Vous êtes sur la page 1sur 9

LI. 1.

Memahami dan menjelaskan campak

1.5 Manifestasi
Gejala khas(patognomonik) adalah timbulnya bercak koplik menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem. Bercak koplik berwarna putih kelabu,
sebesar ujung jarum, dikelilingi oleh eritema, dan berlokalisasi dimukosa bukalis
berhadapan dengan molar bawah. Ruam eritematosa yang berbentuk makula papula
disertai meningkatnya suhu badan. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di
bagian atas lateraltengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat
terjadi perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka bengkak.

Dapat terjadi pula pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian
belakang, splenomegali, diare, dan muntah. Variasi lain adalah black measles, yaitu
morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dantraktus digestivus.

Penyakit campak mempunyai masa inkubasi 10-14 hari, merupakan jangka waktu dari
mulai mendapat paparan sampai munculnya gejala klinik penyakit. Jika ada,hanya
sedikit gejala yang muncul pada periode ini. Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium :

1.6 Diagnosis dan Diagnosis banding


Tetapi sebagian besar penderita campak menunjukkan gejala subklinis tanpa gejala
yang khas, sehingga menegakkan diagnosis penderita hanya berdasarkan gejala klinis
sangat sulit.

Gejala klinik yang sangat khas dari penyakit campak klasik adalah demam, ruam
makulopapular pada kulit, coryza/pilek, batuk, konjungtivitis, dan adanya enantem
dimukosa pipi yang merupakan tanda patognomonik campak (Bercak
Koplik).Umumnya dengan menemukan gejala-gejala ini sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis, terutama pada saat terjadinya wabah di masyarakat. Meskipun
demikian menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus
manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pada pasien yang campak dan
mengalami gizi buruk, ruam yang timbul bisa sampai berdarah dan mengelupas atau
bahkan pasien sudah meninggal sebelum ruamnya muncul, dan juga pada kasus ini,
dapat terjadi diare yang berkelanjutan.

Diagnosis laboratorium mungkin diperlukan pada kasus campak atipikal atau


termodifikasi.

a.Deteksi Antigen

Antigen campak dapat dideteksi langsung pada sel epitel dalam sekret respirasi dan
urine. Antibodi terhadap nukleoprotein bermanfaat karena merupakan protein virus
yang paling banyak ditemukan pada sel yangterinfeksi.
b.Isolasi dan identifikasi virus

Apusan nasofaring dan konjungtiva, sampel darah, sekret pernapasan, serta urine yang
diambil dari pasien selama masa demam merupakan sumber yang sesuai untuk isolasi
virus. Namun isolasi virus sulit secara teknik

c.Serologi

Pemastian infeksi campak secara serologis bergantung pada peningkatan titer antibodi
empat kali lipat antara serum fase akut dan fase konvalensi atau terlihatnya antiobdi
IgM spesifik campak di dalam spesimen serum tunggal yang diambil antara 1 dan 2
minggu setelah awitan ruam. Yang dapat digunakan untuk mengukur antibodi campak:
ELISA, uji HI, dan tes Nt, walaupun ELISA merupakan metode yang paling praktis.
Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila
ada komplikasi infeksi bakteri.

Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi
campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama
munculnya ruam, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari
ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4
minggu setelah muncul rash.

Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG
dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih
dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari
urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberiheparin, dan swab tenggorok selama
masa prodromal sampai 24 jamsetelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif
selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.

Diagnosis banding penyakit campak yang perlu dipertimbangkan adalah campak


jerman, infeksi enterovirus, eksantema subitum, meningokoksemia, demam
skarlantina, penyakit riketsia dan ruam kulit akibat obat, dapat dibedakan dengan ruam
kulit pada penyakit campak.

1. Campak jerman.
Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di
daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.

2. Infeksi enterovirus

Ruam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan campak. Sesuai dengan
derajat demam dan berat penyakitnya.

3. Penyakit Riketsia

Disertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai wajah yang
secara khas terlihat pada penyakit campak.

4. Meningokoksemia

Disertai ruam kulit yang mirip dengan campak, tetapi biasanya tidak dijumpai
batuk dan konjungtivits.

5. Ruam kulit akibat obat

Ruam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul setelah
ada riwayat penyuntikan atau menelan obat.

6. Demam skarlantina.

Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu dengan tekstur
seperti kulit angsa secara jelas terdapat didaerah abdomen yang relatif mudah
dibedakan dengan campak.

1.7 Tatalaksana
Terapi pada campak bersifat suportif, terdiri dari:
1. Pemberian cairan yang cukup, misal air putih, jus buah segar, teh, dll untuk
mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat karena
demam.

2. Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran
dan adanya komplikasi

3. Suplemen nutrisi

4. Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder

5. Anti konvulsi apabila terjadi kejang

6. Anti piretik bila demam, yaitu non-aspirin misal acetaminophen.

7. Pemberian vitamin A

Terapi vitamin A untuk anak-anak dengan campak di negara-negara berkembang


terbukti berhubungan dengan penurunan angka kejadian morbiditas dan
mortalitas.

Dosis 6 bulan 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal

> 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal

Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan
oftalmologi sehubungan dengan defisiensi vitamin A

8. Antivirus

Antivirus seperti ribavirin (dosis 20-35 mg/kgBB/hari i.v) telah dibuktikan secara
in vitro terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan penderita campak berat dan
penderita dewasa yang immunocompromissed. Namun penggunaan ribavirin ini
masih dalam tahap penelitian dan belum digunakan untuk penderita anak.

9. Medikamentosa :

antipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam


ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100 mg tiap 2-6 jam,
dosismaksimum 600 mg/hari.

Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic


antitussive(codein) tidak boleh digunakan

Mukolitik bila perlu- Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium
kataral sangatbermanfaat.

Pengobatan campak umumnya ringan, self limited, tidak tersedia anti viral
spesifik, antibiotika tidak mempengaruhi perjalanan klinik penyakit, sehingga
pengobatan campak adalah suportif. Pemberian Vitamin A dosis tinggi pada
penyakit campak yang berat dan disertai mallnutrisi, akan mempercepat
penyembuhan pneumonia dan gastroenteritis, memperpendek lama tinggal di
rumah sakit, menurunkan angka kematian.

1.9 Pencegahan
Pencegahannya dengan vaksin morbili hidup yang telah dilemahkan(Attenuvax) harus
diberikan pada usia 15 bulan untuk perlindungan maksimum. Idealnya dikombinasikan
dengan vaksin untuk parotitis epideika dan rubella(M-M-R II)

Yang Divaksinasi :

A. Anak sehat di atas umur 15 bulan

B. Bayi-bayi diimunisasi sebelum umur 1 tahun

C. Yang diberikan bersamaan gama globulin dan vaksin morbili hidup.

D. Orang-orang yang sebelumnya telah diimunisasi dengan vaksin virus mati.

E. Orang-orang yang tinggal di derah endemic morbili yang tinggi dapatmenerima


vaksin pada umur 6 bulan dan divaksinasi ulang pada umur 15 bulan.

Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)

Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam
tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan
memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)


Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena
penyakit campak, yaitu :

a) Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan


imunisasi campak untuk semua bayi.

b) Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada
semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai
jangka waktu 4-5 tahun

Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk


mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-
kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah
komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu:

A Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik


atau darah.
B Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk

sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang
khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan
penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari

keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasienpasien


dengan risiko tinggi lainnya.

C Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni


antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya
diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.

D Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi
campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan
miokarditis yang reversibel.

Pencegahan Tingkat Ketiga ( Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi


dankematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier
yaitu :

Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.


Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turunsecara
cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.

Selain itu untuk pencegahan umunisasi terdiri dari imunisasi aktif dan imunisasi pasif
serta isolasi. Untuk imunisasi aktif, imuniasi campak awal dapat diberikan pada usia
12-15 bulqn tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi
(endemik ) pada usia 9 bulan. Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain
Schwarz dan Moraten. Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan menyebabkan
imunitas yang berlangsung lama.sedangkan untuk imunisasi pasif dengan kumpulan
serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens, globulin plasenta atau gamma
globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan
campak. Pada Isolasi ; Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang
yang terkena penyakitcampak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula
bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari
penularan lingkungan sekitar.

Kegagalan vaksinasi dibedakan antara :

Kegagalan primer

: Tidak terjadi serokonversi stelah imunisasi

Kegagalan sekunder

: Tidak ada proteksi setelah terjadi serokonversi danvaksin yang kurang kuat
sehingga respon imun tidak adekuat.Pada saat ini di negara yang berkembang,
angka kejadian campak masih tinggi danseringkali dijumpai penyulit, maka WHO
menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9 bulan. Untuk
negara maju imunisasi campak (MMR) dianjurkan pada anak berumur 12-15 bulan
dan kemudian imunisasi kedua (booster) juga denganMMR dilakukan secara rutin
pada umur 4-6 tahun, tetapi dapat juga diberikan setiap waktu semasa periode anak
dengan tenggang waktu paling sedikit 4 minggu dari imunisasi pertama.

Imunisasi campak tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imnunodefisiensi
primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ,
merekayang mendapat pengobatan supresif jangka panjang atau anak
imunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa
imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat
imunisasi campak.

Reaksi Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) campak yang banyak dijumpai pada
imunisasi ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat
imunisasi dengan vaksin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI
imunisasi campak telah menurun dengan digunakannya vaksin campak yang
dilemahkan. Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39,5oC yang terjadi pada
5-15% kasus, dan mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan
berlangsung selama 2 hari.

1.8 Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi
alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini
menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:

1. Bronkopnemonia

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus,


streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan
kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita
penyakit menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu
pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.

2. Komplikasi neurologis

Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan


mental, neuritis optica dan ensefalitis.

3. Immunosuppresive measles encephalopathy

Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi


imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.

4. Langritis akut

Laringitis timbul karena adanya edema pada mukosa saluran nafas, yang
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya

5. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat
ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.

6. Ensefalitis

Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjasi, biasanya terjadi pada
hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Terjadinya ensefalitis ini dapat melalui
mekanisme immunilogik maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam
otak. Gejala ensefalitis ini dapat beruppa kejang, letargi, koma dan iritabel.
Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat
ditemukan.

7. Otitis media

Invesi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang
telinganya biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi.

8. Pada ibu hamil, dapat terjadi abortus, partus prematur dan kelainan kongenital
pada bayi.

2.10. Prognosis

Prognosis juga baik pada anak dengan keadaan umum yang baik tetapi
prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit
kronis atau bila ada komplikasi. Morbiditas campak dipengaruihi oleh beberapa
faktor seperti :

o Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul.


o Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orangtua penderita
o Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang.

Bayi dengan sindroma rubella spectrum komplit mempunyai prognosis yang buruk,
terutama bila penyakit terus memburuk selama masa bayi. Prognosis jelas lebih baik
pada penderita yang hanya mempunyai sedikit stigmata sindroma, kemungkinan pada
mereka terinfeksi pada akhir kehamilan.

Vous aimerez peut-être aussi