Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Defek septum ventrikel adalah kelainan jantung bawaan berupa tidak
terbentuknya septum antara ventrikel jantung kiri dan kanan sehingga antara
keduanya terdapat lubang (tunggal atau multiple) yang saling
menghubungkan. Defek ini bisa muncul sebagai kelainan tunggal (berdiri
sendiri) atau muncul bersama dengan malformasi kongenital kardial lainnya,
misal stenosis pulmonal, ductus arteriosus persisten, koarktasio aorta,
tetralogy Fallot, transposisi arter-arteri besar, atresia pulmonal, dan lain-lain.
B. Insidens
Defek septum ventrikel adalah kelainan jantung kongenital yang paling sering
ditemukan, yaitu :
1. 20 30 % dari seluruh kasus kelainan jantung bawaan.
2. 1,5 3,5 dari 1000 kelahiran hidup.
3. Frekuensi pada wanita 56 %, sedangkan laki-laki 44 %.
4. Sering dijumpai pada sindrom Down.
5. Kelainan tunggal dan kelainan jantung kongenital yang muncul bersama
dengan VSD adalah 50% dari seluruh kasus kelainan jantung kongenital.
6. Insiden tertinggi pada premature dengan kejadian 2-3 kali lebih sering
dibanding bayi aterm.
Klasifikasi :
Secara anatomis septum ventrikel terdiri atas :
1. Septum ventrikel pars membranasea
2. Septum jalan masuk
3. Septum trabecular
4. Septum infundibular
Defek septum ventrikel secara anatomis diklasifikasikan menurut ukuran
dan tipe (lokasi defek).
Klasifikasi :
1. Perimembranosa
Terdiri atas :
a. Jalan masuk
b. Anterior
c. Jalan keluar
2. Muscular
Terdiri atas :
a. Jalan keluar (conus)
b. Trabecular
c. Jalan masuk
d. Anterior
e. Apeks
3. Double committed arterial (RV outlet / jalan keluar ganda)
4. Septum jalan masuk
Terdiri atas :
a. Tipe sekat Atrioventrikular
5. Malalignment
Terdiri atas :
a. Anterior (tetralogy Fallot)
b. Posterior (koarktasio aorta, interrupted aorta arc (IAA), Rotasional
(Taussig Bing))
Klasifikasi :
1. Defek pada region septum pars membranosa disebut juga defek
paramembranosa atau perimembran karena melibatkan otot pada
perimeternya dengan frekuensi + 80 % dari kejadian VSD. Defek ini
juga dikenal sebagai defek :
a. Infrakristal
b. Subaortika
c. Conoventrikular
Dan berdasar daerah sekitarnya defek ini dibagi menjadi :
a. Jalan masuk
b. Trabecular
c. Jalan keluar
2. Defek muscular dengan frekuensi 5-20% dari kejadian VSD dibagi
menjadi defek :
a. Jalan masuk
b. Trabecular
c. Sentral
d. Apical
e. Marginal / swiss chese / jalan keluar dengan berbagai variasi
ukuran, bentuk dan jumlah.
3. Defek septum jalan keluar pada katub aorta dan pulmonal yang bersifat
fibrosa. Defek ini disebut juga doubly committed subarterial.
Frekuensinya 3-5 % dari kejadian VSD; 20-30% terjadi pada orang
jepang. Terbagi menjadi defek :
a. Suprakristal
b. Subpulmonal
c. Jalan keluar
d. Infundibular/konoseptal
4. Defek septum pada daerah atrioventricular (defek septum
atrioventricular/inlet septum). Frekuensinya 3-5 % dari kejadian VSD,
defek ini terbagi atas :
a. Septum atrioventricular
b. Kanal atrio ventricular
c. Defek septum inlet
5. Malalignment komponen septum. Baik pada septum jalan masuk
(inlet) maupun jalan keluar (outlet).
Bisa berbentuk valvula mitralis atau trikuspidalis yang overriding
dan/ atau straddling. Malalignment bisa terbentuk di sebelah kiri/kanan
septum trabecular. Yang di sebelah kiri septum trabecular merupakan
karakteristik Tetralogi Fallot, double-outlet ventricle, truncus
arteriosus, dan transposisi arteri-arteri besar.
C. Embriologi
Defek sekat ventrikel terjadi karena terlambatnya penutupan sekat
interventrikuler pada 7 minggu pertama kehidupan intrauterine, yaitu saat
terjadi interaksi antara bagian muscular interventricular, bagian dari
endocardium (bantalan endokardium), dan bagian dari bulbus kordis. Pada
saat itu terjadi kegagalan fusi bagian-bagian septum interventricular;
membrane, muscular, jalan masuk, jalan keluar, atau kombinasinya, yang bisa
bersifat tunggal atau multiple. Penyebab kegagalan fusi ini belum diketahui.
Ada 2 kemungkinan anomaly embrional yang timbul, yaitu :
1. Kurangnya jaringan pembentuk septum interventricular. Biasanya kelainan
ini adalah tipe yang berdiri sendiri terutama defek pada pars membranosa.
2. Adanya defek tipe malalignment yang biasanya disertai defek intrakardial
yang lain. Malalignment muncul pada pertemuan konus septum dan
septum pars muskularis. Defek malalignment anterior biasanya disertai
dengan obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, misalnya tetralogy Fallot.
Sebaliknya, defek malalignment posterior biasanya berhubungan dengan
obstruksi aliran keluar ventrikel kiri, misalnya interrupted aortic arch.
Beberapa teori etiologi antara lain :
1. Kromosomal adanya beberapa kelainan kromosom dan sindrom tertentu
yang mencakup VSD. Yaitu :
a. Sindrom Holt-Oram
b. Sindrom Down (Trisomi 21)
c. Trisomy 13
d. Trisomy 18
2. Familial 3 % anak dari orang tua dengan VSD juga menderita VSD
3. Geografis populasi di Asia (Jepang dan Cina mempunyai insidensi defek
pulmonal lebih sering adanya perbedaan dalam penemuan kasus).
4. Lingkungan.
D. Patofisiologi
Gangguan hemodinamik pada penderita VSD tergantung pada ukuran
defek dan tahanan vascular pulmonal. Pada janin normal, tahanan arteria
pulmonalis tinggi, dan akan menurun dengan cepat pada saat setelah lahir
hingga tahanan vascular pulmonal sama dengan tahanan vascular sistemik.
Pada usia 4-6 minggu, penurunan tahanan vascular pulmonal berlanjut pelan-
pelan sampai mencapai tahanan setingkat dewasa, yang mencapai puncaknya
pada umur 3-6 bulan.
Pada penderita VSD adanya defek septum interventricular akan
menyebabkan darah mengalir melalui defek dari ventrikel kiri ke ventrikel
kanan (left to right shunt) karena pengaruh perbedaan tekanan. Bunyi bising
disebabkan oleh derasnya aliran darah. Darah di ventrikel kanan didorong ke
arteri pulmonalis sehingga terjadi peningkatan aliran darah melalui arteri
pulmonalis yang berlanjut sebagai peningkatan tahanan vascular pulmonal.
Resistensi relative antara 2 sirkulasi bersifat dinamis dan berubah dengan
waktu :
1. Periode neonatus:
a. TVP (tahanan vascular pulmonal) tinggi
b. TVki = TVka (tahanan ventrikel kiri sama dengan tahanan ventrikel
kanan)
c. Minimal atau tidak ada shunt
2. Bayi (3-4 minggu)
a. TVP menurun
b. TVki > TVka
c. Shunt dari kiri ke kanan
a. < 1, 5 : Asimtomatik
b. > 2,0 : simtomatik
Shunt dari kiri ke kanan yang kecil membuat penderita tampak tanpa
gejala (Roger disease). Akan tetapi, shunt yang besar (aliran pulmonal >
2,0 kali aliran sistemik) dapat menimbulkan tanda dan gejala gagal
jantung kongestif. Biasanya kemunculan gejala dan tanda gagal jantung
kongestif akan tertunda sampai umur 3-4 minggu pada defek yang besar,
atau jarang lebih dari 6 bulan pada defek tunggal. Namun, gejala gagal
jantung kongestif bisa timbul sejak hari pertama bila ada faktor-faktor
pendorong, seperti cacat jantung tambahan, infeksi pernapasan penyerta,
anemia, anomaly kongenital nonkardial, dan prematuritas.
Dari segi patofisiologi maupun klinis, VSD bisa dibagi menjadi 4 tipe,
yaitu :
1. VSD kecil dengan tahanan pada arteri pulmonalis yang masih normal.
2. VSD sedang dengan tahanan pada arteri pulmonalis masih normal.
3. VSD besar dan sudah disertai hipertensi pulmonal yang dinamis, yaitu
hipertensi pulmonal karena bertambahnya volume darah pada arteri
pulmonalis tetapi belum ada arteriosclerosis arteri pulmonalis.
4. VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang permanen karena pada
kelainan ini sudah disertai arteriosclerosis arteri pulmonalis.
Oleh karena peningkatan tekanan pada ventrikel kanan, arteri
pulmonalis mengalami perubahan struktur, yaitu penebalan diameter
internal, yang disertai kenaikan resistensi vascular pulmonal seiring
dengan perubahan ukuran shunt. Pada dasarnya ada beberapa
kemungkinan yang bisa terjadi selama periode ini, yaitu :
1. Defek mengecil sehingga shunt dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
berkurang, kondisi tampak membaik.
2. Defek menutup
3. Terjadi stenosis infundibular sehingga shunt dari ventrikel kiri ke
ventrikel kanan berkurang
4. Defek tetap besar, shunt dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan berlanjut
sebagai kelainan vascular pulmonal yang progresif. Bila berlanjut,
tekanan ventrikel kanan akan melampaui tekanan ventrikel kiri
sehingga terjadi shunt dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri (shunt
berbalik). Disebut sindrom eisenmenger.
E. Gejala klinis
1. VSD besar
Walaupun VSD merupakan salah satu kelainan jantung kongenital yang
sering menyebabkan gagal jantung kongestif, kelainan biasanya tidak
terdeteksi sampai umur 1 bulan (pada VSD yang besar). Karena kelebihan
sirkulasi pulmonal, penderita akan mengalami sesak napas, sianosis
(walaupun VSD bukan PJB yang sianotik tetapi apabila aliran darah
inefektif lebih tinggi daripada aliran darah efektif, sianosis akan muncul),
gangguan makan, infeksi dan radang paru yang berulang, dan gangguan
pertumbuhan.
Pemeriksaan fisik ditemukan sesak napas, bulging, dan precordial
yang hiperaktif; bising pansistolik derajat 3-4, nada tinggi, kasar, dengan
punctum maksimum di ICS 3-4 linea parasternalis kiri; bising diastolic
pendek pada ICS 4 linea midklavikularis setelah bunyi jantung ke-2
(hipertensi pulmonal).
2. VSD sedang
VSD sedang menunjukkan gejala mirip dengan VSD besar, hanya
lebih ringan.
Penderita mengeluh mudah lelah. Jarang menjadi gagal jantung,
kecuali bila terjadi endocarditis infektif atau karena anemia. Terdapat
bising pansistolik cukup keras (derajad 3) nada tinggi, kasar, pada ICS 3-4
linea parasternalis kiri.
3. VSD kecil biasanya tidak menunjukkan gejala. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya bising holosistolik, dengan atau tanpa thrill, tepat
sebelum bunyi jantung ke-2.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Metode ini untuk mengetahui adanya pembesaran jantung dan
pertambahan vaskularisasi di paru. Bila VSD kecil, rontgen foto thoraks
akan normal. Apabila ada VSD besar dengan shunt dari kiri ke kanan yang
besar, gambarannya :
a. Hipertrofi biventricular.
b. Hipertrofi atrium kiri
c. Pembesaran batang arteri pulmonalis (tonjolan pulmonal prominen)
d. Coracan pulmonal bertambah (plethora).
Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal, arteri pulmonalis akan
membesar, tetapi coracan pulmonal bagian tepi kurang menonjol.
2. Elektrokardiografi
EKG digunakan untuk memeriksa gangguan aktivasi listrik dan sistem
konduksi jantung.
VSD kecil memiliki gambaran EKG yang normal. EKG berguna untuk
mengevaluasi volume overload ventricular dan hipertrofi pada VSD
sedang dan besar. EKG pada VSD menunjukkan adanya gambaran
hipertrofi ventrikel kiri tipe volume, yaitu R meninggi di V5 dan V6, S
memanjang di V1 dan V2, Q yang dalam di V5 atau V6, dan T yang
runcing dan simetris. Hipertrofi ventrikel kiri disertai hipertrofi atrium
kanan, atau hipertrofi biventricular dengan hipertrofi atrium kiri. Pada
VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen, gambaran EKG
menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan murni.
3. Ekokardiografi
Ekokardiografi baik dua dimensi maupun Doppler, menjadi salah
satu pilihan dalam mendiagnosis VSD. Dengan pemeriksaan ini dapat
terdeteksi lokasi defek, taksiran besar ukuran shunt dengan
memperkirakan ukuran relative ruangan-ruangan dan arahnya. Gelombang
kontinu Doppler dapat merefleksikan perbedaan tekanan ventrikel kiri dan
kanan saat systole.
VSD dengan defek yang kecil atau shunt minimal sulit terdeksi
dengan Doppler. Demikian juga dengan defek yang multiple.
4. Kateterisasi Jantung & Angiografi
Metode ini berguna untuk mengukur tekanan dan saturasi oksigen darah di
ruang jantung serta mengukur besar shunt. Dengan injeksi kontras melalui
kateter dapat diperoleh gambaran radiografis (Angiografi)
Risiko tindakan :
a. Sakit sehinggga perlu anastesi
b. Perlu waktu dan persiapan
c. Risiko stroke (terbentuk thrombus)
d. Perforasi jantung atau arteri besar
e. Risiko alergi bila menggunakan kontras (pada angiografi)
Kateterisasi jantung ada 2 macam, yaitu melalui jantung kiri dan
jantung kanan. Kateterisasi jantung juga digunakan sebagai metode
perbaikan lesi pada jantung. Sebagai contoh, pada stenosis katub jantung
atau vena (dengan balon kateter), menutup defek hubungan dengan
menempatkan small umbrella, misalnya pada VSD.
Metode :
a. Melalui jantung kanan :
1) Kateter yang tipis, fleksibel, dimasukkan melalui vena besar (v.
femoralis/ v. saphega magna) v. iliaka v. kava inferior atrium
kanan ventrikel kanan a.pulmonalis (ka/ki).
2) Melalui v. kubiti v. brakialis v. subklavia v. kava superior
atrium kanan ventrikel kanan a.pulmonalis (ka/ki). Pada VSD,
kateter dapat melalui defek.
b. Melalui jantung kiri :
Kateter masuk ke a. subklavia kanan aorta ventrikel kiri atrium
kiri atau melalui a. femoralis.
H. Tindakan bedah
Tindakan bedah meliputi tindakan perbaikan. Penutupan defek VSD dengan
teknik transkateter menggunakan beberapa instrument. Instrument yang
digunakan, antara lain :
1. Amplatzer
2. Bard clamshell umbrella
I. Prognosis
Penderita VSD kecil, biasanya tanpa gejala. Diduga 70% kelainan ini akan
menutup spontan. Pada defek yang besar dilakukan penanganan medik untuk
menghindari timbulnya hipertensi pulmonal, dan beberapa kemungkinan
komplikasi yang bisa timbul yang akan mengganggu tumbuh kembang anak
secara optimal.
Faktor-faktor yang dipikirkan dalam pengambilan keputusan menunggu
ada tidaknya pengecilan VSD spontan yaitu :
1. Umur penderita
2. Lokasi defek
3. Mortalitas dan pembedahan
4. Defek multiple
5. Penyebab-penyebab di luar jantung
6. Penanganan medik