Vous êtes sur la page 1sur 10

PERAN AUDIT DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAHAN

Oleh
Agus Ahyari
1609200070029

Mahasiswa Magister Akuntansi Konsentrasi Pemerintahan


Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK

Audit merupakan salah satu kegiatan yang timbul akibat adanya


suatu hubungan keagenan, sehingga kegiatan audit merupakan
salah satu upaya untuk menyakinkan principal, yaitu masyarakat
(yang diwakili oleh legislatif) akan pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan oleh agen, yaitu pemerintah (eksekutif).
Adapun upaya audit dapat meyakinkan principal kepada agen
karena peranan audit yang mampu meningkatkan kualitas
laporan keuangan pemerintahan, dimana peranan tersebut
ditujukan dengan opini audit yang mencerminkan kualitas
laporan keuangan yang diaudit, dan opini tersebut hanya ada jika
suatu laporan keuangan dilakukan audit.

Kata Kunci: Audit dan Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintahan.

A. PENDAHULUAN

Agar suatu laporan keuangan Pemerintah Daerah dapat

bermanfaat, informasi keuangan yang disajikan harus memenuhi

beberapa karakteristik kualitatif sebagaimana yang disyaratkan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang selanjutnya

disingkat dengan PP 71 Tahun 2010, yaitu relevan, andal, dapat

1
2

dibandingkan, dan dapat difahami. Informasi yang relevan yaitu

informasi yang dapat mempengaruhi keputusan pengguna

dengan memiliki manfaat umpan balik (bisa dikoreksi), prediktif

untuk masa yang akan datang, tepat waktu dan lengkap.

Informasi yang andal yaitu informasi yang tidak menyesatkan

dengan penyajian yang jujur, dapat diuji (diverifikasi), dan tidak

berpihak (netralitas). Informasi yang dapat dibandingkan

maksudnya bisa dibandingkan dengan informasi pada periode

tahun sebelumnya, dan informasi yang dapat difahami

maksudnya penyajian informasi yang disesuaikan dengan batas

pemahaman para pengguna.

Untuk mewujudkan keempat karakteristik kualitatif

tersebut, diperlukan peran audit atas laporan keuangan,

sehingga dengan adanya audit dapat diketahui kesenjangan-

kesenjangan (gap) yang terjadi antara apa yang disajikan dalam

laporan keuangan dengan apa yang seharusnya disajikan dan di

atur dalam ketentuan akuntansi. Hal ini dikarenakan peran audit

merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan

kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta

penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.


3

Artikel ini mengkhususkan pada lingkup sektor publik

(pemerintahan), dengan tujuan untuk menganalisis bagaimana

peran audit dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan

pemerintahan. Penulisan artikel ini dimulai dengan kajian

pustaka yang mencakup konsep audit dan bentuk (type) laporan

keuangan pemerintahan, kemudian dilanjutkan dengan

pembahasan, dan diakhiri dengan kesimpulan.

B. TINJAUAN PUSTAKA
B.1 Konsep Auditing
Menurut (Guy et al, 2002, p.144), audit merupakan suatu

proses yang sistematis untuk menilai kesesuaian suatu

pernyataan dengan ketetapan yang telah ditetapkan, yang dalam

penerapannya memiliki beberapa konsep dasar yaitu proses

pembuktian audit, memperoleh dan mendokumentasikan bukti

audit, pertimbangan pengendalian intern, lingkungan komputer

dan pengendalian internal. Proses pembuktian audit merupakan

konsep dasar pertama sebagai langkah logika dalam proses

audit, yang terdiri-dari mengidentifikasi asersi klien mengenai

setiap komponen yang material dari laporan keuangan,

mempertimbangkan risiko kesalahan yang material, menetapkan

tujuan audit khusus yang berhubungan dengan asersi dalam

laporan keuangan dan mempertimbangkan risiko kesalahan yang

material, menentukan prosedur audit yang akan ditempuh untuk


4

mencapai tujuan audit beserta menentukan waktu

pelaksanaannya, dan menentukan seberapa banyak item yang

akan diterapkan dalam prosedur audit (Guy et al, 2002, p.146).

Konsep auditing selanjutnya yaitu bukti audit, Rahayu dan

Suhayati (2013, p.118), mendefinisikan bukti audit merupakan

setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan

apakah informasi (asersi) yang diaudit disajikan sesuai dengan

kriterianya. Dalam lingkup pemerintahan, menurut Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

PER/05/M.PAN/03/2008, dinyatakan bahwa pengumpulan bukti

audit harus cukup, kompeten dan relevan. Bukti audit yang

cukup berkaitan dengan jumlah bukti yang dapat dijadikan

sebagai dasar untuk penarikan suatu kesimpulan audit, bukti

audit disebut kompeten jika bukti tersebut sah dan dapat

diandalkan untuk menjamin kesesuaian dengan faktanya, dan

bukti audit disebut relevan jika bukti tersebut secara logis

mendukung atau menguatkan pendapat atau argumen yang

berhubungan dengan tujuan dan kesimpulan audit.

selanjutnya yaitu pertimbangan pengendalian intern, Guy

et al. (2002, p.226) mengatakan pengendalian intern adalah

sebuah proses yang dihasilkan oleh dewan direksi, manajemen,

dan personel lainnya yang dirancang untuk memberikan

kepastian yang layak dalam pencapaian tujuan untuk keandalan


5

laporan keuangan, ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang

berlaku, serta untuk efektivitas dan efisiensi operasi. Dalam

lingkup pemerintahan, sistem pengendalian intern di atur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah, yang pada pasal 3 ayat (1)

menjelaskan bahwa sistem pengendalian intern Pemerintah

terdiri atas unsur lingkungan pengendalian, penilaian risiko,

kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan

pemantauan pengendalian intern.

Kemudian yang terakhir yaitu lingkungan komputer dan

pengendalian internal, karena dalam perencanaan audit, auditor

harus mempertimbangkan metode yang digunakan entitas untuk

memproses informasi akuntansi, karena metode tersebut dapat

mempengaruhi perancangan pengendalian internal (Guy et al,

2002, p.277).

B.2 Laporan Keuangan dan Tipe Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan

dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau

jangka waktu tertentu yang menjadi bahan sarana informasi

(screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan untuk

menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan

(Harahap, 2009, p.105). Dalam konteks pemerintahan, menurut

PP 71 Tahun 2010 dijelaskan bahwa laporan keuangan


6

merupakan laporan yang menyediakan informasi yang relevan

mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan

oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan.

Berdasarkan standar akuntansi pemerintahan yang

berbasis akrual, tipe atau komponen laporan keuangan

pemerintahan terdiri dari laporan realisasi anggaran (LRA),

laporan perubahan saldo anggaran lebih (Laporan Perubahan

SAL), neraca, laporan operasional (LO), laporan arus kas (LAK),

laporan perubahan ekuitas (LPE), catatan atas laporan keuangan

(CaLK). Menurut PP 71 Tahun 2010, LRA merupakan salah satu

komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan

ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya keuangan

yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode

pelaporan. Kemudian laporan perubahan SAL, yang menyajikan

secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos saldo

anggaran lebih awal, penggunaan saldo anggaran lebih, sisa

lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan, koreksi

kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, dan saldo anggaran

lebih akhir. Selanjutnya neraca, yaitu laporan yang menunjukkan

jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang) dan modal (ekuitas)

pada saat tertentu.

Tipe laporan keuangan pemerintahan lainnya yang

berbasis akrual yaitu laporan operasional, yang menurut


7

Kementrian Keuangan dalam modul gambaran umum akuntansi

berbasis akrual (2013, p.44), dijelaskan bahwa laporan

operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus

akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle)

sehingga penyusunan laporan operasional, laporan perubahan

ekuitas, dan neraca mempunyai keterkaitan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Kemudian laporan arus kas, yaitu

bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi

penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang

diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi,

pendanaan, dan transitoris (p.46). Selanjutnya laporan

perubahan ekuitas, yang menyajikan informasi kenaikan atau

penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya (p.51), dan yang terakhir adalah CaLK yaitu bagian

yang tak terpisahkan dari laporan keuangan dan oleh karenanya

setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan catatan

atas laporan keuangan.

C. Pembahasan

Pengelolaan pemerintahan di negara kita merupakan

praktik dari agency theory (teori keagenan), dimana masyarakat

yang dalam hal ini diwakili oleh pihak legislatif atau Dewan

Perwakilan Rakyat/DPR sebagai principal mewakilkan kepada

pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah


8

sebagai agen untuk mengelola wilayahnya berdasarkan asas

desentralisasi atau otonomi daerah. Seiring dengan

pemberlakuan otonomi tersebut, maka pemerintah pusat

mengalokasikan sejumlah dananya yang bersumber dari

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) kepada daerah

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Salah satu kewajiban pemerintah daerah dalam mengelola

dana tersebut adalah menyusun laporan keuangan dalam rangka

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan kepada pemerintah

yang lebih tinggi (agen kepada principal). Dalam rangka

pertanggungjawaban tersebut, tentu adanya perbedaan-

perbedaan asersi antara agen dengan principal, sehingga untuk

menghilangkan perbedaan-perbedaan tersebut diperlukan suatu

kegiatan audit, yang pelaksanaannya dilakukan oleh suatu

lembaga yang independen, dimana dalam lingkup pemerintahan

dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Sebagaimana yang dinyatakan dalam postulat audit

bahwasanya audit dapat menjadikan laporan keuangan dan data

keuangan bisa diverifikasi, sehingga dengan audit tersebut dapat

menjadikan suatu laporan keuangan menjadi berkualitas. Dengan

demikian, audit dapat meyakinkan principal akan

pertanggungjawaban yang dilakukan oleh agen. Salah satu faktor

kenapa audit dapat menjadikan laporan keuangan berkualitas


9

karena dalam kegiatan audit akan menghasilkan opini audit,

sehingga opini tersebut mencerminkan kualitas dari suatu

laporan keuangan yang diaudit.

Adapun opini audit terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu opini

wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang merupakan

opini terbaik, opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf

penjelasan (modified unqualified opinion), opini wajar dengan

pengecualian (qualified opinion), opini tidak wajar (adverse

opinion), dan opini tidak memberikan pendapat (disclaimer of

opinion) yang merupakan opini terburuk. Kelima opini

sebagaimana yang dijelaskan di atas mencerminkan kualitas dari

suatu laporan keuangan yang diaudit, dan opini tersebut hanya

ada jika suatu laporan keuangan dilakukan audit. Semakin tinggi

opini yang didapatkan oleh suatu laporan keuangan, maka

semakin yakin principal kepada agen dalam

mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangannya, begitu

juga sebaliknya.

D. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa audit mempunyai peranan dalam upaya meningkatkan

kualitas laporan keuangan pemerintahan, dimana peranan


10

tersebut ditujukan dengan opini audit yang mencerminkan

kualitas laporan keuangan yang diaudit. Audit merupakan salah

satu kegiatan yang timbul akibat adanya suatu hubungan

keagenan, sehingga kegiatan audit merupakan salah satu upaya

untuk menyakinkan principal (legislatif) akan

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan oleh agen

(eksekutif).

DAFTAR PUSTAKA

Guy, D.M., Alderman, C.W., & Winters, A.J (2002). Auditing (edisi
kelima). Jakarta: Erlangga.
Harahap, Sofyan Syafri (2009). Analisa kritis atas laporan
keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kementrian Keuangan (2014). Modul gambaran umum akuntansi
berbasis akrual. http://keuda.kemendagri.go.id.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008. Tentang Standar Audit
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta: Kemenpan-
RI
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Sekretariat Negara
Rahayu, S.K., & Suhayati, Ely (2013). Auditing (konsep dasar dan
pedoman pemeriksaan akuntan publik). Jakarta: Graha
Ilmu.

Vous aimerez peut-être aussi