Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat
bawaan) yang berat. Sedangkan, asuhan pada bayi baru lahir normal adalah
asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir tersebut selama satu jam pertama
setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan
usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan. Adapun permasalahan yang
terjadi pada bayi baru lahir adalah asfiksia neonatorum, ikterus, perdarahan
tali pusat, kejang, BBLR, hipotermi, dll.(Hasan, 2010).
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur
segera setelah lahir, karena bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak
dapat mengeluarkan karbondioksida dari tubuhnya dan menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut yaitu meninggalnya bayi.Gangguan
tersebut dapat disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran pernapasan
dan gangguan yang diakibatkan karena terhentinya sirkulasi pernapasan
(Eunike, 2014).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 Angka
Kematian Bayi (AKB) didunia 54 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2006
menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup. Setiap tahunnya sekitar 3% (3,6 juta)
dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini
kemungkinan meninggal (Eunike, 2014).
1
kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan
hasil SDKI 2002. Perhatian terhadap upaya penurunan neonatal mortality
rate (usia dibawah 28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal
memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi (Profil Kesehatan Indonesia,
2013).
2
Berdasarkan survey pendahuluan di Klinik Pratama Anugrah diketahui bahwa
bayi yang menderita asfiksia: Ringan tahun 2017 bulan Januari-April
sebanyak 40 %. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan
termotivasi untuk menyusun laporan asuhan keperawatan maternitas sebagai
salah satu laporan kelompok 3 dengan mengambil kasus berjudul Asuhan
Keperawatan Maternitas Pada Bayi Ny. S Baru Lahir Dengan Asfiksia:
Ringan Di Klinik Pratama Anugrah Tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis
merumuskan masalah yaitu BagaimanaAsuhan Keperawatan Maternitas
Dengan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. S Di Klinik Pratama Anugrah Tahun
2017 ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. S
Di Klinik Pratama Anugrah Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian Dengan Bayi Baru Lahir Pada Bayi
Ny. S
b. Mampu merumuskan diagnosakeperawatan Dengan Bayi Baru Lahir
Pada Bayi Ny. S
c. Mampu menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan Dengan
Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. S
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana
keperawatan Dengan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. S
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan Dengan Bayi Baru Lahir
Pada Bayi Ny. S
3. Manfaat Penulisan
a. Bagi Ibu-Ibu Hamil
3
Menjadi sumber pengetahuan tentang terjadinya asfiksia pada
bayi sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan
terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir.
BAB II
LANDASAN TEORI
4
secara spontan dan teratur setelah dilahirkan (Ralph dan Rosenberg.
2011).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat
janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin
berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama
atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009).
Dengan demikian asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur.Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akanmengalami asfiksia pada saat
dilahirkan.Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengarui kesejahteraan bayi
selama atau sesudah persalinan. (Lisa, 2016).
2. Etiologi
a. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)
antara lain :
1. Faktor ibu
2. Preeklampsia dan eklampsia
3. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
4. Partus lama atau partus macet
5. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,
HIV)
6. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan).
5
b. Faktor Tali Pusat
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak
6
pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-
lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas
antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali
pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor neonatus
Depresi tali pusat pernafasan bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal, yaitu : (a) pemakaian obat anastesi/analgetika yang
berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat
pernafasan janin, (b) trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya
perdarahan intrakranial, (c) kelainan kongenital pada bayi, misalnya
hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran pernapasan, hipoplasia
paru dan lain-lain.
3. Manifestasi Klinis
Menurut (Depkes RI, 2007)Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia
janin yang menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut
ini :
a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan
organ lain
d. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
e. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan
oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak
f. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,
kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke
plasenta sebelum dan selama proses persalinan
7
g. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-
paru atau nafas tidak teratur/megap-megap
h. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah
i. Penurunan terhadap spinkters
j. Pucat
4. Patofisiologi
8
5. Klasifikasi
9
Tabel 2.1 Skor APGAR
Tanda 0 1 2
Appearance Biru Pucat Badan pucat, Semua nya
(Warna Kulit)
tungkai biru merah muda
Pulse Tidak teraba <100 >100
(Denyut Nadi)
Grimace Tidak ada Lambat Menangis
(Refleks)
Activty Lemas/lumpuh Gerakan Sedikit Aktif/fleksi
(Tonus Otot)
tungkai
baik/reaksi
melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Bai, menagis
(usaha Bernafas)
teratur kuat
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk
memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila
bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar)
Asfiksia neonatorum di klasifikasikan :
10
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis
berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada
asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau
bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama
pada asfiksia berat.
6. Komplikasi
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke
otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia
dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga
dapat menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat
terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan
ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti
mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang
menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
11
7. Pemeriksaan Diagnostik
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari
hipoksia janin.Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu :
a. Denyut jantung janin
Frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan/menit, selama
his frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada
keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya
tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai di
bawah 100 kali permenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak
teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. Di beberapa klinik
elektrokardigraf janin digunakan untuk terus-menerus menghadapi
keadaan denyut jantung dalam persalinan.
12
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Berat bayi
5. USG ( Kepala )
6. Penilaian APGAR score
7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
8. Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi
baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan
resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan
ABC resusitasi :
a. Memastikan saluran nafas terbuka :
1. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
2. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
3. Bila perlu masukan ET untuk memastikan pernapasan terbuka
b. Memulai pernapasan :
1. Lakukan rangsangan taktil. Beri rangsangan taktil dengan
menyentil atau menepuk telapak kaki.Lakukan penggosokan
punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh,
tungkai dan kepala bayi.
2. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif.
c. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi
dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
a. Tindakan umum
1. Pengawasan suhu
2. Pembersihan jalan nafas
3. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
b. Tindakan khusus
1. Asfiksia berat
13
disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonat natrium 2-4
mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-
4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntikan kedalam intra vena
perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat
jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha
pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif
diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan
perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase
jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3
yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali
kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi
harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi.
14
Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong
diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-
30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang
mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah
dilakukan berberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung
atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera
dilakukan, bikarbonat natrium dan glukosa dapat segera
diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan
pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan
adekuat.
2. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/ cairan
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 44-45 cm
15
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi).
4. Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama
30 menitpertama setelah kelahiran (periode pertama
reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema,
hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek
narkotik yang memanjang).
5. Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus
antara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada
awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum
terjadi.
6. Keamanan
a. Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah
dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat
terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-
belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan
forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/
wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan
dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada
nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan
bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada
(penempatan elektroda internal.
16
1. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
b. Pola napas tidak efektif b/d hipoventilasi.
c. Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
d. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan
ketidakseimbangan ventilasi.
e. Ansietas b/d ancaman kematian.
17
2. INTERVENSI KEPERAWATAN.
NO
DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN(NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Mengauskultasi suara nafas Obstruksi jalan napas dapat
nafas tidak efektif keperawatan selama 1X 24 sebelum dan sesudah suction. dimanefestasikan dengan
bebungan dengan jam proses keperawatan Memberitahu keluarga tentang adanya bunyi napas tambahan
penumpukan mukus diharapkan jalan nafas lancar suction seperti krekels,ronki,wheezing
Mengobservasi adanya tanda-tanda Sebelum melakukan tindakan
lendir. Kriteria Hasil:
distres pernafasan berikan penkes kepada
Rata-rata repirasi dalam
Memposisikan bayi miring kekanan
batas normal (30- setelah memberikan makan keluarga agar tidak terjadi
18
Auskultasi bunyi napas. meningkat.
Bunyi napas menurun atau
2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan
pemenuhan keperawatan selama 1x24 jam tidak ada bila jalan napas
19
bertanya dan jawab dengan jujur oleh bayinya.
antara keluarga dan perawat.
asuhan Melibatkan orang terdekat dalam
Setetah dilakukan
perencanaan keperawatan. Agar dapat mengurangi rasa cemas
3. Ansietas b/d keperawatan selama 1x24 jam
Memberikan kenyamanan fisik.
ancaman kematian. diharapkan pasien tidak
mengalami kecemasan.
Kriteria Hasil: Agar keluarga tahu apa yang
20
pertukaran gas b/d diharapkan pertukaran gas hati-hati,sesuai kebutuhan.
Pertahankan kenetralan suhu tubuh
gangguan suplai kembali normal.
Mungkin perlu untuk
oksigen dan Kriteria Hasil:
mempertahankan kepatenan jalan
ketidakseimbangan Mempertahankan kadar
nafas, khususnya pada bayi yang
ventilasi PO2 / PCO2 dalam batas
menerima ventilasi terkontrol.
normal ( pO2 : 80-
100mmHg, pCO2 : 35- Stres dingin meningkatkan
21
3. Implementasi.
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan meninjau
kembali dari apa yang telah direncanakana atau intervensi sebelumnya,dengan
tujuan utama pada pasien dapat mencakup pola napas yang efektif, peredaan
nyeri, mempertahankan pola eliminasi yang baik, pemenuhan istirahat tidur
yang adekuat, pengurangan kecemasan, peningkatan pengetahuan.
4. Evaluasi
1. Klien tampak rileks dalam bernafas
2. Jalan nafas klien kembali lancar.
3. Pasien dan keluaraga tidak cemas.
4. Kesadaran klien kembali membaik.
BAB III
TINJAUAN KASUS
22
A. PENGKAJIAN
Tempat Praktek : Klinik Pratama Anugrah
Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2017
Pukul : 17 : 45 wib
I. Data Demografi
a. Biodata
Nama Klien : Ny. S
Umur Klien :33 Tahun
Jenis Kelamin :Wanita
Status Perkawinan : Menikah
Agama :Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa Medik : Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
Tanggal Masuk :29 Maret 2017
b. Identitas penanggung jawab
Nama Suami : Tn. Z
Umur Suami : 35 Tahun
Agama : Islam
Hubungan dengan Klien : Suami
Alamat : Jl. Linggis, Lingkungan 2 No. 7 Binjai Utara
23
cm,lingkar dada 35 cm, lingkar perut 36 cm. Hasil TTV : Nadi : 135
x/m, RR : 65 x/m, S : 350C.
e. Riwayat kehamilan
G3 P2 A0, umur kehamilan 40 minggu, ANC: 8x.
f. Riwayat persalinan
Bayi baru lahir dengan asfiksia bayi tidak langsung nangis, nafas tidak
spontan.
g. APGAR Score:
Adapun penilaian APGAR score pada bayi Ny. S dapat dilihat pada
table tersebut.
Tabel 3.1
NO
Tanggal/ Jam Tanda(karakter penilaian) Menit 1 Menit 5
No
1. Rabu,29-maret 2017 Appearance (Warna Kulit) 2 2
11.00 wib
Pulse 2 2
(Denyut Nadi)
Grimace 0 1
(Refleks)
Activty 1 2
(Tonus Otot)
Respiratory 1 2
(usaha Bernafas)
TOTAL : 6 9
24
Kesimpulan: Bayi Ny.S mengalami asfeksia Ringan dengan nilai AFGAR
Score menit 1: 7 dan menit ke 5 nilai nya:9.
h. Riwayat imunisasi
Hari ke-2 Bayi Ny.S mendapatkan imunisasi Hb0 dan Vit.K
2. Pola Nutrisi/Metabolik
Diet bayi Ny.s setiap per 2jam diberikan susu formula selama 2 hari.
3. Pola Eliminasi
bayi sudah BAK 3x bau khas, warna kuning jernih (+) dan BAB 1x
mekonium warna hijau kehitaman.
5. Pola Tidur/Istirahat
bayi tidur selama 5jam dan terbangun menangis jika BAB/BAK atau
sebab lain yang mengganggu kenyamanan bayi.
25
9. Pola Nilai dan Kepercayaan
Setelah bayi lahir di klinik pratama anugrah, bayi beragama islam
sama dengan orang tuanya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. TTV : N: 135 x/m, RR : 46 x/m, S : 350 C
2. Keadaan umum : lemah
3. Antropometri : BB: 2900 gram, PB: 49 cm, LK: 35 cm,LD : 35
cm LP: 36 cm
4. Kepala : Normal
5. Mata :Simetris, sklera tak ikterik, konjungtiva tak
anemis, tidak ada kotoran yang melekat di mata.
6. Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada kelainan
bentuk telinga
7. Mulut : mukosa bibir agak kering,
8. Hidung : simetris, ada sekret
9. Dada : Simetris
10. Jantung
a. Inspeksi : normal
b. Perkusi : bunyi normal
c. Palpasi : tidak teraba ictus cordis, tidak ada nyeri tekan
d. Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan.
10. Paru
a. Inspeksi : expansi dada tidak optimal
b. Perkusi : terdengar bunyi sonor
c. Palpasi : fokal fremitus seimbang antara kanan dan kiri
d. Auskultasi : bunyi vesikuler, tidak ada tambahan ronkhi.
11. Abdomen
a. Inspeksi : tali pusat masih basah, perut cembung.
b. Auskultasi : peristaltik 12 x/mnt
c. Perkusi : tympani
d. Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar
26
12. Punggung : simetris
13. Kulit : elastis, akral dingin, terlihat kemerahan
14. Ekstermitas
a. Atas : lengkap kedua tangan, untuk bergerak masih
lemah, tidak ada kelainan bentuk tangan
b. Bawah :lengkap kedua kaki, untuk bergerak masih lemah,
akral dingin
D. Reflek
1. Moro : (+) masih lemah
2. Roothing : (+) masih lemah
3. Walking : (+) masih lemah
4. Grosping : (+) masih lemah
5. Sucking : (+) masih lemah
6. Tonick neck : (+) masih lemah
7. Swallowing : (+) masih lemah
E. Hasil Kolaborasi
PEMBERIAN OBAT INDIKASI
27
F. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
28
.
29
3. Intervensi
Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Bayi Barulahir Pada Bayi Ny. S Di Klinik Pratama Anugrah Binjai Utara Tahun
2017
30
dada
2. Pola nafas tidak efektif b.d Setelah di lakukan 1. Cek dan observasi 1. mencek dan S:-
tindakan keperawatan
hipoventilasi d/d napas KU dan TTV observasi ku dan O:pasien
selama 3x24 jam di
2. Selimuti bayi dan
cepat harapkan hipotermi ttv tampak lemah
teratasi dengan KH: gunakan tutup kepala. 2. menyelimuti bayi
dan tampak
1. Suhu tubuh bayi
Gunakan pakaian dengan bedong
normal 36-37OC sesak nafas
2. Akral hangat hangat dan kering dan tutup kepala
dengan RR:65
3. Tidak sianosis 3. Tempatkan bayi 3. menggunakan
4. Tidak pucat x/i
dalam incubator pakaian hangat
4. Pelihara suhu A: Masalah
dan kering
lingkungan stabil 4. meletakkan bayi belum
5. cek dan pantau suhu
dalam incubator teratasi.
P:Intervensi
dilanjutkan.
31
b.d produksisecret ttv bayi terdapat secret dijalan
2. mengatur posisi untuk
d/d paru-paruterisi nafas dan rongga hidung.
memaksimalkan
cairan. A:Masalah belum teratasi.
ventilasi yang
P:Lanjutkan intervensi.
dibutuhkan bayi
3. melakukan pengisapan
menggunakan suction
4.
32
Catatan Perkembangan (Tanggal 30 Maret 2017)
No. Diagnosa Tanggal/ pukul Implementasi Evaluasi
1 Bersihan jalan 30-maret 2017 1. mengecek dan S:-
Jam 11.00 Wib
nafas tidakefektif mengobservasi KU dan O: os tampak membaik,
b.d produksisecret ttv bayi tidak ada secret.
5. mengatur posisi untuk
d/d paru-paruterisi A:Masalah teratasi
memaksimalkan
cairan. sebagian.
ventilasi yang
P:Lanjutkan intervensi.
dibutuhkan bayi
6. melakukan pengisapan
menggunakan suction
7.
33
10. Tempatkan bayi sebagian.
dalam incubator P:Intervensi dilanjutkan
11. Pelihara suhu
lingkungan stabil
12. cek dan pantau suhu
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam kasus bayi Ny. S diperoleh data-data sebagi brikut yakni data subjektif
yang langsung dilihat selama masa persalinan mulai dari kala 1-4 bahwa ibu telah
melairkan bayinya secara normal dengan gangguan asfiksia pada 29 Maret 2017
jam 13.00 wib. Data objektifnya keadaan umum ibu baik, kesadaran, tanda-tanda
vital ibu dalam batas normal dan pemeriksaan fisik lainnya yang mendukung
seperti kontraksi baik, usia kehamilan Ny.S 36 minggu dengan TFU 36 JARI
prosese xepodius.
Pada pengkajian bayi baru lahir dengan asfiksia bayi tidak langsung menangis,
reflex gerakan bayi sedikit dan tonus otot ekstremitas fleksi sedikit,, denyut
jantung cepat, bayi akan terlihat lemas (flaccid), apnue, tekanan darah, kadar
oksigen dalam darah (PaO2) menurun, bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan,
tidak menunjukan upaya pernafasan secara spontan, warna kulit kebiruan
kemerahan dengan nilai APGAR : respiratory dalam menit 1 score 2, pulse menit
1 score 2. RR : 65 x/i, HR : 135 x/i.
Intervensi yang diberikan pada bayi Ny. S pada diagnosea Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d produksi mukus banyak : Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 1x15 menit di harapkan bersihan jalan nafas efektif dengan
KH :Tidak ada secret, Tidak sianosis, Tidak ada bunyi tambahan, RR dapat
dipertahankan 30 60 x/mnt, Dapat menangis keras, Tak tampak retraksi dinding
dada. Intervensi yang diberikan pada bayi Ny. S pada diagnosea Pola nafas tidak
efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi :Setelah di lakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam di harapkan hipotermi teratasi dengan KH : Suhu tubuh bayi
normal 36-37OC, Akral hangat, Tidak sianosis, Tidak pucat
35
bunyi tambahan, RR dapat dipertahankan 30 60 x/mnt, Dapat menangis keras,
Tak tampak retraksi dinding dada. : Suhu tubuh bayi normal 36-37 OC, Akral
hangat, Tidak sianosis, Tidak pucat. pada diagnosea Pola nafas tidak efektif b.d
hipoventilasi/ hiperventilasi Suhu tubuh bayi normal 36-37OC, Akral hangat,
Tidak sianosis, Tidak pucat
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah lahir.Untuk menentukan
derajat asfiksia dapat menggunakan APGAR score. Dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada bayi dengan asfiksia diperlukan perawatan dan
36
penatalaksanaan yang tepat dan cepat sehingga dapat mencegah terjadinya
komplikasi / keadaan bayi yang bertambah buruk.Sehingga bayi dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.
B. Saran
37
38