Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2. Data pengamatan
3. Mekanisme Reaksi
3. Perhitungan
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin
adalah analgesik, antipiretik dan antiinflamasi yang sangat luas digunakan
dan digolongkan dalam obat bebas. Latar belakang dilakukannya percobaan
ini adalah adanya tanaman cortex salicil yang dapat kita sintesis menjadi
senyawa kimia baru yang bermanfaat yakni asam salisilat.
Tujuan dilakukannya percobaan ini dalam bidang farmasi adalah untuk
mengetahui cara mensintesis suatu senyawa kimia untuk diubah atau
dimanfaatkan sebagai bahan obat yang akan digunakan oleh masyarakat
luas.
Pada percobaan ini dilakukan dengan reaksi esterifikasi antara alkohol
dengan asam karboksilat menggunakan katalisator asam dalam hal ini H 2SO4
pekat. Percobaan ini dilakukan dengan cara menimbang asam salisilat
sebanyak 2 gr kemudian ditambahkan asetat anhidrat sebanyak 5 ml, lalu
ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 5 tetes, kemudian campuran
tersebut dipanaskan hingga larut sempurna, setelah itu didinginkan hingga
terbentuk kristal, setelah itu ditambahkan dengan air dingin sebanyak 50 ml
dan disaring dengan menggunakan kertas saring. Bagian yang tertinggal
pada kertas saring dikeringkan kemudian ditimbang.
Penggunaan asetat anhidrat, dimaksudkan agar mencegah adanya air,
karena jika terdapat air maka kristal dari aspirin akan terurai menjadi asam
salisilat dan asetat anhidrat kembali atau dengan kata lain reversible (reaksi
bolak-balik). Penambahan asam sulfat pada percobaan ini dimaksudkan
asam sulfat sebagai katalisator, yaitu senyawa yang mempercepat terjadinya
reaksi tetapi tidak ikut bereaksi. Dilakukan pemanasan dengan tujuan untuk
menaikkan kelarutan asam salisilat agar bereaksi sempurna, kemudian
dilakukan pendinginan untuk mempercepat aspirin terkristalisasi.
Jika pada saat pendinginan aspirin tidak terbentuk kristal maka ada tiga
hal yang dapat dilakukan:
1. Penurunan tekanan, dalam hal ini penurunan tekanan pada aspirin dapat
dilakukan dengan penambahan suhu yaitu ditambahkan es agar suhu
dalam penangas es meningkat sehingga tekanan pada aspirin turun maka
dapat mempercepat rekristalisasi.
2. Menggores dinding dalam erlenmeyer dengan batang pengaduk, agar
terbentuk kristal yang banyak, karena untuk dapat berubah dari fase lain
memerlukan suatu energi, maka penggoresan yang dilakukan dapat
meningkatkan gaya dalam erlenmeyer, dan gaya yang terjadi merupakan
suatu proses pelepasan energi sehingga pembentukkan kristal lebih cepat
terjadi.
3. Penambahan aspirin murni, penambahan aspirin murni dapat membantu
mempercepat terjadinya rekristalisasi.
Dimana tujuan dari rekristalisasi itu sendiri adalah untuk pemurnian
suatu zat padat dari campuran dan pengotornya. Sebaiknya sebelum
campuran salisilat dan asetat anhidrat didinginkan terlebih dahulu diadakan
tes kemurnian dari aspirin yang didapatkan dengan menggunakan larutan
besi (III) klorida atau FeCl3 yang dilakukan di tabung reaksi. Jika berwarna
kuning maka tertanda terbentuk aspirin murni, jika berwarna ungu atau violet
maka belum terbentuk aspirin murni.
Mekanisme reaksi aspirin yang terbentuk, terjadi karena gugus OH
yang ada pada asam salisilat menyerang rantai karbonil dari anhidrida asetat
dimana gugus O pada gugus OH asam salisilat yang bermuatan negatif,
berikatan dengan gugus asetil (OCOCH3) dan menyebabkan gugus H
terlepas dan kemudian berikatan dengan sisa gugus karbonil (CH 3COO)
membentuk asam asetat (CH3COOH).
Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh berat aspirin kering yang
telah dikeringkan (berat praktek) yaitu 1,6971 gram, sehingga diperoleh %
rendemennya sebanyak 84,85 %.
Faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi adalah :
1. Pemanasan yang kurang atau melewati ketentuan.
2. Pelarut yang digunakan tidak murni.
3. Kurang ketelitian dalam penyarian.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh :
1. Berat kristal dari asam salisilat yang diperoleh yaitu 1,6971 gram.
2. Nilai persen rendamennya yaitu 84,85 %.
V.2 Saran
Diharapkan agar asisten tetap mendampingi praktikan pada saat
praktikum untuk menghindari terjadinya kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, T.H. dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Edisi Keenam. PT.
Gramedia, Jakarta.
+ air dingin 50 ml
ditimbang