Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Prosedur
Menurut Muhammad Ali (2000 : 325) Prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan
suatu pekerjaan (dalam Yahya Mubbir, 2014)
Instruksi kerja
menurut ISO 9001; 2000 Instruksi Kerja adalah dokumen mekanisme kerja yang mengatur
secara rinci dan jelas urutan suatu aktifitas yang hanya melibatkan satu fungsi saja sebagai
pendukung Prosedur Mutu atau Prosedur Kerja.
Cara Menulis Instruksi Kerja
Salah satu metode awal terbaik adalah mengikuti 5Ws + H seperti yang kita lakukan di sini.
[Siapa, apa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana]
Membubuhkan beberapa jenis coding dengan nama orang kontak pada setiap instruksi.
Sertakan tanggal untuk versi awal dan diperbarui. Informasi ini membantu dalam kontrol
dan distribusi dokumen.
Jelaskan operasi dari awal sampai akhir. Hal ini mirip dengan set instruksi lisan Anda akan
memberikan kepada siapa pun
Waktu Yang Tepat Untuk Membuat Instruksi Kerja
Sesegera mungkin dan sebelum mereka menjadi kebutuhan mutlak.
Setelah Anda menyadari ada versi yang berbeda seperti banyak prosedur karena ada
operator.
Bila Anda lupa prosedur dan Anda harus kembali belajar proses sekali lagi.
Ketika Anda mengenali proses ini harus dilakukan secara rutin (bulanan, kuartalan) tetapi
tidak setiap hari.
Petugas yang merekomendasikan Instruksi Kerja
Instruksi kerja wajib untuk sertifikasi ISO. ISO bersertifikat bisnis adalah meyakinkan
untuk menjadi baik dan untuk memberikan produk yang berkualitas tinggi atau layanan
kepada pelanggan.
Banyak manajer yang telah mematuhi dengan memiliki Instruksi Kerja untuk setiap operasi
siap untuk merekomendasikan mereka sebagai investasi yang baik untuk menghemat
waktu dalam jangka panjang.
Penulis Instruksi Kerja
Orang terbaik adalah siapa saja yang telah melakukan tugas.
Orang yang telah ditemukan melalui jejak-kesalahan dan-cara terbaik untuk melakukan
tugas.
Orang yang telah menentukan persediaan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas
BAB 2
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup,
karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja. Berikut ini beberapa
pengertian kepuasan kerja yang diambil dari beberapa sumber:
1. Kondisi menyenangkan atau secara emosional positif yang berasal dari penilaian
seseorang atas pekerjaannya atau pengalaman kerjanya (Setiawan dan Ghozali,
2006:159).
1. Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini, ada tidaknya kesempatan untuk
memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.
2. Keamanan kerja. Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi
karyawan. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama
kerja.
4. Perusahaan dan manajemen. Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang
mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil.
5. Pengawasan. Sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan
turnover.
6. Faktor Intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada dalam pekerjaan mensyaratkan
keterampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat
meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
7. Kondisi kerja. Termasuk di sini kondisi kerja tempat, ventilasi, penyiaran, kantin dan
tempat parkir.
8. Aspek sosial dalam pekerjaan. Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan
tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja.
10. Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan
standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
Aspek-aspek lain yang terdapat dalam kepuasan kerja :
2. Ganjaran yang pantas, Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan
promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan pengharapan
mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan
dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia
menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih
diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan
yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci
yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan;
yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha
mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang
ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa
keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar
akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.
3. Kondisi kerja yang mendukung,Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk
kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi
memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak
berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor
lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
4. Rekan kerja yang mendukung, Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekadar uang
atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga
mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang
ramah dan menyenagkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi
Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan.
BAB 3
3. Berkarya
4. Mencari pengalaman
5. Beribadah
Jadi secara umum dapat didefenisikan bahwa penilaian kinerja tersebut adalah sebagai
penilaian hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan oleh
setiap pegawai. Penilaian kinerja pegawai mutlak harus dilakukan untuk mengetahui prestasi
yang dapat dicapai setiap pegawai. Apakah prestasi yang dicapai setiap pegawai baik,
sedang, kurang. Penilaian prestasi penting bagi setiap pegawai dan berguna bagi organisasi
untuk mengambil keputusan dan menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya.
Konsep penilaian kinerja, didalam lingkungan Pegawai Negeri Sipil disebut dengan Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1979 Tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, yang
menyebutkan bahwa:
Dalam rangka usaha untuk lebih menjamin obyektivitas dalam pembinaan Pegawai Negeri
Sipil berdasarkan sistem karir dan sistem prestasi kerja, maka perlu diadakan penilaian
pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil harus dilakukan dengan objektif untuk
mendapatkan nilai yang sesungguhnya dari seorang pegawai dalam melaksanakan
pekerjaannya. Hasil penilaian dituangkan dalam bentuk daftar yang disebut Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3).
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil adalah suatu daftar yang
memuat suatu penilaian pelaksanaan pekerjaan bagi seorang pegawai Negeri Sipil dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun yang dibuat oleh pejabat penilai.
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa konsep penilaian kinerja dalam lingkungan
Pegawai Negeri Sipil disebut dengan penilaian pelaksanaan pekerjaan.
Menurut Rivai (2005:52) Tujuan Penilaian Kinerja secara umum adalah untuk:
2. memperoleh data yang pasti, sistematis dan faktual dalam penentuan nilai suatu
pekerjaan
7. memperoleh keadilan dalam sistem pengupahan dan penggajian yang berlaku dalam
organisasi
8. memperoleh data dalam penentuan struktur upah dan gaji sepadan dengan apa yang
berlaku secara umum
9. memungkinkan manajemen mengukur dan mengawasi biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan secara lebih akurat
10. memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang objektif dan rasional dengan
serikat pekerja apabila ada atau langsung dengan karyawan
11. memberikan kerangka berpikir dalam melakukan peninjauan secara berkala terhadap
sistem pengupahan dan penggajian yang berlaku dalam organisasi
14. memperjelas tugas pokok, fungsi, kegiatan wewenang dan tanggungjawab satuan-
satuan kerja dalam organisasi, yang apabila dapat terlaksana dengan baik akan
mempunyai arti yang sangat penting dalam usaha penyederhanaan kerja sehingga
dapat menghilangkan duplikasi atau tumpang tindih dalam pelaksanaan berbagai
kegiatan dalam organisasi
15. menghilangkan atau paling sedikit mengurangi berbagai jenis keluhan karyawan yang
apabila tidak teratasi dengan baik dapat berakibat para karyawan meninggalkan
organisasi dan pindah ketempat kerja yang lain. Apabila dapat teratasi dengan baik
akan meningkatkan motivasi kerja, menumbuhsuburkan hubungan kerja yang
menguntungkan, baik pihak manajemen maupun pihak karyawan sendiri
16. menyejajarkan penilaian kinerja dengan bisnis sehingga keefektifan penilaian kinerja
dalam mencapai tujuan organisasi tergantung dari seberapa sukses organisasi
menyejajarkan dan mengintegrasikan penilaian kinerja dengan sasaran bisnis strategis
1. pimpinan mmemerlukan penilaian yang objektif terhadap kinerja karyawan pada masa
lalu untuk membuat keputusan dibidang sumber daya manusia di masa yang akan
datang
2. pimpinan memerlukan alat untuk membantu karyawannya dalam memperbaiki
kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan
untuk mengembangkan karier dan memperkuat kualitas hubungan antara pimpinan
dan karyawan
10. untuk mendorong semakin meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan
organisasi
12. untuk mengetahui tingkat prestasi masa lalu dan potensi kedepan
13. sebagai sarana penyaluran keluhan yang berkaitan dengan masalah pribadi atau
pekerjaan
14. sebagai salah satu alat menjaga tingkat kinerja, sebagai contoh dengan mendeteksi
penurunan kinerja sebelum menjadi serius dan mengambil langkah-langkah korektif
15. untuk mengetahui efektifitas kebijakan SDM, seperti seleksi dan rekrutmen, pelatihan
dan analisis pekerjaan
18. untuk memperolh data yang pasti, sistematis dan faktualdalam penentuan nilai sesuatu
pekerjaan
Untuk mempertegas dan memperjelas tugas pokok, fungsi, kegiatan, wewenang, dan
tanggungjawab satuan kerja dalam organisasi.
Menurut Rivai (2005:55) Manfaat penilaian kinerja bagi semua pihak adalah agar mereka
mengetahui manfaat yang dapat mereka harapkan. Pihak-pihak yang berkepentingandalam
penilaian adalah (1) orang yang dinilai (karyawan); (2) penilai (atasan, supervisor, pimpinan,
manajer, konsultan); dan (3) perusahaan.
1. meningkatkan motivasi
12. kesempatan untuk mendiskusikan cita-cita dan bimbingan apapun, dorongan atau
pelatihan yang diperlukan untuk memnuhi cita-cita karyawan
6. pemahaman yang lebih baik terhadap karyawan, tentang rasa takut, rasa grogi,
harapan dan aspirasi mereka
7. meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer maupun dari para karyawan
9. meningkatkan rasa harga diri yang kuata diantara manajer dan para karyawa, karena
telah berhasil mendekatkan ide dari karyawan denagn ide dari para manajer
10. sebagai media untuk mengurangi kesenjangan antara sasaran individu dengan sasaran
kelompok atau sasaran departemen SDM atau sasaran perusahaan/organisasi
11. kesempatan bagi para manajer untuk menjelaskan kepada karyawan apa yang
sebenarnya diinginkan oleh perusahaan/organisasi dari para karyawan sehingga para
karyawan dapat mengukur dirinya, menempatkan dirinya dan berjaya sesuai dengan
harapan dari pimpinan
12. sebagi media untuk meningkatkan interpersonal relationship atau hubungan antar
pribadi antara karyawan dengan manajer
13. dapat sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan dengan lebih memusatkan
perhatian kepada mereka secara pribadi
14. merupakan kesempatan berharga bagi pimpinan agar dapat menilai kembali apa yang
telah dilakukan sehingga ada kemungkinan merevisi target atau menyusun prioritas
baru
15. bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi atau perubahan tugas karyawan
2. meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan oleh masing-
masing karyawan
6. peningkatan segi pengawasan melekat dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh
karyawan
10. sebagai sarana penyampaian pesan bahwa karyawan itu dihargai oleh perusahaan
11. kejelasan dan ketepatan dari pengetahuan , ketrampilan dan sikap yang diperlukan
oleh karyawan, sehingga perusahaan dapat tampil prima
12. budaya perusahaan menjadi mapan. Setiap kelalaian dan ketidakjelasan dalam
membina sistem dan prosedur dapat dihindarkan dan kebiasaan baik dapat diciptakan
dan dipertahankan. Berita baik bagi setiap orang dan setiap karyawan akan
mendukung pelaksanaan penilaian kinerja, mau berpartisipasi secara aktif dan
pekerjaan selanjutnya dari penilaian kinerja akan menjadi lebih mudah
13. karyawan yang potensil dan meungkinkan untuk menjadi pimpinan perusahaan atau
sedikitnya yang dapat dipromosikan menjadi lebih mudah terlihat, mudah
diidentifikasikan, mudah dikembangkan lebih lanjut dan memungkinkan tanggung
jawab secara kuat
14. jika penilaian kinerja ini telah melembaga dan keuntungan yang diperoleh
perusahaan/organiasasi menjadi lebih besar, penilaian kinerja akan menjadi salah satu
sarana yang paling utama dalam meningkatkan kinerja perusahaan/ organisasi.
2. Sebagai dasar umpan balik atas kinerja yang dilakukan seseorang atau kelompok
Dengan mengetahui banyak kegunaan atau fungsi dari adanya penilaian kinerja, maka bisa
diketahui bahwa hasil penilaian kinerja bukanlah merupakn thap akhir, namun sebaliknya
hasil penilaian hendaknya dapat digunakan sebagai dasar keputusan atau strategi organisasi.
Penilaian kinerja merupakan sebuah sistem atau sekumpulan kegiatan yang terkait dengan
aktivitas kepegawaian lainnya. Penilaian kinerja tidak dapat berdiri sendiri, sehingga dalam
pelaksanaannya, penilaian kinerja juga terkait dengan kegiatan lain. Keterkaitan proses
penilaian kinerja dengan kegiatan kepegawaian adalah sebagai berikut :
Proses penilaian kinerja harus berdasarkan pada analisis pekerjaan atau analisis
jabatan. Tahap ini merupakan tahap yang cukup penting yang merupakan tahap
mendasar dalam penilaian kinerja, karena analisis jabatan dipergunakan untuk
beberapa kegiatan dalam proses penilaian kinerja. Hasil dari analisis jabatan ini
digunakan sebagai dasar penyusunan deskripsi pekerjaan, dimana dalam deskripsi
pekerjaan ini disebutkan dasar-dasar penilaian kinerja yaitu jenis-jenispekerjaan yang
harus dikerjakan dan spesifikasi atau kebutuhan khusus yang menunjang pekerjaan
tertentu . Inti dari tahap ini adalah apabila akan melaksanakan penilaian kinerja, maka
sebelumnya harus dinyatakan dengan jelas hal-hal berikut : jenis-jenis pekerjaan,
tanggungjawabyang dimiliki, kondisis kerja, kegiatan yang harus dilakukan
Standar dipergunakan unutk membandingkan hasil kerja seorang staf dendan standar
yang telah ditetapkan, sehingga dapat diketahui apakah pekerjaan yang
bersangkutan lebih baik atau dibawah standar. Standar kerja didasarkan atas
informasi-informasi yang diperoleh dari analisis jabatan. Standar yang ditetapkan
harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
o Standar harus tertulis dengan jelas dan spesifik, sehingga setiap orang bisa
membaca standar kerja yang ditetapkan untuk pekerjaan tertentu sehingga
tidak mudah menimbulkan bias dan salah persepsi
o Standar yang digunakan bisa menjawab pertanyaan what (tentang apa yang
dikerjakan, dan bagaimana metode menyelesaikan pekerjaan),howmuch
(berapa yang harus dihasilkan) dan by when (kapan pekerjaan harus
dihasilkan)
Secara umum ada 4 macam metode penilaian kinerja. Empat macam metode tersebut
adalah : Behavior appraisal system atau penilaian kinerja berdasarkan perilaku yang
dinilai, Personel/performer Appraisal system atau penilaian kinerja berdasar ciri sifat
individu, Result- oriented Appraisal system atau penilaian kinerja berdasar hasil kerja,
Contingency Appraisal system atau penilaian kinerja berdasar atas kombinasi
beberapa komponen; ciri sifat, perilaku, dan hasil kerja.
2. Cenderung menilai dengan skor yans sedang atau ditengah-tengah (central tendency)
3. menilai dengan nilai yang sangat (terlalu) tinggi atau yang disebut dengan leniency,
atau justru menilai dengan nilai yang sangat (terlalu) rendah atau strictness
4. penilaian yang sangat dipengaruhi oleh ciri sifat pribadi dari orang yang dinilai
(haloeffect)
5. menilai orang hanya karena stereotype, misal orang yang usianya sudah tua, pastilah
kinerjanya buruk
6. menilai bawahan hanya berdasar perilaku atau prestasi kerja akhir, atau waktu yang
mendekati waktu penilaian tanpa memperhatikan prestasi kerja waktu-waktu
sebelumnya (recency effect)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 pasal 11, yang dimaksud dengan
pejabat penilai adalah Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I, dan atau Atasan Pejabat Penilai yang tertinggi dalam
lingkungannya masing-masing.
Menurut Mathis dan Jackson (2006:387) Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh siapapun
yang mengetahui dengan baik kinerja dari karyawan secara individual. Kemungkinannya
adalah sebagai berikut :
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979, unsur-unsur yang dinilai dalam
penilaian pelaksanaan pekerjaan adalah :
1. Tanggung jawab
3. Kejujuran
4. Ketaatan/Kedisiplinan
5. Kesetiaan/Loyalitas
6. Prestasi KerjaPrestasi Kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya, prestasi
kerja seorang pegawai dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan, pengalaman, dan
kesungguhan pegawai yang bersangkutan dalam melaksanakan pekerjaannya.Penilai
menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan pegawai
tersebut dari uraian pekerjaannya
9. Pejabat PenilaiPejabat Penilai adalah atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang
dinilai. Seorang pejabat penilai dapat memberikan penilaian apabila telah membawahi
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan.
Ketentuan ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada pejabat penilai, sehingga
dengan demikian diharapkan adanya obyektifitas didalam memberikan penilaian.
Khusus bagi calon Pegawai Negeri Sipil yang akan diangkat sebagai Pegawai Negeri
Sipil, penilaian pelaksanaan pekerjaan dilakukan setelah ia sekurang-kurangya 1
(satu) tahun menjadi calon Pegawai Negeri Sipil terhitung ia secara aktif
melaksanakan tugasnya (Surat Pernyataan Melaksanakan Tuganya/SPMT)
11. SifatDaftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan adalah bersifat rahasia oleh sebab itu
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut harus disimpan dengan baik dan
dipelihara dengan baik pula. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan hanya dapat
diketahui oleh Pegawai Negeri Sipil yang dinilai, Pejabat Penilai, Atasan Pejabat
Penilai, atasan dari Atasan Pejabat Nilai (sampai yang tertinggi) dan atau pejabat lain
yang karena tugas jabatannya mengharuskan ia mengetahui Daftar Penilain
Pelaksanaan Pekerjaan.
Seorang pejabat penilai (atasan langsung pegawai yang dinilai) wajib melakukan
penilaian terhadap pegawai yang berada langsung dibawahnya jika atasan tersebut
telah membawahi pegawai yang dinilai sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan lamanya.
Nilai pelaksanaan pekerjaan dinyatakan sebutan angka sebagai berikut :
o baik = 76 90
o cukup = 61 75
o sedang = 51- 60
o kurang = 50 kebawah
4. Pengajuan Keberatan
Pegawai Negeri Sipil yang dinilai yang merasa keberatan atas nilai sebagaimana
tertuang dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, baik secara keseluruhan
maupun sebagian, dapat mengajukan keberatan secara tertulis disertai dengan alasan-
alasannya kepada atasan pejabat penilai melalui hierarki. Pejabat penilai, setelah
menerima keberatan dari Pegawai Negeri Sipil yang dinilai membuat tanggapan
secara tertulis atas keberatan yang diajukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang dinilai.
Kemudian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut ditanda tangani secara sah
oleh Pejabat Penilai dan Pegawai Negeri Sipil yang dinilai.
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan digunakan sebagai bahan yang objektif dalam
melaksanakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil, antara lain dalam
mempertimbangkan kenaikan pangkat, penempatan dalam jabatan, kenaikan gaji
berkala, dan lain-lain.
PENILAIAN KINERJA
2. Perilaku
Ketika hasil dari tugas individu sulit untuk ditentukan, organisasi dapat mengevaluasi
perilaku seseorang yang terkait dengan tugas atau kompetensi.
3. Kompetensi
Kompetensi terdiri dari pengetahuan, keterampilan, sifat dan perilaku, dan
berhubungan dengan keterampilan interpersonal atau berorientasi bisnis.
4. Pencapaian tujuan
Jika organisasi mempertimbangkan hasil akhir pencapaian tujuan sebagai suatu hal yang
berarti, hasil pencapaian tujuan akan menjadi faktor yang tepat untuk dievaluasi untuk
dibandingkan dengan standar.
5. Peningkatan potensi
Ketika organisasi mengevaluasi kinerja karyawan, kriteria difokuskan pada masa lalu, masa
sekarang, dibandingkan dengan standar.
Tanggung-jawab Penilaian
Menurut Mondy & Noe(2005) dalam kebanyakan organisasi, departemen sumber
daya manusia bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan desain dan pelaksanaan
program penilaian kinerja. Orang yang mungkin ditunjuk adalah:
1. Atasan langsung.
Atasan langsung bertanggung-jawab untuk menilai kinerja karena dialah yang setiap
saat dapat mengamati para karyawan.
2. Bawahan
Bawahan berada dalam posisi yang tepat untuk menilai efektivitas
manajerial. Pendukung pendekatan ini percaya bahwa atasan sangat menyadari
kebutuhan kelompok kerja dan dapat membuat pekerjaan lebih baik. Sebaliknya,
kritikus khawatir bahwa bawahan takut akan pembalasan.
3. Peers
Kekuatan utama untuk menilai kinerja adalah rekan kerja, yang memiliki kinerja dan
pandangan yang khas, terutama dalam tugas-tugas tim.
4. Evaluasi diri
Jika karyawan memahami tujuan dan kriteria untuk evaluasi, mereka memiliki posisi
yang baik untuk menilai kinerja mereka sendiri.
6. Pelanggan
Organisasi menggunakan pendekatan ini karena hal ini menunjukkan komitmen
terhadap pelanggan, karena karyawan adalah pemegang tanggung-jawab.
2. Critical Incidents
Evaluator mencatat mengenai apa saja perilaku/pencapaian terbaik dan terburuk (extremely
good or bad behaviour) pegawai. Dalam metode ini, penilai harus menyimpan catatan tertulis
tentang tindakan-tindakan atau prilaku kerja yang sangat positif (high favorable) dan perilaku
kerja yang sangat negatif (high unfavorable) selama periode penilaian.
3. Essay
Evaluator menulis deskripsi mengenai kekuatan dan kelemahan karyawan, kinerjanya pada
masa lalu, potensinya dan memberikan saran-saran untuk pengembangan pekerja tersebut.
Metode ini cenderung lebih memusatkan perhatian pada perilaku ekstrim dalam tugas-tugas
karyawan daripada pekerjaan atau kinerja rutin yang mereka lakukan dari hari ke hari.
Penilaian seperti ini sangat tergantung kepada kemampuan menulis seorang penilai.
4. Work standard
Metode ini membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya atau dengan tingkat keluaran yang diharapkan. Standar mencerminkan keluaran
normal dari seorang pekerja yang berprestasi rata-rata, yang bekerja pada kecepatan atau
kondisi normal. Agar standar ini dianggap objektif, para pekerja harus memahami secara jelas
bagaimana standar yang ditetapkan.
5. Ranking
Penilai menempatkan seluruh pekerja dalam satu kelompok sesuai dengan peringkat yang
disusun berdasarkan kinerja secara keseluruhan. Contohnya, pekerja terbaik dalam satu
bagian diberi peringkat paling tinggi dan pekerja yang paling buruk prestasinya diletakkan di
peringkat paling bawah. Kesulitan terjadi bila pekerja menunjukkan prestasi yang hampir
sama atau sebanding.
6. Forced distribution
Penilai harus memasukkan individu dari kelompok kerja ke dalam sejumlah kategori yang
serupa dengan sebuah distribusi frekuensi normal. Contoh para pekerja yang termasuk ke
dalam 10 persen terbaik ditempatkan ke dalam kategori tertinggi, 20 persen terbaik
sesudahnya ke dalam kategori berikutnya, 40 persen berikutnya ke dalam kategori menengah,
20 persen sesudahnya ke dalam kategori berikutnya, dan 10 persen sisanya ke dalam kategori
terendah. Bila sebuah departemen memiliki pekerja yang semuanya berprestasi istimewa,
atasan dipaksa untuk memutuskan siapa yang harus dimasukan ke dalam kategori yang
lebih rendah.
6. Bias pribadi(stereotype)
Penyelia yang melakukan penilaian bisa saja memiliki bias yang berkaiatan dengan
karakteristik pribadi pekerja seperti suku, agama, gender atau usia. Meskipun ada peraturan
atau undang-undang yang melindugi pekerja, diskriminasi tetap menjadi masalah dalam
penilain kinerja.
2. Ekspektasi Kinerja
Sebelum periode penilaian, para manajer harus menjelaskan secara gamblang tentang kinerja
yang diharapkan kepada pekerja.
3. Standardisasi
Pekerja dalam kategori pekerjaan yang sama dan berada di bawah organisasi yang sama harus
dinilai dengan menggunakan instrumen yang sama.
5. Komunikasi Terbuka
Pada umumnya, para pekerja memiliki kebutuhan untuk mengetahui tentang seberapa baik
kinerja mereka.
6. Akses Karyawan Terhadap Hasil Penilaian
Setiap pekerja harus memperoleh akses terhadap hasil penilaian. Kerahasiaan akan
menumbuhkan kecurigaan. Menyediakan akses terhadap hasil penilaian memberikan
kesempatan karyawan untuk mendeteksi setiap kesalahannya.
7. Proses Pengajuan Keberatan (due process)
Dalam hubungannya dengan pengajuan keberatan secara formal atas hasil penilainnya,
penetapan due process merupakan langkah penting.
BAB 6
Upah Kerja Lembur adalah upah yang diterima pekerja atas pekerjaannya sesuai dengan
jumlah waktu kerja lembur yang dilakukannya.
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk 6 hari kerja dan
40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu
atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang
ditetapkan Pemerintah (Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004).
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam dalam 1
minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi.
3. Adakah Undang Undang yang mengatur tentang Upah dan waktu kerja
lembur?
Ketentuan tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur diatur dalam Undang
Undang no.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 78 ayat (2),(4), pasal 85 dan
lebih lengkapnya diatur dalam Kepmenakertrans no.102/MEN/VI/2004 mengenai Waktu
dan Upah Kerja Lembur.
Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara menghitung upah sejam
adalah 1/173 upah sebulan.
Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004 ,
Rumus perhitungan upah lembur adalah sebagai berikut:
Jam kerja Manda adalah 8 jam sehari/40 jam seminggu. Ia harus melakukan kerja lembur
selama 2 jam/hari selama 2 hari. Gaji yang didapat Manda adalah Rp. 2.000.000/bulan
termasuk gaji pokok dan tunjangan tetap. Berapa upah lembur yang didapat Manda?
Manda hanya melakukan kerja lembur total adalah 4 jam. Take home pay Manda berupa
Gaji pokok dan tunjangan tetap berarti Upah sebulan = 100% upah
Andi biasa bekerja selama 8 jam kerja/hari atau 40 jam/minggu. Hari Sabtu dan Minggu
adalah hari istirahat Andi. Akan tetapi perusahaan Andi memintanya untuk masuk di hari
Sabtu selama 6 jam kerja. Gaji Andi sebesar Rp. 2.800.000/bulan yang terdiri dari gaji
pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Lalu, berapa uang lembur yang patut
didapat Andi yang bekerja selama 6 jam di hari liburnya?
Andi melakukan kerja lembur di hari liburnya total 6 jam. Take home pay Andi berupa
Gaji pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap berarti Upah sebulan = 75% upah
sebulan = 75% x Rp. 2.800.000 = Rp. 2.100.000.
Apabila waktu kerja lembur jatuh pada hari libur/istirahat, upah lembur dihitung 2 kali
upah/jam untuk 8 jam pertama kerja.
5. Apakah perusahaan akan mendapat sanksi apabila tidak memenuhi hak upah
lembur pekerjanya?
Ya, tentu saja. Barang siapa melanggar ketentuan pemberian Upah lembuh sebagaimana
diatur dalam pasal 78 ayat 2 dan pasal 85 ayat 3 Undang-Undang Tenaga Kerja
no.13/2003, akan dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 bulan, paling lama
12 bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 10.000.000 dan paling banyak Rp.
100.000.000. Tentang sanksi ini, tercantum dalam ketentuan Undang-Undang
Ketenagakerjaan pasal 187 ayat 1
Ketahui informasi lebih banyak mengenai peraturan atau hukum tenaga kerja mengenai
upah kerja, jam kerja, cuti tahunan, hak maternal sesuai dengan Undang Undang no.13
tentang Ketenagakerjaan di bagian Hukum Tenaga Kerja di situs Gajimu.com
Upah Lembur
Waktu kerja yang ditetapkan oleh peraturan ketenagakerjaan adalah 40 jam seminggu, 7
atau 8 jam perhari, tergantung jumlah hari kerja mingguan. Untuk yang bekerja 6 hari
perminggu, jam kerjanya adalah 7 jam perhari. Untuk yang bekerja 5 hari perminggu, jam
kerjanya adalah 8 jam perhari.
Aturan yang berhubungan dengan jenis-jenis pekerjaan yang tidak terikat pada jam kerja
diatur di dalam Keputusan Menteri.
Pekerja hanya dapat diminta untuk bekerja melebihi jam kerjanya setelah adanya
kesepakatan tertulis. Pengusaha dapat membuat daftar pekerja/buruh yang bersedia untuk
melakukan kerja lembur, yang ditandatangani oleh pengusaha dan pekerja/buruh.
Terhadap pekerja/buruh bersedia melakukan lembur, pengusaha harus memastikan jam
lemburnya tidak lebih dari 3 jam per hari atau 14 jam per minggu. Lembur yang
dilaksanakan pada hari istirahat mingguan atau libur nasional tidak termasuk dalam hal
ini. Sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan, peraturan menteri mengatur tentang
beberapa sektor atau jenis pekerjaan tidak termasuk di dalam aturan pembatasan jam
lembur ini.
Pengusaha diwajibkan untuk membayar minimal 150% dari upah normal per jam untuk
setiap jam lembur pertama, dan 200% untuk setiap jam lembur berikutnya. Upah per jam
didapat dengan menggunakan rumus 1/173 dikalikan upah bulanan. Jika jam lembur lebih
dari 3 jam, pengusaha juga wajib menyediakan makanan dan minuman yang mengandung
sekurang-kurangnya 1400 kalori untuk pekerja/buruh. Uang dan makanan yang dimaksud
tidak dapat digantikan dengan uang. Upah lembur tidak diberikan kepada pekerja/buruh
yang memiliki tingkat tanggung jawab tinggi, dengan anggapan bahwa upah yang mereka
terima sudah lebih tinggi. Pekerja/buruh diberikan waktu istirahat yang cukup setelah
melakukan lembur.
Kompensasi kerja pada akhir pekan dan hari libur nasional tergantung pada total hari
kerja seminggu.
Untuk pekerja/buruh yang melaksanakan 6 hari kerja per minggu, nilai upah lembur yang
jatuh pada hari istirahat atau libur nasional dapat berbeda, tergantung lembur tersebut
jatuh pada hari kerja dengan jam normal atau hari dengan jam kerja terpendek.
Jika lembur dilakukan pada hari kerja dengan jam kerja terpendek dalam seminggu (yang
jatuh pada hari istirahat mingguan atau libur nasional), nilai upah lembur adalah 200%
per jam (dua kali lipat dari upah normal per jam) untuk 5 jam pertama, 300% (tiga kali
lipat dari upah normal per jam) untuk jam keenam, dan 400% (empat kali lipat dari upah
normal per jam) untuk jam ketujuh dan kedelapan. Jika lembur dilakukan pada hari kerja
dengan jam kerja normal (yang jatuh pada hari istirahat mingguan atau libur nasional),
nilai upah lembur adalah 200% per jam (dua kali lipat dari upah normal per jam) untuk 7
jam pertama, 300% (tiga kali lipat dari upah normal per jam) untuk jam kedelapan, dan
400% (empat kali lipat dari upah normal per jam) untuk jam kesembilan dan kesepuluh.
Untuk pekerja/buruh yang melaksanakan 5 hari kerja per minggu, nilai upah lembur yang
jatuh pada hari istirahat atau libur nasional adalah 200% per jam (dua kali lipat dari upah
normal per jam) untuk 8 jam pertama, 300% (tiga kali lipat dari upah normal per jam)
untuk jam kesembilan, dan 400% (empat kali lipat dari upah normal per jam) untuk jam
kesepuluh dan kesebelas.
Sumber: Pasal 85 ayat (3) UU Ketenagakerjaan (UU No. 13/2003); Pasal 1 (ayat 1), 11
(ayat b & c) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 102/MEN/VI/2004
tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur
Peraturan mengenai Kompensasi
Syarat melakukan kerja lebur,antara lain ; (1) Ada perintah tertulis, (2) Pekerja setuju untuk
melaksanakan kerja lembur, (3) Adanya rincian pelaksanaan kerja lembur, (4) Adanya bukti
tanda tangan kedua belah pihak.
Tunjangan tetap adalah pembayaran yang berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara
tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan
pembayaran upah pokok tanpa dikaitkan dengan tingkat kehadiran atau kinerja.
Contoh tunjangan tetap ; tunjangan keluarga, tunjangan jabatan,tunjangan masa kerja
Tunjangan tidak tetap adalah pembayaran yang berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan
secara tidak tetap dan dikaitkan dengan kehadiran atau kinerja
Contoh tunjangan tidak tetap ; tunjangan transport, tunjangan kehadiran, tunjangan makan,
tunjangan shift, tunjangan premi, dll
Tdiak ada regulasi yang memberikan panduan baku mengenai tunjangan ini, umumnya hal
ini diselesaikan melalui kesepakatan antara pengusaha dan karyawan.
Simulasi 1
Simulasi 2
Simulasi 3