Vous êtes sur la page 1sur 36

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus


korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan
tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus,
gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro,
Hanifa, dkk, 2002 : 339)
Mola Hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG),
yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola
hidatidosa parsial dan komplet, koriokarsinoma, mola invasif dan placental site
trophoblastic tumors. Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat untuk
mempertimbangkan kondisi ini sebagai kemungkinan terjadinya keganasan,
dengan mola hidatidosa berprognosis jinak, dan koriokarsinoma yang ganas,
sedangkan mola hidatidosa invasif sebagai borderline keganasan. Secara
histologis terdapat proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia
dan displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat
sedikit pembuluh darah.
Di amerika serikat kasus mola hidatidosa dijumpai satu dari 1500
kehamilan dan diklasifikasikan menjadi mola komplit ataupun mola parsial
berdasarkan klinis, morfologis, dan genetik. Mola hidatidosa dapat
menimbulkan penyakit trofoblas gestasional persisten yang mana ditemukan
sekitar 10-30% kasus setelah terjadinya mola komplit dan 0,5-5% setelah
terjadinya mola parsial. Sedangkan Koriokarsinoma juga muncul sekitar 3%
setelah terjadinya mola komplit dan jarang dilaporkan terjadi setelah mola
parsial. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di rumah sakit Charing
Cross Hospital di london, dari 230 kehamilan didapatkan 1,3% diantaranya
telah berkembang menjadi mola hidatidosa.

1
Mola hidatidosa di Indonesia dianggap sebagai salah satu penyakit yang
membutuhkan perhatian khusus dengan insidensi yang tinggi, yaitu 1:40
persalinan dengan faktor resiko, seperti gizi buruk, riwayat obstetri, etnis, dan
genetik serta sering terjadi pada usia kurang dari 20 tahun dan pada usia lebih
dari 35 tahun. Berdasarkan penelitian retrospektif yang dilakukan pada bagian
obstetri dan ginekologi di BLU Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, periode
januari 2002 sampai dengan desember 2005 didapatkan sebanyak 72 kasus
mola hidatinosa.
Mengingat semakin meningkatnya angka kejadian mola hidatidosa, maka
perlu perawatan intensif dan tindakan pelayanan yang komprehensif melalui
proses keperawatan serta melibatkan banyak sector. Pemerintah melakukan
upaya diantaranya deteksi dini pada wanita serta pelayanan rujukan yang
terjangkau.
Diharapkan dengan upaya tersebut, angka kematian ibu dapat ditekan
menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup. Dan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan perlu ditingkatkan mutunya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Mola
hidatidosa?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Mola hidatidosa
Tujuan Khusus
1. Untuk Mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan Mola hidatidosa

2. Untuk Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada klien dengan Mola


hidatidosa.

3. UntukMenyusun intervensi keperawatan pada klien dengan Mola hidatidosa.

2
4. UntukMengidentifikasi implementasi pada klien dengan Mola hidatidosa.

5. UntukMengidentifikasi evaluasi keperawatan pada klien dengan Mola


hidatidosa.

1.4 Manfaat

1. Menambah wawasan mengenai penyakit sistem pencernaan khususnya


penyakit Mola hidatidosa.

2. Sebagai proses pembelajaran bagi calon perawat yang sedang menjalani


proses pendidikan.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma vilus


korialis langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan
tetapi vilus-vilus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus;
gambaran yang diberikan ialah sebagai sebuah gugus anggur. Jaringan
tropoblast pada vilus kadang-kadang berprofilerasi ringan dan kadang-kadang
keras, dan mengeluarkan hormon, yakni human chorionic gonadotropin (hCG)
dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa (Prawirohardjo &
Wikjosastro, 2005).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi
korialisnya mengalami perubahan hidrofik(Mansjoer, 2005).
Mola hidatidosa merupakan salah satu dari tiga jenis neoplasma
trofoblastik gestasional(Bobak dkk, 2005).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus
korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan
tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus,

4
gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro,
Hanifa, dkk, 2002 : 339).
2.2 Klasifikasi

Mola hidatidosa terbagi menjadi:


a. Mola hidatidosa komplet atau klasik

Mola komplet atau klasik terjadi akibat fertilsasi sebuah telur yang
intinya telah hilang atau tidak aktif. Mola menyerupai setangkai buah anggur
putih. Vesikel-vesikel hidrofik (berisi cairan) tumbuh dengan cepat,
menyebabkan rahim menjadi lebih besar dari uisa kehamilan seharusnya.
Biasanya Mola tidak mengandung janin, plasenta, membran amniotik atau
air ketuban. Darah maternal tidak memiliki plasenta oleh karena itu, terjadi
perdarahan ke dalam rongga rahim dan timbul perdarahan melalui vagina.
Pada sekitar 3 % kehamilan, Mola ini berkembang menjadi koriokarsinoma
(suatu neoplasma ganas yang tumbuh dengan cepat). Potensi untuk menjadi
ganas pada kehamilan Mola sebagian jauh lebih kecil dibanding kehamilan
Mola komplek (Bobak dkk, 2005).
b. Mola hidatidosa inkomplet atau parsia

Mola inkomplet atau parsia terjadi jika disertai janin atau bagian janin
(Bobak dkk,2005). Degenerasi hidropik dari vili bersifat setempat, dan yang
mengalami hiperplasi hanya sinsitio trofoblas saja.Gambaran yang khas
adalah crinkling atau scalloping dari vili dan stromal trophoblastic
inclusions.

5
2.3 Anatomi dan Fisiologi

Alat kelamin dalam terdiri dari :


1. Liang senggama (Vagina)
Suatu saluran yang menghubungkan rahim dengan aurat. Terletak
antara kandung seni dan poros usus (Rectum). Dinding depan liang
senggama (9 cm) lebih pendek dari dinding bgelakang (11 cm)pada puncak
liang senggama menonjol leher rahim (Serviks uteri) yang di sebut porsio
uteri.
Faal dan liang senggama yaitu :
a. Sebagai alat persetubuhan
b. Sebagai saluran keluar dari rahim, merupakan jalan keluar dari darah
haid dan getah dari rahim.
c. Sebagai jalan lahir pada waktu persalinan.
2. Rahim (Uterus)
Merupakan alat yang berongga dan berbentuk seperti bola lampu yang pipih.
Pada wanita dewasa belum pernah melahirkan ukurannya seperti berikut :
a. Panjang : + 7,5 cm
b. Lebar : + 5 cm
c. Tebal : + 2,5 cm
d. Berat : +50 gr
Terletak diantara kandung seni dan poros usus
Terdiri dari : badan rahim (korpus uteri) dan leher rahim (Serviks uteri).
Bagian bagian dari rahim:
a) Dasar rahim

6
Bagian dari badan rahim yang terletak antara kedua pangkal saluran
telur.
b) Rongga rahim (Kavum uteri)
Berbentuk segitiga, lebar di daerah dasar rahim dan sempat ke arah
leher rahim. Diliputi oleh selaput lender yang dinamakan
endometrium.
c) Saluran leher rahim (kanalis servikalis)
Hubungan antara rongga rahim dan saluran leher rahim disebut rahim
dalam (Osteum uteri infernum).
Muara saluran leher rahim kedalam vagina disebut mulut rahim luar
(Osteum uteri eksternum).
d) Dinding rahim
Terutama terdiri dari otot polos yang disusun sebagian rupa hingga
dapat mendorong isinya keluar pada waktu persalinan.
3. Saluran telur (Tuba Falopi)
Ada 2 saluran telur kiri dan kanan. Berjalan dari tunduk rahim kanan kiri
(Kornu uteri) ke arah sisi (lateral). Panjangnya 12 cm. Ujungnya dari saluran
telur berumbai disebut umbai (Fimbria). Faal utama saluran telur adalah
untuk membawa telur yang dilepaskan oleh indung telur ke jurusan rongga
rahim. Umbai berperan dalam menangkap telur yang dikeluarkan oleh
indung telur.
4. Indung telur (Ovarium)
Ada 2 indung telur, kanan dan kiri. Berbentuk seperti kemiri yang pipih.
Indung telur mengandung sel-sel telur muda, folikel primordial, folikel
degraaf, badan kuning (korpus luteum), badan putih (korpus albikans).
Indung telur membentuk zat-zat hormon : estrogen dan progesterone, yang
berperan dalam peristiwa haid.
2.4 Etiologi

Menurut Prof. Rustam Moechtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab


mola hidatidosa belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin
menjadi penyebab adalah:
a. Faktor ovum

7
Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua
serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau
gangguan dalam pembuahan.
b. Keadaan sosial ekonomi yang rendah

Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan
janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi
zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
c. Paritas tinggi

Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena


trauma kelahiran atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat
diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau
menotropiris (pergonal).
d. Kekurangan protein

Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh


sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada
ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila
kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih
kecil dari normal.
e. Infeksi virus

Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk
atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan
penyakit (desease). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman
atau virus) yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh.

2.5 Patofisiologi
Setelah ovum dibuahi,terjadi pembagian dari sel tersebut.Tidak lama
kemudian terbentuk biastokista yang mempunyai lumen dan dinding

8
luar.Dinding ini terjadi atas sel-sel ekstoderm yang kemudian menjadi
tropoblash. Sebagian vili berubah menjadi gelembung berisi cairan jernih,biasa
tidak ada janin.Gelembung-gelambung atau tesikel ukurannya bervariasi mulai
dari yang mudah dilihat,sampai beberapa sentimeter,bergantung dalam beberapa
kelompok dari tangkai yang tipis.Masa tersebut dapat tumbuh cukup besar
sehingga memenuhi cavum uteri.Pembesaran uterus sering tidak sesuai dan
melebihi usia kehamilan.
Pada beberapa khusus, sebagian pertumbuhan dan perkembangan villi
korealis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan
sampai aterm.Keadaan ini disebut mola parsial.Ada beberapa kasus
pertumbuhan dan perkembangan villi korealis berjalan normal sehingga janin
dapat tumbuh dan berkembang.
a. Teori Missed Abortion
Mudigan mati pada kehamilan tiga sampai lima minggu,karena terjadi
gangguan peredaran darah,sehingga terjadi penemuan cairan dalam jaringan
masenkim dari villi dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung.
b Teori Neoplasma dari park
Bahwa yang normal adalah sel trofoblast yang mempunyai fungsi abnormal
pula,dimana terjadi cairan yang berlebihan dalam villi sehingga timbul
gelembung,hal ini menyebabkanperedaran gangguan peredaran darah dan
kematian mudigan.

2.6 Manifestasi Klinis

Menurut Mansjoer, 2001. Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien
dengan mola hidatidosa adalah:
a. Amenore dan tanda-tanda kehamilan. Pada tahap awal tanda dan gejala tahap
kehamilan mola tidak dapat dibedakan dari tanda dan gejala kehamilan
normal.

9
b. Pada waktu selanjutnya pendarahan pervaginam pada hampir di temukan di
semua kasus dan terjadi secara berulang. Cairan yang keluar dari vagina bisa
berwarna coklat tua atau merah terang, bisa sedikit atau banyak. Pada
keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola. Keadaan ini bisa
berlangsung beberapa hari saja atau secara intermitten selama beberapa
minggu.

c. Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

d. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengar DJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusar atau lebih.

e. Pre-eklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.

f. Anemia akibat kehilangan darah, rasa mual dan muntah yang berebihan
(hiperemesisgravidarum), dan kram perut yang disebabkan dispensi rahim.

g. Kadar -hCG yang tinggi.

2.7 Komplikasi
Menurut Mansjoer dkk (2005) komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
Mola hidatidosa adalah :
1. Anemia

2. Syok

3. Infeksi

4. Eklampsia

5. Tirotoksikosis

2.8 Pemeriksaan Diagnostik

10
Untuk mendiagnosis mola hidatidosa dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
penunjang :
1. Foto thoraks

2. pemeriksaan HCG urine atau darah

3. USG

4. Uji Sonde (cara Acosta-sison) Tidak rutin dikerjakan. Biasanya dilakukan


sebagai tindakan awal

5. curretage.Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.

2.9 Penatalaksanaan

Terapi mola terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) perbaiki keadaan umum; 2)


pengeluaran jaringan mola; 3) terapi profilaksis dengan sitostatika; 4)
pemeriksaan tindak lanjut (follow up).
1. Perbaikan keadaan umum.

Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfuse darah bila anemia
(Hb 8 gr%), jika ada gejala preeklampsia dan hiperemis gravidarum diobati
sesuai dengan protocol penanganannya. Sedang-kan bila ada gejala
tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola.

Ada 2 cara yaitu: a) kuretase; b) Histerektomi.


a. Kuretase

1. Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan selesai (pemeriksaan darah


rutin, kadar -hCG, serta foto thoraks) kecuali bila jaringan mola
sudah keluar spontan.

11
2. Bila kanalis servikalis belum ter-buka, maka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.

3. Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan pemasangan


infus dengan tetesan oxytocin 10 UI dalam 500 cc Dextrose 5%/.

4. Kuretase dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval minimal 1 minggu.

5. Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.

b. Histerektomi: tindakan ini dilaku-kan pada wanita yang telah cukup (>
35 tahun) dan mempunyai anak hidup (>3 orang).

3. Terapi profilaksis dengan sitostatika


Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola
hidatidosa masih menjadi kontroversi. Beberapa hasil penelitian
menyebutkan bahwa kemungkinan terjadi neoplasma setelah evaluasi mola
pada kasus yang mendapat-kan metotreksat sekitar 14%, sedangkan yang
tidak mendapat sekitar 47%. Pada umumnya profilaksis kemoterapi pada
kasus mola hidatidosa ditinggalkan dengan pertimbangan efek samping dan
pemberian kemoterai untuk tujuan trapi definitive memberi-kan
keberhasilan hampir 100%. Sehingga pemberian profilaksis diberikan
apabila. apabila dipandang perlu pilihan profilaksis kemoterapi adalah:
Metotreksat 20 mg/ hari IM selama 5 hari.
4. Pemeriksaan tindak lanjut
a. Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun
b. Setelah pengawasan penderita dianjur-kan memakai kontrasepsi kondom,
pil kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali
pada saat penderita datang control.
c. Pemeriksaan kadar -hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan
kadar -hCG normal tiga kali berturut-turut.

12
d. Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar -hCG
normal selama 6 kali berturut-turut
e. Bila terjadi remisi spontan (kadar -hCG, pemeriksaan fisis, dan foto
thoraks setelah saru tahun semua-nya normal) maka penderita tersebut
dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi.
f. Bila selama masa observasi kadar -hCG tetap atau bahkan meningkat
taua pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya metastase
maka penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.

13
WOC
MOLA HIDATIDOSA
Ovum yang sudah atropi,sosial ekonomi yang rendah( kekurangan gizi)
Infeksi virus, parietas yang tinggi,Imunoselektif dari trofoblast

Hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur 3-5 minggu

Pembuluh darah villi tidak berfungsi

Penimbunan cairan di dalam jaringan chorialis

Perdarahan yang terus menerus

Pre curetage Curatage

Kehilangan Cairan Psikologis Fisik


Darah yang banyak

Kehilangan volume Kurang Pengetahuan Perlukaan jalan


darah atau cairan lahir

Cemas
Kekurangan volume
cairan
Pendarahan
Nyeri Resti infeksi

14
Kehilangan
sumber : cuningham,1995 dan moechtar 1990 banyak darah

Kurang perawatan diri Lemah

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
1. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
2. Keluhan Utama :Keluhan utama kaji adanya menstruasi tidak lancar dan
adanya perdarahan pervaginam berulang.
Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:

a. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya kehamilan molahidatidosa sebelumnya, apa tindakan
yang dilakukan, kondisi klien pada saat itu.
c. Riwayat pembedahan :
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami:
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin,
dan penyakit-penyakit lainnya.

15
e. Riwayat kesehatan keluarga:
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular
yang terdapat dalam keluarga.
f. Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang menorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya.
g. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h. Riwayat seksual:
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluhan yang menyertainya.
i. Riwayat pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis
dan jenis obat lainnya
j. Riwayat Psikososial:
Perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang
dilakukan terhadap dirinya.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik


a. Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya
terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan
penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
- Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase.
- Pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan
- Bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fisik, dan seterusnya.
b. Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.

16
- Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
- Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
- Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal.
c. Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ
atau jaringan yang ada dibawahnya.
1. Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
2. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah
ada kontraksi dinding perut atau tidak.
d. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar.
- Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin(Johnson & Taylor, 2005 : 39).
3.1.3 Pemeriksaan Penunjang
- Reaksi Kehamilan
Kadar HCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan
biasa. Kadar HCG darah paling tinggi 100.000 IU/L, sedangkan pada
molahidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L.
- Uji Sonde
Sonde dimasukan secara pelan-pelan dan hati-hati kedalam serviks
kanalis dan kavum uteri.Bila tidak ada tahanan, kemungkinan mola.
- Foto Rontgen
Tidak terlihat tulang tulang janin pada kehamilan 3 4 bulan.

17
- USG
Akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin, dan seperti
saran tawon.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
berlebihan
2. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri
3. Resti infeksi berhubungan dengan pengeluaran darah pervaginam yang
abnormal, dan perlukaan jalan lahir
4. Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot atau dilatasi serviks
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keadaan umum yang lemah
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan dan tidak
mengenal sumber-sumber informasi

3.3 INTERVENSI
Diagnosa I: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
Berlebihan ditandai dengan hipotensi, peningkatan frekuensi nadi, penurunan
urine
Tujuan : Terpenuhinya kebutuhan cairan

Kriteria hasil : mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

Perkiraan kehilangan darah membantu


1. Evaluasi, laporkan, dan catat
membedakan diagnose
jumlah serta sifat kehilangan
darah

18
Perdarahan dapat berhenti dengan
2. Lakukan tirah baring,instruksikan
reduksi aktivitas peningkatan tekanan
klien untuk menghindari valsava
atau abdomen atau orgasme (yang
maneuver koitus
meningkat aktivitas uterus ) dapat
merangsang perdarahan.

3. Posisikan klien dengan tepat dan Menjamin keadekuatan darah yang


nyaman, terlentang tersedia untuk otak

Membantu menentukan beratnya


4. Catat tanda-tanda vital
kehilangan darah
(TD,Nadi,RR<suhu)

5. Pantau aktivitas uterus dan adanya Membantu menentukan sifat hemoragi


nyeri tekan abdomen dan kemungkinan hasil dari peristiwa
hemoragi.

Diagnosa II: Cemas berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri
ditandai dengan pengungkapan masalah khusus, peningkatan ketegangan
stimulasi simpatis
Tujuan : pasien tampak rileks dan lebih tenang
Kriteriahasil : Melaporkan atau menunjukkan berkurangnya ketakutan atau hasil
perilaku yang menunjukkan ketakutan

Intervensi:
INTERVENSI RASIONAL

1. Diskusikan situasi dan Memberikan informasi tentang reaksi


pemahaman tentang situasi individu terhadap apa yang terjadi

19
dengan klien atau pasangan

2. Pantau respon verbal dan Menandakan tingkat rasa takut yang sedang
non verbal klien/pasangan dialami klien/pasangan

3. Dengarlah maslah klien dan Meningkatkan rasa control terhadap situasi


dengarkan secara aktif dan memberikan kesempatan pada klien
untuk mengembangkan solusi sendiri

4. Libatkan klien dalam Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk


perencanaan dan membantu mengontrol situasi dapat
berpartisipasi dalam menurunkan rasa takut
perawatan sebanyak
mungkin

5. Jelaskan prosedur dan arti Pengetahuan dapat membantu menurunkan


gejala-gejala rasa takut dan meningkatkan rasa control
terhadap situasi

Diagnosa III: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pengeluaran darah


pervagina yang Abnormal
Tujuan : pasien tidak mengalami hipertermi
Kriteria hasil: Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1. Catat suhu, catat jumlah bau, Kehilangan darah berlebihan dengan


warna darah pervagina penurunan Hb, meningkatkan resiko
klien untuk terkena infeksi

2. Catat masukan / keluaran urin, Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan


catat berat jenis urine penurunan keluaran urine

20
3. Pantau respon merugikan pada Pengenalan dan intervensi dini dapat
pemberian produk darah mencegah situasi yang mengancam
hidup

4. Berikan informasi tentang resiko Komplikasi seperti hepatitis dan


penerimaaan produk darah (HIV/AIDS) dapat tidak bermanifestasi
selama perawatan di rumah sakit

5. Kolaborasi dengan dokter tentang Mempertahankan volume sirkulasi untuk


pemberian penggantian cairan mengatasi kehilangan cairan atau syok

Mungkin diindikasikan untuk mencegah


6. Kolaborasi pemberian antibiotic
atau meminimalkan infeksi.
secara parental

Diagnosa IV: Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot atau dilatasi servik
ditandai dengan melaporkan nyeri dan perilaku disfraksi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selam 1x24 jam Nyeri
berkurang /hilang
Kriteria hasil: melaporkan nyeri/ketidak nyamanan hilang/ terkontrol

Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Tentukan sifat, lokasi dan durasi Membantu dalam mendiagnosa dan


nyeri memilih tindakan

2. Kaji setress psiologis klien/ Ansietas sebagai respon terhadap situasi


pasangan dan respon emosional darurat dapat memperberat
terhadap kejadian derajatketidak nyamanan

21
3. Beri lingkungan yang tenang dan Dapat membantu dalam menurunkan
aktivitas untuk mengalihkan rasa tingkat ansietas dan kerenanya
nyeri mereduksi ketidaknyamanan

4. Kolaborasi untuk tindakan Untuk menghilangkan nyeri


curetage bila di indikasi
Diagnosa V: kurang perawatan diri berhubungan dengan keadaan umum yang
lemah ditandai dengan keadaan umum pasien lemah
Tujuan: klien dapat mewujudkan kebersihan yang optimal
Kriteria hasil:
- pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aktivitas perawatan diri
- pasien dapat mewujudkan kebersihan optimal sesudah perawatan dengan di
bantu

Intervensi:

INTERVENSI RASIONAL

Mengetahui penyebab masalah


1. Kaji penyebab atau penunjang
yang muncul pada pasien

2. Tingkatkan partisipasi optimal Melatih kemapuan atau partisipasi


dan toleransi pasien terhadap
aktivitas

3. Tingkatkan harga diri dan inisiatif diri Memberikan motivasi pada pasien
tentang pentingnya personal
hygine

22
4. Evaluasi keterbatasan untuk Mengevaluasi pasien tentang
berpartisipasi dalam perawatan diri keterbatasan untuk berpartisipasi
(makan , berpakaian ,mandi dan dalam pemenuhan personal hygine
toileting)

Diagnosa VI : kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan dan


tidak mengenal sumber-sumber informasi
Tujuan : pasien mengetahui tentang perjalanan penyakitnya
Kriteria hasil :mengungkapkan dalam istilah sederhana, patofisiologi dan
implikasi situasi klinis.

Intervensi
INTERVENSI RASIONAL

1. Jelaskan tindakan dan rasional Memberikan informasi, memperjelas


yang ditentukan untuk kondisi kesalahan konsep dan dapat membantu
hemorogic menurunkan setress yang berhubungan

2. Berikan kesempatan bagi klien Memberikan klasifikasi dari konsep


untuk mengajukan pertanyaan dan yang salah, identifikasi masalah-
mengungkapkan keslahan konsep masalah dan kesempatan untuk mulai
mengembangkan ketrampilan koping

3. Diskusikan kemungkinan Memberikan informasi tentang


implikasi jangka pendek dan kemungkinan komplikasi
jangka panjang dari keadaan
perdarahan

23
4. Tinjau ulang implikasi jangka Kadar HCG harus di pantau selama 1
panjang terhadap situasi yang tahun setelah pengeluaran mola
memerlukan evaluasi dan tindakan hidatidosa
tambahan

BAB 4
TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny.M
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : JL. Komyos Soedarso
Dx Medis : Mola Hidatidosa Partial (Hamil Anggur)
Tanggal : 26 September 2014
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan keluar darah/ cairan kekuningan banyak dan gatal sejak
4 hari ini, klien merasa pusing, penghilatanya kunang-kunang, sering
muntah yang berlebihan dan gelisah
2. Riwayat Keperawatan/kesehatan sekarang
Klien mengatakan keluar cairan kekuning-kuningan banyak gatal sejak 4
hari ini.
3. Riwayat Keperawatan/kesehatan masa lalu
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit menurun, menular, dan
menahun.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit menurun, menular
dan menahun.

24
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien baik dan bersih, klien rajin
membersihkan rumah, sehingga sedikit sekali ada dampak yang
berpengaruh buruk terhadap kesehatannya.

6. Riwayat Psikososial
Dalam menghadapi kehamilan klien merasa cemas karena
klienmengatakan sudah 3 kali mengalami keguguran.
7. Latar Belakang Budaya
Budaya klien tidak mempengaruhi kesehatan dari klien , klien tidak ada
pantangan mengkonsumsi makanan apapun.
8. Dukungan Keluarga
Keluarga mendukung kehamilan klien.
9. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. HPHT : 30-04-2014
b. BB : 48KG
c. TB : 150 cm
d. Lila : 32 cm
e. G5 P1 A3
10. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 15 tahun, siklus teratur (28 hari) dengan jumlah relatif
sedikit selama 6-7 hari. Klien tidak mengalami disminore.

11. Riwayat Kehamilan/nifas sebelumnya


Tahun Usia Usia Tempat Cara BB Anak Keadaan
Anak Kehamilan Persalinan Persalinan Anak
2009 1 Bln
2010 1 Bln
2011 3 Bln
2011 3 thn Aterm RSUD.Soedarso Spontan Perempuan Sehat
2014 17-18 3000 gram
Minggu
Keterangan:

25
- 2009 1 Bulan tidak curet.
- 2010 1 Bulan tidak curet.
- 2011 3 Bulan, Aterm, Spontan, perempuan BB= 3000 gram.
- 2014 17-18 minggu curet di RSUD Kota Molahidatosa.
12. Riwayat KB
Menggunakan Kb Suntik 3 bulan.
C. Pola-Pola fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Sebelum hamil: Mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari hygiene terjaga.
Saat hamil: mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari hygine terjaga.
2. Pola aktivitas latihan
Sebelum hamil: klien dapat melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
biasa
Saat hamil: klien mengatakan masih bisa melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti biasa.
3. Pola nutrisi-metabolisme
Sebelum hamil: klien mengatakan biasanya makan 2 sampai 3 x sehari
dengan nasi,sayur,ikan atau tempe, minum 7sampai 8 gelas per hari.
Saat hamil: klien tidak mengalami perubahan makan 2 sampi 3 x sehari,
minum 7 sampai 8 gelas perhari. Disertai mual dan muntah yang sering.
4. Pola eliminasi
Sebelum hamil: klien BAK 10 x sehari, BAB 1 x sehari
Saat hamil: klien BAK 10 x sehari, BAB 1 x sehari.
5. Pola tidur-istirahat
Sebelum hamil: klien mengatakan tidur siang 2 jam dan malam 9 jam
dengan nyenyak.
Saat hamil: klien mengatakan pola istirahatnya sama seperti hamil
6. Pola kognitif-perseptual
Sebelum hamil: klien mengatakan menjaga kesehatan diri sendiri dan
keluarganya.
Saat hamil: klien mengerti tentang kehamilannya dan memahami
kehamilannya sehingga klien berusaha menjaga kesehatan diri sendiri dan
janinnya.
7. Pola toleransi-koping strez
Sebelum hamil: klien mengatakan saat ada masalah, klien menggunakan
mekanisme koping yang baik.
Saat hamil: klien mengatakan saat ada masalah, klien menggunakan
mekanisme koping yang baik.
8. Pola persepsi diri-konsep diri

26
Sebelum hamil: konsep diri klien baik.
Saat hamil: setelah mengetahui kehamilannya dengan molahidatidosa
klien merasa cemas, gelisah.
9. Pola seksual-reproduksi
Sebelum hamil: hubungan seksual dilakukan 3 x 1 minggu
Saat hamil: hubungan seksual dilakukan 1 x 1 minggu
10. Pola hubungan dan peran
Sebelum hamil: klien menjalankan perannya sebagai ibu yang baik
Saat hamil: klien menjalankan perannya sebagai ibu yang baik.
11. Pola nilai dan keyakinan
Sebelum hamil: taat menjalankan ibadah.
Saat hamil: taat menjalankan ibadah.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
a. TD :120/90 mmHg
b. N: 80 x/menit
c. Suhu tubuh : 36,5 oC
d. Pernafasan : 18 x/menit
e. TB : 150 cm
f. BB : 48 kg
2. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a. Kepala
1. Rambut : hitam,rapi,bersih, tidak ada ketombe,tidak rontok.
2. Muka : simetris,tidak ada edema.
3. Mata : konjungtiva anemis,sklera tidak ikterus.
4. Hidung : tidak ada sinositis,paten, bentuk simetris.
5. Gigi dan Mulut : tidak ada karies, tidak stomatitis, bersih.
6. Telinga : bersi, pendengarannya baik, simetris kanan dan kiri.
b. Leher
1. Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
2. Vena jugularis : tidak ada pembesaran
c. Dada
1. Jantung : terdapat suara S1 S2 (Lup Dup) teratur.
2. Paru : tidak ada bunyi ronchi,dan weezing, suara nafas vesikuler.
3. Payudara : bentuk simetris, bentuk puting susu menonjol, tidak ada
hiperpigmentasi, tidak ada massa, tidak ada pengeluaran dan
bersih.
d. Abdomen
1. Bentuk : uterus lebih besar dari usia kehamiln.
2. Striae : terlihat sedikit.
3. Linea : terlihat linea alba
4. Bising usus : 15 x/ menit.
5. Palpasi : TFU 2 jari di bawah pusat.

27
6. DJJ : tidak terdengar denyut jantung janin.
e. Genetalia : bersih,tidak ada penyakit kelamin, ada pengeluaran darah
pervaginaan.
f. Ekstermitas : tidak ada edema,tidak ada varises,reflek patela (+) kanan
kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang.
a. Laboratorium: - HB 9 g/dl
- Protein Urin tidak dilakukan
b. USG: tidak terlihat rangka janin, terlihat gelembung gelembung mola
seperti buah anggur, terihat seperti sarang tawon.
E. ANALISA DATA
Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem
23-10- DS:- Klien mengatakan keluar Pendarahan akibat Devisit volume
2014 darah/cairan kekuning kerusakan jaringan cairan.
08.00
kuningan banyak dan gatal intra uterus
sejak 4 hari ini menimbulkan
DO: -Pendarahan pervaginaan pendarahan dan
bergumpal penurunan volume
- HB: 9 g/dl cairan.
- Kulit agak pucat
- Konjungtiva anemis
23-09- DS: - Klien mengatakan tidak Kurang Cemas .
2014 tahu kalau dirinya hamil pengetahuan
08.05
gelembung-gelembung tentang nutrisi
anggur. tentang kondisi
- Klien mengatakan bingung
penyakitnya.
apa yang harus dilakukan.
DO: - Klien terlihat gelisah.
23-09- DS:- Klien mengatakan keluar Pendarahan yang Resiko tinggi
2014 darah/cairan kekuningan banyak mengakibatkan infeksi.
08.30
dan gatal sejak 4 hari ini. kondisi vulva
DO:- Keadaan vulva lembab dan hygine menjadi
kotor akibat pendarahan. berkurang dan
- TD : 120/90 mmHg selalu lembab.
- N : 80 x/menit

28
- S : 36,5 oc
- RR : 18 x/menit

Diagnosa keperawatan:
1. Devisit volume cairan b/d Pendarahan.
2. Cemas b/d Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakitnya.
3. Resiko tinggi infeksi b/d Pendarahan, kondisi vulva lembab.
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1. Devisit Volume Cairan Setelah tindakan 1. Observasi TTV.
2. Ukur intake &
b/d Pendarahan . keperawatan, maka tidak
output harian.
terjadi Devisit Volume
3. Anjurkan klien
Cairan, dengan KH:
memenuhi
- TTV Stabil
- Membran mukosa kebutuhan cairan.
lembab
- Turgor kulit baik

2. Cemas b/d Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan/


pengetahuan tentng keperawatan, klien tidak persepsi klien dan
kondisi penyakitnya. merasa cemas, pengetahuan keluargatentang
klien dan keluarga terhadap penyakitnya
2. Kaji derajat.
penyakit meningkat, dengn
kecemasan yang
KH:
- Klien menjadi tenang, dialami klien.
- Klien dapat 3. Bantu klien
memahami informasi mengidentifikasi
tentang penyakitnya. penyebab
kecemasan.
4. Asistensi klien
menentukan tujuan
perawatan bersama.
5. Terangkan hal-hal
seputar

29
molahidatidosa
yang perlu
diketahui oleh klien
dan keluarga.
3. Resiko tinggi infeksi b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kondisi
Pendarahan, kondisi keperawatan, tidak terjadi keluran/dischart
vulva lembab. infeksi selam perawatan yang keluar:
pendarahan, dengan KH: jumlah, warna , dan
- TTV dalam batas
bau.
normal 2. Terangkan pada
- Ekspresi tenang
klien pentingnya
- Hasil Lab dlam batas
perawatan vulva
normal
selama masa
pendarahan.
3. Lakukan perawatan
vulva.
4. Terangkan pada
klien cara
mengidentifikasi
tanda infeksi.
5. Anjurkan pada
suami untuk tidak
melakukan
hubungan
senggama selama
masa pendarahan.
6. Observasi suhu
tubuh.

G. IMPLEMENTASI
NO TGL/ IMPLEMENTASI ( DAR) PARAF
WAKTU
1. 23-09- D: DS: Klien mengatakan keluar darah/cairan

30
2014 kekuningan banyak dan gatal sejak 4 hari ini
08.00 DO:- Pendarahan pervaginaan bergumpal
- HB: 9 g/de
- Kulit agak pucat
- Konjungtifa anemis
A: Mengukur jumlah cairan yang keluar
08.00
R: volume darah + 200cc keluar warna
merah segar bergumpal
08.20
A:- Menerangkan bahaya pengeluaran cairan
yang berlebihan
08.30
R:- Klien mengatakan takut dengan
08.45 pendarahan, menayakan cara agar pendarahan
berhenti, klien kooperatif
A:- Melakukan perhitungan intake dan output
R:- Intake harian + 1200 cc, output + 1400 cc
A:- Menganjurkan cukup banyak minum dan
makan
R:- Klien mengatakan akan berusaha banyak
minum, klie menerima semua saran dari
perawat, klie kooperatif.

2. 23-09- D: DS:- Klien mengatakan tidak tahu kalau dirinya


2014 hamil gelembung-gelembung anggur
- Klien mengatakan bingung apa yang harus
dilakukan
09.00 DO: - klien terlihat gelisah
A : Mengkaji tingkat pengetahuan atau persepsi
klien dan keluarga terhadap penyakit.
09.15
R : Klien dan keluarga belum mengetahui
09.20 bahwa ibu hamil gelembung-gelembung mola.
A : Mengkaji derajat kecemasan yang dialami
09.25
klien

31
R : Klien mengatakan sangat cemas dengan
09.35
kondisinya.
A : Bantu klien mengidentifikasi penyebab
kecemasan
R : Klien tanmpak kooperatif
A : Menerangkan bahwa ibu saat ini
sebenarnya hamil gelembung-gelembung
anggur
R : Klien memahami kondisi penyakitnya
A : Menganjurkan agar ibu banyak istirahat
R : Klien mengatakan mau beristirahat
3. 24-09- D : DS: - Klien mengatakan keluar darah/cairan
2014 kekuningan banyak dan gatal sejak 4 hari ini
DO: - Keadan vulva lembab dan kotor akibar
perdarahan
- TD : 120/90 mm Hg
N : 80 x/menit
S : 36,5oC
RR : 18 x/menit
08.00
A : - Menganjurkan klien mandi dan
melakukan perawatan vulva hgyne
09.00 R : - Klien bersedia mandi dan bersedia
dilakukan perawatan vulva hgyne
A : Menganjurkan pada ibu untuk dapat
09.30
mengecek perdarahan
R : Klien mengatakan telah berusaha
09.45
memperhatikan perdarahan yang terjadi, klien
kooperatif
A : Menganjurkan ibu untuk membersihkan
kemaluan secara teratur.
R : Klien mengatakan sanggup, klien
mengangguk

32
A : Menganjurkan pada klien untuk segera
memberitahu perawat bila ada tanda demam,
perdarahan berbau atau keluar nanah.
R : Klien mengatakan akan segera
memberitahu perawat bila ada tanda demam,
perdarahan berbau atau keluar nanah, klien
kooperatif.

H. EVALUASI
N TGL/ EVALUASI (SOAP) PARAF
WAKTU
O
D
X
1. 25-09- S : - Klien mengatakan cukup banyak minum
O : - Membran mukosa lembab
2014
- Turgor kulit baik
08.00
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
2. 25-09- S : - Klien mengerti bahwa dirinya hamil gelembung-
2014 gelembung anggur dan harus di curet.
08.30 - Klien menyatakan bahwa ia banyak istirahat
O : - Klien tampak tenang, klien menerima
kondisinya
A : Masalah teratasi
P : Stop intervensi
3. 25-09- S : - Klien mengatakan setiap hari vulva selalu
2014 dibersihkan
O : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 36,5 oc, RR :
18 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Menganjurkan agar tidak melakukan hubungan
senggama selama masa perdarahan.

33
BAB 5
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada wanita yang mengalami Mola hidatidosa sering mengalami mual
muntah akibat produksi Hcg yang tinggi. Produksi ini meningkat disebabkan
pembesaran uterus yang abnormal lebih besar daripada pembesaran uterus
biasanya. Sehingga menyebabkan distensi rahim yang bisa menyebabkan
mual muntah pada penderita Mola hidatidosa. Selain itu perdarahan yang
abnormal saat usia kehamilan masih muda, dapat menyebabkan resiko tinggi
infeksi. Resiko infeksi harus segera diatasi untuk menghindari gejala infeksi
yaang dapat membahayakan bagi keselamatan wanita tersebut. Perlu
pengetahuan ibu tentang beberapa gejala penyakit yang dapat menyerang ibu

34
hamil saat berada pada usia kehamilannya yang masih baru tau berada pada
Trimester 1.

B. Saran
Penulis memberikan saran untuk ibu yang sedang hamil agar intensif
dalam melakukan pemeriksaan kandungannya. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui ada atau tidak adanya gejala patologis yang sering terjadi saat
sedang mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu harus cepat
melaporkan kepada pelaku medis agar tidak terjadi komplikasi lain pada
kandungannya. Pelaku medis khususnya perawat harus memiliki sikap
profesionalisme dalam bekerja dan mampu melakukan asuhan keperawatan
secara tepat kepada ibu yang terdeteksi adanya kelainan seperti penderita
Mola hidatidosa.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesbulapius
Fakultas UI.
Wiknjosartro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yaysan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 2. Jakarta : EGC.
Underwood, J.CE. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2 Volume 2. Jakarta:
EGC

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. (2008). Obstetri Patologi, Elstar Offset,
Bandung.

JNPKKR-POGI. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Sarwono Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta.

35
36

Vous aimerez peut-être aussi