Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Akut
Jeki Refialdinata
Megister Keperawatan Universitas Brawijaya, Indonesia
Pendahuluan
Sindrome koroner akut (SKA) atau yang biasa dikenal dengan penyakit
jantung koroner (PJK) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner. Kondisi tersebut disebabkan
oleh plak ateroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah, kemudian
diikuti dengan pembentukan trombus dan proses vasokontriksi, sehingga terjadi
penyumbatan liang pembuluh darah koroner baik secara total maupun parsial.
Aliran darah koroner yang berkurang menyebabkan iskemia miokardium yang
dapat berlanjut menjadi nekrosis (infark miokard) jika terlambat mendapatkan
penatalaksanaan (PERKI, 2015).
SKA merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. Menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit
jantung adalah sindrom koroner akut. According to the Indonesia Ministry of
Health (2014) mortality due to ACS will continue to increase 2030. It is estimated
that in the United States, each year >780,000 persons will experience an ACS
(Amsterdam et al., 2014). In Indonesia, based on data from the health research
(Riskesdas) in the year 2013 there were 1.5% or 265,034 million people who
suffer coronary heart disease.
Penyebab SKA secara pasti belum diketahui, meskipun demikian secara
umum dikenal berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya SKA
yang disebut sebagai faktor resiko SKA. Faktor resiko tersebut meliputi faktor
yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Untuk dapat
menekan efek merugikan yang ditimbulkan oleh SKA, harus ditemukan cara
mencegah timbulnya kondisi tersebut secara dini. Oleh sebab itu mengenal
faktor-faktor risiko sangat penting dalam usaha pencegahan SKA.
SKA merupakan salah satu topik kesehatan yang sering diteliti, sehingga
jumlah penelitian tentang SKA cukup banyak. Berdasarkan hal tersebut,
penelitian ini menggunakan pendekatan meta analisis kuantitatif, untuk melihat
faktor resiko SKA secara bersamaan berdasarkan penelitian-penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya. Systematic review merupakan metode penelitian
yang menjelaskan kembali mengenai topik tertentu yang menekankan pada
pertanyaan tunggal yang telah diidentifikasi secara sistematis, dinilai, dipilih dan
disimpulkan menurut kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
bukti penelitian yang berkualitas tinggi yang relevan dengan pernyataan
penelitian. Keunggulan menggunakan pendekatan systematic review ini adalah
mendapatkan temuan yang valid dan dapat diaplikasikan dari beberapa
penelitian sebelumnya pada suatu fenomena yang spesifik (Wikipedia). Tujuan
dari penelitian dengan menggunakan pendekatan systematic review ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor-faktor resiko SKA.
Metode Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah data hasil penelitian yang telah di
publikasikan di jurnal terakreditasi, meliputi: proquest, science direct, dan Cliical
Key dengan menggunakan kata kunci SKA dan Faktor resiko. Selanjutnya,
pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Adapun kriteria
inklusi meliputi : (1) penelitian dengan sampel laki-laki dan perempuan, dan (2)
penelitian yang tidak membatasi usia sampel.
Kesimpulan
Literatur review ini menjelaskan bahwa faktor resiko SKA meliputi faktor yang
tidak dapat dimodifikasi yaitu usia 40-70 tahun, laki-laki pada usia <60 tahun dan
perempuan >60 tahun, serta riwayat keluarga. Selanjutnya faktor resiko yang
dapat di modifikasi meliputi merokok, hipertensi, DM, dislipidemia, dan obesitas.
Referensi
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
Kesimpulan
- Faktor resiko SKA yang paling banyak diteliti adalah __________. Hal
ini dikarenakan
- Perlu dilakukan intervensi terhadap faktor ________ untuk
menurunkan angka kejadian SKA dengan________
- Penelitian dengan menggunakan pendekatan systematic review
bermanfaat untuk melihat beberapa penelitian secara bersamaan
sehingga didapatkan suatu temuan baru pada topik tertentu yang
telah diteliti.
[1]Yadav :
Sampel 200 pasien (laki-laki 142, Perempuan 56), usia 31-81 tahun
Laki-laki dominan berusia 56 tahun
Faktor utama konsumsi tembakau (65%), hipertensi (33%), DM (16%),
riwayat keluarga (14%),obesitas (BMI >25) (13%), dan dislipidemia
(12%).
[2]Bhalli :
Sampel 135 laki-laki, usia 28-80 tahun (33 pasien/24,4% <40 tahun,
102 pasien/75,5% >45 tahun)
Faktor utama dislipidemia (56,2%), aktifitas fisik (47,4%), obesitas
sentral (44,4%), merokok (44%), obesitas (37,8%), hipertensi
(37%), diabetes (25%), stress (23,75%), riawayat keluarga (17,8%).
Merokok merupakan faktor resiko yang paling mudah dicegah. Skrining
awal hipertensi, DM, dan hiperlipidemia dapat mendeteksi pasien pada
tahap lebih awal.
[3]El-Menyar :
Sampel 6704 pasien dengan ACS. Rata-rata umur 56,12 tahun.
Usia <40 tahun dan > 40 tahun: >>perempuan (DM, hipertensi,
obesitas, sindrom metabolik), >>laki (rokok)
[4]Goswami :
Sampel 100. Proporsi ACS tinggi pada usia 51-66 tahun.
Laki>perempuan (70:30).
Laki (>> perokok, hipertensi, dm, obesitas sentral), perempuan
(>>obesitas
Faktor signifikan yang berhubungan adalah hipertensi, DM,
dislipidemia, merokok, obesitas.
[5]Koju :
Sampel 73 pasien (44 laki dan 29 perempuan). Usia 50-69 (64,3%), <
50 (19,2%).
Hipertensi (75,3%), dislipidemia (54,8%), merokok (38,4%), Dm
(31,5%).
[6]Alzouby :
Sampel 174 pasien (110/63% laki-laki, 69/73% perempuan). Laki-laki
>45 tahun, perempuan >55 tahun.
77 pasien diabetes 44% (44 lk dan 33 pr; 57%: 43%).
93 pasien perokok 85% (68 lk dan 25 pr; 73%: 27%)
92 pasien hipertensi 53% (60 lk dan 32 pr; 65%:35%).
[7]Al hassan :
Sampel 156 pasien (130/83,3% lk, 26/16,7% pr). Usia <45 tahun 29
orang : >45 tahun 127 orang
Hipertensi 107 pasien, merokok 32, riwayat keluarga 10, DM 92,
dislipidemia 130.