengan pilihan penerbit akan ekuitas. Sebaliknya,
kewajiban adalah wajib diuangkan pada tanggal tertentu atau tanggal saat terjadinya

Penyelesaian utang
Utang mungkin diselesaikan dengan cara lain selain dengan pembayaran langsung
atau jasa kepada kreditur. Situasi itu berhubungan dengan yang disebut sebagai set-off dan
pelunasan utang atau substansi peniadaan. Hal ini memungkinkan debitur untuk
menghapus hutang dari neraca dan melaporkan aset finansial bersih atau kewajiban hanya
jika entitas memiliki hak kekuatan hukum tetap saat terdapat jumlah yang diakui, dan
bermaksud baik untuk (a) menyelesaikan secara bersih atau (b) merealisasikan aktiva dan
menyelesaikan kewajiban secara bersamaan.

Saham Karyawan (berdasarkan pembayaran saham)


IASB telah memutuskan untuk memperlakukan saham berdasarkan pembayaran
sebagai beban. Berdasarkan IFRS 2/AASB 2 Pembayaran Saham membedakan antara
pembayaran saham yang diselesaikan berbasis kas dan mereka yang diselesaikan berbasis
ekuitas. Ketika barang dan jasa yang diterima atau diperoleh dalam transaksi pembayaran
berbasis saham, entitas mencatat kejadian ketika barang atau jasa tersebut diterima. Jika
barang atau jasa yang diterima dalam transaksi pembayaran diselesaikan dengan berbasis
saham, sisi kredit adalah ekuitas pemilik. Sebaliknya, jika barang atau jasa yang diterima
dalam transaksi yang akan diselesaikan secara tunai, sisi kredit yang sesuai adalah kewajiban.
SUMBER :
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes.
Accounting Theory, 7th Ed. John Wiley & Sons, Inc. 2010. (GOD)
https://www.academia.edu/10153069/Teori_Akuntansi_Kewajiban_dan_Ekuitas_Pem
ilik
https://www.academia.edu/6929186/MEASUREMENT_THEORY_Oleh
staffnew.uny.ac.id/upload/132309999/pendidikan/ta-konsep-aktiva.pd

Vous aimerez peut-être aussi