Vous êtes sur la page 1sur 3

Kepemimpin dalam Akreditasi JCI

Menurut Wiriadihardja (1987), leadership (kepemimpinan) adalah kemampuan


seseorang yang dengan cara apapun mampu mempengaruhi pihak lain, untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu, sehingga
berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kata kepemimpinan digunakan
dalam dua hal mendasar dalam percakapan sehari-hari: (1) mengacu pada proses
gerakan suatu kelompok (atau beberapa kelompok) orang dalam arah yang sama
tanpa paksaan dan (2) mengacu pada orang yang memainkan peran di mana
kepemimpinan (dalam definisi pertama) diharapkan (Siagian, 1999). Dalam
organisasi publik, bawahan bekerja selalu tergantung pada pimpinan. Bila pimpinan
tidak memiliki kemampuan memimpin, maka tugas tugas yang sangat kompleks
tidak dapat dikerjakan dengan baik. Apabila manajer mampu melaksanakan fungsi-
fungsinya dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut dapat mencapai
sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang
mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buahnya
(Alimuddin, 2002). Hal ini menunjukkan pentingnya peran seorang pemimpin dalam
kesuksesan sebuah akreditasi dimana Pemimpin yang tidak efektif dapat membawa
kegagalam pemberian pelayanan yang berkualitas dan sebaliknya.

Di dalam sebuah akreditasi, maka diperlukan sebuah pemenuhan akan standart


yang dipersyaratkan melalui perubahan-perubahan yang dilakukan. Perubahan
mulai dari visi-misi hingga pelayanan kepada pasien akan diperlukan agar Rumah
Sakit tersebut dapat berhasil dalam proses akreditasi. Oleh karena itu diperlukan
pemimpin yang mampu merubah atau pemimpin Transformasional karena tipe
pemimpin inilah yang dapat membawa perubahan. Secara konseptual,
kepemimpinan transformasional di definisikan (Bass dalam Gibson, 2000), sebagai
kemampuan pemimpin mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, dan pola kerja,
dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu
mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi. Berarti, sebuah proses
transformasional terjadi dalam hubungan kepemimpinan manakala pemimpin
membangun kesadaran bawahan akan pentingnya nilai kerja, memperluas dan
meningkatkan kebutuhan melampaui minat pribadi serta mendorong perubahan
tersebut ke arah kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi (Bass
dalam Gibson, 2000). Perubahan-perubahan yang dibawa oleh pemimpin
Transformasional ini anntinya diharapkan dapat membawa kualitas pelayana kepada
tingkat yang memenuhi standard akreditasi JCI yang lebih terfokus pada aspek
patien-safety dan kualitas pelayanan kesehatan.

Peran Perawat dalam Akreditasi JCI

Perawat memiliki peran penting bagi suatu rumah sakit (RS) dalam memenuhi
standar pelayanan internasional. Guna memberikan pelayanan yang baik, perawat
harus memperhatikan standar pelayanan sesuai akreditasi Joint Commision
International (JCI), yaitu keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien. "Hal
tersebut yang menjadi dasar pentingnya pemahaman perawat tentang perannya
dalam layanan kepada pasien," kata Direktur Keperawatan RS Premier Jatinegara,
Taryudi Sarta, SKM,MM. Taryudi menjalaskan untuk memberikan perawatan yang
baik, perawat harus memperhatikan standar pelayanan sesuai akreditasi
JCI,keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien. "Semua hal ini saling
berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain untuk mendapatkan akreditasi JCI
dalam sebuah RS," (Inilah.com, 2010).

Patien Safety. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan pasien koma, pelaporan
dan analisis accident, kemampuan belajar dari accident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes R.I, 2006).
Perawat harus menyadari perannya sehingga harus dapat berpartisipasi aktif dalam
mewujudkan patient safety. Metode tim dalam keperawatan perlu menjadi strategi
dalam penanganan patient safety karena metode tim merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. (Sitorus, 2006). Pada
metode ini juga memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. Adanya
pemberian asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. (Nursalam, 2002).
Jadi dengan pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh kepada pasien
diharapkan keselamatan pasien dapat diperhatikan, sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan.

Peran perawat dalam patien safety juga dikuatkan oleh penelitian Maria Vonny, dkk
(2013) dimana hasil penelitiannya sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Maryam, dkk. (2000), ada hubungan antara pengidentifikasian pasien dengan
kepuasan pasien. Pengidentifikasian pasien yang benar adalah salah satu kunci
keberhasilan program keselamatan pasien di rumah sakit, sehingga kejadian
cedera/tidak diharapkan dapat dihindari. Dengan identifikasi pasien secara benar
dan tepat, perawat akan dapat memahami kebutuhan dan keinginan pasien.
Pengetahuan dan Motivasi Perawat penting dalam patien safety. Penelitian tentang
hubungan pengetahuan dan motivasi dengan sikap mendukung penerapan program
patient safety di Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi Surakarta, oleh Aryani
(2008) menyimpulkan bahwa pengetahuan perawat pelaksana tentang konsep
patient safety baik dan sikap mendukung penerapan program patient safety tinggi.
Hal senada juga diungkapkan Selleya (2013) dalam penelitiaannya dimana Ada
hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient
safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna, dimana 95% perawat
pelaksana mempunyai pengetahuan baik tentang pelaksanaan keselamatan pasien,
dan ada hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient
safety).

Baca Juga : ETHICAL CONSIDERTION IN GERIATRIC TRAUMA: BAGAIMANA


SEHARUSNYA LANSIA DITANGANI

DAFTAR PUSTAKA

Arnawilis dkk, 2010. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Ruang Rawat Terhadap Kinerja
Perawat Di Ruangan Rawat Inap Penyakit Dalam Rsud Indrasari Rengat .
ikm.htp.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/JURNAL-NO-5.doc.

American Nurses Association. (2010). Nursings Social Policy Statement.3rd ED.


Silver Springs, MD: Nurse Books.

Ariyani. (2009). Analisis pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi


sikap mendukung penerapan program patient safety di Instalasi Perawatan Intensif
Di RSUD Moewardi Surakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana UNDIP. Dipublikasikan.

Gibson, James L., Ivancevich,

Vous aimerez peut-être aussi